Anda di halaman 1dari 22

2.

2 ENSEFALITIS
2.2.1 Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme
lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.

2.2.2 Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan
M.tuberculosa.
Patogenesis:
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari
piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis
cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini
jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan
pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan
ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk
ventrikel. Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tandatanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah,
penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
2. Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya
sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim
limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini
berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat Treponema pallidum akan
tersebar diseluruh korteks serebri dan bagianbagian lain susunan saraf pusat.

3. Ensefalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili
Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus,
virus Epstein-barr
Poxvirus : variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
3. Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang
terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan
penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus
ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi
kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam
keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan
dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis

Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang
terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam
akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk kedalam
pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk
kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau
tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.
4. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus
neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang
ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat
ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya
infeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4)
5. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis.
Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear,
yang terdapat pula disekitar pembuluh
darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin
kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

2.2.3 Manifestasi Klinis


Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias
Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun
tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun

3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di
muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997)
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala :
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.

2.2.4 Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke
dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem saraf.
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biakan:
1. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
4. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
5. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh.
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

6. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.


7. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
8. EEG/ Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang
menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut
otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.
(Smeltzer, 2002)
1. CT scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema
diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada
lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.

2.2.6 Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang nampak pada 30 %
anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama
perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat
merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian
besar penderita mengalami perubahan serius pada susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang
berat tidak selalu terjadi. Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal,
hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan
motorik, gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.

2.2.7 Penatalaksanaan
Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
Terapi antimikroba :
1. Ensefalitis supurativa
1. Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.

2. Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.


3. Ensefalitis syphilis
1. Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
2. Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x
500mg oral selama 14 hari.
Bila alergi penicillin :
1. Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari
2. Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari
3. Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
4. Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
5. Ensefalitis virus
1. Pengobatan simptomatis:
-

Analgetik dan antipiretik: Asam mefenamat 4 x 500 mg

Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.


1. Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zostervaricella:

Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg

peroral tiap 4 jam selama 10 hari.


1. Ensefalitis karena parasit
1. Malaria serebral
-

Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.
1. Toxoplasmosis

Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan

Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan

Spiramisin 3 x 500 mg/hari


1. Amebiasis

Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
1. Ensefalitis karena fungus

- Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu


- Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
1. Riketsiosis serebri
- Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari
- Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, management edema otak :
a)
Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan anak.
b)

Glukosa 20%, 10ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan.

c)
Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan
edema otak

2.3 Perbedaan Ensefalitis dengan Meningitis

Encephalitis

Meningitis

Kesadaran

Kesadaran relatif masih baik

Demam

Demam

Lokasi terinfeksi di jaringan otak

Lokasi terinfeksi di selaput otak

Banyak disebabkan virus

Banyak disebabkan bakteri

download : WOC MENINGITIS ENSEFALITIS


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

Pengkajian Meningitis dan Esefalitis


1. Anamnesa
1. Identitas:

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi. ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
1. Keluhan utama:
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
1. Riwayat penyakit sekarang:
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari ,
sakit kepala.
1. Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit
Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
1. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan lain-lain.
Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
1. Imunisasi:
kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
1. Pemeriksaan fisik (ROS)

B1 (Breathing)
: Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila
tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri
Susilaningsih, 1994).
B2 (Blood)
: Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada
daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang
parasimpatis ke jantung.
B3 (Brain)
: Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh
gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat
prosses peradangan otak.
B4 (Bladder)

: Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.

B5 (Bowel)
: Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan
sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
B6 (Bone)

: Kelemahan

3.2 Analisa Data

Analisa Data

Etiologi

DS: Nyeri kepala, Pusing,


CO 2
kehilangan memori, bingung,
kelelahan, kehilangan visual, $
kehilangan sensasi
Hipoksia serebri
DO: Bingung / disorientasi,
penurunan kesadaran,
$
perubahan status mental,
gelisah, perubahan motorik, Permiabilitas vaskuler
dekortikasi, deserebrasi,
kejang, dilatasi pupil, edema $
papil
Transudasi cairan
$

Masalah Keperawatan

Gangguan perfusi
jaringan serebral

Edema serebri
$
Volume tengkorak
$
TIK
$
Vasospasme pembuluh
darah serebri
$
Sirkulasi terhenti
$
Gangguan perfusi jaringan

DS:DO: pasien mengalami


kejang, gangguan motorik,
ataksia.

Gangguan transmisi
impuls

Risiko tinggi terhadap


cedera

$
Kejang
$
Risiko tinggi terhadap
cedera

DS: merasa lemah

Kejang

Gangguan mobilitas fisik

DO: pasien terlihat pucat dan $


lemah
Kelemahan
$
Gangguan mobilitas fisik

DS: Klien mengeluh frustasi. Peradangan


DO: pasien mengalami
kebingungan, emosi yang
berlebihan, frustasi,
disorientasi realitas

Perubahan persepsi
sensori

$
Kerusakan myelin pada
akson dan whitematter
$
Gangguan sensori persepsi

DS : klien merasa kedinginan Peradangan

Hypertermi

DO : suhu tubuuh klien lebih $


dari 37,5 C
Suhu tubuh
$
Hipertermi

DS : klien mengeluh pusing


dan nyeri pada kepala

Peradangan
$

DO : suhu tubuh lebih dari


37,5C

Suhu tubuh

Terdapat bengkak di kepala

Leukosit lebih dari 40.000

Metabolisme tubuh

Risiko tingi terjadinya


infeksi

$
Penyebaran toksin ke
jaringan tubuh
$
Sepsis
$
Risiko tinggi infeksi

DS : klien mengeluh nyeri


pada kepala

Peradangan

Nyeri

$
DO : skala nyeri 4-7
Nyeri

3.3

Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah/menghentikan darah arteri/virus
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan
kekuatan.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan
whitematter
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis.
7. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.

3.4

Intervensi

Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi


Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Letakkan kantung es pada kepala,
Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan
pakaian dingin di atas mata, berikan resepsi sensori yang selanjutnya akan
posisi yang nyaman kepala agak
menurunkan nyeri
tinggi sedikit, latihan rentang gerak
aktif atau pasif dan masage otot leher.

1. Dukung untuk menemukan posisi


yang nyaman(kepala agak tinggi)

Menurunkan iritasi meningeal, resultan


ketidaknyamanan lebih lanjut

1. Berikan latihan rentang gerak aktif/


pasif.

Dapat membantu merelaksasikan ketegangan


otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
tidak nyaman tersebut

1. Gunakan pelembab hangat pada nyeri Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan
leher atau pinggul
rasa sakit/ rasa tidak nyaman

Kolaborasi
5. Berikan anal getik, asetaminofen, codein

Mungkin diperlukan untuk menghilangkan


nyeri yang berat

Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis.


Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi

Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000


Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Beri tindakan isolasi sebagai
pencegahan

Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin


diperlukan sampai organisme diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang
lain

1. Pertahankan teknik aseptik dan teknik Menurunkan resiko pasien terkena infeksi
cuci tangan yang tepat.
sekunder. Mengontrol penyebaran sumber
infeksi

1. Ubah posisi pasien secara teratur,


dianjurkan nafas dalam

Memobilisasi secret dan meningkatkan


kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan

Kolaborasi
1. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi
G, ampisilin, klorampenikol,
dan sensitivitas individu
gentamisin.

Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/
menghentikan darah arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Tirah baring dengan posisi

kepala datar.

1. Bantu berkemih, membatasi

batuk, muntah mengejan.

Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan


potensi adanya resiko herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis dengan segera

Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan


intratorak dan intraabdomen yang dapat
men9ingkatkan TIK.

1. Kolaborasi.

Tinggikan kepala tempat tidur


15-45 derajat.

1. Berikan cairan iv (larutan

hipertonik, elektrolit ).

1. Berikan obat : steroid,

clorpomasin, asetaminofen

Peningkatanaliran vena dari kepal akna


menurunkan TIK

Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan


TIK.

Menurunkan permeabilitas kapiler untuk


membatasi edema serebral, mengatasi kelainan
postur tubuh atau menggigil yang dapat
meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen
dan resiko kejang

Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/lokal, kelemahan
umum.
Tujuan

: Mengurangi risiko cidera akibat kejang

Kriteria hasil : Tidak ditemukan cidera selama kejang

Intervensi

1. Mandiri

Rasional

Pertahankan penghalang tempat tidur


tetap terpasang dan pasang jalan nafas
Melindungi pasien bila terjadi kejang
buatan

1. Tirah baring selama fase akut

Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika


terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia

Kolaborasi
1. Berikan obat : venitoin, diaepam,
venobarbital.

Merupakan indikasi untuk penanganan dan


pencegahan kejang

Diagnosa 5 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,


penurunan kekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah

Intervensi

Rasional

1. Bantu latihan rentang gerak.

Mempertahankan mobilisasi dan fungsi


sendi/posisi normal akstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis

1. Berikan perawatan kulit, masase


dengan pelembab.

Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan


menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit

1. Berikan matras udara atau air,


perhatikan kesejajaran tubuh secara
fumgsional.

Menyeimbangkan tekanan jaringan,


meningkatkan sirkulasi dan membantu
meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan resiko terjadinya trauma
jaringan.

1. Berikan program latihan dan


penggunaan alat mobilisasi.

Proses penyembuhan yang lambat seringkali


menyertai trauma kepala dan pemulihan
secara fisik merupakan bagian yang amat
penting dari suatu program pemulihan
tersebut.

Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan
whitematter
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Hilangkan suara bising yang
berlebihan.

Menurunkan ansietas, respons emosi yang


berlebihan/bingung yang berhubungan
dengan sensorik yang berlebihan

1. Validasi persepsi pasien dan berikan Membantu pasien untuk memisahkan pada
umpan balik.
realitas dari perubahan persepsi

1. Beri kesempatan untuk


berkomunikasi dan beraktivitas.

Kolaborasi ahli fisioterapi

Menurunkan frustasi yang berhubungan


dengan perubahan kemampuan/pola respons
yang memanjang

1. Terapi okupasi,wicara dan kognitif.

Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan


rencana penatalaksanaan terintegrasi yang
didasarkan atas kombinasi
kemampuan/ketidakmampuan secara
individu yang unik dengan berfokus pada
fungsi fisik, kognitif, dan keterampilan
perceptual

Diagnosa 7 : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 C

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Berikan kompres hangat

1. Pengeluaran panas secara konduksi


2. Pengeluaran panas secara evaporasi

2. Anjurkan klien untuk menggunakan 3.Menentukan keberhasilan tindakan


baju yang tipis.
1.
3. Observasi Suhu tubuh klien

Kolaborasi dengan dokter


1. Membantu menurunkan suhu tubuh
1. berikan obat penurun panas.

3.4

Evaluasi
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.

3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.


4.

Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu


tidur/istirahat dengan tepat.

5.

Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.

6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.


7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.

BAB 4
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis adalah
peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir sama dan
khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun hampir sama,
terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA
Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/ 2007/12/askep-padameningitis.html. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40
Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugasmakalah/kedokteran/meningitis. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40
Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses tanggal 12
Desember 2010.
Farly, Augus. 2010. Disitasi http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-keperawatanmeningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010
Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-images/kernigs-sign-of-meningitis.html.
Diakses tanggal 12 Desember 2010

II Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
2. Kerusakan integritas jaringan b/d edema
3. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
4. Perubahan pertukaran gas b/d
5. Penurunan curah Jantung b/d ketidak seimbangan elektrolit
Dx 1: Resiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan
Intervensi
- Pantau TTV dan CVP

Rasional
tergantung

Takikardia

pada

derajat

kekurangan cairan pengukuran CVP untuk


penentuan derajat kekurangan carian dan
respons terhadap terapi penggantian.
- Kebutuhan penggantian cairan di dasarkan
- Pantau masukan dan haluaran urine

pada perbaikan kekurangan dan kehilangan


terus menerus.
- Perubahan dalam berat badan tidak secara

Timbang berat badan setiap hari dan akurat

mempengaruhi

volume

bandingkan dengan keseimbangan cairan intravaskuler.


24 jam.
-

Kaji

tingkat

kesadaran

Penurunan fungsi serebral dengan sering

respons mengakibatkan perubahan mental

neuromuscular

- Berikan perawatan kulit dan mulut

Vasokontriksi dan penurunan intraseluler


menyebabkan penurunan elastisitas.

Perubahan proses pikir memerlukan


tindakan perlindungan untuk mencegah

Berikan kewaspadaan keamanan sesuai cidera.


indikasi.

- Jaringan rentan terhadap kerusakan karena


vasokontriksi dan peningkatan kerapuhan

Ubah posisi seirng masase kulit dan seluler.


lindungi tonjolan tulang

Hemokonsentrasi

dan

peningkatan

agregasi trombosit dapat mengakibatkan


- Selidiki keuhan nyeri dada tiba-tiba

pembentukan emboli sistemik.


-

Perbaikan kekurangan darah terlalu cepat


dapat menurunkan sistem kardiopulmonal.

- Pantau peningkatan TD tiba-tiba / nyata. Kolaborasi


-

pemberal

Kaji identifikasi (pengobatan penyebabdasar)

Rujuk pada daftar factor predisposisi


Tergantung pada kesempatan kehilangan
cairan, ketidak seimbangan elektrolit /

Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai metabolic mungkin memerlukan perbaikan


indikasi : elektrolit, glukosa, pH/PCO2M

Memberikan perbaikan sirkulasi


Kekurangan darah aktif

pemeriksaan koagulasi berikan larutan IV

sesuai indikasi:

Larutan isotonic

Darah lengkap

Natrium bikarbonat

Memperbaiki asidosis berat

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan b/d edema


Intervensi

Rasional

Mandiri

Identifikasi pasien berisiko terhadap

Temukan dan intervesi dini mencegah

hipernatremia dan kemungkinan penyebab komplikasi serius


misalnya : kekurangan air, kelebihan
natrium
Kaji adanya lokasi pembentuk edema

Edema mungkin umumatau lokal pada area


depend.

Berikan perawatan kulit dan perubahan


posisi sering

Mempertahanakn

integritas

kulit,

menurunkan tekanan dan friksi pada


jaringan edema.

Anjurkan menghindari makanan tinggi

Menurunkan risiko komplikasi akibat

natrium

natrium

Kaji tingkat kesadaran dan kekuatan


muscular

Kekurangan air rehidrasi cepat dapat


menyebabkan edema serebral

Kolaborasi
Tingkat Carian poliv
Nacl 0,9%

Reduksi cepat natrium serum dengan


disertai penurunan osmolalitas serum dapat
menyebabkan edema

Dx. 3 Penurunan curah Jantung b/d ketidak seimbangan elektrolit


Intervensi

Rasional

Mandiri
Pantau TTV dan CVP

Takikardia dan hipertensi manifestasi


umum

Auskultasi paru dan bunyi jantung

Buyi nafas adventisius dan bunyi jantung


ekstra (s3)

Perhatian adanya distensi vena leher atua Tanda dekompensasi jantung / GJK
perifer
Pantau Kec infuse dan cairan parental Bolus carian tiba-tiba lavid menimbulkan
kelebihan beban volume cairan atau resiko

secara ketat

terhadap dekompensasi jantung.


Keterbatasan cadangan jantung

Tingkatkan

tirah

baring

jadwalkan mengakibatkan kelelahan / intoleransi

perawatan untuk memberikan periode aktivitas.


istirahat sering

Anda mungkin juga menyukai