Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

Katarak Senilis Matur OD + Katarak Senilis Immatur OS


Oleh :
Andre Indrajaya, dr.

PUSKESMAS LARANGAN
CIREBON
2014

PENDAHULUAN
Katarak merupakan penyebab kebutaan terbesar di Indonesia. Berdasarkan
survey nasional tahun 1996, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dengan
0,78% dari populasi nasional atau 52% dari jumlah penduduk yang mengalami
kebutaan adalah akibat katarak.1
Katarak adalah segala bentuk kekeruhan pada lensa mata, baik sedikit maupun
menyeluruh, namun secara klinis katarak digunakan untuk kekeruhan lensa yang
mempengaruhi ketajaman penglihatan. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, namun dapat juga akibat kelainan
kongenital, penyulit penyakit mata lain, dan kelainan sistemik atau metabolik.2
Salah satu faktor risiko utama dari katarak adalah paparan sinar matahari.
Radiasi sinar UVB akan menimbulkan radikal bebas pada lensa mata sehingga dapat
menyebabkan kekeruhan pada lensa. Sementara itu Kota Cirebon memiliki iklim
tropis dengan curah hujan 1.351 mm per tahun dengan hari hujan 86 hari. Hal ini
menandakan bahwa Kota Cirebon memiliki suhu udara yang cukup terik dan paparan
sinar matahari yang hampir selalu terus menerus.
Pengobatan katarak adalah dengan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa intra okular. Dengan
peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan
sesudah operasi, diharapkan penanganan katarak dapat lebih diperluas sehingga
prevalensi kebutaan di Indonesia dapat diturunkan.2

CASE REPORT

KETERANGAN UMUM
Nama

: Ny. I

Umur

: 60 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Pamengkang, Cirebon

Tanggal Pemeriksaan : 22 Juli 2014


ANAMNESA
Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata buram
Anamnesa Khusus :
Pasien datang ke poliklinik lansia Puskesmas Larangan dengan keluhan
penglihatan kedua matanya buram secara berangsur-angsur. Keluhan dirasakan
semakin memburuk sejak 3 minggu SMRS. Penglihatan buram terutama dirasakan
pada mata kanan. Keluhan didahului dengan adanya

penglihatan seperti

berasap/berkabut. Penderita merasa melihat lebih jelas di tempat yang teduh.


Keluhan tidak disertai dengan mata merah, nyeri, gatal, sakit kepala, mual dan
muntah. Riwayat mata merah, benturan atau luka, bercak putih dimata, dan penyakit
mata sebelumnya disangkal. Riwayat sering minum obat-obatan dan jamu-jamuan
dalam jangka waktu yang lama disangkal. Pasien belum pernah memakai kacamata
dan operasi mata sebelumnya. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 7 tahun
terakhir (150/90 mmHg), tetapi tidak mendapat terapi untuk hipertensinya. Pasien
memiliki riwayat sakit maag, sedangkan untuk kencing manis disangkal. Riwayat
penyakit serupa pada keluarga disangkal. Untuk keluhan sakit matanya ini pasien
belum pernah berobat.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum

: Compos mentis, tampak sakit ringan

Tanda Vital

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi

: 72 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: afebris

Kepala

: Mata

: lihat pemeriksaan ophtalmologis

Hidung : sekret hidung (-)


Telinga : sekret telinga (-)
Mulut : faring : hiperemis (-)
Leher

: DBN

Thorax

: DBN

Abdomen

: DBN

Ekstremitas

: DBN

Pemeriksaan Optahlmologis
I.

Pemeriksaan Subjektif
Visus
VOD : 1/300

II.

VOS

: 3/60

Pemeriksaan Objektif
Inspeksi
OD
Orthotropia

OS
Orthotropia

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

t.a.k
Tenang
Tenang
Tenang

t.a.k
Tenang
Tenang
Tenang

tarsalis Tenang

Tenang

Muscle balance
Pergerakan Bola Mata

Duksi

Versi
Sillia
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Konjungtiva
tarsalis
superior
Konjungtiva

inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
Pupil
Iris
Lensa

Tenang
Jernih
Sedang
Hitam, bulat, d 3mm

Tenang
Jernih
Sedang
Hitam, bulat, d 3mm

RC(+/+)
Coklat, sinekia (-)
Keruh
seluruhnya,
shadow test (-)

RC(+/+)
Coklat, sinekia (-)
Keruh sebagian
Shadow test (+)

Pemeriksaan Biomikroskop (slit lamp) OD/OS


Tidak dilakukan

5
Pemeriksaan Funduskopi
Tidak dilakukan
Pemeriksaan TIO Palpasi
OD

OS

RINGKASAN/RESUME
Seorang pasien bernama Ny.I, usia 60 tahun, datang dengan keluhan utama
penglihatan kedua mata buram secara berangsur-angsur, terutama dirasakan pada mata
kanan yang semakin memburuk 3 minggu SMRS. Keluhan didahului dengan adanya
penglihatan seperti berasap/berkabut.
Keluhan mata merah (-), nyeri, gatal (-), sakit kepala, mual dan muntah (-).
Riwayat mata merah(-), benturan atau luka (-), bercak putih dimata(-), penyakit mata
sebelumnya (-), minum obat-obatan dan jamu-jamuan dalam jangka waktu lama (-),
memakai kacamata (-), operasi mata (-). Riwayat hipertensi yang tidak terkontrol (+).
Riwayat kencing manis (-), penyakit serupa pada keluarga (-). Untuk keluhan sakit
matanya ini pasien sudah berobat ke dokter umum dan diberi obat tetes mata.
Pada pemeriksaan opthalmologi yang dilakukan kepada Ny. I didapat visus
pada mata kanan 1/300 dan mata kiri 3/60. Muscle balance orthotropia dan
pergerakan bola mata baik duksi pada kedua mata maupun versi baik. Cilia dan
apparatus lakrimalis pada kedua mata tidak ada kelainan. Palpebra superior dan
inferior, konjungtiva tarsalis superior dan inferior, dan konjungtiva bulbi pada kedua
mata tenang, kornea jernih, kedalaman bilik mata depan sedang, bentuk pupil bulat
reguler dengan diameter 3 mm dan refleks cahaya positif, iris warna coklat dan
sinekhia negatif pada kedua mata. Lensa mata kanan keruh seluruhnya, warna putih
dan lensa mata kiri keruh sebagian, warna putih keabu-abuan. Shadow test negatif
pada mata kanan dan positif pada mata kiri. Tekanan intra okular palpasi pada kedua
mata normal. Pemeriksaan slit lamp tidak dilakukan. Funduskopi tidak dilakukan.
DK /

OD : Katarak senilis matur


OS : Katarak senilis imatur

PENATALAKSANAAN

6
1. Umum :
- Informed consent
2. Khusus
- Rujuk Sp. M RSUD Gunung Jati dengan rencana operasi ECCE dan
pemasangan IOL pada mata kanan
PROGNOSA

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

PEMBAHASAN
Pasien didiagnosis katarak senilis matur OD dan katarak senilis imatur OS
dengan keluhan utama penurunan fungsi penglihatan. Secara epidemiologi, katarak
merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55 tahun atau lebih.3
Hal lain yang mendukung ke arah diagnosis katarak adalah didapatkannya
keluhan adanya penglihatan buram pada kedua mata yang dirasakan makin lama
makin memburuk yang diawali dengan keluhan penglihatan seperti terhalang
kabut/asap ketika melihat benda. Lensa mata yang transparan akan mampu
memfokuskan cahaya tepat jatuh pada bintik kuning sehingga objek dapat terlihat

7
dengan jelas. Bila lensa mata kehilangan kejernihannya maka penglihatan akan
menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali.3
Mengingat pasien ini telah berusia > 50, maka diagnosis yang tepat
berdasarkan klasifikasi usia terjadinya katarak adalah katarak senilis. Secara umum,
berdasarkan usia terjadinya, katarak dapat diklasifikasikan dalam:2
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu:2
1. Stadium Insipien
2. Stadium Immatur dan Intumesen
3. Stadium Matur
4. Stadium Hipermatur
5. Stadium Morgagni.

Berikut ini tercantum perbedaan yang ditemukan pada tiap stadium katarak
senile :2
Insipien
Visus
Kekeruhan
Cairan lensa

Ringan
Normal

Immatur
6/9-FC
Sebagian
Bertambah
(air masuk)
Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

lensa keluar)
Tremulans
Dalam

Sempit

Normal

Terbuka
Pseudopositif
Uveitis+glaukoma
Fundus refleks (-)

Iris
Bilik

mata

Normal
Normal

depan
Sudut

bilik

Normal

Matur
HM-PL
Seluruh
Normal

Hipermatur
HM-FC
Masif
Berkurang(air+massa

mata
Shadow test
Penyulit
Funduskopi

Normal
Fundus

Positif
Glaukoma
Fundus

Negatif
Fundus

direct

refleks (+)

refleks (+)

refleks (-)

Bila dibandingkan dengan tabel di atas, hasil pemeriksaan oftalmologi pada


mata kanan (OD) pasien ini lebih mengarah pada diagnosis katarak senilis matur
sedangkan pada mata kiri didiagnosis katarak senilis immatur.
Dengan demikian, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis katarak
senilis matur OD pada pasien ini ditegakkan karena diperoleh data :

Pasien berusia 60 tahun

Penglihatan kedua mata buram secara berangsur-angsur

Keluhan terutama dirasakan pada mata kanan

Keluhan didahului penglihatan seperti berasap/berkabut

Visus OD 1/300, pin-hole tidak maju

Lensa keruh seluruhnya, warna putih

Shadow test (-)

Fundus refleks (-)

Diagnosis katarak senilis imatur OS ditegakkan karena didapatkan data:

Pasien berusia 60 tahun

Penglihatan kedua mata buram secara berangsur-angsur

Keluhan didahului penglihatan seperti berasap/berkabut

Penglihatan lebih jelas di tempat yang teduh

Visus OS 3/60, pin-hole tidak maju

Lensa keruh sebagian, warna putih keabu-abuan

Shadow test (+)

Fundus refleks (+)

Perubahan kacamata dengan penambahan kekuatan atau dengan memakai kaca


pembesar dapat mengatasi sementara penglihatan yang berkurang akibat katarak.
Namun,

pembedahan dengan membersihkan atau mengangkat lensa yang keruh

(katarak) dan mengganti dengan lensa pengganti merupakan tindakan pengobatan


terhadap katarak.3

9
Secara umum, terdapat 4 teknik pembedahan katarak, yaitu Extra Capsular
Cataract Extraction (ECCE) dengan Posterior Chamber Lens Implantation, Intra
Capsular Cataract Extraction (ICCE), Pars Plana Lensectomy (pada anak yang masih
sangat muda) dan Phacoemulsification with Foldable Intra Ocular Lens. Teknik
bedah katarak yang umumnya dilakukan adalah Extra Capsular Cataract Extraction
(ECCE) dengan Posterior Chamber Lens Implantation. Phacoemulsification
merupakan teknik ECCE baru dimana lensa yang keruh dikeluarkan melalui sayatan
minimal sekitar 2-3 mm sehingga tidak diperlukan jahitan. Namun, teknik bedah
terbaru ini masih cukup mahal sehingga penggunaannya pun sangat terbatas.3
Berikut ini adalah perbedaan antara teknik ECCE dan ICCE :2,4
ECCE
Nukleus dikeluarkan dari Lensa

Pengeluaran lensa

kapsul dan korteks disedot

Kapsul

posterior

dan Intak

ICCE
dikeluarkan

utuh

beserta kapsulnya

Dikeluarkan

zonula zinii
Insisi
Iridektomi perifer

Lebih kecil (8mm)


Tidak dilakukan

Waktu yang terpakai


Penanaman IOL
Tingkat kesulitan
Biaya
Komplikasi yg meningkat

pupilary block glaucoma)


Lama
Singkat
Bilik mata belakang
Bilik mata depan
Lebih sulit
Lebih mudah
Lebih mahal
Lebih murah
Posterior
Capsular
Prolaps vitreous
Opacification

Lebih besar (10mm)


Dilakukan
(mencegah

CME

Endopthalmitis

Glaukoma afakia

Glaukoma
neovaskular

pada

PDR
Komplikasi yang menurun
Indikasi

Semua komplikasi ICCE


PCO
Semua jenis katarak kec

Dislokasi

ada KI tertentu

subluksasi lensa

dan

Uveitis kronis yang


diinduksi

oleh

10
lensa

Hypermature
shrunken Cataract

Kontraindikasi

Benda

asing

intraokuler
Dislokasi dan subluksasi Usia < 35 tahun
lensa

Penatalaksanaan utama katarak pada pasien ini adalah dengan ekstraksi


katarak melalui tindakan bedah dengan teknik ECCE yang diikuti dengan penanaman
IOL (Intra Ocular Lens). Pada metoda ECCE, isi lensa diangkat dengan memecah
atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat
keluar melalui robekan tersebut. Bedah cara ini mengurangi penyulit yang sering
terjadi pada ICCE. Dengan teknik ini sayatan lebih kecil, 10 - 11mm (sayatan ICCE
14-15 mm), sedikit jahitan dan waktu penyembuhan yang lebih pendek.3,5
Sebelum dilakukan Ekstraksi katarak melalui tindakan bedah yang dilanjutkan
dengan penanaman IOL, perlu dilakukan pemeriksaan biometri, untuk mengetahui
power dari lensa IOL yang akan ditanamkan. Pemeriksaan biometri ini menggunakan
alat biometer dan keratometer. 6
Dengan ultrasound A Scan Biometer dapat diketahui panjang bola mata dari
kornea sampai bintik kuning dalam millimeter (L). Sedangkan kelengkungan kornea
diukur dengan keratometer yang dikonversikan dalam Dioptri (K). Dengan formula P
= A 2,5L 0,9K, dengan nilai A merupakan nilai konstan yang sudah ditetapkan
pada setiap IOL, maka power pada IOL dapat diketahui.6
Pada kasus ini terapi operatif hanya dilakukan pada mata kanan. Indikasi yang
dijadikan landasan dilakukannya terapi operatif adalah indikasi optik. Dalam indikasi
optik, terapi operatif dilakukan bila ketajaman penglihatan sangat menurun, dan
mengganggu kegiatan sehari-hari. Namun, tidak ada batas khusus visus untuk menjadi
indikasi operasi. Penentuan waktu operasi lebih tergantung pada keperluan
penglihatan pasien.3
Pada pasien ini didapatkan penurunan tajam penglihatan yang sangat
mencolok pada mata kanan, yaitu 1/300, dan hal ini mengganggu kegiatan pasien

11
sehari-hari. Sedangkan pada mata kiri, penurunan ketajaman penglihatan 3/60 tanpa
disertai komplikasi glaukoma. Dengan visus OS 3/60, diperkirakan pasien tidak akan
mengalami gangguan penglihatan yang terlalu berat dalam melakukan kegiatannya
sehari-hari sehingga tidak perlu dilakukan operasi ekstraksi pada mata kiri untuk saat
ini.
Setelah pembedahan pasien akan mengalami kehilangan kemampuan
akomodasi, maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan (berupa lensa
yang ditanam dalam mata, lensa kontak atau kacamata). Pada pasien ini yang
digunakan adalah penanaman lensa buatan ke dalam mata.2,3
Prognosis katarak pada pasien ini apabila diterapi dengan tepat jarang
menyebabkan kematian, sehingga quo ad vitamnya ad bonam. Sedangkan prognosa
quo ad functionam pada pasien ini dubia ad bonam. Hal ini di pengaruhi oleh hasil
dari terapi bedah yang disertai dengan penanaman IOL, dan juga penyakit hipertensi
yang dimiliki oleh pasien. Katarak dapat menyebabkan kebutaan apabila tidak diterapi
dengan tepat, Pada pasien ini, katarak yang diderita oleh pasien telah menyebabkan
gangguan fungsi penglihatan yang cukup berat. Namun, bila dilakukan operasi
ekstraksi dan diikuti dengan penanaman IOL, maka prognosa quo ad functionamnya
ad bonam. Namun dari anamnesis didapatkan adanya riwayat tekanan darah tinggi
sejak 7 tahun terakhir dan tidak diobati, sehingga masih mungkin terjadi komplikasi
retinopati dan gangguan organ lainnya akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Setiohadji, B., Community Opthalmology. Cicendo Eye Hospital/Dept. of
Opthalmology Medical Faculty of Padjadjaran University. 2006
2. Ilyas, Prof. Sidarta,dr., SpM. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
3. Ilyas, Prof. Sidarta,dr.,DSM. 2003. Katarak (Lensa Keruh). Jakarta : FKUI
4. Vaughan DG, Asbury T, rriordan-Eva P. Oftalmologi Umum edisi 14. 2000.
Jakarta: Widya Medika
5. The Eye M.D. Association. 2005. Lens and Cataract Section 11. San Fransisco
: American Academy of Opthalmology
6. Ilyas, Sidarta dkk, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedikteran Edisi ke-2. 2002. Jakarta : Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai