Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Dalam setiap perencanaan Beton, perbandingan-perbandingan antara semen, air, pasir
dan agregat kasar ditentukan sedemikian sehingga dapat menghasilkan beton yang mudah
dikerjakan, awet serta memenuhi persyaratan kekuatan tekan. Persyaratan-persyaratan itu
harus dicapai dengan memperhatikan data serta kondisi yang dijumpai pada tahap
permulaan perencanaan campuran tersebut.
Metoda yang akan diuraikan bagi penentuan proporsi unsur pembuatan beton dalam
praktikum ini, yaitu Trial Mix atau adukan uji coba, berdasarkan cara yang
dikembangkan oleh Texas AM University, Negara bagian Texas, USA. Metoda ini praktis
dalam perhitungan dan mengingat kondisi lingkungan Negara Texas yang hampir serupa
dengan Indonesia, maka cara ini merupakan salah satu alternative bagi metoda perencanaan
adukan Beton.

1.2.

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada laporan ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai antara lain:
1.

Merencanakan komposisi beton yang menghasilkan suatu Beton dengan mutu


yang baik, serta mengetahui teknis pelaksanaannya.

1.3.

2.

Membedakan dan menganalisa mutu Beton.

3.

Mengenal alat-alat rekayasa sipil.

4.

Sebagai dasar dan pengenalan tentang pekerjaan nyata di lapangan.

RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH


Konsep tentang perencanaan beton akan dibatasi sesuai dengan sistematika
permasalahan, antara lain:
a.

b.

Menentukan sifat-sifat bahan pembuat beton:


-

Semen

Agregat halus (Pasir)

Agregat Kasar (Kerikil)

Air
Perencanaan campuran beton:

Penentuan

komposisi

bahan

berdasarkan

kekuatan

rencana beton
c.

1.4.

Pemeriksaan kualitas adukan beton


Pemeriksaan kekuatan hancur benda uji beton:

Penentuan tegangan hancur

Penentuan standar deviasi

Perhitungan kekuatan karakteristik beton

METODELOGI PENGUJIAN
Metodelogi pada pengujian dan penyusunan laporan praktikum ini adalah:
1. Study Literatur.
Mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan ruang lingkup dari pelaksanaan
praktikum, sehingga diperoleh pengetahuan dasar untuk pengelolaan data dan
pemecahan masalah.
2. Pengukuran dan pengujian.
Pengukuran dan pengujian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara teori dan
hasil praktikum.

1.5.

SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Pada sub-bab ini diberikan uraian singkat mengenai sistematika penulisan, sehingga
dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal apa saja yang akan diuraikan dalam
bab-bab berikutnya.
Konsep dalam laporan ini, lebih ditekankan pada sistematika dan teknis pelaksanaan
dengan acuan teori-teori dan referensi atau hand out dari Asisten Dosen yang mendukung
terhadap permasalahan yang akan diangkat yaitu, mengenai perencanaan beton dalam
rekayasa sipil dengan mutu dan kualitas yang direncanakan, yang tentunya sesuai dengan
kerangka laporan yang diberikan oleh Asisten Dosen.
Laporan Praktikun ini disusun dalam Tiga Bab. Pembahasan pertama dimulai dengan
Pendahuluan sebagai bab pertama yang memuat latar belakang permasalahan, maksud dan
tujuan, ruang lingkup dan pembatasan masalah, metodelogi penelitian, serta sistematika
pembahasan. Selanjutnya pada bab kedua dijabarkan Teori Penunjang Praktikum mengenai
unsure-unsur bahan campuran beton dan perencanaan beton. Sedangkan pada bab tiga

diuraikan mengenai pelaksanaan praktikum mulai dari Pertama (modul-1) sampai dengan
Terakhir (modul-15).
BAB II
TEORI PENUNJANG PRAKTIKUM
Beton merupakan suatu campuran antara air, semen, agregat halus dan kasar, dengan
tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan yang membentuk beton harus
ditetapkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan,
memenuhi kekuatan tekan rencana setalah mengeras dan cukup ekonomis.
2.1. UNSUR-UNSUR BAHAN CAMPURAN BETON
2.1.1.

Semen
Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika
dicampur dengan air, maka semen akan menjadi pasta. Dengan proses waktu dan
panas, reaksi kimia terjadi dengan air, menghasilkan sifat perkerasan pda pasta
semen.

2.1.2. Agregat:
Agregat (pasir + krikil) merupakan bahan pengisi. Untuk beton yang ekonomis,
campuran harus dibuat sebanyak mungkin agregatnya. Agregat yang dapat dipakai
untuk beton harus memenuhi syarat-syarat:
1. Agregat tersebut bersih.
2. Keras.
3. Bebas dari sifat penyerapan secara kimia.
4. Tidak bercampur dengan tanah liat/Lumpur.
5. Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
2.1.3. Air Untuk Adukan Beton:
Air yang dapat diminum dapat digunakan untuk air adukan beton, akan tetapi air
yang dapat digunakan untuk adukan beton tidak berarti dapat diminum.
2.2.

PERENCANAAN BETON

Seperti telah diuraikan, beton merupakan adukan/campuran antara semen, pasir


(agregat halus), krikil (agregat kasar) dan air. Proporsi dari bahan pembentuk beton ini
harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga terpenuhi syarat-syarat:
1. Kekenyalan

tertentu

yang

memudahkan

adukan

beton

ditempatkan

pada

cetakan/bekisting (workability) dan kehalusan muka (finishability) beton basah.


2. Kekuatan rencana dan ketahanan (Durability) pada kondisi beton setelah mengeras.
3. Ekonomis dan Optimum dalam pemakaian semen.
Sebelum digunakannya tabel-tabel atau grafik untuk menentukan pembuatan Trial
Mix beton, beberapa syarat yang perlu dipenuhi adalah:
1. Gradasi/distribusi ukuran agregat harus berada didalam batas-batas yang ditetapkan
2. Telah ditetapkan terlebih dahulu:
a. Ukuran terbesar krikil (agregat kasar) yang akan digunakan.
b. Specific gravity dari agregat kasar.
c. Specific gravity dari agregat halus.
d. Berat satuan agregat kasar (dry-rodded unit weight).
e. Modulus Kehalusan (finenes modulus) agregat halus.
Perencanaan campuran beton yang dilakukan berdasarkan rumusan, tabel atau grafik
menurut ketentuan rumusan yang pada metode ini adalah:
a.

W/C ratio (factor air semen) merupakan perbandingan berat air dengan berat semen.

b.

Slump sebagai ukuran kekenyalan adukan beton.

c.

Ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan sesuai dengan ketentuan
dalam kemudahan pelaksanaan pengecoran dan syarat monotil beton.

d.

Dalam perencanaan adukan, berat air rencana dan prosentase adanya udara yang
terperangkap, ditetapkan berdasarkan besarnya slump rencana dan ukuran maksimum
agregat kasar yang digunakan.

e.

Volume rencana agregat kasar untuk setiap unit volume beton berdasarkan berdasarkan
ukuran maksimum agregat dan modulus elasitasnya.

2.3.

PROSEDUR PERENCANAAN
Prosedur perencanaan adukan beton terdiri dari beberapa tahap pekerjaan :
1. Menentukan Konsistensi beton dengan slump rencana.
2. Menetapkan ukuran maksimum agregat kasar yang dipakai.

3. Berdasarkan nilai slump dan ukuran agregat rencana, dapat diperoleh jumlah air untuk
setiap m3 beton, dan persentase udara yang terperangkap.
4. Dari dua penentuan nilai W/c ratio : yang masing-masing diperoleh atas batasan sifat
ketahanan beton terhadap lingkungan dan atas kekuatan rencana beton, gunakan nilai
W/C ratio yang bernilai lebih kecil bagi perencanaan.
5. Jumlah semen dihitung dengan membagi besaran jumlah air yang diperoleh pada
langkah 3 dengan nilai W/C ratio.
6. Dengan besaran diameter maksimum agregat kasar dan nilai modulus kehalusan
agregat halus rencana, didapatkan persentase volume agregat kasar/m3 beton.
7. Volume agregat halus ( pasir ) dihitung dari selisih volume total beton ( volume semen
+ volume agregat kasar + volume air dan udara yang terperangkap ) dengan nilai
spesific grafity yang diketahui.
8. Jumlah unsur adukan untuk jumlah kubikasi beton tertentu dihitung atas dasar jumlah
perlu bagi pengecoran.
9. Untuk kondisi lapangan modifikasi bagi konsistensi W/C ratio disesuaikan dengan sifat
bahan.
2.4.

PEMERIKSAAN MUTU BETON DAN MUTU PELAKSANAAN


Selama pelaksanaan pekerjaan beton, mutu beton dan kualitas pekerjaan harus diperiksa
bersinambung dari hasil hasil pemeriksaan benda uji. Untuk setiap m 3 beton harus dibuat
satu benda uji pada permulaan konstruksi.
Mutu pelaksanaan diukur dari deviasi standar. Rumusan untuk mendapatkan nilai
deviasi standar adalah :
N

( '

'bm ) 2

s =

N 1

Hal mana :
s = Deviasi standar ( kg /cm2 )

'

= Kekuatan tekan beton yang didapat dari masingmasing benda uji (kg/cm2 )

'bm
= Kekuatan tekan beton rata rata ( kg /cm2 )
Menurut rumus :
N

'

'bm
=

N= Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan yang harus diambil minimum 20 buah.
Hubungan antara tegangan beton karakteristik dengan kekuatan tekan beton dinyatakan
oleh rumus :

'

bk

'bm 1,64.S

Untuk mendapatkan kekuatan tekan rencana beton dengan menetapkan lebih dahulu
kekuatan rencana karakteristiknya, rumusan :

'

bm

'bk 76

Dapat dipergunakan sebagai patokan untuk kekuatan tekan beton rencana bagi
perhitungan komposisi benda uji coba.

BAB III
URAIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pada bab ini akan dibahas mengenai praktikum-praktikum yang telah dilaksanakan di
Laboraturium Teknik Sipil UNJANI. Pengujian yang dilaksanakan antara lain:
1. Pemeriksaan berat volume agregat
2. Analisa saringan agregat kasar dan halus
3. Pemeriksaan bahan lolos saringan No 200
4. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
5. Pemeriksaan kadar air agregat
6. Analisa specific-Grafik dan penyerapan agregat kasar
7. Analisa specific-Grafik dan penyerapan agregat halus
8. Perencanaan campuran beton
9. Pelaksanaan campuran
10. Percobaan slump beton
11. Pemeriksaan berat isi beton
12. Pemeriksaan kekuatan tekan beton
13. Analisa kekuatan tekan beton karakteristek : bk

Anda mungkin juga menyukai