Anda di halaman 1dari 47

KARYA TULIS ILMIAH

BAGIAN ISI
A. Pengertian Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata satu (SI) sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Karya ilmiah tersebut berisi proses dan hasil penelitian,
baikpenelitian studi pustaka maupun penelitian lapangan. Agar diakui keilmiahannya,
kebenarannya harus dipertanggungjawabkan di depanpenguji skripsi. Kebenaran di sini, yakni
kebenaran prosesnya maupun hasilnya (temuan). Tugas penyusunan skripsi merupakan salah
satu syarat bagi mereka yang akan mendapatkan gelar akademik dalam salah satu bidang ilmu
yang menjadi keahliannya dalamprogram studi yang dipilihnya.
Objek kajian skirpsi hendaknya sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari di perguruan
tinggi.Maksudnya, untuk memantapkan, mengembangkan dan menemukan ilmu-ilmu yang
relevan dengan bidang disiplinnya.Hal tersebut dilakukan sesuai dengan tridarma perguruan
tinggi, yakni pengabdian, pendidikan, dan penelitian.
Mahasiswa yang sedang menyiapkan diri untuk melakukan penelitian dan penulisan
skripsi dituntut untuk melakukan penelaahan terhadap berbagai bahan bacaan, termasuk skripsi
yang telah ditulis oleh pendahulunya, dan bagi penelitian lapangan harus melakukan observasi.
Tanpa masukan dari unsur-unsur lain, penelitian akan susah dilaksanakan. Cara demikian, dapat
membuka wawasan, menambah pengetahuan, dan dapat memeperlancar pembuatan skripsi.
B. Bagian-Bagian Skripsi
Seperti halnya laporan penelitian lainnya, skripsi juga terdiri atas tiga bagian, yakni bagian
pelengkap pendahuluan (suplemen awal), bagian isi (naskah skripsi), dan bagian penutup
(suplemen akhir). Bagian awal biasanya mencakup: halaman judul, halaman
pengesahan, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, daftar lampiran, dan daftar lainnya.
Bagian isi mencakup:
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan/ Manfaat Penelitian

E. Kerangka Berpikir
F. Prosedur Penelitian.

Uraian berikut akan difokuskan pada bagian inti bab ke-1 yang meliputi: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka berpikir, dan
langkah-langkah penelitian (metodologi).
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah dipaparkan secara deduktif atau dari umum ke khusus.Dalam paparan
tersebut harus ada kesenjangan antara harapan atau seharusnya dengan kenyataan, baik
kesenjangan teoretis maupun kesenjangan praktis (berdasarkan fakta) yang melatarbelakangi
masalah yang diteliti.Dalam latar belakang ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil peneletian,
simpulan seminar ilmiah, pengalaman, maupun pengamatan pribadi yang terkait dengan masalah
yang diteliti. Dalam latar belakang dikemukakan, mengapa usulan kegiatan itu perlu
dilaksanakan.
Untuk menjawab keingintahuan peneliti mengungkapkan suatu gejala / konsep / dugaan /
menerapkan suatu tujuan. Di sisii lain dikemukakan pula bagaimana cara atau metode
melakukan kegiatan. Kemukakan hal-hal yang mendorong / argumentasi pentingnya dilakukan
penelitian.Di samping itu, dikemukakan juga prediksi hasil kegiatan penelitian. Uraikan proses
dalam mengindentifikasikan masalah penelitian.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan
yang ingin dicarikan jawabannya.Ia merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai
ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan
variabel-variabel yang akan diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut.
Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian.Isi dan
rumusan tujuan mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian.Tujuan penelitian dirumuskan
dengan kalimat pernyataan.

.D. Kegunaan/ Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian adalah sesuatu yang bisa dirasakan dan dilaksanakan. Manfaat penelitian
mampu memberikan kontribusi hasil penelitian pada pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengembangan pembangunan, dan kelembagaan. Dengan demikian hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi mata rantai terhadap penelitian sebelum dan setelah berakhirnya
penelitian.Hal ini bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Manfaat penelitian terbagi dua,
yakni manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis.

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori tertentu atau yang disebut dengan
penelitian verifikatif. Adanya keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang terlibat tidak
dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah dihadapi. Dilakukannya pengujian
atas teori tersebut bisa melalui penelitian secara empiris serta hasilnya dapat menolak ataupun
mengukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan.
2.

Manfaat praktis

Di lain sisi, penelitian juga berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua lembaga
yang bisa kita jumpai dalam masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun lembaga swasta,
sadar akan manfaat tersebut dengan menempatkan suatu penelitian dan juga pengembangan
sebagai bagian integral organisasi.

Kedua manfaat tersebut adalah syarat untuk dilakukannya sebuah penelitian yang telah
dinyatakan di dalam desain atau rancangan penelitian.
E.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan bagian pokok dalam penelitian.Bisri (2003: 44) mengatakan,
kerangka berpikir dapat berupa kerangka teori dan dapat pula berbentuk kerangka penalaran
logis. Dalam bahasa Inggris, kerangka berpikir biasa disebut rationale, maksudnya
merasionalkan penelitian kita mulai proses sampai hasil yang didapatkan dapat dimengerti atau
masuk akal. Di dalamnya dibahas pula kerangka teori yang merupakan uraian ringkas tentang
teori yang digunakan dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kerangka berpikir:
1. Usahakan pustaka terbaru, relevan dan asli dari jurnal ilmiah
2. Uraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan & mendasari penelitian yang
akan dilakukan.
3. Menguraikan teori, temuan & bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan, yang dijadikan
landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan.
4. Merupakan landasan untuk menyusun kerangka / konsep yang akan digunakan
5. Mengacu pada daftar pustaka.

F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian lazim juga disebut prosedur penelitian atau metodologi penelitian.
Secara garis besar, langkah-langkah penelitian mencakup: penentuan metode penelitian,

penentuan jenisdata yang akan dikumpulkan, penentuan sumber data yang akan digali, cara
pengumpulan data yang akan digunakan, dan cara pengolahan dan analisis data yang akan
ditempuh. Langkah-langkah tersebut bergantung pada masalah dan tujuan penelitian yang telah
ditentukan sebelumnya (Bisri, 2003:56)
1. Metodologi dan Metode dalam Penelitian
Metodologi dan metode, hanya beda tipis sepertinya. Ketika dicari perbedaannya, pasti mudah,
karena dari kata saja sudah berbeda.Namun masih banyak yang mencampuradukkan
keduanya.Di buku-buku penelitian, keduanya masih sering digunakan secara asal. Lalu apa sih
sebenarnya perbedaan metodologi dan metode penelitian?

Pada cover buku penelitian, kita sering menyaksikan tulisan Metodologi Penelitian Kualitatif,
Metode Analisis Data Kuantitatif, Metode Survey, Metodologi Sampling Kuantitatif,
Metode Kualitatif Sosial dan sejenisnya. Mana diantara judul bukku tersebut yang tepat dan
yang belum benar?Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita lanjutkan dulu pembahasannya.
Metodologi jelas terdiri dari dua kata, method dan logos, yang artinya ilmu tentang metode.
Berbeda dengan metode yang hanya terdiri dari satu kata, method, yang artinye metode atau
cara.
Methodology didefinisian sebagai a set of system of method, principles and rules of regulating a
given discipline (dictionary.com/methodology). Sedangkan method artinya: a procedure,
technique, or way of doing somethings, especially in accordance with a definite plan
(dictionary.com/method).
Metodologi lebih bersifat general.Metodologi adalah sistem panduan untuk memecahkan
persoalan, dengan komponen spesifiknya adalah bentuk, tugas, metode, teknik dan alat.Dengan
demikian, metode berada di dalam metodologi, atau dengan kata lain, metode lebih berkenaan
dengan teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam metodologi.Dalam konteks penelitian,
yang termasuk metode adalah teknik penggalian data, teknik pengolahan data, penentuan
populasi serta sampel dan sejenisnya. Pada umumnya, penelitian dapat diartikan sebagai salah
satu proses analisis dan pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara sistematis dan juga
logis untuk mencapai sustu tujuan tertentu tertentu.

2. Macam-macam penelitian
a. Macam-macam penelitian berdasarkan cara pendekatan
Penelitian merupakan suatu proses untuk mencari kebenaran yang bisa menghasilkan dalil atau
hukum. Selain itu penelitian juga merupakan proses untuk memecahkan suatu masalah dengan

berdasarkan data yang didapat dari lapangan. Untuk permasalahan penelitian ini terdapat dua
bentuk teknik penelitian yaitu :
1) Penelitian Kuantitatif
Penelitian ini merupakan penelitian ilmiah. Sehingga penelitian ini menggunakan metode ilmiah
yang mempunyai kriteria seperti : bebas prasangka, berdasarkan fakta, menggunakan hipotesa,
menggunakan prinsip analisa, menggunakan ukuran objektif dan juga menggunakan data
kuantitatif.
2) Penelitian Kualitatif
Penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya non ilmiah yang mana datanya bersifat
kualitatif.Jadi penelitian ini bukanlah penelitian yang ilmiah melainkan penelitian yang sifatnya
alamiah.
b. Macam penelitian bersarkan fungsinya
Penelitian ini secara umum memiliki dua fungsi yang utama yaitu dengan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan juga
memperbaiki praktek. Pada dasarnya penelitian di sini bisa dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
1) Penelitian Dasar
Penelitian dasar atau yang biasa disebut dengan penelitian murni maupun pokok ini merupakan
penelitian yang diarahkan kepada pengujian teori dengan sedikit atau malah tidak sama sekali
menghubungkan hasilnya untuk keperluan praktek. Penelitian dasar dikerjakan tanpa harus
memikirkan ujung praktis ataupun titik terapan, sementara hasil dari penelitiannya yaitu berupa
pengetahuan umum serta pengertian mengenai hubungan-hubungannya.
2) Penelitian Terapan
Penelitian terapan ini pada dasarnya berkenaan dengan kenyataan praktis serta pengembangan
pengetahuan yang didapatkan oleh penelitian dasar di kehidupan nyata.
3) Penelitian Evaluatif
Penelitian ini difokuskan kepada kegiatan dalam unit tertentu dan kegiatan tersebut bisa berupa
proses maupun hasil kerja, program. Sementara untuk unit bisa berupa organisasi, tempat
ataupun suatu lembaga.

c. . Macam-macam penelitiian berdasarkan berdasarkan tujuannya

1) Penelitian Deskriptif
Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan suatu keadaan secara apa adanya. Jadi di sini
peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap objek penelitian.
2) Penelitian Prediktif
Penelitian ini ditujukan untuk memperkirakan mengenai apa yang akan terjadi dengan
berdasarkan hasil dari analisis kondisi sekarang.
3) Penelitian Importif
Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan, memperbaiki dan menyempurnakan
keadaan.
4) Penelitian Eksplanatif
Penelitian ini ditujukan untuk memberi penjelasan mengenai hubungan antar fenomena variabel.
Penelitian ini berupaya untuk mencari korelasi di antara hal tersebut.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian yaitu sumber subjek dari tempat mana data bisa didapatkan. Jika peneliti
memakai kuisioner atau wawancara didalam pengumpulan datanya, maka sumber data itu dari
responden, yakni orang yang menjawab pertanyaan peneliti, yaitu tertulis ataupun lisan. Sumber
data berbentuk responden ini digunakan didalam penelitian. Imam Suprayogo mengemukakan
bahwa, type sumber data terlebih didalam penelitian kualitatif bisa diklasifikasi seperti berikut.
a. Narasumber
Narasumber didalam perihal ini yakni orang yang dapat berikan informasi lisan perihal suatu hal
yang ingin kita kenali. Seorang informan mungkin menyembunyikan informasi mutlak yang
dimiliki oleh dikarenakan itu peneliti mesti pandai-pandai menggali data lewat cara membangun
keyakinan, keakraban serta hubungan kerja dengan subjek yang dieteliti di samping terus gawat
serta analitis.
b. Momen
Data atau informasi juga bisa didapatkan melewati pengamatan pada momen atau kegiatan yang
terkait dengan persoalan penelitian. Dari momen atau kegiatan ini, peneliti dapat tahu sistem
bagaimana suatu hal berlangsung dengan lebih jelas dikarenakan melihat sendiri dengan segera.
c.

Area

Informasi kondisi dari lokasi momen atau kegiatan dikerjakan dapat digali melalui sumber

lokasinya, baik adalah area ataupun lingkungannya. dari pemahaman lokasi serta lingkungan,
peneliti dapat dengan cermat membahas serta dengan gawat menarik kemungkinan rangkuman.
d. Dokumen
Dokumen adalah bahan tertulis atau benda yang terkait dengan satu momen atau kegiatan
spesifik. ia dapat adalah rekaman atau dokumen tertulis seperti rekaman, database, surat, arsip,
gambar, benda peninggalan yang terkait dengan satu momen. Banyak momen yang sudah lama
berlangsung dapat di teliti serta dipahami atas dasar dokumen atau arsip.
Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data di dalam penelitian, maka diklasifikasikan
menjadi tiga sisi yang disingkat dengan 3p yakni : person, place, serta paper. Bila dipandang dari
tempat mana sumber data berasal, maka sumber data bisa dibagi jadi sumber data primer serta
sumber data sekunder. Data primer yaitu data penelitian yang didapatkan dengan segera dari
sumber aslinya atau tanpa perantara. Sekunder yaitu data penelitian yang didapatkan dengan
tidak segera melewati media perantara atau didapatkan serta dicatat oleh pihak lain. Penelitian
kuantitatif meletakkan sumber data sebagai objek namun penelitian kualitatif meletakkan sumber
data sebagai subjek yang mempunyai kedudukan mutlak.
.

BAB II
KAJIAN TEORI

Bab ini berisikan uraian tentang teori-teori atau pendapat-pendapat yang relevan dengan masalah
yang dibahas atau diteliti. Bisa saja, penelitian-penelitian terdahulu dapat melatarbelakangi
penulis untuk melakukan penelitian selanjutnya. Dalam bab ini, disertakan alasan-alasan yang
logis. Dengan demikian, penulis dapat menolak, menerima, mempertanyakan, atau menguatkan
teori yang sudah ada. Teori yang dijadikan acuan hendaknya kepustakaan atau hasil penelitian
yang mutahir dengan berusia lima tahun ke belakang, tetapi jikateori lama masih relevan,
pendapat tersebut masih bisa dipakai.
Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai
studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu
berdasarkan riset.Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau
pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru.Penulis harus belajar dan
melatih dirinya untyk mengatasi masalah-masalah yang sulit, bagaimana mengekspresikan
semua bahan dari bermacam-macam sumber menjadi suatu karya tulis yang memiliki bobot
ilmiah.

Relevan dengan bab II, berikut beberapa penjelasan


A. Landasan Teori
Yang dibahas pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilm-ilmu yang diteliti. Penyajian teori
dalam landasan teori dianggap tidak terlalu sulit karena bersumber dari bacaan-bacaan.
Akibatnya terjadilah penyajian materi yang tidak proporsional, yaitu mengambil banyak teori
walaupun tidak mendasari bidang yang diteliti.Jadi seharusnya teori yang dikemukakan harus
benar-benar menjadi dasar bidang yang diteiti. Selain itu, pada bagian ini juga dibahas temuantemuan penelitian sebelumnya yang terkait langsung dengan penelitian. Teori yang ditulis orang
lain atau temuan penelitian orang lain yang dikutip harus disebut sumbernya untuk menghindari
tuduhan sebagai pencuru karya orang lain tanpa menyebut sumbernya. Etika ilmiah tidak
membenarkan seseorang melakukan pencurian karya orang lain.
Cara mengutip karya atau sumber tertulis itu sebagai berikut.
1. Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang penulis, baik yang terdapat dalam
buku, majalah, koran, dan sumber lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Kutipan
digunakan untuk mendukung argumentasi penulis.
Namun, penulis jangan sampai menyusun tulisan yang hanya berisi kumpulan kutipan. Kerangka
karangan, kesimpulan, dan ide dasar harus tetap pendapat penulis pribadi, kutipan berfungsi
untuk menunjang/mendukung pendapat tersebut. Selain itu, seorang penulis sebaiknya tidak
melakukan pengutipan yang terlalu panjang, misalkan sampai satu halaman atau lebih, hingga
pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya adalah kutipan. Kutipan dilakukan seperlunya saja
sehingga tidak merusak alur tulisan.
Kutipan juga bisa diambil dari pernyataan lisan dalam sebuah wawancara, ceramah, ataupun
pidato. Namun, kutipan dari pernyataan lisan ini harus dikonfirmasikan dulu kepada
narasumbernya sebelum dicantumkan dalam tulisan.
Terdapat dua jenis kutipan:
a.

Kutipan Langsung

Kutipan langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat, sesuai teks asli, tidak mengadakan perubahan sama sekali.
Kutipan langsung ada dua macam, yaitu :
1) Kutipan Langsung Pendek.

Kutipan langsung yang terdiri atas tidak lebih dari 3 baris atau tidak lebih dari 40 kata
ditempatkan di dalam paragraf teks karya tulis, tetapi diapit oleh tanda petik dua () diikuti
atau ditutup dengan identitas rujukan.
Contoh :
Tolla (1996:89) menegaskan Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan
komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi yang lain.
Cara yang lain adalah Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan
komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi yang lain. (Tolla,
1996:89).
(2)

Kutipan Langsung panjang.

Kutipan langsung yang terdiri atas lebih dari 3 baris atau lebih dari 40 kata diketik dalam
paragraf tersendiri dengan spasi tunggal yang didahului dan ditutup dengan tanda petik dua
() dan dimulai pada ketukan ketujuh.
Contoh :
Perihal perbedaan metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus diwarnai oleh aktivitas
berbahasa secara dinamis dan kreatif. Keaktifan secara intelektual tanpa disertai dengan
keaktifan verbal tidak dapat dikatakan CBSA dalam pengajaran bahasa karena hakikat
bahasa adalah tuturan lisan yang kemudian dikembangkan menjadi aturan lisan dan tulisan. Oleh
karena itu, CBSA dalam pengajaran bahasa harus dimuati dengan kreativitas berbahasa sehingga
nama yang paling tepat adalah CBSA Komunikatif.

b . Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain dengan menguraikan
inti sari pendapat tersebut, susunan kalimat sesuai dengan gaya bahasa penulis sendiri.
Kutipan tidak langsung umumnya tampil bervariasi; bergantung kepada gaya bahasa penulis.
Setiap penulis mempunyai cara sendiri-sendiri mengungkapkan kembali ide atau konsep orang
lain didalam tulisannya. Ada penulis yang memberi komentar lebih panjang, tetapi ada yang
menyatakannya dengan singkat. Kutipan tidak langsung tidak perlu disertai dengan halaman
buku sumber, cukup dengan mencantumkan nama penulis yang diikuti dengan tahun terbitan
buku sumber.
Contoh :
Tolla (1996) mengemukakan bahwa metode CBSA dalam pengajaran perlu dibedakan dengan
metode CBSA dalam bidang studi yang lain kerena pengajaran bahasa mempunyai karakteristik
khusus yang berbeda dengan bidang studi yang lain.

Cara Lain :
Penerapan metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus dibedakan dengan penerapannya dalam
bIdang studi yang lain dengan alasan bahwa karakteristik pengajaran bahasa adalah penggunaan
bahasa secara dinamis dan kreatif (Tolla, 1996).
2, Sumber Kutipan (Referensi)
a. Fungsi Pencantuman Sumber Referensi
Salah satu karakter utama tulisan ilmiah adalah referensial, menunjukkan bahwa argumenargumen yang diajukan dilandasi oleh teori atau konsep tertentu, sekaligus menunjukkan
kejujuran intelektual dengan mencantumkan sumber kutipan (referensi) yang digunakan. Dalam
praktik penulisan, setiap kali penulis mengutip pendapat orang lain, baik dari buku, majalah,
ataupun wawancara, setelah kutipan itu harus dicantumkan sumber kutipan (buku, majalah, atau
koran) yang digunakan.
Secara mendasar, pencantuman sumber kutipan ini mempunyai fungsi sebagai:
1) Menyusun pembuktian (etika kejujuran dan keterbukaan ilmiah).
2) Menyatakan penghargaan kepada penulis yang dikutip (etika hak cipta intelektual).

b.Jenis/Model dan Cara Pencantuman Sumber Referensi

1) Jenis/Model Pencantuman Sumber Referens


Terdapat dua model pencantuman referensi:
a)

Catatan tubuh (bodynote),

Cara ini dilakukan dengan mencantumkan sumber kutipan langsung setelah selesainya sebuah
kutipan dengan menggunakan tanda kurung.
Kelebihan catatan tubuh adalah kemudahan bagi pembaca dalam mengecek sumber sebuah
kutipan yang langsung terdapat sebelum atau setelah kutipan tersebut, tanpa perlu berpindah ke
bagian bawah halaman.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan tubuh:
(1) Catatan tubuh menyatu dengan naskah, hanya ditandai dengan kurung buka dan
kurung tutup.
(2) Catatan tubuh memuat nama belakang penulis, tahun terbit buku dan halaman yang
dikutip.

Contoh:
(a) Nama penulis adalah Arthur Asa Berger, maka cukup ditulis Berger.
(b) Nama penulis Jalaluddin Rakhmat, maka cukup ditulis Rakhmat.

2)Cara Pencantuman Sumber Referensi


Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
Nama penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam Buku dengan satu pengarang
a). Tanda kurung, ditempatkan setelah selesainya sebuah kutipan. Jika kutipan ini merupakan
akhir kalimat, maka tanda titik ditempatkan setelah kurung tutup catatan tubuh. Contoh:
Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat
sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat
(Lull, 1995: 31-38).
b).Nama penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung, sementara
tahun penerbitan dan halaman berada dalam tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan
sebelum sebuah kutipan. Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen
utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan
diterima oleh masyarakat.
..... (Lull, 1995: 31 38).
Menurut Lull (1995: 31 38), .....
Buku dengan dua atau tiga pengarang
.. (Dreyfus dan Rabinow, 1982: 72 76).
Dreyfus dan Rabinow (1982: 72 76) mengatakan ..
Buku dengan banyak pengarang
...... (Ibrahim, et al., 1997: 52 54).
...... (Ibrahim, dkk., 1997: 52 54).

Buku yang terdiri dua jilid atau lebih


..... (Lapidus, Vol.1, 1988: 131).
Mengacu pada Lapidus (Vol.1, 1988: 131), ..

Buku terjemahan
.. (Berger, terj., Setio Budi, 2000: 44 45).
Berger (terj., Setio Budi, 2000: 44 45) menandaskan .....

Artikel dari sebuah buku antologi


..... (Alam, dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998: 77).
Menurut Alam (dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998: 77), .....
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor dua orang
atau lebih menggunakan singkatan eds.

Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah


...... (Hidayat, Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26).
Hidayat (Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26) menyebut ..

Artikel dari koran/majalah


..... (Fukuyama, Koran Tempo, 22 November 2001).
Melandaskan argumen pada Fukuyama (Koran Tempo, 22 November 2001), ......

Berita koran/majalah
..... (Republika, 10 September 2002).
Harian Republika (10 September 2002) memberitakan .....

Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan


..... (Nazaruddin, Skripsi, 2004: 205).
Menurut Nazaruddin (Skripsi, 2004: 205), .....

Makalah seminar yang tidak diterbitkan


..... (Nazaruddin, Makalah, 2007).
Dalam makalahnya yang disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional Komunikasi,
Nazaruddin (2007) mengatakan, .....

Dokumen yang tidak diterbitkan


..... (U.S. Department of Foreign Affairs, 1998).
Dalam dokumen yang dikeluarkan U.S. Department of Foreign Affairs (1998) disebutkan
bahwa ..

Artikel dari internet


.. (Chesney, www.thirdworldtraveler.com/ Robert_McChesney_ page.html, akses 15
Juni 2007).
Mengutip Chesney (www.thirdworldtraveler.com/Robert_ McChesney_page.html, akses
15 Juni 2007), ..
Perhatikan: alamat web yang dicantumkan adalah alamat lengkap, dengan caracopypaste dari address web secara langsung.

Pernyataan lisan
.. (Samijan, wawancara, 11 November 2006).
Dalam wawancara dengan penulis, Samijan (11 November 2006) mengatakan

Referensi dari sumber kedua


Menurut Marx (seperti dikutip Takwin, 2000: 44), ......

b) Catatan kaki (footnote),


Cara ini dilakukan dengan mencantumkan nomor indeks di akhir sebuah kutipan, lalu di bagian
bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor indeks yang
menjelaskan sumber kutipan tersebut.
Sebuah tulisan ilmiah harus menggunakan salah satu jenis penulisan referensi tersebut, serta
harus konsisten dengan jenis tersebut. Artinya, ketika sebuah tulisan menggunakan bodynote,
maka seluruh referensi dari awal hingga akhir tulisan harus menggunakan bodynote. Jika seorang
penulis menggunakan catatan kaki, sejak awal hingga akhir tulisan, penulis harus menggunakan
catatan kaki untuk menuliskan referensinya.
(1)Menggunakan Catatan Kaki
Catatan kaki mempunyai kelebihan dibandingkan dengan catatan tubuh, yaitu:
Catatan kaki mampu menunjukkan sumber referensi dengan lebih lengkap. Dalam cacatan
tubuh, yang ditampilkan hanya nama pengarang, tahun terbit buku, serta halaman buku yang
dikutip. Dalam catatan kaki, nama pengarang, judul buku, tahun terbit, nama penerbit, dan
halaman dapat dicantumkan semua. Hal ini tentu mempermudah penelusuran bagi pembaca.
Selain sebagai penunjukan referensi, catatan kaki dapat berfungsi untuk memberikan
catatan penjelas yang diperlukan. Hal ini tentu tidak dapat dilakukan dengan catatan tubuh.
Catatan kaki dapat digunakan untuk merujuk bagian lain dari sebuah tulisan.
(2)Prinsip dalam Menuliskan Catatan Kaki:

Catatan kaki dicantumkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dengan naskah skripsi
oleh sebuah garis. Pemisahan ini akan otomatis dilakukan oleh program Microsoft Word dengan
cara mengklik insert, kemudian reference, kemudian footnote.
Nomor cacatan kaki ditulis secara urut pada tiap bab, mulai dari nomor satu. Artinya,
cacatan kaki pertama di tiap awal bab menggunakan nomor satu, begitu seterusnya.
Catatan kaki ditulis dengan satu spasi.
Pilihan huruf dalam catatan kaki harus sama dengan pilihan huruf dalam naskah skripsi,
hanya ukurannya lebih kecil, yaitu:
Times New Roman (size 10)
Arial (size 9)
Tahoma (size 9)
(3) Teknik Penulisan Catatan Kaki
Baris pertama catatan kaki menjorok ke dalam sebanyak tujuh karakter.
Judul buku dalam catatan kaki ditulis miring (italic).
Nama pengarang dalam catatan kaki ditulis lengkap dan tidak dibalik.
Catatan kaki bisa berisi keterangan tambahan. Pertimbangan utama memberikan
keterangan tambahan adalah: jika keterangan tersebut ditempatkan dalam naskah (menyatu
dengan naskah) akan merusak alur tulisan atau naskah tersebut. Tidak ada batasan seberapa
panjang keterangan tambahan, asalkan proporsional.

Buku dengan satu pengarang


[1]Nama pengarang, judul buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.

Buku dengan dua atau tiga pengarang


[2]Nama pengarang 1, nama pengarang 2, nama pengarang 3, judul buku (kota penerbit:
nama penerbit, tahun terbit), halaman.
Buku dengan banyak pengarang

[3]Nama pengarang pertama, et al., judul buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun
terbit), halaman.
[4]Perhatikan: hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan, nama-nama pengarang
lainnya diganti dengan singkatan et al.
Buku yang telah direvisi
[5]Nama pengarang, judul buku (rev.ed.; kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit),
halaman.
[6]Perhatikan: singkatan rev.ed. menunjukkan bahwa buku tersebut telah mengalami
revisi.
Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
[7]Nama pengarang, judul buku (nomor volume/jilid; kota penerbit: nama penerbit, tahun
terbit), halaman.

Buku terjemahan
[8]Nama pengarang asli, judul buku, terj. nama penerjemah (kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.
Perhatikan: singkatan terj. menunjukkan bahwa buku tersebut telah diterjemahkan dan
penulis mengutip dari terjemahan tersebut.
Kamus
[9]Nama pengarang, judul kamus (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.
Artikel dari sebuah buku antologi
[10]Nama pengarang artikel, judul artikel, judul buku, ed. nama editor (kota penerbit:
nama penerbit, tahun terbit), halaman.
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor
dua orang atau lebih menggunakan singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah

[11]Nama pengarang artikel, judul artikel, nama jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal
(bulan terbit, tahun terbit), halaman.

Artikel dari koran/majalah


12Nama pengarang artikel, judul artikel, nama media, tanggal terbit, tahun, halaman.

Berita koran/majalah
[12]Judul berita, nama media, tanggal terbit, tahun, halaman.

Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan


[13]Nama penulis, judul skripsi/tesis/disertasi, (level karya, fakultas dan universitas,
nama kota, tahun terbit), halaman.

Makalah seminar yang tidak diterbitkan


[14]Nama penulis, judul makalah, (forum penyampaian makalah, penyelenggara
seminar, nama kota, tanggal seminar, tahun).

Dokumen yang tidak diterbitkan


[15]Lembaga yang mengeluarkan dokumen, nama dokumen, (nama kota, tanggal
dikeluarkan dokumen, tahun).

Artikel dari internet


[16]Nama penulis, judul artikel, alamat lengkap internet (tanggal akses).
Jika artikel di internet tidak mencantumkan nama penulis, maka langsung mengacu pada
judul artikel.

Pernyataan lisan
[17]Nama narasumber, jenis pernyataan (wawancara atau pidato), tanggal pernyataan
dilakukan.
Referensi dari sumber kedua
[18]Keterangan lengkap sumber pertama (sesuai dengan aturan catatan kaki),
seperti dikutip oleh keterangan lengkap sumber kedua (sesuai aturan catatan kaki).
Perhatikan: frase seperti dikutip oleh menunjukkan bahwa penulis tidak membaca
sumber asal (pertama) kutipan, hanya membaca dari orang lain (sumber kedua) yang mengutip
sumber pertama.

b. Beberapa Singkatan Khusus dalam Catatan Kaki

1) Ibid.

Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem yang berarti pada tempat yang sama.
Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan
referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama,
cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan nomor halaman.

2) Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin opere citato yang berarti pada karya yang telah
dikutip. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama
dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki
lain. Op.Cit. khusus digunakan bagi referensi yang berupa buku.

3) Loc.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato yang berarti pada tempat yang telah
dikutip. Singkatan ini digunakan sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki

pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi
catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan berupa buku, melainkan artikel,
baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi, internet, atau lainnya.

Contoh penggunaan:
1 Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques,terj.Setio Budi (Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Atma Jaya, 2000), hlm. 45.
2 Ibid.
3 Ibid., hlm. 55.
4 Dedy N. Hidayat, "Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal
Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2 (Oktober, 1998), hlm. 25-26.
5 Ibid., hlm. 28.
6 Arthur Asa Berger, Op.Cit., hlm. 70.
7 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago:
University of Chicago Press, 1982), hlm. 72 - 76.
8 Francis Fukuyama, Benturan Islam dan Modernitas, Koran Tempo, 22 November,
2001, hlm. 45.
9RobertMcChesney, Rich Media Poor
Democracy,
www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html (akses 16 Agustus
2006).
10 Arthur Asa Berger, Op.Cit., hlm. 96.
11 Ibid.,hlm. 99.
12 Ibid.
13 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 22.
14 Francis Fukuyama, Loc.Cit.
15 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Op.Cit., 58.
16 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hlm. 21.

Cara membaca:

Catatan kaki nomor (2) menggunakan Ibid., karena sumber kutipannya sama persis dengan
nomor (1) baik buku maupun halamannya.
Catatan kaki nomor (3) buku referensinya sama dengan nomor (2), hanya saja beda
halamannya.
Catatan kaki nomor (5) referensinya sama dengan nomor (4), hanya saja beda halamannya.
Catatan kaki nomor (6), referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh
catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan nama pengarang dan halaman.
Catatan kaki nomor (10) referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh
catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit.
Catatan kaki nomor (11), referensinya sama dengan catatan kaki sebelumnya, tanpa
diselingi catatan kaki lain, yaitu nomor (10), hanya saja beda halamannya.
Catatan kaki nomor (12) referensinya sama persis dengan nomor (11).
Catatan kaki nomor (13) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya,
karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku) maka
menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.
Catatan kaki nomor (14) referensinya sama persis, termasuk halamannya, dengan nomor
(8), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (8) berbentuk artikel (bukan buku)
maka menggunakan Loc.Cit.
Catatan kaki nomor (15) referensinya sama dengan nomor (7), hanya beda halaman, karena
telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (7) berbentuk buku (bukan artikel) maka
menggunakanOp.Cit., serta menuliskan halamannya.
Catatan kaki nomor (16) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya,
karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku) maka
menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.

a. Penggunaan Kutipan dan Referensi

1). Kutipan langsung empat baris atau lebih


Prinsip-prinsip:
a). Kutipan dipisahkan dari teks.
b). Kutipan menjorok ke dalam lebih kurang tujuh karakter. Bila awal kutipan
adalah alinea baru, baris pertama kutipan menjorok lagi ke dalam lebih kurang tujuh karakter.
c). Kutipan diketik dengan spasi satu.
d). Kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (boleh tidak).
e). Jika menggunakan catatan tubuh (bodynote), maka cacatan tubuh dicantumkan
setelah kutipan. Contoh:

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi


untuk melanggengkan dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx
menjelaskan bekerjanya kelas berkuasa:
Individu-individu yang menyusun kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki
sesuatu/kesadaran dari yang lainnya. Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas
dan menentukan keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri
bahwa mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang
peranan sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta mengatur
produksi dan distribusi idenya pada masa tersebut. (Berger, 2000: 44 45)
Dalam contoh di atas, kalimat Pertanyaannya kemudian.....bekerjanya kelas
berkuasa adalah naskah skripsi. Kalimat Individu-individu.....pada masa tersebut adalah
kutipan langsung dari sebuah buku yang ditulis Arthur Asa Berger, diterbitkan pada tahun 2000,
dan kutipan berasal dari halaman 44-45 buku tersebut.
f). Jika menggunakan catatan kaki (footnote), maka nomor indeks ditempatkan
setelah kutipan, lalu di bagian bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat
keterangan nomor indeks yang menjelaskan sumber kutipan tersebut.
Contoh:

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi


untuk melanggengkan dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx
menjelaskan bekerjanya kelas berkuasa:
Individu-individu yang menyusun kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki
sesuatu/kesadaran dari yang lainnya. Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas
dan menentukan keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri
bahwa mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang
peranan sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta mengatur
produksi dan distribusi idenya pada masa tersebut.[19]
Dalam contoh di atas, kalimat Pertanyaannya kemudian.....bekerjanya kelas
berkuasa adalah naskah skripsi. Kalimat Individu-individu.....pada masa tersebut adalah
kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan.[20]

2). Kutipan langsung kurang dari empat baris


Prinsip-prinsip:
a).Kutipan tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
b).Kutipan harus diawali dan diakhiri dengan tanda kutip.
c).Jika menggunakan catatan tubuh, contoh:

Bagi sebuah kekuasaan resmi negara, salah satu representasi ideologi yang penting
terwujud dalam pidato dan pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara
tersebut, secara khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart (1967: 61)
mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making, for presidents, is a political
act, the mechanism for wielding power."
Dalam contoh di atas, kalimat Bagi sebuah kekuasaan .. raja yang berkuasa adalah
naskah skripsi. Kalimat The symbolic .. for wielding power adalah kutipan dari buku yang
ditulis R.P. Hart, diterbitkan pada tahun 1967, dan kutipan berasal dari halaman 61 buku tersebut.

d). Jika menggunakan catatan kaki, contoh:

Bagi sebuah kekuasaan resmi negara, salah satu representasi ideologi yang penting
terwujud dalam pidato dan pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara
tersebut, secara khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart
mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making, for presidents, is a political
act, the mechanism for wielding power."[21]
Dalam contoh di atas, kalimat Bagi sebuah kekuasaan .. raja yang berkuasa adalah
naskah skripsi. Kalimat The symbolic .. for wielding power adalah kutipan. Catatan kaki
dalam contoh ini bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan.[22]

3). Kutipan tidak langsung.


Prinsip-prinsip:
a).Kutipan tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
b).Kutipan tidak boleh menggunakan tanda kutip.
c).Jika menggunakan catatan tubuh, contoh:

Media bukanlah sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa
adanya, media adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan
ideologisnya. Janet Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis
bahwa ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan (Wollacott, 1982: 109,
Barrat, 1994: 51-52). Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka
sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain.
Dalam contoh di atas, pernyataan bahwa ideologi yang dominan yang akan tampil
dalam pemberitaan adalah inti pendapat dari James Wollacott dan David Barrat yang penulis
sajikan dalam bahasa sendiri.
d).Jika menggunakan catatan kaki, contoh:

Media bukanlah sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa
adanya, media adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan
ideologisnya. Janet Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis
bahwa ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan.[23] Media berpihak pada

kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus mengontrol dan memarginalkan


wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain.
Dalam contoh di atas, catatan kaki bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. [24]

B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat mendasari
perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap
pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan
pembahasan teoritis
.Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir. Kerangka pikir pada
umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian kuantatif. Untuk penelitian kualitatif
kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung
oleh penulis. Untuk penelitian tindakan, kerangka berpikir terletak pada refleksi, baik pada
peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam yang dapat
digunakan untuk menurunkan hipotesis.
C. Hipotesis Penelitian
Tidak semua jenis penelitian mempunyai hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang
selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan analisis yang cocok. Hipotesis
penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas
masalah yang dirumuskan.
Cara Membuat Hipotesis Yang Baik, Ciri-Ciri Hipotesis
1 Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah usulan keterangan untuk gejala.
Dalam metode hipotetik-deduktif, hipotesis sebaiknya falsifabel, berarti bahwa mungkin
bahwa itu bisa diperlihatkan bahwa itu adalah salah, biasanya oleh pengamatan.
Sebagai contoh, seorang pembaca yang menemukan artikel yang bermutu tinggi di
Wikipedia mungkin membentuk hipotesis bahwa artikel Wikipedia hanya bisa diredaksikan
oleh sangat memenuhi syarat profesor dengan Ph.D lipat ganda.Ini bisa dianggap sebagai
hipotesis, karena falsifabel; bisa disalahkan dengan menyadari bahwa siapa saja bisa
meredaksikan artikel Wikipedia, menggunakan pautan "Sunting halaman ini" di atas semua
halaman.Suatu eksperimen sehubungan dengan ini adalah dengan mengklik pautan itu,
meredaksikan halaman, dan menyimpannya.Jika halaman yang diganti muncul, dan anda
tidak mempunyai ini Ph.D ganda, hipotesis anda disalahkan, dan eksperimen berakhir.
2. Cara Membuat Hipotesis Yang Baik
Membuat Hipotesis yang Baik. Persyaratan untuk Membuat Hipotesis yang Baik yaitu :

a.Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian dan dirumuskan dengan jelas.
b. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris.
Menunjukkan dengan nyata adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
c.Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat
dibandingkan dengan hipotesis rivalnya dan didukung oleh teori-teori yang dikemukakan
oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Menurut bentuknya, Hipotesis dibagi menjadi tiga
a.Hipotesis penelitian / kerja: Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti
terhadap suatu masalah yang sedang dikaji.
Dalam Hipotesis ini peneliti mengaggap benar Hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan
secara empiris melalui pengujian Hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya
selama melakukan penelitian.
Misalnya: Ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress
b. Hipotesis operasional: Hipotesis operasional merupakan Hipotesis yang bersifat obyektif.
Artinya peneliti merumuskan Hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya,
tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa Hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu
benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada.Untuk itu peneliti memerlukan
Hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis
nol (H0).
H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan pada Hipotesis penelitian karena peneliti
meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya Hipotesis penelitian tergantung dari
bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
Contoh: H0: Tidak ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress.
c. Hipotesis statistik: Hipotesis statistik merupakan jenis Hipotesis yang dirumuskan dalam
bentuk notasi statistik.
Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk
angka-angka (kuantitatif).
Misalnya: H0: r = 0; atau H0: p = 0
3. Ciri-Ciri Hipotesis
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal.
Hal hal tersebut diantaranya :
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabelvariabel.
c. Hipotesis harus dapat diuji
d. Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
e. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
4.Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik
a.Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus
dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan

kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa
perubahan pada variabel yang lain.
b. Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data-data empiris.
c. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuanHipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk
mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap
ditetapkan sebagai dasar.Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar
dari laporan penelitian sebelumnya.
d.Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif,
hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang
dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.
MENGUJI HIPOTESIS
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang
dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang
memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus
menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya
seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia
dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah
menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti
harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha
untuk mencari kebenaran.

BAB III
PEMBAHASAN (ANALISIS DATA)

A. Pengantar
Bab pembahasan data merupakan bab yang paling penting dalam penulisan karya ilmiah karena
dalam bab ini dilakukan kegiatan analisis data, sintetis pembahasan, interpretasi penulis,
pemecahan masalah, dan temuan pendapat baru yang diformulakan (bila ada).

Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara keseluruhan yang telah
tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan
yang lainnya. Data tersebut memang ada banyak sekali dan setelah dibaca kemudian dipelajari.
Apabila itu sudah dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang dilaksanakan
dengan cara membuat sebuah abstraksi dan setelah itu maka menyusunnya ke dalam satuansatuan. Dari satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan pada langkah-langkah
selanjutnya.Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding dan tahap terakhir dari analisis
data penelitian yaitu dengan mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data.Apabila tahapan
tersebut telah selesai maka sekarang mulailah ke tahap penafsiran data untuk menjadikannya
teori substansi dengan menggunakan metode-metode tertentu.Analisis data adalah suatu kegiatan
untuk meneliti, memeriksa, mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat
interpretasi yang diperlukan.Selain itu, analisis data dapat digunakan untuk mengindentifikasi
ada tidaknya masalah.Kalau ada, masalah tersebut harus dirumuskan dengan jelas dan
benar.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang memberikan gambaran
dengan jelas dan benar. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang
memberikan gambaran dengan jelas makna dari indikator-indikator yang ada, membandingkan
dan menghubungkan antara indikator yang satu dengan indikator lain.
Kegunaan analisis data adalah sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan,
perencanaan, pemantauan, pengawasan, penyusunan laporan, penyusunan statistik pendidikan,
penyusunan program rutin dan pembangunan, peningkatan program dan pembinaan lembaga
kependidikan.

B. Konsep Dasar Analisis Data Penelitian

Patton menjelaskan mengenai analisis data itu merupakan suatu proses untuk mengatur urutan
data, kemudian mengorganisasikan ke dalam kategori, pola maupun ke dalam satuan uraian
dasar. Sementara Menurut Taylor, analisis data didefinisikan sebagai proses yang melakukan
perincian usaha secara formal yang berguna untuk merumuskan hipotesis dan menemukan tema
seperti apa yang telah disarankan serta sebagai bentuk usaha untuk memberikan kontribusi dan
tema pada hipotesis. Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih tertuju pada
pengorganisasian data sementara untuk definisi yang kedua menekankan pada tujuan dan maksud
dari analisis data penelitian. Dengan demikian maka definisi tersebut bisa di sintetiskan bahwa
analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan juga mengurutkan data ke dalam suatu
kategori, pola dan satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema serta dirumuskan hipotesis
kerjanya seperti yang telah didasarkan oleh data.

Dalam penelitian kualitatif proses analisis dan interpretasi data memerlukan cara berpikir
kreatif, kritis dan sangat hati-hati. Kedua proses tersebut merupakan proses yang saling terkait
dan sangat erat hubungannya. Analisis data merupakan proses untuk pengorganisasian data

dalam rangka mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan. Sedangkan interpretasi


data adalah proses pemberian makna terhadap pola-pola atau keteraturan-keteraturan yang
ditemukan dalam sebuah penelitian.
Data yang terkumpul diharapkan dapat merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang
telah dirumuskan. Proses penyusunan data dapat berbeda-beda antar peneliti tergantung
selera, pengalaman dan kreatifitas berfikir sehingga data yang terkumpul dapat mempengaruhi
pemilihan alat analisis data. Dalam penelitian kualitatif tidak ada formula yang pasti untuk
menganalisis data seperti formula yang dipakai dalam penelitian kuantitatif.
Namun, pada dasarnya terdapat beberapa kesamaan langkah yang ditempuh untuk
menganalisis dan interpretasi data. Proses analisis data diawali dengan menelaah seluruh data
yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan
kajian dokumen (pustaka). Langkah berikutnya reduksi data yang dilakukan dengan cara
abstraksi. Abstraksi merupakan upaya membuat rangkuman dari segala data yang
ada.Kemudian, menyusunnya dalam satuan-satuan.Satuan-satuan ini dikategorisasikan pada
langkah berikutnya. Pengkategorian ini dilakukan dengan cara koding. Selanjutnya adalah
melakukan pemeriksaan keabsahan data.Langkah terakhir, penafsiran data yang telah untuk
diuji (verifikasi) untuk dijadikan teori substansif dengan menggunakan beberapa metode
tertentu.
Taylor dan Bogdan berpendapat bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebuah
proses yang terus menerus. Pengumpulan data dan analisis data berjalan bersamaan (hand in
hand)
C. Analisis dan Interpretasi Data
Berikut disajikan cara analisis dan interpretasi data menurut beberapa ahli penelitian
1. Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen (2007) Coding
Analisis data kualitatif adalah proses secara sistematis mencari dan mengolah berbagai data
yang bersumber dari wawancara, pengamatan lapangan, dan kajian dokumen (pustaka)
untuk menghasilkan suatu laporan temuan penelitian. Sedangkan interpretasi data merujuk
pada pengembangan ide-ide atas hasil penemuan untuk kemudian direlasikan dengan
kajian teoretik (teori yang telah ada) untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori-teori
substansif yang baru dalam rangka memperkaya khazanah ilmu.
Berikut ini beberapa saran dalam penganalisisan dan interpretasi data menurut
Bogdan dan Biklen .
a. Pastikan ranah penelitian yang dipilih dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan
peneliti. Hal ini meliputi pemilihan topik yang sesuai minat, kebermanfaatan hasil
penelitian, subjek serta latar penelitian yang jelas dan dapat digapai.
b. Tentukan metode penelitian yang sesuai dengan topik yang dipilih.
c. Bangun pertanyaan analitik. Terdapat dua macam pertanyaan, yakni pertanyaan
teoretikal substantif (substantive theoretical questions) (fokus pada subjek dan latar khusus
penelitian yang tengah dilakukan) dan pertanyaan teoretikal formal (formal theoretical
questions) (tidak berfokus pada subjek dan latar khusus penelitian yang tengah dilakukan,
namun bersifat lebih umum).
d. Rencanakan sesi pengumpulan data dengan cermat.
e. Tulis sebanyak mungkin komentar informan atas ide yang peneliti hasilkan berdasarkan

temuan penelitian.
f. Catat segala hal yang berhubungan dengan ranah penelitian sebagai hal-hal yang dapat
dipelajari lebih lanjut untuk perkembangan topik penelitian baik aspek teori, metode
maupun isu substantif.
g. Nilai seberapa akurat dan objektif data yang diambil dari para informan.
h. Mulai bereksplor pada kajian literatur ketika peneliti berada di lapangan.
i. Bermain dengan metafora, analogi dan konsep.
j. Gunakan alat-alat visual seperti grafik dan chart misalnya tabel, matrik dan diagram.
Tahap selanjutnya setelah hal-hal yang disebutkan di atas adalah analisis dan
interpretasi setelah pengumpulan data.Bogdan dan Biklen menyebutnya dengan
aktivitas membangun kategori data (developing coding categories).
a. Setting/context codes. Kode yang berisi informasi-informasi yang masih umum tentang
latar, topik dan subjek penelitian.
b. Definition of the situation codes. Penempatan unit-unit data yang dapat menunjukkan
bagaimana subjek menggambarkan latar dan topik penelitian.
c. Perspectives held by subjects. Kode yang dibentuk berdasarkan alur berpikir subjek
terhadap latar dan topik penelitian.
d. Subjects ways of thinking about people and objects. Kode yang dibentuk berdasarkan
pemahaman subjek terhadap subjek lainnya, subjek terhadap orang luar, dan subjek
terhadap objek yang dapat membangun dunia mereka.
e. Process codes. Kata atau frasa yang memfasilitasi pengkategorian urutan kejadian,
perubahan dari waktu ke waktu.
f. Activity codes. Kode yang berisi berbagai catatan perilaku dan tindakan yang konstan
terjadi.
g. Event codes. Kode yang berisi catatan aktivitas khusus yang terjadi pada latar atau
kehidupan subjek penelitian.
h. Stategy codes. Kode yang berisi berbagai strategi yang merujuk pada taktik, metode,
manuver, dan sejenisnya yang digunakan oleh subjek.
i. Relationship and social structure codes. Pola-pola perilaku subjek yang tidak ditunjukkan
di muka umum yang bersifat hubungan (persahabatan, permusuhan, percintaan).
j. Narrative codes. Berisi struktur dan isi pembicaraan yang dikemas menurut versi subjek
sendiri yang juga menggambarkan nilai dan kepercayaan sujek.
k. Methods codes. Kode yang berisi prosedur penelitian, masalah-masalah serta sukadukanya.
Setelah analisis data dilakukan melalui pengkodean, selanjutnya adalah interpretasi data.
Dalam hal ini Bogdan dan Biklen menawarkan beberapa saran, antara lain:
a. Mengulas hasil analisis data. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan misalnya apa asumsi dasar interaksi simbolik?, bagaimana temuan data
dikorelasikan dengan premis yang telah dirumuskan? apakah cara berfikir peneliti
merefleksikan ide-ide tersebut? Atau peneliti mencoba menggunakan kerangka teoretik
yang lain? Kerangka apa yang digunakan?
2. Membaca hasil penelitian serupa. Mempelajari bagaimana peneliti lain menggagas
konsep, ide dan teorinya, membingkai data-data mereka, apakah perbedaan dan persamaan
data yang dihimpun, apa yang terlewat dari temuan penelitian maupun analisis data?

c. Berusaha evaluatif terhadap subjek dan situasi penelitian .


d. Mengajukan beberapa pertanyaan dasar, seperti: apa implikasi temuan penelitian bagi
kehidupan sehari-hari peneliti? Bagi orang lain?
e. Berspekulasi terhadap asumsi yang dimiliki oleh subjek, berstrategi bagaimana
menginterpretasi temuan.
f. Kemukakan cerita yang mungkin ada untuk menghasilkan pemahaman yang maksimal
atas penelitian yang dilakukan.
h. Buatlah laporan penelitian sejelas mungkin.
2. Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss (1990)
Constant Comparative Method
Penyusunan teori yang berasal dari data dapat dilakukan melalui analisis komparatif seperti
yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss, meskipun pada awalnya metode ini dikenalkan
oleh Weber, Durkheim dan Mannheim. Terdapat empat tahap dalam metode komparatif
konstan, yakni 1) membandingkan kejadian yang aplikatif terhadap setiap kategori, 2)
mengintegrasi kategori beserta kawasannya, 3) memutuskan batasan teori, dan 4) menulis
teori.
Ada beberapa saran yang dapat dilakukan jika menggunakan metode ini untuk
menganalisis data penelitian.
a. Mengkaji seluruh data yang terhimpun dengan melihat sumber data yakni wawancara,
pengamatan dan dokumen.
b. Menelaah semua indikator dari kategori-kategori yang sedang diamati dalam dokumen
dan memberinya kode.
c. Membandingkan kode-kode yang sejenis untuk melihat persamaan dan perbedaan yang
muncul antar data yang berkode sama.
d. Kesamaan yang muncul antar kode merupakan bentuk keteraturan yang nantinya dapat
diklasifikasikan ke dalam sebuah kategori.
e. Perbedaan yang ada merupakan indikasi bahwa data tersebut terkelompokkan ke dalam
kategori yang berbeda.
f. Proses pengkategorian data selesai bila semua data sudah diberi kode dan semua kode
sudah dikelompokan ke dalam kategori.
g. Proses analisis data berakhir bila telah ditentukan kategori-kategori tertentu yang
merupakan kategori penting (esensial) sedangkan kategori yang lain sebagai kategori
penunjang dan menyimpulkan hubungan dari semua ketegori yang ada.
3. Anselm L. Strauss dan Juliet Corbin (1990) Grounded Theory
Berikut adalah proses analisis data menurut Strauss dan Corbin yang terdiri dari tiga tahap
yakni open coding, axial coding dan selective coding yang menghasilkan matriks
kondisional, kemudian diakhiri dengan penyusunan teori substantif berdasarkan matriks
yang telah disusun dan temuan penelitian.
a. Open Coding
Pada proses open coding (pengkodean terbuka), peneliti membentuk kategori awal dari
informasi tentang fenomena yang dikaji dengan pemisahan informasi menjadi beberapa
kategori (segmen). Di dalam setiap segmen, peneliti berupaya menemukan subsegmen
(propertics) dan mencari data untuk membuat dimensi atau memperlihatkan kemungkinan

ekstrim pada kontinum subsegmen tersebut.


b. Axial Coding
Dalam axial coding (pengkodean poros), peneliti menyusun data dengan cara baru setelah
open coding. Rangkaian data ini disajikan dengan menggunakan paradigma pengkodean
atau diagram logika melalui beberapa langkah yakni mengidentifikasi fenomena sentral,
menjajaki kondisi kausal (kategori yang memengaruhi fenomena), menspesifikasi strategistrategi (tindakan atau interaksi yang dihasilkan fenomena sentral), mengidentifikasi
konteks dan kondisi yang menengahinya (luas dan sempitnya kondisi yang memengaruhi
strategi), dan menggambarkan konsekuensi (hasil strategi).
c. Selective Coding
Pada proses selective coding (pengkodean terpilih), peneliti mengidentifikasi alur cerita
kemudian mencatatkannya berdasarkan pengintegrasian kategori-kategori yang telah
dilakukan pada axial coding. Dalam fase ini proposisi bersyarat (conditional proposition)
atau hipotesis dapat dibangun.
d. Pengembangan dan penggambaran secara visual matrik kondisional yang menjelaskan
kondisi-kondisi yang memengaruhi fenomena sentral.
Hasil pengumpulan dan analisis data adalah pembentukan teori substantif atas ranah atau
bidang yang diteliti. Sampai pada tahap inilah yang disebut sebagai (metode penelitian)
grounded theory meskipun kemudian dapat saja dilakukan uji empiris karena variabel atau
kategori yang berhasil dihimpun dari data di lapangan memungkinkan untuk dilakukan hal
yang demikian. Namun, Creswell mengatakan bahwa penurunan (grounded) suatu teori
merupakan studi yang terlegitimasi.
4. James P. Spradley (1980) Analysis: Ethnography
Pada dasarnya, menurut Spradley, penelitian etnografi menawarkan strategi yang jitu untuk
menemukan teori dari dasar berdasarkan data empiris deskripsi budaya danhal ini sejalan
dengan temuan Glaser dan Strauss pada 1967 yakni grounded theory. Dalam penelitian
etnografi, analisis merupakan suatu proses penemuan pertanyaan. Penganalisisan catatan
lapangan perlu dilakukan pada setiap kali data terhimpun.Hal ini dilakukan untuk
menentukan langkah maupun data lainnya yang masih diperlukan.Terdapat empat jenis
analisis, yakni analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen, dan analisis tema.
a. Domain Analysis (Analisis Domain)
Untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari subjek penelitian atau situasi
sosial. Melalui pertanyaan umum dan rinci peneliti menemukan berbagai kategori atau
domain tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya.Semakin banyak domain yang
dipilih, semakin banyak waktu penelitian.
b. Taxonomic Analysis (Analisis Taksonomi)
Menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur
internalnya. Hal ini dilakukan dengan pengamatan yang terfokus.
c. Componential Analysis (Analisis Komponensial)
Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengontraskan antar
elemen. Hal ini dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi melalui pertanyaan
yang mengontraskan.
d. Discovering Cultural themes (Analisis Tema Budaya)

Mencari hubungan di antara domain dan hubungan dengan keseluruhan yang selanjutnya
dinyatakan ke dalam tema-tema sesuai dengan fokus dan subfokus penelitian.
Proses analisis dan interpretasi melibatkan pengujian disiplin, pemahaman kreatif, dan
perhatian cermat pada tujuan penelitian. Dua langkah ini secara konseptual merupakan
proses yang terpisah. Proses analisis dimulai dengan perakitan materi-materi mentah dan
pengambilan suatu tinjauan mendalam atau gambaran totaldari proses keseluruhan.
Analisis adalah proses pengurutan data, penyusunan data ke dalam pola-pola, kategori, dan
satuan deskriptif dasar. Strategi reduksi data merupakan hal yang amat penting dalam hal
ini. Sementara, interpretasi data melibatkan pengikatan makna dan signifikansi kepada
analisis, penjelasan pola deskriptif, melihat pada hubungan dan keterkaitan di antara
dimensi-dimensi deskriptif.
5. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1984) Matrix
Menurut Miles dan Huberman, terdapat enam metode utama yang berguna untuk
menganalisis data pada saat pengumpulan data, yakni:
a. Contact Summary Sheet
Suatu kertas kerja yang berisi serangkaian fokus penelitian atau pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Peneliti mengulas kembali hasil catatan lapangan dan mencoba menjawabnya
dengan singkat untuk mengembangkan kesimpulan secara keseluruhan.
b. Codes and Coding
Pengkodean seluruh catatan lapangan yang telah disusun (kategorisasi). Pengkodean ini
didasarkan atas pertanyaan penelitian yang muncul, hipotesis, konsep kunci, dan tematema penting atau esensial Kode-kode tersebut diorganisasi sedemikian rupa agar dapat
dikelompokkan berdasarkan segmen-segmen yang berhubungan dengan pertanyaan yang
telah dirumuskan. Pengelompokkan ini erat kaitannya dengan tahapan analisis.
c. Pattern Coding
Disebut juga dengan pengkodean inferensial atau penjelasan (explanatory) yakni
merupakan cara mengelompokkan kesimpulan-kesimpulan ke dalam bentuk-bentuk yang
lebih kecil berupa tema atau konstruk. Setelah tema, pola dan penjelasan dari latar telah
diidentifikasi, peneliti mengumpulkan data untuk dimasukkan kedalam satuan-satuan
analisis yang esensial dan bermakna (meta-code). Langkah pertama pengkodean adalah
sebagai alat menyimpulkan segmen-segmen data.
d. Memoing
Memo dalam hal ini bukan hanya merupakan data yang terhimpun dari penelitian , namun
mereka merupakan satu kesatuan yang saling terkait yang merepresentasikan suatu konsep
yang utuh.
e. Site Analysis Meeting
Peneliti berupaya melakukan pertemuan dengan informan dan anggota lainnya untuk
menyimpulkan kondisi dan keadaan lapangan. Pertemuan ini diarahkan oleh serangkaian
pertanyaan yang diajukan kemudian dijawab dan dicatat selama pertemuan berlangsung.
f. Interim Site Summary
Berisi sintesis atas pengetahuan yang berhasil didapat oleh peneliti di lapangan. Aktivitas
dalam analisis model ini antara lain memeriksa hal-hal yang mungkin luput dari penelitian,
kilas balik temuan dan menentukan langkah penelitian selanjutnya.

Secara umum analisis data dan interpretasi data dengan cara matrik dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu deskripsi tunggal dan deskripsi ganda. Deskripsi tunggal digunakan
untuk menganalisis dan menginterpretasi data yang berasal dari suatu hasil pengamatan,
baik berupa individu, kelas atau kelompok, sedangkan deskripsi ganda digunakan untuk
menganalisis pengamatan ganda dan mencoba membandingkan antara hasil pengamatan
yang sama dengan lainnya. Tidak ada patokan yang pasti dalam pembuatan matrik, peneliti
dapat membuat matrik sendiri sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Berikut ini beberapa yang dapat dipertimbangkan untuk membangun tampilan
matrik .
a. Matriks deskripsi
Matrik di bawah ini berisi deskripsi pengamatan. Sebuah matrik mungkin juga berisi
penjelasan data bila matrik tersebut memuat ide-ide peneliti termasuk interpretasi peneliti
terhadap suatu kejadian. Jenis matrik semacam itu disebut matrik deskripsi.
b. Matriks perbandingan
Matrik perbandingan berisi data pengamatan ganda atau perbandingan berdasarkan dua hal,
dapat berupa metode, motivasi, atau aspek lain yang sengaja dikontraskan oleh peneliti.
Untuk membandingkan kedua metode, misalnya, peneliti dapat menggunakan ranah jenis
kelamin, cara koreksi atau ranah yang lain.
c. Matriks pola atau matrik aspek
Matrik pola atau matrik aspek menggambarkan data yang tersusun berdasarkan pola-pola
atau aspek-aspek yang diperoleh berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.
d. Matriks pola kronologis
Matrik menggambarkan data yang tersusun berdasarkan urutan waktu (kronologis).
6. John W. Creswell (2008)
Sebelum data dianalisis, peneliti melakukan pengorganisasian data yang dapat ditempuh
melalui beberapa cara yaitu:
a. membangun sebuah matrik atau tabel sumber.
b. mengorganisasikan materi/data berdasarkan tipe data misalnya pengamatan, wawancara,
dokumen dan data visual (foto, video). Hal ini juga dapat dilakukan berdasarkan partisipan
(informan) dan latar penelitian.
c. menyimpan salinan seluruh data.
Setelah data diorganisasikan dan ditranskrip (proses pengalihan data mentah ke dalam
bentuk narasi/teks data), selanjutnya peneliti mengeksplorasi data yakni upaya untuk
mendapatkan gambaran umum, ide dan pemikiran yang lebih dalam untuk menentukan
apakah data telah memadai dan tepat.
Pengkodean data merupakan langkah penting lainnya. Secara garis besar proses
pengkodean menurut Creswell yakni: 1) membaca data secara keseluruhan. 2)
membagi/memilah data ke dalam segmen-segmen. 3) menamai segmen dengan kode. 4)
mengurangi tumpang tindih kode dan kode yang tidak penting. 5) menurunkan kode ke
dalam tema-tema.
Creswell serta Bogdan dan Biklen memaparkan contoh-contoh kode yang berisi berbagai
topik antara lain: latar dan konteks, perspektif partisipan, cara berfikir partisipan tentang

objek dan orang, proses, aktivitas, strategi, hubungan dan struktur sosial.
Interpretasi data adalah upaya peneliti memaknai data yang dapat ditempuh dengan cara
meninjau kembali gejala-gejala berdasarkan sudut pandangnya, perbandingan dengan
penelitian yang pernah dilakukan (misanya oleh peneliti lain). Kajian interpretasi ini
melibatkan beberapa hal yang penting dalam sebuah penelitian yaitu berupa diskusi,
kesimpulan, dan implikasi seperti: kilas balik temuan utama dan bagaimana pertanyaan
penelitian terjawab, refleksi peneliti terhadap makna data, pandangan peneliti yang
dikontraskan dengan kajian literatur (teoretik), batasan penelitian, dan saran untuk
penelitian selanjutnya.
7. John W. Creswell dan Vicky L. Plano Clark (2007)
Mixed Method Research
Analisis data dalam mixed method research dilakukan berdasarkan metode penelitian
yang digabungkan, yakni metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Ini untuk menjawab
pertanyaan penelitian dalam mix method resesearch. Sehingga pertanyaan yang ada
berhubungan dengan tipe desain yang digunakan yang tentu saja dalam menganalisis juga
berbeda berdasarkan desain penelitiannya.
Selanjutnya prosedur analisis data dalam mixed method research sebagai berikut:
a. Menyiapkan data
Langkah ini dimulai dengan memindahkan data mentah kedalam format yang dipakai
baik itu untuk penelitian kuantitatif, maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif
berarti scoring data dengan mengkuantifikasi nilai numerik setiap jawaban, meniadakan
data yang eror dalam database, menciptakan variabel baru yang diperlukan.
Sedangkan untuk penelitian kualitatif, langkahnya adalah dengan mengorganisasi
data/dokumen/data visual untuk dianalisis, lalu mentranskripsikan data/teks/hasil
interview setelah wawancara atau observasi kedalam word-processing untuk selanjutnya
dianalisis. Selama proses ini peneliti mengecek transkrip untuk akurasi data, kemudian
mengi-inputnya kedalam program software seperti MAXqda, Atlas.ti, NVivo atau
HyperRESEARCH.
b. Mengeksplorasi data
Untuk eksplorasi data, data yang diperoleh dalam penelitian kuantitatif dianalisa secara
deskriptif. Misalnya, menghitung median, deviasi standar, dan varian jawaban tiap nomor
yang muncul dalam instrument atau checklist agar dapat ditentukan trendnya, juga agar
peneliti dapat menentukan normal tidaknya distribusi data.
Sementara dalam penelitian kualitatif, langkahnya adalah membaca dengan lebih teliti
data yang ada, dengan menulis memo pendek di margin tiap transkrip wawancara, catatan
lapangan, jurnal, minutes of meetings, atau gambar. Pada tahap ini pula, codebook
kualitatif dapat dikembangkan.
c. Menganalisis data
Dalam penelitian kuantitatif, langkah pertama dalam menganalisis data adalah memilih
uji statistik yang tepat. Pemilihan uji statistik sangat ditentukan oleh pertanyaan
penelitian dan hipotesis peneliti, misalnya, apakah menggambarkan tren,
membandingkan, atau mengkorelasikan.Uji statistik juga ditentukan dari jumlah variabel
bebas dan terikat, tipe skala yang digunakan mengukur variabel, dan apakah populasinya

telah terdistribusi secara normal atau tidak.


Sedangkan prosedur dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan coding/pengkodean
data, membagi teks ke dalam unit kecil seperti frasa, kalimat dan paragraph, lalu memberi
label ke tiap unit kecil tadi. Setelah itu mengelompokkan kode ke dalam tema atau
kategori, lalu menghubungkan tema atau kategori tersebut atau mengabstraksikannya ke
dalam tema yang lebih kecil.Terakhir adalah koding data yang dapat dilakukan dengan
program analisis data untuk kualitatif.
d. Mempresentasikan analisis data
Langkah yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif adalah dengan mempresentasikan
temuan penelitian dalam bentuk ringkasan yaitu berupa pernyataan temuan, dan
menyediakan temuan dalam bentuk tabel dan gambar.
Namun dalam penelitian kualitatif, presentasi temuan penelitian dilakukan dalam bentuk
mendiskusikan tema atau kategori yang dipakai, kemudian juga menyiapkannya secara
visual dalam bentuk model, gambar dan tabel.
e. Memvalidasi data
Validasi data dilakukan dengan memakai standar external, lalu memvalidasi dan
memeriksa reliabilitas skor dari instrument yang lama, kemudian menentukan validitas
dan reliabilitas data. Walaupun validasi data berbeda dalam kedua penelitian, tetapi tujuan
keduanya adalah sama yakni memeriksa kualitas data dan temuannya.
Dalam penelitian kuantitatif, validitas berarti bahwa peneliti mampu menyimpulkan hasil
yang berdasarkan temuan ke populasi, dan reliabilitas bermakna skor dari partisipan
selalu bersifat konsisten dan stabil.
Dalam penelitian kualitatif, vaidasi data dilakukan dari hasil analisis peneliti dan
informasi partisipan di lapangan dan juga penguji luar.Reliabilitas berperan kecil dalam
penelitian kualitatif dan sangat tergantung pada reliabilitas pemberi kode dalam
menganalisis kode teks yang diteliti. Sehingga, dalam langkah selanjutnya, validasi data
dilakukan dengan memakai pendekatan member checking, triangulasi, dan peer review.
Ali Muhson mengatakan bahwa analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang
dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti
sudah diperoleh secara lengkap. Ketajaman dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis
sangat menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan analisisdata
merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam prosespenelitian. Kesalahan
dalam menentukan alat analisis dapat berakibat fatal terhadapkesimpulan yang dihasilkan dan hal
ini akan berdampak lebih buruk lagi terhadappenggunaan dan penerapan hasil penelitian
tersebut. Dengan demikian, pengetahuandan pemahaman tentang berbagai teknik analisis mutlak
diperlukan bagi seorangpeneliti agar hasil penelitiannya mampu memberikan kontribusi yang
berarti bagipemecahan masalah sekaligus hasil tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
Secara garis besar, teknik analisis data terbagi ke dalam dua bagian, yaknianalisis kuantitatif dan
kualitatif.Yang membedakan kedua teknik tersebut hanyaterletak pada jenis datanya.Untuk data

yang bersifat kualitatif (tidak dapat diangkakan)maka analisis yang digunakan adalah analisis
kualitatif, sedangkan terhadap data yangdapat dikuantifikasikan dapat dianalisis secara
kuantitatif, bahkan dapat pula dianalisissecara kualitatif.
B.Jenis Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang biasa digunakan adalah analisis statistik. Biasanya
analisis ini terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
1.Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisisdata dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpulsebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untukumum atau generalisasi. Analisis ini hanya
berupa akumulasi data dasar dalambentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau
menerangkan saling.hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan
penarikankesimpulan.
Teknik analisis ini biasa digunakan untuk penelitian-penelitian yang bersifat
eksplorasi, misalnya ingin mengetahui persepsi masyarakat terhadap kenaikan harga
BBM, ingin mengetahui sikap guru terhadap pemberlakuan UU Guru dan Dosen,
ingin mengetahui minat mahasiswa terhadap profesi guru, dan sebagainya.
Penelitian-penelitian jenis ini biasanya hanya mencoba untuk mengungkap dan
mendeskripsikan hasil penelitiannya. Biasanya teknik statistik yang digunakan adalah
statistik deskriptif.
Teknik analisis statistik deskriptif yang dapat digunakan antara lain:
Penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan tabulasi silang
(crosstab). Dengan analisis ini akan diketahui kecenderungan hasil temuanpenelitian, apakah
masuk dalam kategori rendah, sedang atau tinggi.
Penyajian data dalam bentuk visual seperti histogram, poligon, ogive, diagram
batang, diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart), dan diagram lambang.
Penghitungan ukuran tendensi sentral (mean, median modus).

Penghitungan ukuran letak (kuartil, desil, dan persentil).


Penghitungan ukuran penyebaran (standar deviasi, varians, range, deviasikuartil, mean
deviasi, dan sebagainya).
2.Statistik Inferensial
Kalau dalam statistik deskriptif hanya bersifat memaparkan data, maka dalamstatistik inferensial
sudah ada upaya untuk mengadakan penarikan kesimpulan danmembuat keputusan berdasarkan
analisis yang telah dilakukan. Biasanya analisis inimengambil sampel tertentu dari sebuah
populasi yang jumlahnya banyak, dan darihasil analisis terhadap sampel tersebut
digeneralisasikan terhadap populasi. Olehkarena itulah statistik inferensial ini juga disebut
dengan istilah statistik induktif.
Berdasarkan jenis analisisnya, statistik inferensial terbagi ke dalam dua bagian:
a.Analisis Korelasional
Analisis korelasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk mencari
hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel atau lebih. Dalam analisis
korelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Variabel bebas(Independent Variable), yaitu variabel yang keberadaannyatidak dipengaruhi
oleh variabel lain.
Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel yang lain.
Misalnya penelitian tentang hubungan antara jumlah sales dengan volume
penjualan. Jumlah sales merupakan variabel bebas (X) dan volume penjualan
sebagai variabel terikat (Y).
Contoh penelitian yang berupaya untuk mencari korelasi antarvariabel di antaranya adalah:
Hubungan antara jumlah sales dengan volume penjualan perusahaan.
Hubungan antara penghasilan orang tua, dan motivasi belajar dengan prestasi belajar.
Pengaruh tayangan media televisi terhadap minat belajar anak.
Banyak sekali teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk analisis korelasional ini, baik
statistik parametrik maupun nonparametrik.Penggunaan masing-masing teknik analisis tersebut
sangat tergantung pada jenis skala datanya. Skala data terdiri dari:

Data nominal , yaitu data kualitatif yang tidak memiliki jenjang. Contoh jeniskelamin, asal
daerah, pekerjaan orang tua, hobby, dan sebagainya.
Data ordinal, yaitu data kualitatifyang memiliki jenjang, seperti tingkat pendidikan, jabatan,
pangkat, ranking kelas, dan sebagainya.
Datainterval/rasio , yaitu data kuantitatif atau data yang berupa angka atau dapat diangkakan.
Contoh penghasilan, prestasi belajar, tinggi badan, tingkat kecerdasan, volume penjualan, dan
sebagainya.Untuk menentukan jenis analisis korelasional yang tepat dalam sebuah
penelitian, terlebih dahulu harus dilihat jenis data dari variabel-variabel yang diteliti. Sebagai
panduan, Tabel 1 disajikan berbagai jenis analisis korelasional berdasarkan skala datanya.
b.Analisis Komparasi
Analisis komparasi adalah teknik analisis statistik yang bertujuan untukmembandingkan antara
kondisi dua buah kelompok atau lebih. Teknik analisisyang digunakan juga cukup banyak,
penggunaan teknik analisis tersebuttergantung pada jenis skala data dan banyak sedikitnya
kelompok. Jenis-jenisanalisis komparasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Jenis Analisis Korelasional Dilihat dari Skala Data

Variable dan Skala Data

Variabel Dependent/ Terkait


Nominal

Variabel
Independent/
Bebas

Ordinal

Interval

Nominal
-Koofisien
Kontingensi

-Eta
-Korelasi Serial
Regresi
dengan
variable dummy

Ordinal
-Rank
Spearman
-Tahu Kendali
Interval
-Desriminan
Analysisc

-Korelasi
moment

Product

-Korelasi Parsial
-Korelasi Semiparsial
Analysis Regresi

Beberapa contoh hipotesis komparatif di antaranya adalah:


1. Perbedaan kualitas pelayanan antara toko A dan B
2. Perbedaan minat mahasiswa terhadap profesi guru ditinjau dari status sosial
ekonomi orang tua
3. Perbedaan prestasi belajar mahasiswa antara yang diajar dengan metode
konvensional dengan metode CTL
4. Perbedaan produktivitas kerja karyawan sebelum dan sesudah mengikuti
pelatihan AMT

Di samping teknik analisis di atas, terdapat dua kelompok analisis statistikditinjau dari bentuk
parameternya, yakni statistik parametrik dan nonparametrik.Statistik parametrik adalah analisis
statistik yang pengujiannya menetapkan syarat-syarat tertentu tentang bentuk distribusi
parameter atau populasinya, seperti databerskala interval dan berdistribusi normal. Statistik
nonparametrik adalahanalisis statistik yang tidak menetapkan syarat-syarat tersebut. Dengan
demikian, untukdapat menggunakan teknik statistik parametrik harus ditinjau terlebih dahulu
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi.

Tabel 2 Jenis Analisis Komparasi Dilihat dari Jumlah Kelompok

Jumlah Kelompok

Variabel yang Diuji

Nominal
Dua
Kelompo
k

Independe
n

-Kai Kuadrat
-Kolmogorovsminov

Ordinal
-Mann-Whitney
U

Interval
-Separatet Test
-Pooled t- tes

-Kolmogorov
Sminov
-Kai Kuadrat

Corelated
-Wicoxon

-Paired
Corelated t Test

-Mc Nemar
-Sign Test

Lebih
dari Dua
Kelompo
k

Independe
n

-Kai Kuadrat

-Kruskall-Wallis

-Analisis Varians

-Kolmogorovsminov

-Uji Media

(ANAVA

Kai Kuadrat

Corelated
-Friedman
-Kendalls W
-Cochrans Q
Persyaratan-persyaratan yang biasanya harus dipenuhi dalam penggunaan
teknik statistik parametrik meliputi:
1.Sampel diambil secara acak/random dari sebuah populasi.
2.Data berskala interval atau data bersifat kuantitatif.

-ANAVA Repeat
Measure

3.Data berdistribusi normal, artinya data yang diperoleh memiliki distribusi seperti
distribusi normal. Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Kai Kuadrat,
Kolmogorov-Smirnov,Lilieford Test, Skewness dan Kurtosis, atauJarque-Bera Test.
.4.Ada hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikatnya, artinya
hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat linear atau garis lurus, bukan
kuadratik, kubik atau yang lainnya. Pengujian dapat dilakukan denganmenggunakan uji F
Tuna Cocok(Lack of Fit Test)atau uji polinomial.
5. Tidak terjadi heterosedastisitas, artinya varians error yang dihasilkan dari
sebuahpersamaan regresi tersebut haruslah bersifat homogen/sama untuk setiap nilai X.
Pengujian dapat dilakukan denganPark Test,Glesjer Test,Bartlett Test, RhoSpearman, dan
Goldfield & Quant.
6. Tidak terjadi kolinearitas/multikolinearitas, artinya tidak terjadi korelasi yang terlalu
tinggi antar variabel bebas. Pengujian dapat dilakukan dengan analisis korelasi/regresi,
Tolerance,danVIF (Variance Inflation Factor).
7. Tidak terjadi otokorelasi, artinya error yang terjadi murni berasal dari garis regresidan
bukan berasal dari error pengamatan yang lain. Pengujiannya adalahDurbin-Watson Test.
8. Ada homogenitas varians, artinya varians antara kelompok satu dengan kelompokyang lain
haruslah bersifat homogen/sama. Pengujiannya dapat dilakukan denganBartlett Test, Cochran,
F Max Hartley, atauLevene Test.
9. Ada homogenitas regresi, artinya koefisien garis regresi antar kelompok haruslahbersifat
sama/homogen. Pengujiannya dapat dilakukan dengan uji F untukkesamaan koefisien regresi.

Tidak semua teknis statistik parametrik harus memenuhi semua persyaratan diatas, namun setiap
jenis teknik analisis memiliki persyaratan yang berbeda.Beberapapersyaratan yang harus
dipenuhi untuk masing-masing jenis teknik analisis dapat dilihatpada Tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan dalam Penggunaan Teknik Analisis Parametrik

Jenis Alat Analisis


1. Korelasi dan regresi linear sederhana
*)

Persyaratan Nomor

1, 2, 3, 4, dan 5

2. Korelasi dan regresi linear ganda *)


1, 2, 3, 4, 5, dan 6
3. Uji t dan ANAVA
1, 2, 3, dan 8
4. Analisis Kovarians (ANAKOVA)
1, 2, 3, 8, dan 9

*) Untuk data yang bersifat time series ditambah syarat nomor 7.

C.Penutup
Analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang tidakboleh
diabaikan.Kejelian dan ketelitian dalam melihat permasalahan dan jenis datayang diperoleh,
sangat diperlukan untuk dapat menentukan jenis analisis yang palingtepat. Kesalahan dalam
memilih teknik analisis akan berakibat fatal dalam pengambilankesimpulan.

Oleh karena itu sebelum menentukan teknik analisis apa yang harus dipakai,perlu dilihat kembali
jenis hipotesis yang akan diujinya, apakah deskriptif, komparatifatau korelasional. Jika sudah
diketahui selanjutnya melacak jenis data yang diperolehdari setiap variabel yang diteliti, apakah
datanya kuantitatif atau kualitatif.Jika sudahditemukan baru menentukan teknik analisis yang
dapat digunakan.

D. Mengorganisasi Data
1..Kriteria Keterpercayaan Data
Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan
penelitian akurat. Validasi temuan dalam penelitian kualitatif menurut Guba dalam Mills
meliputi beberapa kriteria, yakni: Credibility, Transferability, Dependability dan
Cofirmability.
Credibility (kredibilitas) digunakan untuk mengatasi kompleksitas data yang tidak mudah
untuk dijelaskan oleh sumber data, peneliti harus berpartisipasi aktif dalam melakukan
tindakan, berada di latar penelitian sepanjang waktu penelitian (prolonged participation at
study site), guna menghindari adanya bias dan persepsi yang salah. Hal ini dilakukan
dengan cara melakukan tindakan secara aktif (pada Metode Penelitian Tindakan (MPT)
misalnya mengajar), Dengan demikian semua masalah dapat diatasi langsung di

lapangan. Melakukan observasi yang cermat (persistent observation) untuk mengamati


perilaku informan (siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung), diskusi
dengan sejawat selama proses penelitian berlangsung (peer debriefing).
Transferability (keteralihan) merupakan konsep validitas yang menyatakan bahwa
generalisasi suatu penemuan penelitian dapat berlaku atau diterapkan pada konteks lain
yang berkarakteristik sama (representatif). Hal ini juga dilakukan untuk membuktikan
bahwa setiap data sesuai konteks artinya peneliti membuat deskripsi data secara detail
dan mengembangkannya sesuai konteks.
Dependability (kebergantungan) untuk menunjukkan stabilitas data, peneliti memeriksa
data dari beberapa metode yang digunakan sehingga tidak terjadi perbedaan antara data
yang satu dengan yang lain.
Confirmability (kepastian) untuk menunjukkan netralitas dan objektivitas data, peneliti
dapat menggunakan jurnal guna melakukan refleksi terhadap data yang dikumpulkan.
2. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Data
Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan
penelitian akurat. Validasi temuan menurut Creswell berarti bahwa peneliti menentukan
keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lain member
checking.triangulasi dan auditing.
a. Member checking
Peneliti perlu mengecek temuannya dengan partisipan demi keakuratan temuan. Member
checking adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan
untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas. Aktivitas ini juga dilakukan untuk
mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan
maupun tertulis tentang keakuratan laporan penelitian.Pertanyaan dapat meliputi berbagai
aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah lengkap, apakah
interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpa kecenderungan.
b. Triangulasi
Merupakan proses penyokongan bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi data
yang telah dilakukan peneliti yang berasal dari: 1) individu (informan) yang berbeda
(guru dan murid), 2) tipe atau sumber data (wawancara, pengamatan dan dokumen), serta
3) metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan dokumen).
c. External Audit
Untuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian, peneliti perlu melakukan cek silang
dengan seseorang di luar penelitian. Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat
memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang
akurat.Hal ini menyangkut deskripsi kelemahan dan kekuatan penelitian serta kajian
aspek yang berbeda dari hasil temuan penelitian.
1) Schwandt dan Halpern memberikan gambaran pertanyaan yang dapat
diajukan oleh auditor, antara lain:
a) Apakah temuan berdasarkan data?
b) Apakah simpulan yang dihasilkan logis?
c) Apakah tema tepat?

d) Sejauh mana peneliti melakukan bias?


e) Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan kredibilitas?
2) Sementara itu, Michael Quinn Patton mengajukan beberapa teknik
pemeriksaan keterpercayaan data yang lebih bervariasi, antara lain:
a) Perpanjangan keikutsertaan
Hal ini berarti bahwa peneliti berada pada latar penelitian pada kurun waktu yang
dianggap cukup hingga mencapai titik jenuh atas pengumpulan data di lapangan.
Waktu akan berpengaruh pada temuan penelitian baik pada kualitas maupun
kuantitasnya. Terdapat beberapa alasan dilakukannya teknik ini, yaitu untuk
membangun kepercayaan informan/subjek dan kepercayaan peneliti sendiri,
menghindari distorsi (kesalahan) dan bias, serta mempelajari lebih dalam tentang
latar dan subjek penelitian.
b). Ketekunan pengamatan
Mengandung makna mencari secara konsisten dengan berbagai cara dalam kaitan
dengan proses analisis yang konstan atau tentatif dan menemukan ciri-ciri dan
unsur yang relevan dengan fokus penelitian untuk lebih dicermati. Hal ini
dilakukan untuk menghasilkan kedalaman penelitian yang maksimal.
c). Triangulasi
Triangulasi adalah teknik yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap temuan data. Denzin dalam
Moleong mengajukan empat macam triangulasi: sumber, metode, penyidik dan
teori.
d). Pengecekan sejawat
Mengekspos hasil penelitian kepada sejawat dalam bentuk diskusi untuk
menghasilkan pemahaman yang lebih luas, komprehensif, dan menyeluruh. Hal
ini perlu dilakukan agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan jujur
atas temuan, dapat menguji hipotesis kerja yang telah dirumuskan,
menggunakannya sebagai alat pemgembangan langkah penelitian selanjutnya
serta sebagai pembanding.
e) Kajian kasus negatif
Dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai
dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan
sebagai pembanding.
f) Uraian rinci
Teknik ini berkaitan erat dengan kriteria keteralihan, yakni peneliti dapat
menuliskan interpretasi data atau laporan temuan sejelas dan secermat mungkin
sehingga dapat menggambarkan konteks yang sesungguhnya agar pada gilirannya
dapat digunakan pada konteks lain yang sejenis (berkarakteristik sama)
g). Auditing
Teknik ini berkaitan erat dengan kriteria kebergantungan dan kepastian data. Hal
itu dilakukan terhadap proses dan hasil penelitian. Proses auditing terdiri dari: praentri, penetapan hal-hal yang dapat diaudit, kesepakatan formal dan penentuan
keabsahan data.

Berdasarkan uraian analisis datadapat disimpulkan bahwa urutan untuk melakukan


analisis data dalam penelitian yaitu pertama-tama dengan mengorganisasikan data dari
semua data yang telah terkumpul yang terdiri atas komentar peneliti, foto, gambar,
dokumen, laporan, artikel, biografi dan sebagainya. Berasarkan uraian di atas langkah
dalam analisis data meliputi mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,memberi kode,
dan mengategorikan data.

Dengan dilakukan pengorganisasian serta pengelolaan data tersebut memiliki tujuan


untuk menemukan tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya akan diangkat untuk
menjadi sebuah teori substantif.
Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di dalam suatu proses. Jadi pelaksanaan
analisis mulai dilakukan ketika pengumpulan data itu juga dikerjakan dan dilakukan
secara intensif yaitu ketika sudah meninggalkan lapangan. Melakukan analisis
membutuhkan usaha pemusatan perhatian serta pengerahan tenaga dan juga pikiran
peneliti. Dengan demikian selain menganalisis data para peneliti juga harus mendalami
kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori dan menjustifikasi terhadap teori baru
yang ditemukan.

BAB IV PENUTUP

Bab penutup meliputi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan ini ialah bentuk singkat
dari uraian yang dibahas pada bab analisis data.
Simpulan merupakan jawaban atas pembatasan masalah dan tujuan penelitian.
Saran merupakan informasi untuk ditindaklanjuti oleh pembaca bila akan mengadakan penelitian
lanjutan.

Perbedaan kesimpulan dan simpulan, Kesimpulan adalah ringkasan atau rangkuman dari suatu
hal, Simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan atau resume dari beberapa kesimpulan.
Dalam mengambil simpulan, digunakan pola penalaran deduktif dan induktif.
1. Penalaran Deduktif
Pola ini diaeali dengan mengemukakan pernyataan yang umum lalu diikuti dengan pernyataanpernyataan khusus.
Penalaran deduktif terdiri atas, tiga bentuk berikut.

a. Silogisme
Silogisme adalah proses pengambilan simpulan dengan mengungkapkan pernyataan yang
bersifat umum (premis umum) disusul dengan pernyataan khusus (premis khusus).
Contoh:
PU : Semua peserta ujian diwajibkan mengenakan atribut dan seragam dari sekolah asalnya.
PK : Susi adalah salah seorang peserta ujian.
K : Susi wajib mengenakan atribut dan seragam sekolah asal.
b. Sebab-Akibat-Akibat
Pola ini diawali dengan pengungkapan fakta yang merupakan sebab, lalu disusul dengan
simpulan yang berupa akibat
Contoh :
Masyarakat kita masih rendah tingkat kedisiplinannya. Masih banyak penduduk yang membuang
sampah di selokan dan di kali sehingga saat datang musim hujan, banjir melandanya
c. Akibat-Sebab-Sebab
Pola ini dimulai dengan pernyataan yang merupakan akibat, kemudian ditelusuri penyebabnya.
Contoh:
Dua dari tiga remaja di kota-kota besar di Indonesia menurut penelitian,.telah terlibat pergaulan
bebas. Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh budaya Barat yang bebas.
2. Penalaran Induktif
Pola penalaran ini bermula dari pengungkapan hal-hal yang khusus, kemudian yang bersifat
umum.
Berikut adalah pola-pola penalaran induktif.
a. Generalisasi
Generalisasi ialah pengambilan simpulan umum berdasarkan fakta dan data yang bersifat
khusus. Data dan fakta diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei.
Contoh:
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada SMA Teladan saat mereka melaksanakan
upacara, pakaiannya seragam dan tertib.
b. Sebab-SebabAkibat
Pola ini dimulai dengan mengemukakan fakta-fakta yang menjadi sebab, lalu sitarik simpulan
yang merupakan akibat.
Catatan:
Saran bukan merupakan anjuran peneliti atau penulis pada objek penelitian atau instansi tertentu.
Saran ini ditujukan untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Artinya, masih ada
celah lain dari penelitian ini yang belum tergarap sehingga dapat diteliti oleh pembaca
Bagianakhir mencakup: daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup.

Anda mungkin juga menyukai