Wasiat Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam tentang larangan marah ini disampaikan agar
kita mampu mengontrol diri kita. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang bersumber dari Abu
Hurairah Radhiyallahuanhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi Shalallahu Alaihi wa
Sallam, Berilah saya nasihat. Beliau bersabda, Jangan marah. Lelaki itu terus mengulangulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, Jangan marah. (HR. Bukhari) [2]
1
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, Makna jangan marah yaitu janganlah kamu
tumpahkan kemarahanmu. Larangan ini bukan tertuju kepada rasa marah itu sendiri. Karena pada
hakikatnya marah adalah tabiat manusia, yang tidak mungkin bisa dihilangkan dari perasaan
manusia.
Ini merupakan langkah yang paling baik untuk ditempuh jika seseorang marah, dan
apabila masih belum juga hilang maka ambillah air wudhu lalu shalatlah, karena marah itu ibarat
api, dan padamnya api tidak lain adalah dengan air.
Ada seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam dan
mengatakan, Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan
saya ke surga dan menjauhkan dari neraka. Maka beliau bersabda, Jangan tumpahkan
kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan. (HR. Thabrani)
menahan amarahnya, Allah Akan menahan azab-Nya dari dirinya. (HR. Thabrani dalam AlMujam Al-Ausath) [3]
Perlu digaris bawahi, bahwa bukanlah maksud Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam
melarang memiliki rasa marah. Karena pada dasarnya rasa marah itu merupakan bagian dari
tabiat manusia yang pasti ada. Akan tetapi maksudnya ialah kuasailah dirimu ketika rasa marah
itu muncul. Supaya kemarahanmu itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik bagi dirimu
dan orang lain.
Sesungguhnya kemarahan merupakan bara api yang dilemparkan oleh syaithan ke dalam
lubuk hati bani Adam. Oleh sebab itu, perhatikanlah kalau orang sedang marah. Kita akan
melihat kedua matanya menjadi merah, dan urat lehernya menonjol serta menegang. Bahkan
terkadang rambutnya pun ikut rontok dan berjatuhan akibat luapan marah. Bahkan hal-hal lain
yang tidak terpuji dapat timbul mengikuti di belakangnya. Hal ini akan mengakibatkan
pelakunya merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah dia lakukan ketika dia marah.
Wallahualam
[1] Lihat, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Ibnu Hajar Al-Asqolani, Terbitan
AKBARMEDIA, Bab. Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak yang Buruk.(best seller)
<https://www.facebook.com/BuletinIslam/posts/437168959647611>