Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIKUM GEOTEKNIK:

PENGUJIAN SIFAT FISIK TANAH


Dibuat untuk memenuhi nilai praktikum mata kuliah geoteknik

Kelompok 11
Anggota :
Raditya P. Cipta

270110110031

Faisal Rachmat

270110110054

Suci Sarah Andriany

270110110091

Juliandri Zanori

270110110095

Sultan Fariz D Umar

270110110113

Omar Mukhtar

270110110152

Zaki Hilman

270110110173

Dhehave Riaviandhi

270110110213

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
JATINANGOR
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perencanaan suatu pembangunan baik itu podasi, galian, bendungan,
jembatan, dan lain-lain ilmu geoteknik sangatlah berperan. Salah satu bagian ilmu
geoteknik yang membahas mengenai perencanaan pembangunan ialah mekanika
tanah, yang membahas prinsip-prinsip dasar tanah modern yang didasari sifat-sifat
fisik tanah. Sifat-sifat fisik tanah sangat berhubungan erat dengan kelayakan pada
banyak penggunaan yang diharapkan dari tanah. Kekuatan dan kekokohan
pendukung, kapasitas penyimpanan air, plastisitas, semuanya secara erat berkaitan
dengan kondisi fisik tanah.
1.2 Perumusan Masalah
Uji sifat fisik tanah akan merumuskan beberapa pertanyaan, yaitu :

Berapa berat jenis dan kadar air yang dimiliki oleh sampel tanah

tersebut?
Berapa berat total tanah per satuan volume total sampel tanah

tersebut?
Berapa hasil pengujian Atterberg Limits (liquidity limits dan plastic
limits) yang didapatkan dari sampel tanah tersebut dan masuk kedalam

jenis tanah apa bila diklasifikasikan menurut USGS?


Bagaimana karakteristik material tanah tersebut setelah melalui uji
hydrometer and sieve analysis?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk dapat mengetahui sifat fisik dan jenis tanah serta dapat melaksanakan
pengujian standard mengenai parameter-parameter tanah di Laboratorium yang
meliputi :
Uji berat jenis, kecepatan, dan kadar air dari tanah
Plastisitas tanah, permeabilitas, liquid Limit
Konsolidasi
Uji kekuatan geser tanah dan percobaan geser langsung
yang nantinya akan menghasilkan data berupa jenis tanah sesuai dengan
klasifkasi tertentu (contoh : USGS) untuk diaplikasikan ke berbagai keperluan seperti
desain pondasi, pertambangan, kestabilan lereng, pembuatan jalan, dll.
1.4 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari sabtu tanggal 22 November 2014 pada pukul
10.06-12.00 pagi yang berlokasi tidak jauh dari Klinik Padjadjaran yang berelevasi
754 m. Secara koordinat lokasi penelitian terletak pada S 06o55'48,7" dan E
107o46'18,2" dengan cuaca pagi itu yang cerah berawan.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Kelompok Geotek 11


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Landasan Teori Geologi Teknik


Geologi teknik atau Engineering Geology: ilmu geologi terapan dalam bidang
teknik sipil yang mempelajari hubungan dan pengaruh geologi terhadap pekerjaan
konstruksi (engineering practice). Sedangkan Geoteknik adalah salah satu dari
banyak alat dalam perencanaan atau design tambang, data geoteknik harus digunakan
secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan
yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.
Ilmu geologi modern sudah ada sejak abad ke-18, namun ilmu dan praktek
Geologi Teknik (Engineering Geology) belum diakui sebagai suatu disiplin ilmu
sampai akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Buku pertama berjudul "Engineering
Geology" diterbitkan tahun 1880 oleh William Penning. Pada tahun 1925, Karl
Terzaghi, seorang ahli teknik dan geologi dari Austria, menerbitkan buku pertama
tentang mekanika tanah dalam bahasa Jerman "Erdbaumechanik". Terzaghi yang
dikenal sebagai Bapak Mekanika Tanah, memiliki minat besar di bidang geologi dan
menganggap

mekanika

tanah

sebagai

bagian

dari

ilmu

Geologi Teknik.

Kebutuhan ahli Geologi Teknik mendapat perhatian dunia pada tahun 1928
pada saat gagalnya Bendungan St. Francis di California yang menyebabkan hilangnya
426 nyawa. Beberapa kegagalan pekerjaan rekayasa enjiniring pada tahun-tahun
berikutnya juga mendorong peningkatan kebutuhan ahli Geologi Teknik untuk
bekerja pada proyek-proyek rekayasa berskala besar.
Dalam proyek rekayasa enjiniring, ahli Geologi Teknik menyelidiki dan
memberikan rekomendasi geologi dan geoteknik, analisis, dan desain yang
berhubungan dengan proyek terkait. Studi Geologi Teknik dapat dilakukan sejak
tahap perencanaan, saat enjiniring desain, saat konstruksi dan pasca konstruksi.
Pekerjaan yang dilakukan ahli Geologi Teknik meliputi penyelidikan bahaya geologi,
geoteknik, sifat-sifat material, pergerakan tanah dan stabilitas lereng, erosi, banjir,
pengeringan, investigasi seismik, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Geologi Teknik


2.1.1

Tanah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tanah adalah campuran bagian-

bagian batuan dengan material serta bahan organik yang merupakan sisa kehidupan
yang timbul pada permukaan bumi akibat erosi dan pelapukan karena proses waktu.
Menurut Darmawijaya (1990) Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas,
menduduki sebagain besar permukaan palnet bumi, yang mampu menumbuhkan
tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula.
Menurut Soil Survey Staff (1999) Tanah merupakan suatu benda alam yang
tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang
menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau
kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan
asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan

transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di


dalam suatu lingkungan alam.
Menurut Schoeder (1972) Tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang
mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup,
yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun
waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang
khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.
Sedangkan menurut Jooffe dan Marbut (1949), dua orang ahli Ilmu Tanah dari
Amerika Serikat Tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai
akibat bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi.
Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mieneral maupun
organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan
induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat
fisik maupun kehidupan biologinya.

Gambar 2.1 SEGITIGA TEKSTUR TANAH

Gambar 2.2 Pembagian Horizon Tanah


Horizon O
Merupakan lapisan paling atas dan disebut juga lapisan humus karena kaya
akan mineral organik yang berasal dari pembusukan daun, tanaman dan bahan
lainnya oleh dekomposer. Lapisan ini sangat tipis dan hanya beberapa centimeter saja.
Lapisan ini berwarna gelap kehitaman.
Horizon A
Disebut juga lapisan topsoil. Lapisan ini merupakan lapisan tanah bagian atas,
memiliki ketebalan rata-rata 20-35 cm. Horizon a masih realtif subur karena masih
dekat dengan lapisan humus. Warna tanah pad alapisan ini masih cenderung gelap
kehitaman hingga coklat tua.
Horizon B
Disebut juga lapisan subsoil. Tingkat kesuburan lapisan ini mulai berkurang
dan dicirikan warnanya yang mulai merah kekuningan. Horizon ini juga merupakan
batas akar tanaman terbawah.
Horizon C
Merupakan lapisan sisa batuan induk yang melapuk/regolith.
Horizon R/Bedrock
Disebut juga regolith atau lapisan batuan induk. Lapisan ini merupakan bagian
terbawah.

2.1.1.1 Klasifikasi Tanah


Sistem Klasifikasi Kesatuan Tanah (Unified soil classification system)
Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Casagrande (1942) untuk
dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang yang dilaksanakan oleh
The Army Corps of Engineers.Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan
laboratorium yang paling banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi
kesatuan tanah. Percobaan laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan
batas-batas Atterberg. Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan hasil-hasil
percobaan ini. Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar, yaitu
:
1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soil), yaitu : tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G, adalah untuk
kerikil (gravel) atau tanah berkerikil danS, adalah untuk pasir (sand) atau
tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu : tanah dimana lebih dari 50
% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini
dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk
lempung (clay) anorganik dan O untuk lanau-organik dan lempung-organik.
Simbol PT digunakan untuk tanah gambut (peat), muck dan tanah-tanah lain
dengan kadar organik yang tinggi.
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS, adalah :
W

= tanah dengan gradasi baik (well graded)

= tanah dengan gradasi buruk (poorly graded)

= tanah dengan plastisitas rendah (low plasticity), LL< 50

= tanah dengan plastisitas tinggi (high plasticity), LL > 50

Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti :GW, GP, GM,
GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, perlu diperhatikan faktorfaktor berikut ini :
1. persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)
2. persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 40
3. koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) untuk tanah dimana
0 12 % lolos ayakan No. 200
4. batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP) bagian tanah yang lolos ayakan
No. 40 (untuk tanah dimana 5 % atau lebih lolos ayakan No. 200).
Bilamana persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 adalah antara 5
sampai 12 %, symbol ganda seperti : GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC, SW-SM,
SW-SC, SP-SM dan SP-SC diperlukan, secara rinci dibarikan dalam Tabel 2.1.
Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL, OL, MH, CH dan OH
didapat dengan cara menggambar batas cair dan indeks plastisitas tanah yang
bersangkutan pada bagan plastisitas (Casagrande, 1948) yang diberikan dalam Tabel
2.1. Garis diagonal pada bagan plastisitas terdapat garis A dan U, ditunjukkan pada
Gambar 2.3 .
Garis A dan U tersebut diberikan dalam persamaan :
A
U

PI 0,73. LL 20
PI =0,9 (LL 8)

Keterangan :
PI

= Plasticity Index(%)

LL

= Liquid Limit(%)

Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi USCS.

Gambar 2.3 Diagram Plastisitas (ASTM ,Casagrande)

2.1.1.2 Parameter Fisik Tanah

LIQUID LIMIT
Maksud dan Tujuan Percobaan : Mencari liquid limit (batas cair) dari sampel tanah
Alat-alat dan Bahan:

Alat Cassagrande

Standard grooving tool

Can

Spatula

Mangkuk porselin

Air suling

Oven

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Botol penyemprot

Teori dan Rumus yang Digunakan:


Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai kadar air dimana
contoh tanah yang telah dimasukkan pada alat cassagrande, dibuat celah di
tengahnya dengan standard grooving tool lalu alat cassagrande diputar dengan
kecepatan 2 ketukan per-detik dan tinggi jatuh 10 mm, sehingga pada ketukan ke-25
contoh tanah yang digores dengan grooving tool merapat sepanjang 0,5 inch.
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu. Dalam
hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu batas cair, batas plastis, dan
batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili pada sebuah diagram Atterberg
Limits yaitu:
Cair

Plastis
BATAS CAIR

Semi Plastis

BATAS PLASTIS

Solid
BATAS SUSUT

Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin sedikit. Batas cair ini
ditentukan dengan percobaan memakai alat liquid limit.Alat ini dikembangkan oleh
cassagrande dan besarnya batas cair ditentukan pada ketukan ke-25.

W
dengan :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can
Jalannya Percobaan

w1 w2
100%
w2 w3

(1.1)

1. Memasukkan contoh tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian


mencampurnya dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga
homogen
2. Memasukkan contoh tanah ke dalam mangkuk cassagrande selapis demi
selapis dan diusahakan tidak ada udara di antara setiap lapisan dengan
spatula tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga setebal 0.5
inch pada bagian tengahnya
3. Membuat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande
dengan menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk,
dilakukan dengan hatihati agar tidak terjadi retak pada bagian bawahnya
(gambar 1.2)

Gambar 1.2

Membuat celah dengan grooving tool

4. Menjalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran perdetik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
sepanjang 0.5 inch pada saat itu alat cassagrande dihentikan dan jumlah
ketukan dicatat (gambar 1.3)

Gambar 1.3 Tanah yang

merapat sepanjang

inch
5. Menimbang

can

terlebih dahulu, lalu

mengambil sebagian

tanah dalam mangkuk

cassagrande

dan

memasukkannya

dalam

dan

ditimbang berat can +

can

ke

tanah, terakhir can + tanah dimasukkan ke dalam oven.


6. Mengulangi seluruh langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai
ketukan antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini dibantu dengan cara
menambahkan air suling atau menambahkan tanah
7. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, contoh tanah dikeluarkan dan
ditimbang kembali
8. Menghitung kadar airnya
Menentukan nilai Liquid Limit
Cara 1
Batas cair didapat dengan menarik garis vertikal pada N = 25 sampai memotong
grafik. Regresi logarithmic antara N (jumlah ketukan) dengan W (kadar air) :
N(x)
W(y)

1
%

2
%

3
%

4
%

5
%

Gambar 1.4

Contoh grafik untuk menentukan liquid limit

Dari grafik di atas, didapat persamaan kurva: y = Ln(x) +


maka untuk N = 25 Liquid Limit = Ln(25) + = %
Cara 2
Dengan rumus :

25

LL Wn
(1.2)

keterangan :
LL

= liquid limit

Wn

= kadar air pada ketukan ke-n

= jumlah ketukan

LL1 = %
LL2 = %
LL3 = %

0.121

LL4 = %
LL5 = %

No. Can

Jumlah ketukan

Wn (%)

LL (%)

1
2
3
4
5

1
2
3
4
5

%
%
%
%
%
LLrata-rata =

%
%
%
%
%
%

Kesalahan relatif =

LLcara1 LLcara2
100%
LLcara1

=%

Menentukan harga Flow Index(FI)


Untuk mendapatkan harga Flow Index (FI) ialah dengan menarik garis lurus sehingga
memotong sumbu pada ketukan ke-10 dan ketukan ke-100.
Kadar air untuk N = 10 ;W = Ln(10) + = %
Kadar air untuk N = 100 ;W = Ln(100) + = %
FI = WN=100 WN=10
=

MOISTURE CONTENT

(1.3)

Maksud dan Tujuan Percobaan : Mencari kadar air dari sampel tanah
Alat-alat dan Bahan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cawan kedap air + tutupnya,dari logam atau aluminium,


Oven,dengan pengatur suhu 300 C-2000C
Timbangan/Neraca Ohauss,Ketelitian 0,01 gram
Dessicator/Alat pendingin
Spatula
Alat Tulis

Teori dan Rumus yang Digunakan:


Kadar air ( Moisture Content ) adalah perbandingan berat air
terkandung dalam contoh tanah atau agregat dengan berat kering tanah /
agregat.Nilai kadar air biasanya dinyatakan dalam persen ( % ). Apabila
satuan nilai kadar air tidak dinyatakan dalam persen,maka hasil pengujian
dikalikan dengan 0.01.
Jalannya Percobaan
1. Sediakan alat dan bahan uji yang akan kita gunakan dan pastikan berapa
banyak sample yang akan kita buat dalam memeriksa kadar dan beri tanda
pada setiap bahan uji.Dalam hal ini kami membuat tiga sample percobaan.
2. Langkah selanjutnya adalah menimbang setiap cawan beserta
tutupnya.Beri tanda pada setiap cawan dan catat berapa berat setiap cawan.
3. Ambil sedikit sample tanah yang akan di uji dari tabung Extruder.M
asukkan tanah tanah kedalam setiap cawan secara perlahan dengan
menggunakan spatula.
4. Timbang kembali setiap cawan yang telah berisi tanah sample dan catat
beratnya.
5. Bukan tutup setiap cawan kemudian masukkan kedalam oven.Atur
suhunya ( 100 5 )0 C dan diamkan selama 24 jam.
6. Setelah 24 jam keluarkan bahan uji dari oven lalu dinginkan contoh tanah (
bahan uji ) dalam desikator,kemudian timbang hingga dalam beberapa kali
penimbang beratnya konstan.
7. Catat berapa berat masing-masing cawan

Cara menghitung Moisture Content


Kadar Air (w) = Ww/Ws x 100%

Dengan,
W = berat tanah total (gr)
Ww = berat air (gr)
Ws = berat butiran padat (gr)

SPESIFIC GRAVITY
Maksud dan Tujuan Percobaan :
Mencari berat jenis tanah
Alat-alat dan Bahan:
1. 6 buah piknometer kapasitas 50 ml.
2. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi hingga 115 C.
3. Neraca dengan ketelitian 0.01 gr.
4. Thermometer ukuran 0 - 100 C dengan ketelitian 1 C.
5. saringan no.40
6. Botol berisi aquades.
7. oven
8. Bak perendam
Teori dan Rumus yang Digunakan:
Berat jenis (specific gravity) tanah adalah angka perbandingan antara berat isi
butir tanah dengan berat isi air suling pada volume yang sama dan suhu tertentu.Berat
jenis tanah sangat penting diketahui yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan perhitungan mekanika tanah.
Jalannya Percobaan
1. Sampel tanah disturbed dan undisturbed disiapkan

2. gumpalan gumpalan tanah disturbed ditumbuk agar butiran tanah terlepas


sehingga dapat disaring pada saringan no.40
3.sampel tanah dikeringkan dalam oven suhu 110 C selama 24 jam lalu
dianginkan.
4.Cuci piknometer dan keringkan.
5.Timbang peknometer dan tutupnya lalu timbang sebagai W1.
6. Masukkan benda uji ke dalam piknometer hingga mencapai 1/3 volume,lalu
timbang dan catat sebagai W2.
7. Tambahkan air ke dalam piknometer sebanyak 1/3 volume sehingga isi
piknometer menjadi 2/3 bagian.
8.Didihkan piknometer di kompor untuk mengeluarkan udara yang terjebak di
dalamnya, kemudian angkat.
9. Rendam piknometer dalam wadah/bak rendaman selama 24 jam.
10. Ukur suhu rendaman air dengan termometer.
11. Akibat perendaman, air dalam piknometer akan berkurang, tambahkan air
kembali hingga posisi 2/3 volume piknometer.
12. Keringkan bagian luar piknometer dan timbang kemudian catat sebagai
W3.
13. Keluarkan isi piknometer, lalu bersihkan.
14. Isi piknometer dengan aquades hingga 2/3 volume piknometer kemudian
catat sebagai W4.
Perhitungan Spesific Gravity
Berat jenis tanah (GS) dapat dihitung dengan rumus :
GS = ( W2 W1 )/ ( W4-W1 ) ( W3-W2 )
Dimana :
W1 = berat piknometer (gr)
W2 = berat piknometer + tanah (gr)

W3 = berat piknometer + tanah + air (gr)


W4 = berat piknometer + air pada temperatur (T C) (gr

UNIT WEIGHT
Maksud dan Tujuan Percobaan : Mencari berat total tanah persatuan volume total
Alat-alat dan Bahan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

6 buah piknometer kapasitas 50 ml.


Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi hingga 115 C.
Neraca dengan ketelitian 0.01 gr.
Thermometer ukuran 0 - 100 C dengan ketelitian 1 C.
saringan no.40
Botol berisi aquades.
oven
Bak perendam

Perhitungan Unit Weight


Rumus mencari berat volume tanah basah:
b = W / V
Dengan,
b = Berat volume tanah basah (gram/cm3)
W = Berat tanah basah (gram)
V = Volume tanah basah (cm3)
Rumus mencari berat volume tanah kering:
d = b / (1 + w)
Dengan,
d = Berat volume tanah kering (gram/cm3)
b = Berat volume tanah basah (gram/cm3)
w = Kadar air (%)

PLASTIC LIMIT
Maksud dan Tujuan Percobaan :
Mencari batas plastis (plastis limit) dari sebuah sampel tanah.
Alat-alat dan Bahan:

Pelat kaca

Container

Contoh tanah lolos saringan No. 40 ASTM

Spatula

Mangkuk porselin

Air suling

Oven

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Teori dan Rumus yang Digunakan:


Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air pada batas
dimana contoh tanah digulung pada pelat kaca hingga mencapai diameter kurang
lebih inch (3.2 mm) dan tanah tersebut tepat retakretak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
IP = LL PL

(1.4)

Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis
dan batas cair. Rumus yang digunakan sama seperti persamaan (1.1):

W
dengan :

w1 w2
100%
w2 w3

= kadar air

w1

= berat tanah basah + container

w2

= berat tanah kering + container

w3

= berat container

Jalannya Percobaan
1. Memasukkan contoh tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
mencampurnya dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga
homogen
2. Mengambil contoh tanah tersebut sedikit lalu menggulungnya di atas pelat
kaca sampai berdiameter inch. Bila kadar air berlebih, pada waktu
contoh tanah mencapai diameter inch tidak terjadi retakretak, maka
percobaan ini harus diulang kembali dengan menambahkan contoh tanah.
Sedangkan bila kadar air kurang, contoh tanah akan retak retak sebelum
mencapai diameter inch. Percobaan ini harus diulang kembali dengan
menambahkan air sehingga contoh tanah tepat retakretak pada waktu
mencapai diameter inch (gambar 1.5)

Gambar 1.5Proses menggulung sampel tanah


3. Contoh tanah yang mulai retakretak halus pada diameter inch
dimasukkan ke dalam dua container yang sudah ditimbang beratnya. Berat
container + tanah minimum adalah 15 gram.

4. Container harus secepatnya ditutup agar kadar air tidak berkurang karena
penguapan. Container yang telah berisi tanah tersebut kemudian
ditimbang.
5. Memasukkan container dalam keadaan terbuka ke dalam oven berisi tanah
yang telah ditimbang selama kurang lebih 18 jam.
6. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, container berisi tanah
dikeluarkan untuk ditimbang guna mencari kadar airnya. Pada saat
menghitung kadar air ini jangan lupa untuk menambahkan berat penutup
container agar berat total container seperti pada saat menimbang berat
tanah basah sebelumnya.
Cara menghitung Plastic Limit
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
IP = LL PL
Dengan,
LL: liquid limit
PL: Plastic limit
ANGKA PORI ( void ratio) = e

POROSITAS ( porosity) = n
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat
dalam suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga
merupakan indicator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti

tanh yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan
keluar tanah yang secara leluasa , sebaliknya jika tanh tidal poreus (Hakim ,1996)

Dimana,
W = berat tanah total (gr)
Ww = berat air (gr)
Ws = berat butiran padat (gr)
V = volume tanah total (cm3)
Va = volume udara (cm3)
Vw = volume air (cm3)
Vs = volume butiran padat (cm3)
Vv = volume rongga pori (cm3)

HYDROMETER ANALYSIS
Tujuan Percobaan :
Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih
kecil dari 0.074 mm (saringan no. 200 ASTM) dengan cara pengendapan
(hydrometer).
Peralatan Dan Bahan :
1. Hydrometer (tipe 152 H)
2. Hydrometer jar (1000 ml)
3. Gelas ukur
4. Larutan pendispersi 4% (water glass)
5. Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing masing 50 gram (untuk 3
sampel)

6. Stopwatch
7. Pengaduk mekanis (mixer)
8. Oven
9. Termometer Celcius
10. Gelas belimbing
11. Saringan No. 200 ASTM
12. Timbangan (ketelitian 0.01 gram)
Landasan Teori
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau
kepadatan\relatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air.
Hydrometerbiasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan bola
pembobotandengan merkuri (raksa) untuk membuatnya mengapung tegak.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yangtersuspensi pada fluida (dalam praktikum ini, benda padat yang dimaksud
adalah tanah)akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat fluida yang dipindahkan.
Dengan demikian,semakin rendah kerapatan zat tersebut, semakin jauh hydrometer
tenggelam. Seberapa jauh hydrometer tersebut teggelam dapat dilihat dari skala
pembacaan yang terdapat dalam hydrometer itu sendiri.
Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu
butiran di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan
dan kepekaan larutan tersebut. Hubungan tersebut dapat dijabarkan oleh hukum
Stokes sebagai :

Ket:
v = kecepatan jatuh dari butiran (cm/s)
s = berat jenis butiran (gr/cm3)
w = berat jenis larutan (gr/cm3)
= kepekatan larutan (dyne.s/cm2)
D = diameter butiran (cm)

SIEVE ANALISYS
Tujuan Percobaan
Menentukan gradasi atau pembagian ukuran butir tanah (grain size
distribution) dari suatu sample tanah dengan menggunakan suatu saringan.
Dasar Teori
Sifat-sifat tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirnya. Maka dari
itu pengukuran besarnya butir tanah sering dilakukan di laboratorium mekanika
tanah. Dengan mengetahui pembagian besarnya butir dari suatu tanah, maka kita
dapat menentukan klasifikasi terhadap suatu macam tanah tertentu atau dengan kata
lain dapat mengadakan deskripsi tanah. Besarnya butiran tanah biasanya digambarkan
dalam grafik yang disebut grafik lengkung gradasiatau grafik lengkung pembagian
butir. Dari grafik ini dapat kita lihat pembagian besarnya butiran tanah tertentu dan
juga dapat kita lihat batas antara kerikil dan pasir, pasir dan lanau, dsb.
Koefisien Uniformitas

Koefisi
en Gradasi

Tanah yang bergradasi baik akan mempunyai Cu>4 dan Cc antara 1 dan 3
untuk tanah berkerikil, Untuk tanah pasir memiliki Cu>6 dan Cc antara 1 dan 3.
Tanah dikatakan bergradasi buruk (poorly graded) jika sebagian dari butirannya
mempunyai ukuran yang sama, tidak beragam ukurannya. Bergradasi baik (well
graded) jika ukuran butiran tanah terbagi merata artinya ukuran dari yang besar
sampai ke yang kecil ada disana.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Metode Pengambilan Sampel Tanah Tak Terganggu (Undisturbed Sample)


Tanah tidak terganggu (undistrubed soil) yaitu tanah yang masih alami yang

tidak terganggu oleh lingkungan luar. Sampel tanah diambil di beberapa titik pada
lokasi pengambilan sampel menggunakan tabung contoh untuk tanah tidak terganggu.
Sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di lokasi
pengambilan sampel.
Metode pengambilan contoh tanah dengan menggunakan metode shelby tube
dengan standar ASTM D1587 yaitu berupa tabung thin wall sampler tube dengan
diameter luar 60-63 cm dan panjang tabung 60 cm yang ditekan ke dalam massa
tanah. Pada percobaan kali ini Shelby tube yang digunakan ialah berupa tabung thin
wall sampler tube dengan diameter dalam 30 cm dan panjang tabung 30 cm, ditekan
ke dalam massa tanah menggunakan palu sampai dengan kedalaman 15 cm yang
sebelumnya tanah digali menggunakan cangkul sedalam 10 cm untuk mendapatkan
sampel tanah bersih yang tidak tercampur oleh sampah maupun vegetasi.
3.2

Metode Uji Laboratorium Berdasarkan ASTM (American Standard

Testing and Materials)


Untuk mengetahui karakteristik sampel tanah perlu dilakukan serangkaian
pengujian index properties. Pengujian index properties dilakukan untuk sample tanah

penelitian yang diambil dari lokasi. Rangkaian uji index properties adalah sebagai
berikut :

1. Uji Kadar Air


Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu
perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini menggunakan
standar ASTM D-2216.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216, yaitu :
1. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji kedalam
cawan dan menimbangnya.
2. Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 110oC
selama 24 jam.
3. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung
prosentase kadar air.
Perhitungan :
Berat air (Ww) = Wcs Wds
Berat tanah kering (Ws) = Wds Wc
Kadar air () = % 100xWs Ww
Dimana,
Wc = Berat cawan yang akan digunakan
Wcs = Berat benda uji + cawan
Wds = Berat cawan yang berisi tanah yang sudah di oven
2. Uji Analisis Saringan
Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah melalui
satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui prosentase ukuran butir sampel
tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88
(Bowles, 1991).
Langkah Kerja :

a. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar


airnya.
b. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan
sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.
c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar
selama kira-kira 15 menit.
d. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang
tertahan di atasnya.
e. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar
airnya.
f. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan
sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.
g. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar
selama kira-kira 15 menit.
h. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang
tertahan di atasnya.
3. Uji Batas Atterberg
a. Batas Cair (Liquid Limit)
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah
pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini menggunakan
standar ASTM D-4318.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318, antara lain :
1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan menggunakan
saringan No. 40.
2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Casagrande setinggi 10 mm.
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian diberi air
sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan kedalam
mangkuk casagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga sejajar
dengan alas.
4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji dalam
mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving tool.

5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 13 mm


sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada
diantara 10 40 kali.
6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk pemeriksaan
kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk benda uji dengan
keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda
uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan
2 buah di atas 25 ketukan.
Perhitungan :

Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah pukulan.


Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi
logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar

air.
Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.
Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25.

b. Batas Plastis (Plastic limit)


Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan
batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas plastis adalah nilai
dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :
1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan No. 40.
2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian digulung-gulung
di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak-retak atau
putus-putus.
3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang
4. Menentukan kadar air benda uji.
Perhitungan :

Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji.
Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah yang
diuji, dengan rumus :

PI = LL PL
4. Uji Berat Jenis
Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan
menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No. 40. Bila
nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji
hydrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200 (diameter = 0.074 mm). Uji berat
jenis ini menggunakan standar ASTM D-854.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-854, antara lain :
a. Menyiapkan benda uji secukupnya dan mengoven pada suhu 60oC
sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari.
b. Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan
saringan No. 40 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih
c.
d.
e.
f.

dahulu.
Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya.
Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.
Mengambil sampel tanah.
Memasukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air

suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.


g. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di
dalam butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum.
h. Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat
hasilnya dalam temperatur tertentu.
5. Pengujian Hidrometer (Hydrometer Analysis)
Metode yang digunakan dalam pengujian ini diambil dari standar ASTM,
yaitu ASTM D-442. Pengujian hidrometer ini bertujuan untuk mencari susunan
ukuran butir tanah khusus berbutiran halus lolos saringan nomor 200.
Dalam menganalisis pengujian dapat dihitung persen halusnya, dan dengan
menggunakan chart dapat dihitung ekuivalennya. Selain itu, dari hasil perhitungan
dapat dibuat grain size distribution curve.

6. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)


Metode yang digunakan dalam pengujian ini diambil dari standarASTM, yaitu
ASTM D-854-02 Erlenmeyer. Pengujian berat jenis ini bertujuan untuk mencari nilai
berat jenis sampel. Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase
udara, air, dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk perhitunganperhitungan parameter indeks tanah (index properties).
Dalam menganalisis perhitungan data pengujian ini dapat dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Membuat grafik kalibrasi berat erlenmeyer + air dengan suhu dengan nilai
persamaannya.
2. Untuk nilai Gt (faktor koreksi berat jenis) dilihat dari table yang sudah ada.
3. Berat jenis yang digunakan adalah nilai berat jenis yang sudah dirata-ratakan
dari 5 hasil berat jenis yang dihasilkan dari pengujian ini.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

Projec t

Date of Test :
Tested by

Penentuan Sifat Fisik Tanah


27 November 2014

P-11

Test No
Number of Blows
Tare No
Weight of Wet Soil + Tare
Weight of Dry Soil + Tare

Liquid Limits
1
2
11
22
31
16
32
30.07
24.8
24.94

3
30-35
13
31.45
24.86

4
41
24
30.7
23.9

Plastic Limits
1
2
17
31
26.25

5
34.5
28.35

Weight of Tare
Moisture Content
Test No
Tare No
Weight of Wet Soil + Tare
Weight of Dry Soil + Tare
Weight of Tare

12.54

1
3
48.2
46.7
11.29

Specific Gravity
Test No
Bottle No
Weight of Bottle + Water + soil
Weight of Bottle + Water at 250 C
Weight of Bottle + Dry Soil
Weight of Bottle
Temperature of Test
Temperature Correction

Unit Weight (m)


Test No
Ring No
Diameter of Ring
Height of Ring
Weight of Ring
Weight of Wet Soil + Ring

12.39

12.7

2
44
45.21
42.48
12.95

1
1
82.45
74.12
39.64
24.42
25
1

1
1
6.36
1.9
53
166.05

2
13
81.5
73.41
39.61
24.11
25
1

2
1
6.36
1.9
53
167.45

Sieve Analysis
Sample Weight
100
Size of Sieve Weight of Sieve + Soil Weight of Sieve
3
2
1
3/4
3/8
#4
0.15 x 2 = 0.3
# 10
0.17 x 2 = 0.34
# 20
1.01 x 2 = 2.02
# 40
1.14 x 2 = 2.28
# 100
1.32 x 2 = 2.64

12.65

12.65

11.1

# 200
PAN

1x2 =2
90.42

Hydrometer Analysis
Sample Weight
Elapse Times Temp
(0C)
0.5
29
1
28
2
28.5
5
28.5
15
29
30
28.5
60
29
240
29
1440
29
4.1.1

Hydro Reading
39
38.5
37
37
36
35
34
31.5
24

Sifat Fisik Tanah

4.1.1.2 Pengujian Atterberg Limits


Liquidity Limits
Perhitungan :
Berat Tare (w1)
Berat Tare + Berat tanah basah (w2)
Berat Tare + Berat Tanah Kering (w3)
Rumus :
w 2w 3
x 100
w 3w 1

Test No

Liquid Limits

1
2
3
4

58,73
40,87
54,32
60,44

(%)

Rata rata Liquid Limits = 53,59 %


Plasticity Limits
Perhitungan :
Berat Tare (w1)
Berat Tare + Berat tanah basah (w2)
Berat Tare + Berat Tanah Kering (w3)
Rumus :
w 2w 3
x 100
w 3w 1
Test No

Plastic Limits

1
2

34,93
35,65

(%)

Rata Rata Plastic Limits = 35,29 %


Indeks Plastis =
PI = LL PL = 53,59 35,29 = 18,3 %
4.2.2 Specific Gravity
Perhitungan :
Berat Tanah Kering (Ws)
Berat piknometer + air + tanah (Wbws)
Berat piknometer + air (Wbw)
Rumus :
Ww = Ws + Wbw Wbws
Gs = Ws/Ww

SPECIFIC GRAVITY ( ASTM D 854 )


TEST No
Bottle No
Weight Of Bottle + Water + Soil
Weight Of Bottle + Water at 25 oC
Weight Of Dry Soil + Bottle
Weight Of Bottle
Temperature Of Test
Temperature Correction
Specific Gravity Of Soil
Average Of Specific Gravity

gr
gr
gr
gr
o
C
Gs
Gs

1
82,45
74,12
36,64
24,42
25,00
1,00
3,1414

13
81,50
73,41
39,61
24,11
25,00
1,00
2,0918
2,6166

4.2.3 Hidrometer
Perhitungan :
CT didapat dari mengkonversi data T ke Tabel Composite Correction (CT)
Values
Ra (Actual Hydrometer Reading)
RC (Correction Hydrometer Reading)
a didapat dari megkonversi nilai Gs ke tabel (k) Values
Rumus :
Rc = Ra Koreksi nol + CT
% finer =

Rc . a
x 100
Ws
HYDROMETER ANALYSIS

No

1
2
3
4
5
6
7

Elapse
Times

Temperatur

Hydromete
r

Composite

Correct
Hyd

f
Particle
s

Percent

(minutes)

( oC)

Reading

Correction

Reading

(mm)

Finer

0,50
1,00
2,00
5,00
15,00
30,00
60,00

29,00
28,00
28,50
28,50
29,00
28,50
29,00

39,00
38,50
37,00
37,00
36,00
35,00
34,00

3,05
2,50
2,50
2,50
3,05
2,50
3,05

42,05
41,00
39,50
39,50
39,05
37,50
37,05

0,067
0,048
0,035
0,022
0,012
0,009
0,006

89,15
86,92
83,74
83,74
82,79
79,50
78,55

% Finer
by
Tot
Weight
80,61
78,59
75,72
75,72
74,86
71,88
71,02

8
9

240,00
1440,00

29,00
29,00

31,50
24,00

3,05
3,05

HYDROMETER

34,55
27,05

0,003
0,001

73,25
57,35

66,23
51,85

USA STANDARD SIEVE


# 200# 100

# 40 # 20

# 10

#4

3/8"

3/4" 1"

2"

PERCENT BY PASSING

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10

CLAY

0
0

S I L T
0.01

S A N D
0.1

G R A V E L
1

10

100

G R A D A T I O N (%)
(Retain # 10, Pass
# 2)
(Retain # 200, Pass
# 10)

Gravel
Sand
Silt & Clay

(Pass # 200)

CLASSIFIED GRADING PASS (%)


0,64
8,94
90,42

Sieve
# 10
Sieve
# 40
Sieve # 200

(2.00
mm)
(0.425
mm)
(0.074
mm)

4.3 Interpretasi
Dari hasil perhitungan diatas kita dapat membuat kesimpulan dengan
parameter parameter sebagai berikut :
1. Dengan melakukan pengujian ini kita dapat mengetahui material butiran yang
lebih halus ( < ayakan 200 ) dengan menggunakan uji hidrometer, sedangkan
dengan material yang lebih kasar ( > ayakan 200 ) dapat kita ketahui dengan
uji menggunakan sieve atau alat ayakan/mesin penggetar.
2. Dari percobaan diperoleh :
a. Jumlah butiran < 0,075 mm =
90,42 gram
b. Jumlah butiran > 0,075 mm =
9,58 gram
3. Dari percobaa juga diperoleh :
a. Gravel (kerikil)
=
0,64 %
b. Sand (pasir)
=
8,94 %
c. Silt & Clay (lanau & lempung)
=
90,42 %
Berdasarkan dari hasil pengujian hydrometer dan data grafik yag telah diolah
didapatkan klasifikasi tanah Clayey Silt.
Dapat kita ketahui juga dari hasil pengujian dengan menggunakan sieve diatas
bahwa lebih dari 50 % material dapat melewati hadangan sieve no 200 maka tanah
tersebut merupakan karakteristik lanau (silt) dan lempung (clay). Liquid limit objek

99,36
95,06
90,42

yang diuji menunjukkan nilai yang lebih besar dari 50 % dan inorganik, maka
menurut klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System) tanah yang diuji
masuk ke dalam divisi MH (silt of high plasticity, elastic silt) atau CH (clay of high
plasticity, flat clay)

BAB V
KESIMPULAN

Tanah adalah campuran bagian-bagian batuan dengan material serta


bahan organik yang merupakan sisa kehidupan yang timbul pada permukaan
bumi akibat erosi dan pelapukan karena proses waktu. Klasifikasi tanah
menurut USCS dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: Tanah berbutir halus
dan Tanah berbutir kasar.

Salah satu bagian ilmu geoteknik yang membahas mengenai

perencanaan pembangunan ialah mekanika tanah, yang membahas prinsipprinsip dasar tanah modern yang didasari sifat-sifat fisik tanah . Dalam
mempelajari sifat fisik tanah, parameter-parameter tanah yang dapat diuji di

Laboratorium meliputi :
Uji berat jenis, kecepatan, dan kadar air dari tanah
Plastisitas tanah, permeabilitas, liquid Limit
Konsolidasi
Uji kekuatan geser tanah dan percobaan geser langsung
Metode yang digunakan dalam melakukan pengujian ini, ialah: Metode
pengambilan sampel tanah tak terganggu (undisturbed sample) dengan
melakukan pengambilan contoh tanah dengan menggunakan metode shelby
tube dengan standar ASTM D1587 yaitu berupa tabung thin wall sampler tube
dengan diameter luar 30 cm dan panjang tabung 30 cm yang ditekan ke dalam
massa tanah. Selanjutnya untuk pengujian menggunakan Metode uji
laboratorium berdasarkan ASTM (American Standard Testing and Materials)
y untuk mengetahui karakteristik sampel tanah perlu dilakukan serangkaian
pengujian index properties. Pengujian index properties dilakukan untuk
sample tanah penelitian yang diambil dari lokasi. Rangkaian uji index
properties meliputi : Uji Kadar Air, Analisis Saringan, Batas Atterberg, dan

Berat Jenis.
Pengujian di laboratorium dengan pengujian hydrometer dan data
grafik yag telah diolah, didapatkan klasifikasi tanah Clayey Silt. Hal ini
didukung dengan hasil pengujian Sieve analysis yang (didasarkan pada USCS
(Unified Soil Classification System)), tanah yang diuji masuk ke dalam divisi
MH (silt of high plasticity, elastic silt) atau CH (clay of high plasticity, flat
clay).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Annual Book of ASTM Standards. American Standard for

Testing and Materials. Philadelphia. USA.


Bailey, Harry H. 1986. Dasar- dasar Ilmu Tanah.. Lampung: Universitas

Lampung
Bell, F.G. 2007, Engineering Geology, 2nd Edition, Great Britain, Elsevier
Bowles, Joseph E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika

Tanah). Erlangga: Jakarta.


Das, B.M., 1986, Advanced Soil Mechanics, McGraw Hill, Singapore, Ch. 1.

Das, B.M., 2002, Principles of Geotechnical Engineering, 5th Ed.,

Brooks/Cole, USA, Ch. 3.


Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar dasar Teori Bagi Penelitian.

Tanah dan Pelaksanaan Penelitian. UGM Press, Yogyakarta


Fatal, Abdul. 2006. Studi Karakteristik Parameter Kuat Geser Tanah Lempung
Pasir Honje Tol Cipularang, Jawabarat. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan

Binaan.
Holtz, R.D., and Kovacs, W.D., 1981, An Introduction to Geotechnical

Engineering, Prentice Hall, New Jersey, USA.


Lambe T.W. 1951. Soil Testing For Engineers. John Willey and Sons. New

York.
McCharty, D.F., 1998, Essential of Soil Mechanics and Foundations: Basic

Geotechnics, Prentice Hall, New Jersey, USA, Ch. 2


Price, D.G. 2009, Engineering Geology : Principles and Practice, London,

Springer
Punmia, B.C. 1981. Soil Mechanic and Foundation. Standard Book House.

Delhie.
Schroeder.D. 1984. Soil Facts and concepts (translated from Germen). PA.

Gething International Potash Institute, Bern.


Wesley, LD. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977.

LAMPIRAN I
PRINTOUT DATA HASIL UJI LABORATORIUM

LAMPIRAN II
FOTO PENGAMBILAN SAMPEL UJI LABORATORIUM

PENGAMBILAN SAMPEL

UJI LABORATORIUM
Unit Weight & Mostuire Content

Plastic Limit

Hydrometer Analysis

Liquid Limit

Sieve Analysis

Specific Gravity

Anda mungkin juga menyukai