PENDAHULUAN
mungkin memiliki
refluks
gastroesofagus
dan
penyakit
BAB II
OMPHALOCELE
A.
DEFINISI
Omphalocele adalah defek pada dinding anterior abdomen pada dasar dari
umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Omphalocele adalah salah satu
kelainan kongenital yang paling banyak ditemukan pada bedah anak. Usus pada
omphalocele dibungkus oleh membran yang terdiri dari peritoneum pada lapisan dalam
dan lapisan amnion dibagian luar serta Whartons Jelly di antara lapisan tersebut.
Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu. Kelainan ini dapat segera dilihat, yaitu berupa protrusi dari
kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada
umbilicus. Pembuluh darah berada di dalam membran, bukan pada dinding tubuh. Isi
dari hernia antara lain berbagai jenis dan dan jumlah usus, sering sebagian dari hati dan
kadang-kadang organ lainnya. Sedangkan tali pusat terdapat pada puncak kantong ini.
Defek ini mungkin terletak di pusat atas, tengah atau bawah abdomen dan ukuran serta
lokasi memiliki implikasi yang penting dalam penanganannya.Angka kematian tinggi
bila omphalocele besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.2,3,4
ETIOLOGI6,7
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor
prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai.
Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada
percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan.
Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan
dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada
fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk
C.
PATOFISIOLOGI2,6,7
Pada awal minggu ke-3 perkembangan embrio, saluran pencernaan terbagi menjadi
foregut, midgut dan hindgut. Pertumbuhan ini berhubungan erat dengan lipatan embrio
(embryonic fold) yang berperan dalam pembentukan dinding abdomen. Lipatan embrio
tersebut terbagi menjadi :
hindgutyang
akan
membentuk
kolon
dan
rectum.
Kegagalan
bermigrasi ke medial. Selama itu juga midgut mengalami elongasi dan herniasi ke umbilical
cord. Miotom merupakan segmen primitif sepanjang spinal cord yang nantinya masingmasing segmen tersebut berkembang menjadi muskulus dan diinervasi oleh nervus spinalis.
Pada minggu ke-8 sampai ke-12 miotom berdiferensiasi menjadi 3 lapis otot dinding perut
dan mengadakan fusi pada garis tengah. Akhirnya pada minggu ke-12 rongga abdomen
janin sudah cukup kuat sebagai tempat usus yang akan masuk kembali dan berputar yang
kemudian menempati pososi anatomisnya.
Defek dinding abdominal akibat kegagalan dari mesoderm menggantikan body stalk
pada regio somatopleura. Displasia embrionik menurunkan apoptosis sel dan perkembangan
mesodermal yang tidak cukup menyebabkan kurangnya pertumbuhan dari cincin umbilicus
dan pelebaran dari diameternya. Selama perlekatan yolk sac dan body stalk pada sentral
umbilicus , amnion tetap melekat pada pinggir defek dinding abdominal, menyebabkan
hubungan rongga tubuh intraembrionik dan coelom extraembrionik tetap. Pada bayi dengan
omphalocele, terjadi kegagalan fusi sentral pada cincin umbilicus menyebabkan gangguan
pertumbuhan mesodermal yang kemudian mengakibatkan penutupan dinding abdominal
tidak lengkap dan terjadi herniasi midgut yang menetap. Organ visceral abdomen tertutup
oleh kantong translusen yang terdiri dari amnion, Wharton Jelly, dan peritoneum.Anomali
yang berkaitan dengan omphalocele termasuk:
Anomali kromosom (40%-60%), ini termasuk trisomi 18, 13 dan 21 dan juga Sindrom
Abnormalitas
ibu
dan
perkembangan
janin,
ini
termasuk
oligohidramnion,
D.
MANIFESTASI KLINIS6,7
Ada defek pada dinding abdominal sekitar 4-12 cm, lokasi defek bisa di-sentral, di
(exomphalos,
macroglossia,
gigantism), memiliki ciri tubuh besar, bentuk wajah bundar, hipoglikemia dari
hyperplasia sel islet pankreas dan visceromegali. Bisa juga terjadi abnormalitas
genitourinarius dan memiliki resiko Tumor Wilms, tumor hepar (hepatoblastoma)
pericardium).
Bayi dengan omphalocele yang besar, memiliki defek pada dinding sentral abdomen.
Hepar diisi oleh kantong omphalocele, rongga abdomen dan thoraks menjadi kecil
dan tidak berkembang sehingga terjadi penyakit paru restriktif dan hipoplosia
pulmoner.
Kelainan yang lain yang dapat ditemukan:
a. Vagina bagian anterior dan rectum bisa prolaps.
b. Epispadia, clitoris bifida, penis bifida dan scrotum bifida.
c. Kontrol spinkter urinarius minimal.
d. Diastosis symphisis pubis dan cincin pelvis bagian anterior berotasi.
e. Ekstrofi kandung kemih dengan usus yang terlipat.
f. Colon dan appendix berduplikasi atau atresia colon dan anus imperforata
(agenesis pada hindgut).
Anomali sakral dan neurologik seperti : myelomeningocele, hydromyelia dan
diastematomyelia.
6
E.
DIAGNOSIS2,6,7,8
Diagnosis omfalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi
dikerjakan, pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu rontgen dada serta
ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada
dasar cincin umbilikus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara
umum dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau
amnion. Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar 4% saat
proses kelahiran. Omfalokel raksasa (giant omphalocele) mempunyai suatu kantong yang
menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi hampir semua organ intraabdomen dan
berhubungan dengan tidak berkembangnya rongga peritoneum serta hipoplasi pulmoner.
Klasifikasi menurut Omfalokel menurut Moore ada 3, yaitu:
o Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm
o Tipe 2 : diameter defek 2,5 5 cm
o Tipe 3 : diameter defek > 5 cm
Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis saat
lahir. Dalam kasus ini timbul bahaya tersendiri bila kantong terjepit klem dan sebagian
isinya berupa usus, bagiannya teriris saat ligasi tali pusat. Bila omfalokel dibiarkan tanpa
penanganan, bungkusnya akan mengering dalam beberapa hari dan akan tampak retak-retak.
Pada saat tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta.
Kadang dijumpai lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.
Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dapat
ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal.
Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan bantuan USG.
Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13
kehamilan, dimana pada saat tersebut secara normal seharusnya usus telah masuk
seluruhnya kedalam kavum abdomen janin. Pada pemeriksaan USG Omphalokel
tampak sebagai suatu gambaran garisgaris halus dengan gambaran kantong atau selaput
yang ekhogenik pada daerah tali pusat (umbilical cord) berkembang. Berbeda dengan
gastroskisis, pada pemeriksaan USG tampak gambaran garis-garis yang kurang halus,
tanpa kantong yang ekhogenik dan terlihat defek terpisah dari tali pusat. Pemeriksaan
7
penunjang yang dapat dilakukan pada masa prenatal selain USG diantaranya
ekhocardiografi, MSAPF (maternal serum alpha-fetoprotein), dan analisa kromosom
melaui amniosintesis. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan selain menunjang
diagnosis sekaligus menilai apakah ada kelainan lain pada janin.
dan tidak
Pemeriksaan radiologi dapat berupa rongent thoraks untuk melihat ada tidaknya
kelainan paru-paru dan ekhocardiogram untuk melihat ada tidaknya kelainan jantung.
Diagnosa banding
Lokasi defek
Diameter/ukuran
Omphalokel
Hernia Umbilikalis
Gastroskisis
Pada cincin
Pada cincin
Lateral dari
umbilikus
(umbilikal ring)
umbilikus
cincin
4-12 cm
< 4 cm
< 4 cm
Kecil terutama
normal
normal
umbilikus
defek (cm)
Kavum abdomen
padagiant
omphalocele
Kantong
Kandungan
Seluruh organ
kantong
abdomen
atau usus
Terpisah
(umbilical cord)
dengan
kantong,
biasanya di
lateral
Keadaan
normal
normal
permukaan organ
Memendek atau
terdapat bercak
abdomen/usus
eksudat
Malrotasi
sering
jarang
dan
jarang
sering
Hubungan dengan
sering
sering terdapat
jarang
Atresia
strangulasi
kelainan
kongenital
divertikulum
Meckel)
9
F.
TATALAKSANA1,4,8,9
Penatalaksanaan Prenatal
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan
informed consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko tehadap ibu, dan
prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan ahli
bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan penatalaksanaan
berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan
kehamilan sebaiknya dilakukan observasi melaui pemeriksaan USG berkala juga
ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin
berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga mempengaruhi pronosis.
Komplikasi dari partus pervaginam pada bayi dengan defek dinding abdomen
kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan persalinan dan kerusakan organ
abdomen janin termasuk liver. Walaupun demikian, sampai saat ini persalinan melalui
sectio caesar belum ditentukan sebagai metode terpilih pada janin dengan defek dinding
abdomen.
Penatalaksanan Postnatal
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir
(immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau
nonoperasi
(konservatif)
dan
penatalaksanaan
postoperasi.
Secara
umum
penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis adalah hampir sama. Bayi
sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas
perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya
mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit membutuhkan
resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan gastroskisis. Penatalaksanaan segera bayi
dengan omphalokel adalah:
o Tempatkan bayi pada ruangan yang asaeptik dan hangat untuk mencegah kehilangan
cairan, hipotermi dan infeksi.
o Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari bayi menagis dan
air swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.
o Lakukan penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin membutuhkan alat
bantu ventilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi
10
seperti mask tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan masuknya udara kedalam
traktus gastrointestinal.
o Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan
dari sistem usus sehingga dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi
distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan
intra abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk
dekompresi sistem usus.
o Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan mengurangi
tekanan intra abdomen.
o Pasang jalur intra vena (sebaiknya pada ektremitas atas) untuk pemberian cairan dan
nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga
kehilangan protein yang mungkin terjadi karena gangguan sistem usus, dan untuk
pemberian antibitika broad spektrum.
o Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit
o Pada omphalokel, defek ditutup dengan suatu streril-saline atau povidone -iodine
soaked gauze, lalu ditutup lagi dengn suatu oklusif plastik dressing wrap atau plastik
bowel bag. Tindakan harus dilakukan ekstra hati hati diamana cara tersebut
dilakukan dengan tujuan melindungi defek dari trauma mekanik, mencegah
kehilangan panas dan mencegah infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang
dapat mengganggu suplai aliran darah.
o Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan
guna persiapan operasi bila diperlukan
o Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent
thoraks dan ekhokardiogram.
Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel
besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang
mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant
omphalocele atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi
terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang memiliki hyaline
membran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain seperti
gagal jantung. Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-organ
intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan
penutupan (operasi/repair) secara primer dan dapat membahayakan bayi. Beberapa ahli,
walaupun demikian, pernah mencoba melakukan operasi pada giant omphalocele secara
11
didahulukan
daripada
omfalokelnya.
Neonatus
dengan
kelainan
yang
menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan. Bayi dengan kelainan lain yang
berat yang sangat mempengaruhi daya tahan hidup.
Prinsip kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera yang
mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi akibat kelainan
yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi misalnya obstruksi usus yang juga
bisa terjadi akibat adhesi antara usushalus dan kantong. Jika infeksi dan ruptur kantong
dapat dicegah, kulit dari dinding anterior abdomen secara lambat akan tumbuh menutupi
kantong, dengan demikian akan terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik yang
terbentuk biasanya tidak sebesar bila dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari
pemberian lotion antiseptik secara berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa
hari akan terbentuk skar. Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan
granulasi yang secara bertahap kana terjadi epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan
12
antiseptik merkuri sebaiknya dihindari karena bisa menghasilkan blood and tissue
levels of mercury well above minimum toxic levels. Alternatif lain yang aman adalah
alkohol 65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah keropeng tebal
terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis memerlukan tindakan
kemudian tetapi kadang-kadang menghilang secara komplet.
Penatalaksanaan dengan Operasi
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan
menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi,
sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat
dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta kelainan
lain yang mungkin ada (misalnya kelainan paru)
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup yang
optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ intraabomen,
aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS yang pendek. Operasi
dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat
bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan
secara primer atau langsung) dan staged closure (penutupan secara bertahap). Standar
operasi baik pada primary ataupun staged closure yang banyak dilakukan pada
sebagiaan besar pusat adalah dengan membuka dan mengeksisi kantong. Organ-organ
intraabdomen kemudian dieksplorasi, dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi.
Primary Closure
Primary closure merupakan treatment of choice pada omfalokel kecil dan
Staged Closure
Pada kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara
eksternus disebelah lateralnya sampai batas linea aksilaris anterior atau media.
Kantong atau selaput dibiarkan tetap utuh. Skin flap kemudian ditarik dan
dipertemukan pada garis tengah untuk menutupi defek yang kemudian cara
tersebut menimbulkan hernia ventralis.2 Hernia ventralis timbul karena kulit
terus berkembang sedangkan otot-otot dinding abdomen tidak2 Biasanya 6-12
minggu kemudian dapat dilakukan repair terhadap hernia ventralis Cara tersebut
juga dapat menimbulkan skar pada garis tengah yang panjang sehingga
menimbulkan bentuk umbilikus yang relatif jauh dari normal. Beberapa ahli
kemudian mencoba suatu usaha agar didapatkan bentuk umbilikus yang
mendekati normal yaitu dengan cara umbilical preservation.
Prosedur dilakukan dengan cara tidak memotong kantong pada tempat
melekatnya urakus dan vasa umbilikus serta tidak memisahkan kutis dan
subkutis dari fascia pada daerah tersebut. Kemudian pada tempat tersebut dibuat
neoumbilikus dengan jahitan kontinyu.
Teknik silo
Teknik silo dapat dilakukan juga bila terdapat omfalokel yang sangat
besar sehingga tidak dapat dilakukan dengan teknik skin flap. Silo merupakan
suatu suspensi prostetik yang dapat menjaga organ-organ intraabdomen tetap
hangat dan menjaga dari trauma mekanik terutama saat organ-organ tersebut
dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Operasi diawali dengan mengeksisi
kantong atau selaput omfalokel. Kemudian cara yang sama dilakukan seperti
membuat skin flap namun dengan lebar yang sedikit saja sehingga cukup untuk
memaparkan batas fascia atau otot. Suatu material prostetik silo (Silastic
reinforced with Dacron) kemudian dijahitkan dengan fascia dengan benang
nonabsorble, sehingga terbentuk kantong prostetik ekstraabdomen yang akan
melindungi organ-organ intraabdomen. Organ-organ intraabdomen dalam silo
kemudian secara bertahap dikurangi dan kantong diperkecil. Usaha reduksi dapat
dilakukan tanpa anestesi umum, tetapi bayi harus tetap dimonitor di ruangan
neonatal intensiv care. Reduksi dapat dicapai seluruhnya dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu. Pada beberapa kasus, reduksi komplet dapat dicapai
dalam 7-10 hari. Kegagalan reduksi lebih dari 2 minggu dapat berakibat infeksi
dan terpisahnya silo dari jaringan. Penggunaan dacron felt pledgets dapat
mengurangi resiko terlepasnya atau kerusakan sambungan karena terlalu tegang
15
dan lama. Setelah seluruh isi kantong masuk ke rongga abdomen kemudian
dilakukan operasi untuk mengambil silo dan menutup kulit.
Selama operasi terutama pada primary closure, haruslah dipantau tekanan
airway dan intra abdomen. Dulu beberapa kriteria digunakan untuk memonitor
selama operasi, diantaranya angka respirasi, tekanan darah, warna kulit, dan
ferfusi ferifer. Observasi tersebut menjadi sulit dan kurang reliabel karena bayi
dibius dan mengalami paralisis. Intraoperatif Measurement dengan cara
memonitor perubahan nilai CVP dan IGP (intra gastricpressure) dapat digunakan
untuk menentukan teknik yang sebaiknya dilakukan dan memperkirakan hasil
dari teknik operasi yang dilakukan. Dia menyimpulkan pula bahwa kenaikan IGP
> 20 mmHg dan CVP > 4 mmHg selama usaha primary closure dapat
menyebabkan kenaikan tekanan intraabdomen yang dapat berakibat gangguan
kardiorespirasi bayi sehingga usaha operasi dirubah dengan metode staged
closure dan didapatkan hasil yang memuaskan dari metode operasi tersebut.
Perawatan praoperasi meliputi pemberian glukosa 10% intravena, NGT
dan irigasi rektal untuk dekompresi usus serta antibiotik. Cairan infus seluruhnya
diberikan melalui ektremitas atas. Pada penutupan primer omfalokel, eksisi
kantong amnion, pengembalian organ visera yang keluar ke dalam kavum
peritoneal dan penutupan defek dinding anterior abdomen pada 1 tahap
merupakan metode operasi pertama untuk omfalokel and masih merupakan
metode yang memuaskan. Hal ini dikerjakan untuk ompalokel dengan ukuran
defek yang kecil dan sedang. Pada sebagian besar kasus omfalokel secara tehnik
masih mungkin untuk mengembalikan organ visera ke dalam abdomen dan
memperbaiki dinding abdomen. Pada kasus dengan defek yang besar , terutama
bila sebagian besar hepar menempati kantung, rongga abdomen tidak cukup
untuk ditempati seluruh organ visera, hal ini akan menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdomen karena rongga abdomen terlalu penuh.
Terdapat 2 pilihan untuk penanganan omfalokel yang lebih besar atau
gastroschizis.Secara sederhana mengabaikan luasnya defek, dimana defek akan
ditutup belakangan, namun untuk menutup ompalokel atau usus yang terburai
dengan kulit dinding abdomen yang dibebaskan ke lateral sampai hampir garis
tengah punggung, ke superior sampai dinding dada, ke inferior sampai pubis
serta dijahitkan pada garis tengah.
Pilihan yang paling sering dilakukan adalah secara manual menekan
dinding abdomen dengan membangun suatu tudung bungkus silastik untuk
16
menutup usus. Tudung (silo) tersebut secara progresif ditekan ke arah profunda
kantong amnion dan isinya ke dalam cavum abdomen dan mendekatkan tepi
linea alba oleh peregangan otot abdomen. Prosedur ini memerlukan waktu 5
sampai 7 hari, sebelum defek ditutup secara primer.
Penanganan Pascaoperasi
Hiperalimentasi perifer dianjurkan pada hari ke-2 atau ke-3 pascaoperasi atau
jika penutupan kulit dapat dicapai, hiperalimentasi sentral is inserted. Resiko sepsis
meningkat
saat
kateter
sentral
terpasang
pada
bayi
dengan
pemasangan
silastic.Konsekuensinya pada bayi ini tidak ada alternatif selain alimentasi perifer.
Gastrostomi meningkatkan resiko infeksi. Konsekuensinya lambung didrainase dengan
kateter plastik kecil. Fungsi usus pada bayi dengan omfalokel adalah tertunda. Disfungsi
usus membutuhkan waktu lama untuk normal, dari 6 minggu sampai beberapa bulan.
Dalam waktu kurang dari 2 minggu pasca penutupan primer , mereka jarang
toleransi penuh dengan makanan oral. Pemantauan selama operasi haruslah dilanjutkan
setelah operasi, termasuk pemberiaan antibiotik dan nutrisi. Pemberian antibitoik
berfungsi mencegah infeksi seperti selulitis dan biasanya dilanjutkan sampai gejala
peradangan mereda atau selama terpasang material prostetik. Fungsi usus biasanya akan
kembali setelah 2-3 hari dari waktu primary closure sehingga nutrisi enteral awal dapat
diberikan. Pada staged repair, total perenteral nutrisi (TPN) diberikan lebih lama lagi
sampai dengan fungsi usus kembali normal. Fungsi usus akan cepat kembali normal jika
peradangan mereda.
Akibat awal operasi dapat terjadi kenaikan tekanan intraabdomen yang berakibat
menurunnya aliran vena kava (venous return) ke jantung dan menurunnya kardiac
output. Selain itu diafragma dapat terdorong ke rongga thoraks yang menyebabkan
naiknya tekanan airway dan beresiko terjadinya barotrauma dan insufisiensi paru.
Keadaan itu semua dapat menimbulkan hipotensi, iskemia usus, gangguan respirasi
(ventilasi) serta gagal ginjal.
Termasuk dari komplikasi awal operasi adalah timbulnya obtruksi intestinal,
NEC, infeksi yang dapat berakibat sepsis, juga dapat terjadi kegagalan respirasi yang
menyebabkan pasien tergantung pada ventilator yang lama sehingga timbul pneumonia.
Obstruksi usus dapat disebabkan karena adhesi usus dengan jaringan fibrous pada
penutupan skin flap. NEC dapat disebabkan karena iskemia usus karena volvulus atau
karena tekanan intraabdomen yang meningkat. Infeksi biasanya terjadi pada staged
17
closure dimana terdapat pemaparan luka berulang dan penggunaan material prostetik.
Komplikasi lanjut dari operasi termasuk hernia ventralis dan lambatnya pertumbuhan
anak.
G.
KOMPLIKASI10
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang.
Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat
H.
PROGNOSIS11
Prognosis pasien tergantung kelainan yang menyertai. Kelainan kongenital dinding perut
ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.Omphalocele yang
besar dapat ditutup meskipun dengan operasi yang bertahap. Bayi dengan omphalocele
dianggap kritis mengancam hidup jika disertai dengan ukuran torax yang kecil dengan
hipoplasia pulmoner yang mengakibatkan gangguan pernafasan.
BAB III
GASTROSCHISIS
A.
DEFINISI
Gastroschisis adalah defek mayor dalam penutupan dinding abdomen. Pada
gastroshcisis, visera tidak tertutup dinding abdomen dan herniasi menembus defek pada
lateral umbilikus (biasanya pada sisi kanan dimana terjadi involusi vena umbilikal kedua)
18
sehingga terjadi eviserasi dari isi cavum abdomen. Gastroshisis biasanya berisi usus halus
dan sama sekali tidak terdapat membran yang menutupi. Kadang terdapat jembatan kulit
diantara defek tersebut dan umbilikalis.3
Gambar 1 . Gastroschisis3
B.
embrio berkembang dan membentuk lipatan ke arah kraniokaudal dan mediolateral. Lipatan
abdomen bagian lateral akan bertemu di bagian midline anterior dan mengelilingi yolk sac,
yang pada akhirnya menyebabkan yolk sac mengerut masuk ke yolk stalk yang kemudian
berkembang menjadi umbilikal cord. Pada masa gestasi minggu keenam, pertumbuhan usus
yang cepat menyebabkan herniasi usus kedalam umbilikal cord. Elongasi dan rotasi usus
terjadi selama lebih dari empat minggu. Pada minggu kesepuluh, usus masuk kembali ke
rongga abdomen dan duodenum pars satu, dua, dan tiga, kolon asendens dan
desendens terfiksasi dalam retroperitoneal.
Etiologi gastroschisis masih belum dimengerti sepenuhnya. Banyak teori yang
bermunculan antara lain kegagalan mesoderm untuk membentuk dinding abdomen bagian
anterior, kegagalan usus herniasi melalui umbilikal stalk dan tejadi ruptur dinding abdomen
akibat meningkatnya volume, kegagalan lipatan bagian lateral untuk menyatu di bagian
midline akan meninggalkan defek di sebelah kanan umbilikus. Teori lain mengatakan bahwa
defek pada dinding abdomen terjadi akibat adanya trombosis vena omfalomesenterik kanan
yang menyebabkan iskemik dinding abdomen. De Vries dan Hoyme berpendapat
bahwa trombosis vena umbilikalis menyebabkan nekrosis di sekitar dinding abdomen,
19
sehingga defek terjadi di sebelah kanan. Teori ini mendukung adanya hubungan antara
gastroschisis dengan atresia intestinal dengan dilakukannya observasi bahwa gastroschisis
kadang-kadang berhubungan dengan atresia intestinal, yang etiologinya terjadi akibat
iskemik. Sebagian penelitian
sebagai penyebab
EPIDEMIOLOGI5
Dalam suatu penelitian di California menunjukan bahwa adanya kelainan ini
berhubungan dengan kehamilan pada wanita muda, status sosial ekonomi rendah dan
kehidupan sosial yang tidak stabil. Penggunaan aspirin, ibuprofen, dan pseudoephedrine
pada kehamilan trimester pertama dihubungkan dengan peningkatan resiko gastroschisis
mendukung teori kerusakan pembuluh darah sebagai penyebabnya. Rokok, alkohol, dan
obat-obat penenang memberikan kenaikan resiko malformasi. Kelainan kromosom dan
anomali lain sangat jarang ditemukan pada gastroschisis, kecuali adanya atresia intestinal.
Bayi dengan gastroschisis biasanya kecil untuk masa kehamilannya.c
Dibanding omphalokel (1:6.000), insiden gastroschisis jauh lebih rendah (1:20.00030.000).d Di Indonesia belum jelas angka kejadian defek abdomen, baik gastroschisis
ataupun omfalokel. Beberapa penelitian mencoba mengaitkan antara area dan etnis tertentu
dengan gastroschisis, tetapi gagal untuk menemukan hubungannya. Penelitian prevalensi
gastroschisis menemukan bahwa terdapat tren peningkatan angka kejadian sejak tahun 1970.
Indonesia mungkin merupakan negara yang beresiko tinggi terjadinya gastroschisis
karena dari penelitian terdapat resiko penyebab gartroschisis yaitu:
Paritas tinggi (semakin banyak kelahiran pada satu ibu semakin tinggi kemungkinan
terkena gastroschisis), walau hal ini masih dikaitkan dengan kehamilan pada usia tua.
D.
Pertumbuhan janin dan pembentukannya diatur oleh proses spesifik pada waktu dan
tempat yang tepat. Percepatan pertumbuhan yang sering diikuti oleh perlambatan.
Diferensiasi seluler, proliferasi, migrasi, dan deposisi terlibat dalam pembentukan
jaringan baru.
Permulaannya, embrio sejajar rata dengan cincin umbilicus, yang ditandai secara
histologi dengan hubungan epitel silinder dari epiblast (ektoderm) dan epitel kubus
epitel dari amnion. Embrio terdiri dari dua lapis, epiblast (ektoderm) yang akan menjadi
salah satu neuroektoderm atau epitel permukaan, dan hipoblast, yang menjadi epitel
dalam dari organ dalam perut. Pembentukan dari lapisan germinal yang ketiga
(mesoblast) muncul seiring dengan perubahan bentuk dari embrio. Pemanjangan dari
disk embrio dan pelengkungan longitudinal dan lateral terbentuk silinder sehingga calon
bentuk tubuh dapat dikenali.
Singkatnya embrio manusia berbentuk disk yang terdiri dari dua lapisan. Ini
membutuhkan lapisan sel yang ketiga yang tumbuh diatas cincin umbilicus dan menjadi
silinder dengan memanjang dan melekuk ke dalam. Lipatan dari tubuh (cephalic, caudal,
lateral) bertemu ditengah embrio dimana amnion tertanam dalam yolk sak. Kecacatan
perkembangan pada titik ini menyebabkan berbagai macam kelainan dinding abdomen.
Pada minggu keenam, pertumbuhan yang cepat dari midgut menyebabkan hernia
fisiologis dari usus melalui cincin umblilikus. Usus akan kembali kedalam kavum
abdomen pada minggu kesepuluh, dan rotasi dan fiksasi dari usus timbul. Proses ini
tidak terjadi pada bayi dengan gastroschisis atau omphalocele, menyebabkan
peningkatan resiko volvulus midgut.
Kemungkinan penjelasan secara embriologi dari kelainan dinding abdomen pada
gastroschisis termasuk berikut ini.
o Kecacatan perkembangan jaringan mesenkimal pada tubuh yang terletak pada
pertemuan dinding abdomen yang mungkin pecah dengan meningkatnya tekanan
abdomen.
o Involusi yang abnormal dari vena umbilikalis kanan atau kecelakaan pembuluh
darah melibatkan arteri omphalomesenteric menyebabkan kelemahan dinding
abdomen lokal yang kemudian pecah.
o Pecahnya omphalocele kecil yang kantongnya diserap dan tumbuhya jembatan
kulit antara defek dinding abdomen dan tali pusar telah ditemukan dalam USG
MANIFESTASI KLINIS13
Gastroschisis merupakan defek dinding abdomen di sebelah kanan umbilikus, dengan
diameter < 4cm. Tidak ada kantong yang menutupi organ yang herniasi. Pada saat lahir, usus
yang herniasi masih tampak normal, tapi 20 menit setelah lahir usus yang keluar akan
tampak udem dan banyak eksudat fibrin sehingga loop usus sulit dilihat dengan jelas. Bayi
dengan gastroschisis biasanya lahir prematur dan mempunyai masalah respirasi.
F.
DIAGNOSIS
Diagnosis prenatal 13
Defek dinding abdomen dapat dideteksi melalui USG sedini mungkin sejak usia
kehamilan 10-12 minggu. USG mempunyai spesifitas 95% dan sensifitas 60-75%
dalam mendiagnosa defek dinding abdomen. USG dapat mendeteksi hepar yang berada
di luar rongga abdomen tetapi tidak dapat melihat atresia intestinal pada gastroschisis.
Serial USG pada trimester ketiga dapat mendeteksi diameter dan penebalan usus yang
dicurigai akibat adanya obstruksi vaskular. Penebalan dinding usus dan dilatasi usus
22
yang
mengecil
merupakan
indikasi
untuk
Diagnosis postnatal 5
Defek biasanya hampir sama bentuk dan ukuran dan tempatnya, 5cm vertikal,
dan pada 95% kasus ditemukan defek disebelah kanan umbilicus. Adanya inflamasi
yang luas dari usus mebuat pembengkakan usus dan kekakuan sehingga mengganggu
masuknya usus dan penutupan dinding abdomen. Inflamasi juga mengubah bentuk dari
usus yang menjadikan kesulitan dalam menentukan apakah ada atresia dari usus.
Bila usus bisa masuk ke cavum abdomen, inflamasi akan menurun, usus
melunak, dan bentuk kembali ke normal. Koreksi untuk atresia usus sampai saat ini
masih lebih baik dengan penundaan, biasanya 3 minggu setelah operasi pertama.
Kelainan fungsi dari usus membutuhkan waktu lama sampai normal, dari 6 minggu
sampai beberapa bulan.
Liver hampir tidak pernah berada diluar abdomen hanya lambung, usus halus,
dan usus besar yang biasanya diluar. Usus mungkin terjadi perforasi pada 5% penderita.
Biasanya ovarium dan tuba falopii pada perempuan dan undescesus testis pada laki-laki
berada diluar.
23
Diagnosis Banding
Omfalokel3,4
Faktor
Omphalocele
Gastroschisis
Lokasi
Cincin umbilicus
Samping umbilikus
Defek ukuran
Tali pusat
Normal
Kantong
Ada
Tidak
Isi
Hepar, usus.
Usus, gonad.
Usus
Normal
Kusut , meradang
Malrotasi
Ada
Ada
Ada
Anomali lain
Sering (30-70%)
TATALAKSANA
Penatalaksanaan awal13
24
25
Neonatus dengan gastroschisis akan kehilangan air evaporasi secara nyata dari
rongga abdomen yang terbuka dan usus yang terpapar. Akses intravena yang
memadai harus diberikan dan resusitasi cairan harus dimulai sejak awal kelahiran.
Pemberian cairan pada bayi dengan gastroschisis sekitar 175ml/kgbb/hari. Sedangkan
pada bayi prematur pemberian cairan 90-125ml/kgbb/hari. Pemasangan NGT penting
untuk mencegah distensi lambung dan intestinal. Usus yang herniasi harus dibungkus
dalam kasa yang dibasahi saline hangat, dan ditempatkan di tengah dari abdomen. Usus
harus dibungkus dalam kantung kedap air untuk mengurangi kehilangan evaporasi dan
menjaga hemostasis suhu. Walaupun gastroschisis seringnya merupakan kelainan yang
tersendiri tapi pemeriksaan bayi yang seksama harus dilakukan untuk menyingkirkan
kelainan bawaan
intestinal yang cermat dilakukan untuk mencari bukti adanya atresia intestinal,
nekrosis maupun perforasi.
Penatalaksanaan operasi
o Primary Closure
Tujuan utama pembedahan pada gastroschisis adalah mengembalikan
visera ke rongga abdomen dan meminimalkan resiko kerusakan organ karena
trauma langsung atau karena peningkatan tekanan intra abdomen. Pilihannya
mencakup pemasangan silo, reduksi serial, dan penundaan penutupan dinding
abdomen, reduksi primer dengan penutupan secara operatif dan reduksi primer atau
reduksi tertunda dengan penutupan umbilical cord. Sebagai tambahan waktu dan
lokasi dari intervensi bedah masih kontroversial, bervariasi dari repair segera di
ruang persalinan, reduksi dan penutupan di neonatus intensif care unit sampai
penutupan bedah di ruang operasi. Pada semua kasus, inspeksi usus untuk
mencari jeratan obstruksi, perforasi, atau atresia harus dilakukan. Jeratan yang
melintang loop usus harus dilepaskan sebelum pemasangan silo atau penutupan
abdomen primer untuk menghindari terjadinya obstruksi usus. Hipomotilitas usus
hampir didapatkan pada semua pasien gastroschisis, oleh karena itu akses vena
sentral harus dipasang sejak awal.
Menurut sejarah, penutupan primer gastroschisis dianjurkan disemua
kasus. Metode ini dilakukan pada kondisi dimana seluruh visera yang herniasi
26
bioprostetik.
Pilihan
Pada defek
1950an oleh Kearns dan Clarke membuat cutis graft terdiri dari dermis dan
fasia rektus anterior. Bilateral flap dari otot, fasia dan kulit ke arah midline untuk
penutupan fasia. Teknik yang paling terkini adalah menggunakan tissue exspander
yang diletakkan di cavitas abdomen untuk mereduksi disproporsi abdominal viseral.
Tissue expander dibiarkan sampai dengan penutupan fasia dapat dilakukan. Beberapa
ahli bedah memilih untuk menggunakan patch untuk menutup kulit, tetapi berbagai
pengalaman
mengemukakan
bahwa
bahan
non reabsorben
seperti
marlex,
polypropylene mesh dan gor tex menunjukan angka tinggi terjadinya infeksi
termasuk saat mesh dilepaskan.
o Staged Closure
Konsep reduksi bertahap pertama kali dikemukakan pada tahun 1967 dimana
Teflon menggunakan selembar silastic yang digunakan seperti sekarang yang dikenal
dengan silo. Penggunaan silo pertama kali oleh Shermeta tahun 1970-an tapi gagal
menarik perhatian hingga tahun 1995.
staged closure. Namun, mortalitas dan waktu dimulainya pemberian makan tidak
menunjukkan perbedaan. Masalah yang timbul dengan staged closure yaitu defek
abdomen akan bertambah besar karena peregangan, hal ini akan menyulitkan pada saat
penutupan defek sehingga memerlukan prostetik tambahan. Penelitian Lansdale dkk
mengamati bahwa penggunaan silo yang lebih dari 4 hari, akan menyulitkan penutupan
defek dan ada resiko untuk menyisakan defek pada fasia.
Lebih dari 2 dekade terakhir, penggunaan rutin dari pemasangan silo
dengan penutupan bertahap dari dinding abdomen telah meningkat, dengan teori untuk
menghindari tekanan tinggi intraabdomen akan menghindari kerusakan iskemik dari
28
organ visera dan menyebabkan ekstubasi menjadi lebih cepat. Mula-mula, penutupan
bertahap berupa penempatan usus ke dalam silo yang terbuat dari lembar silastic yang
dijahitkan bersama ke dinding
dengan pegas sirkular yang dapat ditempatkan pada bagian fasia yang terbuka, tanpa
perlu dijahit dengan anestesi umum, memungkinkan untuk pemasangan silo di
ruang persalinan atau di ruangan pada unit neonatal. Pada kasus yang sama, usus
direduksi sekali atau dua kali sehari ke dalam rongga abdomen dimana silo akan
memendek dengan ligasi yang berkelanjutan. Saat isi eviserasi telah
seluruhnya
Post Operatif
Pada pasien yang telah diakukan penutupan primer masalah utama adalah apabila
pasien butuh ventilator mekanik untuk beberapa hari post operatif. Selama waktu itu,
edema usus dan dinding abdomen akan mereda dan tekanan intra abdomen akan turun.
Sebuah studi melaporkan, penggunaan ventilator mekanis lebih singkat pada
pasien yang menjalani reduksi silo bertahap jika dibandingkan dengan penutupan
primer. NGT dipasang untuk membantu dekompresi. Pemberian makanan dapat
dimulai saat produksi NGT sudah tidak lagi hijau, produksinya minimal dan usus
mulai bergerak. Sebaiknya feeding diberikan dalam jumlah yang bertahap. Parenteral
nutrisi sebaiknya diberikan mengingat lamanya waktu sampai tercapai full enteral
feeding. Sekitar 10% pasien dengan gastroschisis mengalami hipomotilitas usus
sehingga memerlukan parenteral nutrisi yang lebih lama. Penulis menganjurkan untuk
diberi stimulasi oral lebih dini karena refleks menghisap dan menelan dapat hilang
29
selama menunggu fungsi usus. Antibiotik diberikan selama 48 jam post operatif
kecuali terdapat tanda-tanda luka infeksi maka antibiotik dilanjutkan. Jika terjadi
hernia, operasi dilakukan setelah usia 1 tahun. Mesh dapat dipasang bila terdapat
defek fasia yang besar.
Penanganan dismotilitas gastrointestinal dengan prokinetik sering digunakan untuk
mempercepat waktu untuk pemberian minum. Namun, sedikit literatur yang
mendukung penggunaannya. Prokinetik yang sering digunakan termasuk eritromisin,
metoklopramide, domperidone, dan cisapride. Pada model percobaan kelinci dari
gastroschisis, hanya cisapride yang memperbaiki kontraktilitas dari usus bayi, dimana
eritromisin memperbaiki motilitas hanya pada jaringan dewasa kontrol. Percobaan
terkontrol acak dari eritromisin versus plasebo menunjukkan bahwa pemberian
eritromisin enteral tidak memperbaiki waktu untuk mencapai pemberian minum enteral
yang penuh dibandingkan plasebo. Bagaimanapun juga, percobaan acak yang serupa
untuk memeriksa kegunaan dari cisapride pada post operatif neonatus, pada
kebanyakan gastroschisis, memang menunjukkan efek yang menguntungkan.
Gastroschisis yang disertai dengan atresia intestinal atau perforasi dapat
berakhir dengan short bowel syndrome. Komplikasi post operasi lainnya antara
lain
infeksi
PROGNOSIS13
Pada gastroschisis, outcome jangka panjang umumnya baik. Adanya atresia intestinal
merupakan faktor prognostik yang buruk. Pasien dengan atresia usus secara signifikan
membutuhkan nutrisi parenteral lebih lama dengan risiko akibat yang berhubungan dengan
nutrisi
parenteral
total
menyebabkan
penyakit
hepar
cholestasis
dan
akses
sentral berhubungan dengan sepsis. Komplikasi ini mengarah pada 20 kali peningkatan
risiko kematian
dibandingkan
dengan
pasien
tanpa
atresia. Kebanyakan
pasien
dengan gastroschisis akan tumbuh secara normal. Pada pasien yang umbilikusnya dibuang
pada saat repair gastroschisis, dilaporkan lebih dari 60% pasien mengalami stres
psikososial
Kriptorkismus
dihubungkan
dengan
gastroschisis dengan insidensi dari 15% hingga 30%. Tidak terlalu jelas dari literatur bahwa
hal ini disebabkan karena testis berada diluar abdomen melalui defek dinding abdomen,
30
mengarah pada maldesensus testikular, atau akibat prematuritas yang berhubungan dengan
gastroschisis.
31
32