Anda di halaman 1dari 6

Psikodinamika dan Faktor Etiologi

Sedikit yang diketahui tentang perjalanan jangka panjang bulimia nervosa.


Namun psikodinamikanya dapat dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang
ditemukan pada pasien (Kaplan, 2010).
Faktor biologis dikaitkan dengan penelitian neurotransmiter pada
penderita bulimia nervosa. Neurotransmiter yang diduga berperan dalam
perjalanan penyakit bulimia nervosa adalah serotonin, yang bertugas pengaturan
tidur, selera makan, dan libido.
Perubahan fungsi serotonin otak (5-HT) dianggap berkontribusi untuk
beragam aspek gangguan makan, termasuk pesta makan, perfeksionisme,
kelakuan impulsif, suasana hati atau mood, dan regulasi masalah. Selain itu
anomali serotonin pada individu dengan gangguan makan diyakini memiliki
beberapa determinan yang berhubungan dengan efek herediter (variasi sifat
impulsif dan perfeksionisme), neurobiologik. Stres traumatik terbukti menurunkan
fungsi serotonin. Pada manusia stres traumatik juga dihubungkan dengan
perubahan aktifitas serotonin.
Karena itulah Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors sering digunakan
untuk pengobatan secara farmakologi pada bulimia nervosa. Fluoxetine bisa
berguna pada penderita bulimia nervosa yang mendapatkan hasil kurang
memuaskan pada psikoterapi. Fluoxetine dapat mengurangi frekuensi pesta makan
dari 22 kali hingga 4 kali dalam sebulan. Dan mengurangi frekuensi muntah dari
30 kali hingga 6 kali dalam sebulan (Walsh et al, 2000).

10

1 | Page

Keinginan untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi dalam kelas sosial


yang tidak sesuai dengan kenyataan yang dimiliki, membuat pasien bulimia
nervosa mengevaluasi diri secara negatif (Katona et al, 2008). Lingkungan sosial yang
mengatakan bahwa tubuh kurus terlihat indah dan cantik, merupakan tekanan
sosial bagi pasien bulimia nervosa. Evaluasi negatif terhadap diri sendiri, serta
tekanan sosial dari lingkungan sosial merupakan faktor resiko sosial bulimia
nervosa.
Suatu studi yang mempelajari perubahan berat badan terhadap resiko
terjadinya bulimia, membagi grup perubahan berat badan menjadi dua, grup yang
berat badannya naik dan grup yang berat badannya turun. Memaparkan bahwa
pasien yang berkembang menjadi bulimia patologis adalah mereka yang
mengalami kenaikan berat badan secara signifikan dalam dua tahun. Dapat
disimpulkan bahwa timbulnya gejala bulimia nervosa dikaitkan dengan Body
Mass Index (BMI) dan fluktuasi berat badan yang tinggi. Ada kemungkinan
bahwa stabilitas berat badan dapat menawarkan perlindungan terhadap onset
bulimia nervosa, yang mana asupan kalori dimotivasi oleh kebutuhan energi
daripada keinginan hedonisme (Masheeb & White, 2012).
Dalam suatu kelompok orang bukan model, orang yang sehat terlihat lebih
puas saat melihat gambar tubuhnya diikuti dengan gambar tubuh yang memiliki
BMI yang lebih tinggi dan lebih rendah dari orang tersebut. Sedangkan orang
dengan bulimia nervosa terlihat sangat kecewa atas perbandingan gambar
tubuhnya. Orang dengan bulimia nervosa terlihat sangat tertarik pada gambar
tubuh yang memiliki BMI dibawahnya.
2 | Page

Pasien bulimia nervosa melakukan perbandingan yang lebih jelas antara


dirinya dengan kelas sosial diatas dan dibawahnya, daripada orang sehat.
Selanjutnya dikatakan bahwa ketidakpuasan pasien bulimia nervosa dengan
gambar tubuh mereka sendiri dikarenakan mereka selalu membandingkan tubuh
mereka dengan gambar tubuh yang lebih kurus, dan mengabaikan gambar tubuh
yang lebih gemuk (Blechert et al, 2009).
Peranan penting faktor sosial juga didukung dengan penelitian terkini oleh
Trampe, Stapel, dan Siero yang menyatakan bahwa individu dengan bulimia
nervosa yang tidak puas akan bentuk tubuh mereka tidak hanya membandingkan
diri sendiri dengan rekan rekan mereka, tapi juga melihat model profesional
sebagai perbandingan bagi diri sendiri. Sedangkan orang yang puas dengan
bentuk tubuhnya sendiri, melihat rekan rekan mereka sebagai perbandingannya.
Faktor sosial dapat juga dimediasi sebagai efek dari kepuasan bentuk tubuh dalam
dunia entertainment.
Ketika ketidakpuasan bentuk tubuh diinduksi secara eksperimen pada
orang sehat, mereka membuat lebih banyak perbandingan yang merugikan. Hal ini
relevan dengan masalah kepercayaan diri. Dengan mengikuti kausa sebab-akibat
ini, rasa percaya diri yang rendah dapat memicu perbandingan yang merugikan,
bertentangan dengan gagasan yang menyatakan bahwa rasa percaya diri yang
rendah dapat memberikan perlindungan dari perbandingan yang merugikan. Harus
diingat pula bahwa konseptualisasi dari perbandingan sosial menunjukan bahwa
suasana hati mempengaruhi arah perbandingan sosial.

3 | Page

Dari sisi kognisi, orang yang tidak bahagia mudah membuat perbandingan
negatif karena suasana hati yang buruk membuat pemikiran yang keliru lebih
mudah terjadi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa penurunan kepuasan
tubuh pada pasien bulimia nervosa didampingi dengan suasana hati yang buruk,
sehingga memicu perbandingan sosial yang merugikan. Penelitian lebih lanjut
dengan desain tertentu dibutuhkan untuk menentukan arah kausalitas antara
perbandingan sosial, suasana hati, ketidakpuasan bentuk tubuh, kepercayaan diri,
dan gejala gangguan makan.
Faktor psikologis bulimia nervosa berhubungan dengan keadaan jiwa
pasien bulimia nervosa tersebut. Pasien bulimia nervosa lebih mengungkapkan
amarah dan kekecewaannya. Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan
yang tidak terkendali yang dilakukannya sebagai tindakan ego-distonik, sehingga
pasien bulimia nervosa lebih cepat mencari bantuan dibanding pasien anoreksia
nervosa. Impuls yang besar pada pasien bulimia nervosa sulit dikendalikan
dengan benar, sehingga mereka rentan dengan tindakan yang merusak diri sendiri,
seperti penyalahgunaan zat dan hubungan seksual.
Pada bulimia nervosa, lingkaran perilaku maladaptif penderita diatur
dalam konteks yang bersinggungan antara stres, lingkungan dan kerentanan
genetik. Diantara mereka yang paling rentan untuk berkembang menjadi bulimia
nervosa adalah individu dengan rendah diri yang tunduk pada tekanan sosial
budaya untuk menjadi kurus. Individu tersebut biasa mengembangkan
kepercayaan pada pentingnya bentuk dan berat badan sebagai penentu harga diri

4 | Page

mereka. Maka mereka mungkin akan menyamakan diet dan penurunan berat
badan sebagai peningkatan dari harga diri mereka.

Gambar 1. Model Psikodinamika Bulimia Nervosa

Dalam keadaan tertentu, terutama jika mereka memiliki kecenderungan


berpikir dikotomis dan perfeksionisme, dan tunduk pada stres lainnya, beberapa
individu yang rentan dapat membuat upaya radikal untuk meningkatkan harga diri
mereka dengan menerapkan diet yang sangat ketat dalam upaya menurunkan berat
badan dengan cepat. Memuntahkan makanan mungkin dimulai sebagai upaya
mengontrol pesta makan yang berlebihan, yang mana pesta makan itu diinduksi
oleh rasa lapar yang berlebihan saat melakukan diet ketat. Mitos bahwa muntah
dapat mencegah penyerapan kalori secara efektif diperkirakan ikut berperan dalam
penyesalan pasien terhadap pesta makan yang telah dilakukannya.

5 | Page

Diperkirakan bahwa muntah juga menyebabkan pesta makan yang lebih


besar, karna lebih mudah untuk menginduksi diri agar muntah setelah pesta besar
daripada pesta makan kecil (Braun DL et al, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Blechert J, Nickert T, Psych D, Caffier D, Mat D, Caffier BT. 2009.
Social comparison and its relation to body dissatisfaction in
bulimia nervosa: evidence from eye movements. Departement of
Clinical Psychology and Psychotherapy University of Freiburg
2009 ; 71 : 907-912.
Braun DL, Dancyger IF, Fornari VM. 2009. Evidence-based treatment
for eating disorders; Chapter 12, Cognitive Behavior Therapy for
bulimia nervosa. p 207-30.
Kaplan, Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Psikiatri
Klinis. Jilid I. Edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara.
Katona C, Cooper C, Robertson M. 2008. Psyciatry at a Glance.
Garsington Road. Oxford.
Masheeb RM and White MA. Bulimia nervosa in overweight and normal
weight women. PubMed [Internet]. 2012 February ; 53(2):
18186. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/PubMed/21550028. Diakses pada :
20 Januari 2014
Walsh BT, Agras WS, Devlin MJ, Fairburn CG, Wilson GT, Khan C,
Chally MK 2000. Fluoxetine for bulimia nervosa following
poor response to psychotherapy. August 2000; 157:13321334.

Anda mungkin juga menyukai