Anda di halaman 1dari 41

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Akuntansi Keperilakuan
A. Akuntansi Keperilakuan Tinjauan Umum
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik
untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi.
Namun, pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek
keperilakuan dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat
dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang
dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi
akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan
akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.
Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users). Sebagaimana
dibahas sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan untk
melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak eksternal, sama seperti pihak
internal, tetapi mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam
orgnisasi tersebut.
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek
akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain dalam hal ini
terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system informasi akuntansi,
dan audit. Banyaknya volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat
spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodic, akan memberikan manfaat untuk
beberapa tujuan berikut ini :
1.
Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang
2.

ingin diperkenalkan.
Membantu dalam mengidentifikasikan kesenjangan riset.

3.

Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui


subbidang akuntansi.

Akuntansi keperilakuan menggunakan metodologi ilmu pengetahuan perilaku


untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia
yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntasi keperilakuan
menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan tekhnik berikut ini, yaitu :
1.

Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan

2.

kinerja perusahaan.
Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap

3.

perencanaan strategis.
Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan.

Akuntansi Konvensional
Ada banyak definisi dan arti akuntansi yang ditulis oleh para ahli dan peneliti yang
merupakan pakar dibidang akuntansi. Salah satu diantaranya, Siegel dan Marconi (1989),
mendefinisikan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi
yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk
membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambila keputusan ekonomi.

Akuntansi sebagai suatu Sistem Informasi


Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan
ekonomi dan system social kita. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para individu,
pemerintah, dan badan usaha lainnya seringkali ditentukan oleh penggunanya
berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.

Akuntansi adalah Sistem


Keterlibatan pemakai dalam pengembangan system informasi adalah merupakan
bagian integral dari kesuksesan suatu system informasi. Keterlibatan pemakai ini
seharusnya ada pada semua tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan system.
Tahap

tersebut

adalah

perencanaan,

analisis,

perancangan,

implementasi,

dan

pascaimplementasi.

Akuntansi adalah Informasi


Informasi yang digunakan oleh menejemen harus memiliki karakteristik seperti
akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih
dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis
untuk mendapatkan posisi keuggulan kompetitif.

B.

Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan


Riset akuntasi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas

berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang
berhubungan dengan proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan
merupakan suatu fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal
tahun 1960-an, walaupun sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan
1.
2.

lebih awal. Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan :
Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
Pengaruh dan fungsi akutansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik system informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,

manajer, investor, maupun wajib pajak.


3.
Pengaruh hasil dari informasi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan.
C. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen


masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan
harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan
riset diperluas dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggung jawaban, dan masalah harga transfer.
Dari Pendekatan Universal ke Kontijensi
Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan
universal (universalistic approach), seperti riset argyris di tahun 1952, hopwood (1972), dan
otley (1978). Tetapi karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera
muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidag riset,
yaitu pendekatan kontijensi (contingency approach).

Berbagai riset yang meggunakan pendekatan kontijensi dilakukan dengan tujuan


megidentifikasikan berbagai variable kentijensi yang memengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian menejemen. Secara ringkas, berbagai variable kontijensi
yang memengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai
berikut:
1.

Ketidakpastian (uncertainty).

2.

Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence).

3.

Industry, perusahaan, dan unit variable.

4.

Strategi kompetitif (competitive strategy).

5.

Faktor-faktor yang dapat di amati (observability factor).

2.2 Metode Riset Akuntansi Keperilakuan

Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah


sebagai berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan
panjang hingga akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam
penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk
diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti
tentang apa itu etika riset. Ini karena dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang
terlibat dan etika riset digunakan sebagai pedoman peneliti dalam bertindak terutama
dengan orang lain yang notabene adalah subjek penelitian. Selain itu, karena riset
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu sendiri, tentunya dalam
perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi seorang peneliti
dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian mengenai pentingnya
etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga penelitian tersebut benarbenar berada dalam koridor siklus keilmuan.
Ketika mendengar kata etika, yang terlintas dalam pikiran adalah suatu hal yang
berhubungan dengan sopan santun atau adat istiadat. Secara sederhana, Nicholas
Walliman menyatakan bahwa etika adalah aturan yang diperlukan dalam melakukan riset
dan para peneliti diharuskan untuk mengetahui sekaligus mengerti terlebih dulu tentang
etika ini sebelum melakukan penelitian. Sementara itu, David B. Resnik berpendapat
bahwa etika merupakan metode, prosedur, atau perspektif dalam memutuskan bagaimana
melakukan dan menganalisis isu atau problema yang kompleks dalam realitas sosial.
Dalam hal ini, perlu digarisbawahi bahwa apa yang dimaksud etika dalam penelitian
bukan berbicara pada ranah benar-salah (right and wrong) tapi lebih pada etis-tidaknya
tindakan

yang dilakukan

peneliti

dalam

setiap

proses

penelitiannya.

Hal

ini

mengindikasikan bahwa dalam melakukan penelitian terdapat beberapa tata nilai yang
harus dipegang dan dilaksanakan oleh peneliti, karena dalam penelitian pun terdapat etika
penelitian (etika research).
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan kadar
taat asas dalam setiap aspek penelitian yang dilakukan. Menurut Resnik, setidaknya
terdapat lima alasan mengenai pentingnya etika penelitian, pertama, etika penting guna

menunjang tujuan penelitian itu sendiri, yaitu demi mencapai pengetahuan dan kesahihan.
Hal ini akan meminimalisir fabrikasi, falsifikasi, dan misrepresentasi data. Kedua, untuk
menjamin adanya kegiatan kolaboratif dalam penelitian baik antar maupun sesama
peneliti dalam satu disiplin atau lembaga tertentu. Ini memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap hasil karya orang lain. Ketiga, menjamin akuntabilitas terhadap
publik, hal ini terutama penelitian yang dananya bersumber dari pendanaan public,
seperti penelitian yang dilakukan oleh instansi pemerintahan. Dengan demikian, etika
yang ada dapat memberikan guidance bagi peneliti untuk benar-benar akuntabel dalam
penelitiannya. Keempat, dengan adanya etika maka kualitas dan integritas peneliti sudah
terkualifikasi sehingga akan sangat mudah dalam memperoleh dukungan public, karena
public yakin akan kualitas dan integritas peneliti tersebut. Dan terakhir, etika dapat
membangun dan memajukan tata nilai moral dan sosial yang ada, seperti tanggung jawab
social, taat hukum, dan hak asasi manusia. Dengan demikian maka nilai tersebut akan
tertanam di dalam diri peneliti dalam setiap proses penelitian yang ia lakukan. Dinamika
yang diharapkan adalah lahirnya tanggung jawab moral akademik maupun non-akademik
dari dalam diri peneliti untuk bisa mempertanggungjawabkan apa yang ia tulis.
Apa yang dinamakan etika research dalam ilmu sosial, masih belum terkodifikasi
secara jelas karena setiap disiplin ilmu memiliki standar tersendiri, selain bahwa dunia
sosial merupakan fenomena yang kompleks dimana manusia merupakan subjek penelitian.
Namun, setidaknya terdapat etika yang secara general dapat dipakai sebagai prosedur
atau patokan yang bisa diterima sebagai etika research pada umumnya di dunia sosial,
yaitu Kejujuran, peneliti harus menekankan aspek kejujuran dalam penelitiannya, seperti
dalam penggunaan metode, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menuliskan
laporan penelitian. Jangan memfabrikasi dan falsifikasi data. Objektifitas, peneliti harus
objektif dalam setiap proses penelitian sehingga laporan yang dihasilkan merupakan hasil
interpretasi empiris terhadap data bukan interpretasi subjektif peneliti. Sehingga ini dapat
menghindarkan bias maupun self-deception. Integritas, peneliti harus memiliki sifat
konsekuen dalam setiap tindakan maupun pemikiran ketika meneliti. Kehati-hatian, etika
ini diperlukan untuk menghindarkan peneliti terjebak dalam kealpaan dan kesalahan
dalam penelitian, seperti mengumpulkan data, menulis hasil wawancara, mencatat data

dari korespondensi, dan lain-lain. Keterbukaan, peneliti harus memiliki sifat terbuka
terhadap kritik dan masukan mengenai penelitiannya. Penghormatan terhadap Hak
Kekayaan Intelektual, etika ini memberikan guidance agar peneliti menghormati dan
menghargai karya orang lain dengan tidak mengutip atau parafrase tanpa izin maupun
mencantumkan sumbernya, karena kalau tidak, peneliti telah melakukan plagiarisme.
Konfidensialitas, peneliti harus menjamin kerahasiaan data-data yang off the record, selain
menjaga kerahasiaan nara sumber yang tidak ingin dipublikasikan. Tanggung Jawab
Publikasi, penelitian selayaknya bukan merupakan ambisi pribadi atau untuk kepentingan
pribadi semata tapi penelitian selayaknya memberikan nilai manfaat bagi publik, dan
untuk itu harus dipublikasikan pada khalayak. Penghargaan pada Kolega, hormati kolega
dan perlakukan mereka sama dalam setiap proses penelitian. Tanggung Jawab Sosial,
penelitian selayaknya dilakukan untuk memajukan publik dan mencegah kekacauan
sosial. Non-Diskriminasi, hindari diskriminasi terhadap co-peneliti dan informan dalam
basis seks, ras, etnis, maupun faktor lain yang tidak berhubungan dengan kompetensi dan
integritas keilmuan mereka. Kompeten, peneliti harus memiliki kompetensi di bidangnya
sehingga penelitian tersebut membuahkan laporan yang kredibel dan maksimal.
Kompetensi ini dapat dibangun dengan terus belajar dan memperbanyak referensi yang
berada dalam skop disiplinnya. Legalitas, peneliti harus mengetahui aspek-aspek legal
yang diatur dalam hukum dan kebijakan pemerintah setempat. Perlindungan Terhadap
Manusia, penelitian yang dilakukan jangan sampai menimbulkan bahaya, resiko, dan sideeffect terhadap populasi manusia dimana peneliti mengambil sampel penelitian. Konflik
Kepentingan, peneliti harus bisa membatasi dan menghindari konflik kepentingan yang
mungkin muncul dalam proses penelitiannya, jadilah peneliti yang profesional.
Permasalahan

profesi

akuntansi

sekarang

ini

banyak

dipengaruhi

masalah

kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya
menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan
mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para
klien atau masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta
skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan di dunia menjadi gempar. Cara
yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan

kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng
menjadi kekawatiran di dalamnya.
Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Desain riset
berhubungan dengan temuan masalah sebagai berikut. Desain penelitian/riset (research
design) merupakan suatu cetak biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan,
diukur, dan dianalisis. Melalui desain inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumber daya
yang dibutuhkan. Desain penelitian yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan
penelitian, yaitu untuk mengetahui, mendeskripsikan, atau mengukur, maka desain
penelitian masing-masing adalah desain eksploratif, deskriptif, atau kausal.
Salah satu peranan penting dari riset akuntansi keperilakuan adalah membantu
merumuskan masalah yang harus diatasi. Riset hanya dapat dirancang secara sistematis
untuk memberikan informasi berharga jika masalah yang dihadapi telah dirumuskan
secara jelas dan akurat. Proses perumusan masalah meliputi pula spesifikasi tujuan riset
yang dilakukan.
Pada tahapan penentuan desain riset ini dibuat kerangka untuk melaksanakan
penelitian. Di dalamnya memuat secara rinci prosedur untuk pengumpulan data, cara
pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research questions samapi dengan
model analisis yang dipergunakan.
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
penentuan metode pengumpulan data.
Data sekunder adalah sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melaui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan,
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan
waktu, mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan, menciptakan tolok ukur untuk
mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika
informasi telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan

menggunakan data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder adalah bahwa seorang
peneliti mampu memperoleh informasi lain selain informasi utama.
Data primer adalah sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan riset. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik
secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian,
atau kegiatan, dan hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsurunsur kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih
mencerminkan kebenaran yang dilihat. Bagaimanapun, untuk memperoleh data primer
akan menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lama.
Misalnya, pengumpulan data melalui cara mengamati perilaku, melakukan survei, atau
eksperimen laboratorium.
Dalam menjamin validitas data primer dan sekunder, hanya informasi-informasi
esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti seharusnya
menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format pertanyaan yang
akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap responden. Pertanyaanpertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau sudah ditentukan kemungkinankemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk
suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan bermacam-macam
pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih
pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban
dari para responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
Alat ukur riset valid dan andal akan dijelaskan sebagai berikut. Tinggi fisik
seseorang dapat diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada sedikit keraguan
mengenai apakah alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika kita mengacu pada
tinggi dan berat badan seseorang. Namun, ketika kita tertarik untuk mengukur sifat dan
perilaku seseorang, alat ukur apa yang akan kita gunakan? Tidak ada ukuran ataupun
skala untuk mengukur sikap kerja atau untuk mengidentifikasikan suatu organisasi atau

keberhasilan secara tepat. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mengembangkan
instrumen risetnya untuk mengukur fenomena-fenomena perilaku tersebut.
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku,
yang pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang sah (validitas) dan yang
kedua adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang tidak representatif (andal). Dua
hal tersebut dinilai dengan validitas dan keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya. Peneliti ingin
melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan dengan masalah
risetnya. Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus jika digunakan di
lapangan dan waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama. Dalam hal itu,
peneliti mengacu pada konsistensi dari suatu alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran
keandalan tetapi tidak tergantung pada alat ukur yang tidak andal.
Validitas ada beberapa jenis, yaitu (1) validitas isikonsep masalah yang diukur;
(2) validitas prediktifpengujian prediksi perilaku; (3) validitas konkurenalat ukur
kruteria sekarang atau masa lalu; dan (4) validitas konstruksipengukuran sesuai dengan
teori atau tidak.
Reliabilitas mengacu pada suatu instrumen alat ukur yang andal akan
menghasilkan alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah
akurasi dari instrumen pengukuran.
Hanya informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari responden.
Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu
format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan
terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau
sudah

ditentukan

kemungkinan-kemungkinan

jawabannya

(close

ended).

Suatu

pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended
menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta
untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini

termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan tabulasi dan
penjelasan dari peneliti.

2.3 Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban


Organisasi merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu organisasi yang menyediakan
jasa maupun organisasi yang melakukan produksi, yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan organisasi, tidak bisa
dinafikkan kalau orang - orang yang terlibat di dalamnya memiliki warna yang berbeda
dan kepentingan yang berbeda pula.
Namun dari semua perbedaan tersebut hal yang terpenting adalah bagaimana agar
semua itu sesuai dengan visi dan misi organisasi oleh karena itu dibutuhkan sistem
pengendalaian yang baik dan dilakukan secara konsisten dan sistematis dengan tujuan
untuk memperkecil bentuk-bentuk kepentingan tersebut demi tercapainya tujuan dan
kepentingan organisasi yang apabila dibawa dalam ekonomi ada yang dikatakan akuntansi
keperilakuan yang lebih terfokus pada laporan kinerja atau laporan prilaku karyawan,
sebagai pengawas perusahaan atau organisasi.
Dalam akuntansi keperilakuan yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan
dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana

merupakan

penjelas akuntansi

perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orangorang yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah
umum pada akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem
pengendalian sebab pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku
yang akan dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban memberikan suatu kerangkah kerja yang berarti
untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi di
sepanjang jalur pertanggung jawaban dan pengendalian, yang ditujukan untuk manusia ,
peran mereka serta tugas yang dibebankan kepada mereka yang merupakan penilaian

terhadap kerja perusahaan dan bukan sebagai mekanisme imporsonal untuk akumulasi
dan pelaporan data secara menyeluruh.
Akuntansi pertanggung jawaban berbeda dengan akuntansi konvensional, dalam
hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan dan
diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan
hakikat dan fungsinya dan tdak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung
jawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Sedangkan pada akuntansi pertanggung jawaban tidaklah melibatkan deviasi
apapun dari prinsip akuntansi yang diterima secara umum, akuntansi pertanggung
jawaban meningkatkan relefansi dan informasi akuntansi dengan menetapkan suatu
kerangka untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur
organisasi dan hirarki pertanggungjawaban dari suatu perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban melaporkan baik siapa yang menjalankan uang
tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang tersebut. Olehnya itu sangat pantas bila pada
akuntansi pertanggung jawaban dilibatkan
akumulasi

data

dan

pelaporan.

Akuntansi

dimensi manusia pada perencanaan,


pertanggung

jawaban

memperkecil

penyelewengan dana karena biaya dianggarkan dan diklasifikasikan sepanjang garis


tanggungjawaban, sehingga dengan begitu laporan yang diterima oleh pihak manager
segman sangat sesuai untuk mengevaluasi kinerja dan alokasi penghargaan.
Bisa dikatakan bahwa akuntansi pertanggung jawaban merupakan salah satu
kajian dalam ilmu akuntasi yang lebih memfokuskan diri aspek tanggungjawab dari satu
atau lebih anggota organisasi atas suatu pekerjaan , bagian atau segmen tertentu.
Akuntansi pertanggung jawban juga melibatkan aspek keperilakuan dari anggota
organisasi . yang menyebabkan akuntansi pertanggung jawaban dapat dipandang sebagai
alat pengendali bagi organisasi. Kinerja setiap individu, kelompok, maupun devisi dapat
dijelaskan dari laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggung jawaban.
Oleh karena itu aspek-aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam
implememntasi akuntansi pertanggung jawaban. Masalah-masalah yang terkait dengan

keprilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius bagi individu


dan organisasi. Perilaku menyimpang dari yang diharapkan, rendahnya motifasi dan
tidak layaknya para menejer pusat pertanggungjawaban adalah contoh - contoh dari
gagalnya pusat pertanggung jawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keprilakuan
secara tepat.
Sistem pengendalian pada setiap perusahaan harusnya tidak hanya melihat
perilaku menyimpangnya tapi juga harus mencari tahu kenapa hal tersebut muncul dan
menjadi wabah pada tiap karyawan, adanya penyimpangan mengisyaratkan adanya
ketidak puasan, hal ini merupakan gejala yang menghasilkan gejala baru dan tidak bisa
dinafikkan ketika terjadi ketidakpuasan maka akan muncul reaksi baru yang juga
memunculkan ketidak puasan baru.
Salah satu faktor penyebab pembangkangan para karyawan dikarenakan tidak
sesuainya tenaga dengan hasil yang mereka peroleh, memang sangat betul motifasi tiap
karyawan merupakan salah satu solusi dari penyimpangan tersebut namun yang jadi
masalah betul tidak motifasi tersebut sesuai dengan kebutuhan yang mereka harapkan,
dan betul tidak hal tersebut bisa menumbuhkan semangat kerja mereka.
Seharusnya sistem pengendalian melihat semuanya itu tidak hanya mengharap
kinerja yang baik yang nantinya akan dibawa dalam laporan pertanggung jawaban tapi
juga harus menjadi solusi dari penyimpangan tersebut. Kalau memang sistem
pengendalian dan fungsi dari pada akuntansi pertanggung jawaban bisa terlaksana
dengan optimal maka kesenjangan ekonomi tidak perlu lagi dicari solusinya bila gaji
karyawan dinilai berdasarkan kinerja maka keadilan kaum buruh bukan menjadi mimpi
lagi, tapi yang menjadi masalah kenapa sampai sekarang kesenjangan ekonomi antara
kaum buruh masih sangat terlihat jelas dan keadilan terhadap kaum buruh masih menjadi
mimpi indah yang selalu menjadi harapan palsu.
Bila segala sesuatunya betul-betul dinilai berdasarkan kinerja maka dengan
sendirinya akan memotifasi tiap karyawan dan atasan untuk bekerja lebih baik dan pasti
visi dan misi perusahaan akan menjadi tujuan bersama karena ada motifasi berupa

penghargaan yang mendorong untuk bekerja lebih giat, sebab tidak bisa dinafikkan
segalah bentuk kecurangan, kemalasan dan hal - hal yang menyimpang lainya itu muncul
karena adanya kekecewan yang berarti pengendalian terhadap karyawan itu tidak
terlaksana secara optimal, meskipun optimal belum menjamin para karyawan akan
bekerja sesuai kebutuhan perusahaan karena tidak ada kepuasan yang diterima oleh
karyawan, harusnya akuntansi pertanggung jawaban menjadi ukuran tinggi rendahnya
gaji karyawanm dan tidak hanya berfokus pada arus kas perusahaan dan penilaian
terhadap kinerja tanpa imbalan yang berarti.
Sangat tidak adil ketika disisi lain perusahaan mengharapkan kinerja yang baik
dari para karyawan namun pada akhirnaya balasan dari hal tersebut hanyalah berupa
pujian dan bonus yang hanya sesekali diterima sedangkan para kaum guru hampir tiap
hari memberikan laba dari peningkatan kinerja produksi para karyawan, bisa saya
katakan akuntansi pertanggung jawaban dan sistem pengendalian yang diterapkan oleh
perusahaan justru menjadi bentuk nyata penindasan, dan eksploitasi nyata bagi kaum
buruh yang hanya bertujuan untuk peningkatan bagi kaum elit yang selalu menindas
kaum lemah.
2.4 Aspek Keperilakuan pada Perencanaan Laba dan Penganggaran
Pada dasarnya aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia
yang muncul dalam penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika
manusia mencoba untuk hidup dengan anggaran.
Beberapa fungsi anggaran yaitu:
1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan.
2. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang mencerminkan
prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi.
3. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan
beragam departemen atau divisi organisasi yang satu dengan lainnya.

4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran
berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi aktual yang dapat
dibandingkan.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen
untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan
perusahaan.
6. Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun
karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang
efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.
Anggaran telah menjadi alat manajemen yang diterima untuk meencanakan dan
mengendalikan aktivitas organisasi.
Pandangan Perilaku terhadap Proses Penyusunan Anggaran
Ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran yaitu;
1. Penetapan tujuan.
2. Implementasi.
3. Pengedalian dan evaluasi kinerja.
Untuk menyusun suatu anggaran atau rencana laba, terdapat langkah-langkah tertentu
yang harus diambil;
1. Manajemen puncak harus memutuskan apa yang menjadi tujuan jangka pendek
perusahan dan strategi mana yang akan digunakan untuk mencapainya.
2. Tujuan harus ditetapkan dan sumber daya dialokasikan.
3. Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian
disetujui oleh manajemen puncak.

4. Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya dan menentukan bidang masalah


dalam organisasi tersebut dengan membandingkan hasil kinerja aktual dengan
tujuan yang telah dianggarkan secara periodik.

Konsekuensi Disfungsional dari Proses Penyusunan Anggaran


Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan suatu tujuan, pengedalian, dan mekanisme
evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional, seperti rasa tidak
percaya, resistensi, konflik, internal, dan efeksamping lainnya yang tidak diinginkan.
Relevansi Konsep Ilmu Keprilakuan dalam Lingkungan Perencanaan
Dampak dari lingkungan perencanaan
Pada dasarnya lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, pola-pola
interaksi dalam penetapan kerja. Hal tersebut kadang kala disebut dengan budaya atauu
iklim organisasi.
Ukuran dan struktur organisasi
Ukuran dan strutur pada organisasi mempengaruhi prilaku manusia dan pola interaksi
dalam tahap penetapan tujuan, implementasi, dann pengendalian serta evaluasi terhadap
proses perencanaan.
Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi lingkungan perencanaan organisas. Teori
X dari McGregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikan secara
ketat, dimana kebutuhan efisiensi dan pengendalian mengharuskan pendekatan
manajerial tersebut untuk berurusan dengan bawahannya. Berbeda dengan Teori Y yang
dikemukakan oleh McCregor dan gaya kepemimpinan Likert mendorong tingkat

keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengembilan


keputusan.
Stabilitas lingkungan organisasi
Faktor lingkungan eksternal juga mempengaruhi lingkungan perencanaan yang meliputi
iklim politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan, struktur industri yang melayani
organisasi, hakikat persaingan, dan lain-lain.

Konsep Konsep Keprilakuan Yang Relevan Dalam Proses Penyusunan Anggaran


Tahap penetapan tujuan
Selama tahap penetapan tujuan baik tujuan umum ataupun tujuan khusus dari
manajemen puncak diterjemahkan kedalam target-target yang pasti dan dapat diukur
bagi organisasi serta bagi setiap submit utama.
Keselarasan Tujuan
Masalah utam dalam penetapan tujuan adalah mencapai suatu tingkat keselarasan tujuan
atau kompatibilitas yang mungkin diantara tujuan-tujuan organisasi, subunit-subunit,
dan anggota-anggota yang turut berpartisipasi.
Partisipasi
Adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak di
mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang
membuatnya.
Manfaat Partisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan menjadi
terlibat secara emosi dan bukan dalam pekerjaan mereka. Pada dasarnya partisipasi

dapay meningkatkan moral dan mendorong insiatif yang lebih besar pada semua tingkatan
manajemen.
Batasan dan Permasalahan Partisipasi
Bahkan dalam kondisi yang paling ideal sekalipun, partisipasi dalam penetapan tujuan
mempunyai keterbatasan tersendiri. Karena proses partisipasi memberikan kekuasaan
kepada para manajer untuk menetapkan hasil isi dari anggaran mereka, kekuasaan ini
bisa digunakan dengan cara yang memiliki konsekuensi disfungsional bagi organisasiitu
sendiri.

Tahap implementasi
Setelah

tujuan

organisasi

ditetapkan,

maka

direktur

perencanaan

mengkonsolidasikaannya ke dalam anggaran formal yang kmprehensif. Cetak biru untuk


tindakan ditingkat perusahaan ini kemudian disetujui oleh dewan direksi, komisaris, .
anggaran tersebut kemudian diimplementasikan melalui komunikasi kepada karyawan
kunci dalam organisasi.
Pengkomunikasian Anggaran
Kontroler atau direktur perencanaan bertanggung jawab untuk mengimplementasikan
anggaran. Hal ini dicapai dengan cara mengkomunikasikan sasaran operasional yang
disetujui kepada orang-orang tingkat organisasi yang lebih rendah. Hal ini disebut juga
sebagai menjual anggaran kebawah.
Kerja Sama dan Koordinasi
Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerja sama dari orang-orangdengan
beraneka ragam ketrampilan dan bakat. Koordinasi adalah seni menggabungkan secara

efektif seluruh sumber daya organisasi. Dari sudut pandang keprilakuan, hal ini berarti
menggabungkan bakat dan kekuatan dari setiap partisipan organisasi dan membuatnya
berjuang untuk mencapai tujuan yang sama.
Tahap Pengendalian dan evaluasi Kinerja
Tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan karyawan secara
continue terhadap pencapaian tuuan mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi
kinerja, kinerja aktual dibandingkan dengan standar yang dianggarkan guna menentukan
bidang-bidang permasalahan dalam organisasi tersebut dan menyarankan tindakan yang
sesuai untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar.
Laporan-laporan Kinerja
Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan menjaga agar karyawan termotivasi ke
arah pencapaian sasaran,laporan kinerja sebaiknya disusun dan didistribusikan paling
tidak secara bulanan. Pentingnya komunikasi berkala atas hasil kinerja telah berulang kali
ditunjukkan dalam studi empiris. Penerbitan laporan kinerja secara berkala dan tepat
waktu akan mempengaruhi dan mendorong pada moral karyawan.
2.5 Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan
Definisi Pengambilan Keputusan
o Kegiatan identifikasi dan diagnosis masalah, penyusunan berbagai alternatif, evaluasi dan
pemilihan alternatif pemecahan masalah (George Huber).
o Proses pemilihan salah satu dari antara dua atau lebih alternatif arah tindakan untuk
mencapai suatu tujuan (Sondang Siagian).
o Kegiatan yang berkaitan dengan manajerial maupun organisasi.

Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses berpikir, mengelola, dan


memecahan masalah. Oleh karena itu, beberapa definisi yang ada, masing-masing
digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam pengaturan organisasi, pengambilan keputusan

biasanya didefinisikan sebagai proses memilih dari antara program alternatif tindakan
yang mempengaruhi masa depan.
1.

Pengenalan dan pendefinisian suatu masalah atau suatu peluang.


Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau
kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah dan peluang,

2.

pembuat keputusan membutuhkan informasi lingkungan, keuangan, dan operasi.


Pencarian atas tindakan alternatif.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif
tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai
alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering
dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang
dipilih pada saat itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan

3.

diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif tambahan akan diperpanjang.


Pemilihan alternatif yang optimal dan memuaskan.
Langkah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah
satu alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan
terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta

ekonomi.
4. Penerapan dan tindak lanjut.
Keberhasilan atau kegagalan dari pilihan akhir tergantung pada efisiensi dari
pelaksanaannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki
kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan
(misalnya, uang, orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya
bekerja.

Motif Kesadaran
Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena
merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran
dalam konteks pengambilan keputusan yaitu:
a.

Keinginan akan kestabilan atau kepastian.

Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep
yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan
bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau
b.

ketidakpastian informasi.
Motif kompleksitas dan keragaman.
Motif ini menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta mengaktifkan
pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau lingkungan.

Jenis-jenis dari Model Proses


Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seoran pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
a.

Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara
sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai
motif dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan bahwa
probabilitas yang terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak
tergantung pada preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuan yang

konsisten dari organisasi.


b.
Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini mengasumsikan
bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung berdasarkan
interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan
c.

motivasi utama.
Satisficing Model
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep
Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena
mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan
belajar.

Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan


Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk
berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena
mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu
memproses informasi yang tersedia secara berurutan.

Perilaku rasional dari individu

dalam situasi pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara
alternatif-alternatif yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi
dimana konsekuensi dari tindakan tidaklah pasti.

Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar


Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam
strategi dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan
pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau
informasi keuangan lainnya. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan
deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar
mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu. Untuk
menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga
komponen:
1.
2.
3.

Pengujian Informasi
Integrasi pengamatan dan temuan
Pertimbangan

Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan


Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan,
memproses, serta meneruskan informasi.

Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali
berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi
pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan
mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.

Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan


Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa
depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu
tidak dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu
dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta
konsekuensinya ditentukan.
Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi
fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta
bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang
dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah


Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui
pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi
kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang
ditentukan sebelumnya.

Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi
tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan


Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang,
karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan
dengan operasi sekarang.
Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi ekternal jika
informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan dengan data
akuntansi yang dikembangkan secara internal.

Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi


Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai ukuran yang tidak
sempurna dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda
dengan nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran
dan pelaporan tidak dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan
dengan hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia
dapat mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi
sebagai dasar untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai suatu
mitos, akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja bidang cakupan
akuntansi. Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang apapun mulai terlihat
nyata pada perkembangannya di era globalisasi, di era layar yang kita hadapi sekarang.
Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang. Sebuah
sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan
keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di
lukiskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan
transparansi dalam setiap transaksi dan semakin jelas dengan pencatatan.
Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu manusia itu
sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi.
Dengan hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi pendapat
terhadap laporan keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor
sosilologis dan psikologis manusia. Bisa saja kondisi seorang individu sebelum menyatakan
pendapatnya atas laporan keuangan berubah. Karena menurut penulis sendiri faktor
psikologis merupakan salah satu faktor internal dan mempunyai andil penting ketika opini
atau pendapat dikeluarkan terkait dengan laporan keuangan.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik
untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi.

Namun, pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek
keperilakuan dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat
dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang
dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi
akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan
akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.
Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users). Sebagaimana
dibahas sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan untk
melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak eksternal, sama seperti pihak
internal, tetapi mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam
orgnisasi tersebut.
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek
akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain dalam hal ini
terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system informasi akuntansi,
dan audit.

Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah


sebagai berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan
panjang hingga akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam
penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk
diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti
tentang apa itu etika riset. Ini karena dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang
terlibat dan etika riset digunakan sebagai pedoman peneliti dalam bertindak terutama
dengan orang lain yang notabene adalah subjek penelitian. Selain itu, karena riset
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu sendiri, tentunya dalam
perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi seorang peneliti
dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian mengenai pentingnya

etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga penelitian tersebut benarbenar berada dalam koridor siklus keilmuan.

DAFTAR PUSTAKA
Definisi dan Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Oleh Admin KeuLSM / Kamis 20 Desember 2012 / Tanggapi?
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya.

Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi


Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya. Dengan demikian, definisi
akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku akuntan atau non-akuntan yang
dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan. Akuntansi keperilakuan menekankan
pada pertimbangan dan pengambilan keputusan akuntan dan auditor, pengaruh dari fungsi
akuntansi (misalnya partisipasi penganggaran, keketatan anggaran, dan karakter sistem
informasi) dan fungsi auditing terhadap perilaku, misalnya pertimbangan (judgment) dan
pengambilan keputusan auditor dan kualitas pertimbangan dan keputusan auditor, dan pengaruh
dari keluaran dari fungsi-fungsi akuntansi berupa laporan keuangan terhadap pertimbangan
pemakai dan pengambilan keputusan.
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya.
Akuntansi adalah informasi, atau lebih tepatnya sistem informasi akuntansi. Keberhasilan suatu
sistem informasi akuntansi tidak lepas dari perilaku manusia selaku pemakai dan yang
memberikan responnya. Perkembangan akuntansi pun tak lepas dari perilaku. Mendesaknya
kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia (akuntan dan auditor) dalam bidang
akuntansi, maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi
khususnya psikologi kognitif, antropologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan. Banyak
bukti empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang akuntansi
keperilakuan. Dua jurnal terkenal, yaitu Behavioral Research in Accounting (BRIA) dan
Auditing: A Journal of Practice & Theory, sangat mempengaruhi perkembangan akuntansi
keperilakuan sampai saat ini.

Akuntansi keperilakuan merupakan cabang ilmu akuntansi yang mempelajari hubungan antara
perilaku manusia dengan sistem informasi akuntansi. Istilah sistem informasi akuntansi yang
dimaksud di sini dalam arti luas meliputi seluruh desain alat pengendalian manajemen yang
meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertanggungjawaban,
desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain kolektibilitas biaya, penilaian
kinerja, serta laporan keuangan.
Secara lebih terperinci ruang llingkup akuntansi keperilakuan meliputi:

Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi,


bangunan, dan penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam
perusahaan dan organisasi, yang berarti bagaimana sikap dan gaya
kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian
akuntansi dan desain organisasi; apakah desai sistem pengendalian
akuntansi bisa diterapkan secara universal atau tidak.

Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku


manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi
kinerja, motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan
kerja dan kerja sama.

Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan


strategi untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem
akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku, dan
bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah freezing
(membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan
sistem. Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu
upaya untuk sampai pada aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi
ada resistensi di situ.

Disarikan dari buku: Akuntansi Keperilakuan, Penulis: Dr.I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si,
Halaman: 1-3
- See more at: http://keuanganlsm.com/definisi-dan-ruang-lingkup-akuntansikeperilakuan/#sthash.Dj51Qgu0.dpuf
Definisi dan Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan
April 25, 2013 12:43:55 News & Article

Akuntansi Keprilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi


Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya. Dengan demikian, definisi
akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku akuntan atau non-akuntan yang
dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan. Akuntansi keperilakuan menekankan
pada pertimbangan dan pengambilan keputusan akuntan dan auditor, pengaruh dari fungsi
akuntansi (misalnya partisipasi penganggaran, keketatan anggaran, dan karakter sistem
informasi) dan fungsi auditing terhadap perilaku, misalnya pertimbangan (judgment) dan
pengambilan keputusan auditor dan kualitas pertimbangan dan keputusan auditor, dan pengaruh
dari keluaran dari fungsi-fungsi akuntansi berupa laporan keuangan terhadap pertimbangan
pemakai dan pengambilan keputusan.
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya.
Akuntansi adalah informasi, atau lebih tepatnya sistem informasi akuntansi. Keberhasilan suatu
sistem informasi akuntansi tidak lepas dari perilaku manusia selaku pemakai dan yang
memberikan responnya. Perkembangan akuntansi pun tak lepas dari perilaku. Mendesaknya
kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia (akuntan dan auditor) dalam bidang
akuntansi, maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi
khususnya psikologi kognitif, antropologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan. Banyak
bukti empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang akuntansi
keperilakuan. Dua jurnal terkenal, yaitu Behavioral Research in Accounting (BRIA) dan
Auditing: A Journal of Practice & Theory, sangat mempengaruhi perkembangan akuntansi
keperilakuan sampai saat ini.
Akuntansi keperilakuan merupakan cabang ilmu akuntansi yang mempelajari hubungan antara
perilaku manusia dengan sistem informasi akuntansi. Istilah sistem informasi akuntansi yang
dimaksud di sini dalam arti luas meliputi seluruh desain alat pengendalian manajemen yang
meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertanggungjawaban,

desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain kolektibilitas biaya, penilaian
kinerja, serta laporan keuangan.
Secara lebih terperinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi:

Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi,


bangunan, dan penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam
perusahaan dan organisasi, yang berarti bagaimana sikap dan gaya
kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian
akuntansi dan desain organisasi; apakah desain sistem pengendalian
akuntansi bisa diterapkan secara universal atau tidak.

Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku


manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi
kinerja, motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan
kerja dan kerja sama.

Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan


strategi untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem
akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku, dan
bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah freezing
(membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan
sistem. Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu
upaya untuk sampai pada aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi
ada resistensi di situ.

Disarikan dari buku: Akuntansi Keperilakuan, Penulis: Dr.I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si,
Halaman: 1-3.
Sumber: keuanganlsm.com/article/artikel-akuntansi
AKUNTANSI KEPERILAKUAN:Konsep Dasar & Dampaknya
Pendahuluan
Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah mengenal
adanya hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan semakin
majunya peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengihktisaran dan pelaporan
sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah
mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat
ini.Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah
berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan
kemajuan dalam tehnologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia

dengan cepat. Tetapi, seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat
disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah
memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber
daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan
keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan.
Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan
organisasi akan informasi akuntansi. Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah
orang untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang
didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada
bagaimana prilaku orang-orang di dalam organisasi.
Pokok-pokok Kajian
Berdasarkan uraian di atas menunjukan adanya beberapa masalah yang perlu dibahas sebagai
berikut:
1)

Mengapa perlu mempertimbangkan keperilakuan pada akuntansi?

2)

Bagaimana persyaratan pelaporan mempengaruhi perilaku akuntansi?

3)

Bagaimana dampak dari persyaratan pelaporan akuntansi?

Pembahasan
1. Mengapa Perlu Mempertimbangkan Keperilakuan pada Akuntansi?
Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan
pekembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan
oleh penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran tersebut,
manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh
sistem akuntansi. Dan para akuntan belum pernah mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang
fakum. Para akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana
mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan
informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia
dan mempengaruhi organisasi.Penjelasan di atas menunjukan adanya aspek keperilakuan pada
akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun informasi) maupun dari pihak pemakai informasi
akuntansi. Pihak pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang atau kumpulan
orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan
keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting dalam
menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan
manfaat bagi kemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja

dalam wujud penetapan standar-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan
dari sistem akuntansi.Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana sistem informasi
akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang
dihasilkan tidak handal dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk
menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk
itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi
akuntansi.Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah, investor/calon investor,
kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi akan
digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja. Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan
untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping
itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan informasi yang
disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi
tindakan pengambilan keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset
akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek
keperilakuan dalam akuntansi.Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan
terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk
memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif
perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi
yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya.
Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan
gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan
sosial tidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan
perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas
perilaku manusia pada organisasi.
2. Bagaimana Persyaratan Pelaporan Mempengaruhi Perilaku Akuntansi?
Perkembangan organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratkan untuk melaporkan informasi
kepada pihak lain tentang siapa atau apa, bagaimana menjalankan organisasi, dan untuk siapa
harus bertanggungjawab. Hal ini pada umumnya disebut sebagai persyaratan pelaporan,
meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan.
Intisari dari proses
akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen.
Karena pengumpulan atau pelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya, biasanya hal
tersebut tidak dilakukan secara suka rela kecuali pembuat informasi yakin bahwa hal ini akan
mempengaruhi penerima untuk berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh pelapor/pembuat.
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam beberapa cara, diantaranya adalah:
Antisipasi penggunaan informasi. Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan
mempengaruhi perilaku pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi
mengenai perilaku pembuat itu sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut akan bertanggung

jawab. Semakin informasi yang dilaporkan mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh
pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan bahwa perilku pembuat akan dimodifikasi.
Pembuat dapat merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam perilaku akan mengarah pada
perubahan yang diinginkan dalam informasi yang dilaporkan.
Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi. Kadang kala penerima menyatakan
secara jelas bagaimana mereka menginginkan pembuat laporan berperilaku, meskipun sulit untuk
dicapai secara simultan seperti: laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan jangka panjang,
atau citra publik yang baik. Apabila pembuat laporan bertanggung jawab kepada penerima maka
ia akan berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan mengenai apa yang harus dilaporkan,
mengenai tindakan dan hasil yang manakah yang penting bagi penerima.
Namun ketika
orang tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut akan digunakan, maka pembuat
laporan memiliki pekerjaan sulit untuk memprediksi kapan dan bagaimana informasi tersebut
akan digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan pada prediksi sesuai dalam situasi yang
serupa dalam pengalamannya atau bagaimana mereka akan menggunkannya jika berada pada
penerima informasi tersebut.
Insentif/sanksi. Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembut laporan adalah penentu
yang penting dalam mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada untuk memberikan
penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan bertindak dan memastikan
bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima. Misalnya saja, mahasiswa kemungkinan besar
akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut dikumpulkan dan diberi nilai dibandingka jika
tidak, meskipun manfaat pembelajaran dalam kedua kasus tersebut adalah sama.
Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah persyaratan
pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat laporan atau tidak. Supaya
persyaratan pelaporan dapat menyebabkan perubahan perilakunya, ia harus mengetahui
persyaratan tersebut sebelum ia bertindak. Sehingga jika persyaratan plaporan yang sebelumya
dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan, maka akan dapat diketahui pada pembuatan laporan
berikutnya.
Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat mengubah
perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan perhatian
pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang dapat mengarah pada perubahan perilaku.
3. Bagaimana Dampak dari Persyaratan Pelaporan Akuntansi ?
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang akuntansi: keuangan,
perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Secara terperinci dampak tersebut dapat
dijelaskan di bawah ini.

Akuntansi keuangan. Terdapat beberapa prinsip akuntansi yag diterapkan setelah


diperdebatkan terlebih dahulu mengenai dampak mengenai yang ditimbulkannya. Beberapa hal
yang kontraversial dari pernyataan standar akuntansi tersebut merupakan contoh mengenai
bagaimana prinsip akuntansi mempengaruhi perilaku. Contoh-contoh tersebut meliputi:
Bagaimana perlakuan atas kerugian akibat melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar?
dan bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai pembayaran kontrak utang dalam mata uang
asing?. Setelah mengalami proses perdebatan dari berbagai kelompok (pemerintah, praktisi
bisnis, akademisi) melahirkan ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) No. 4 yang
menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 10 mengenai transaksi
dalam mata uang asing. Dalam interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian yang
ditimbulkan oleh tigkat inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan melibatkan transaksi operasi
dalam mata uang dolar dapat dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip akuntansi yang
kontraversial lainnya termasuk perlakuan atas biaya penelitian dan pengembangan, serta
persyaratan pelaporan akuntansi atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam
laporan keuangan. Demikian pula halnya dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi.
* Akuntansi perpajakan. Umumnya persyaratan pelaporan akuntansi
perpajakan dipandang rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak.
Beberapa persyaratan telah dikenakan tidak hanya kepada pembayar pajak,
tetapi juga pada pihak lain seperti karyawan dengan maksud untuk
membuat hukum pajak lebih dipatuhi.
Suatu keharusan catatan yang
rinci atas pengurangan beban bisnis merupakan contoh yang paling baru dan
kontraversial mengenai dampak perilaku dari persyaratan pelaporan pajak.
Yang dalam faktanya, catatan rinci tersebut tidak perlu dilaporkan tetapi
pembayar pajak dan penyusun pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa
catatan itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.
* Akuntansi manajerial. Manajemen dapat memberlakukan persyaratan
pelaporan internal apapun yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos
yang dilaporkan dapat bersifat keuangan, operasional, sosial atau suatu
kombinasi. Tetapi hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang
tersedia bagi publik karena data tersebut jarang dilaporkan diluar organisasi.
Disamping itu sangat sulit untuk digeneralisasi karena setiap organsasi
memiliki sistem akuntansi manajemen yang berbeda-beda.
* Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai dampak dari
akuntansi sosial bagi publik karena akuntansi sosial adalah bidang perhatian
yang masih relatif baru. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial
adalah delima penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.
Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan


bahwa akuntansi dibangun dengan menggunakan konsep, prinsip dan
pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk meningkatkan kegunaannya.
Sehingga akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta
kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi. Disamping itu
kesempurnaan teknis dari jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang
didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan
bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang didalam organisasi, baik
sebagai pelaksana (penyusun informasi) maupun sebagai pemakai
informasi.Persyaratan pelaporan akuntansi akan mempengaruhi perilaku dari
berbagai fakor, baik karena adanya antisipasi penggunaan informasi, prediksi
penggunaan informasi, insentif/sanksi, penentuan waktu maupun
pengarahan perhatian dari pihak yang akan menggunakan informasi
tersebut (penerima). Dampak keperilakuan dalam akuntansi terjadi pada
berbagai bidang yaitu pada: akuntansi keuangan, akuntansi perpajakan,
akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Salah satu bidang pembahasan
dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan laporan, polusi dan
keamanan produk.
DIMENSI AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Beberapa dekade terakhir para manajer dan akuntan profesional mulai mengetahui kebutuhan
akantambahan informasi ekonomi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Oleh karena itu,
informasiekonomi dapat ditambah dengan tidak hanya melaporkan data-data keuangan saja,
tetapi juga data-data nonkeuangan yang terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan kondisi iniadalah wajar jika akuntansi sebaiknya memasukkan dimensi-dimensi
keperilakuan dari berbagaipihak yang terkait dengan informasi yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi.
Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Ruang lingkup akuntansi keperilakuan sungguh luas, yang melliputi antara lain :
1)Aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan konstruksi sistem akuntansi
2)Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi
3)Cara dengan mana informasi diproses untuk membantu dalam pengambilan keputusan
4)Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan perilaku para pemakaidata
5)Pengembangan strategi untuk memotivasi dan memengaruhi perilaku, cita-cita, serta tujuandari
orang-orang yang menjalankan organisasi.
Secara umum, lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar:
1.Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan sistemakuntansi.
Bidang dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai kaitan dengan sikap danfilosofi manajeman
yang mempengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsidalam organisasi.
2.Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari akuntansi keperilakuanini
berkenaan dengan bagaimana sistem akuntansi memengaruhi motivasi,
produktivitas,pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerja sama.

3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang ketigadari
akuntansi keperilakuan ini mempunyai hubungan dengan cara sistem akuntansidigunakan
sehingga mempengaruhi perilaku.
Akuntansi Keperilakuan : Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional
Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi akan dapat menjadi lebih baik
jikalaporan tersebut banyak mengandung informasi yang relevan. Akuntan mengakui adannya
fakta inimelalui prinsip akuntansi yang dikenal dengan pengungkapan penuh (
full disclosure
). Prinsip inimemerlukan penjelasan yang tidak hanya berfungsi sebagai pengganti dan
penambah informasiguna mendukung laporan data keuangan perusahaan, tetapi juga sebagai
laporan yang menjelaskankritik terhadap kejadian-kejadian nonkeuangan. Informasi tambahan
ini dilaporkan baik dalam suatukerangka laporan keuangan maupun dalam catatan atas laporan
keuangan perusahaan.Beberapa ahli membantah pernyataan bahwa informasi pada dimensi
perilaku organisasi adalahadalah tidak berguna bagi pengambil keputusan internal dan eksternal.
Kekuatan para akuntan telahdiakui bahwa mereka memiliki pengalaman selama berabad-abad,
dimana mereka menjadi terbiasadengan kebutuhan informasi dari pemakai eksternal dan para
manajer internal, proses keputusa

Pengantar AKUNTANSI KEPERILAKUAN


07.28 Akuntansi Perilaku No comments
Akuntansi keperilakuan tinjauan umum
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut
adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan
sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari
pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi
akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai
internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal
dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu
rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi. Pihak eksternal
sama dengan pihak internal, tetapi mereka labih berfokus pada jumlah investasi yang mereka
lakukan dalam organisasi tersebut.
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran
(school) , yaitu :
1. Pengendalian manajemen (management control)
2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
3. Desain sistem informasi (information system design)
4. Riset audit (audit research)
5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)
Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di
dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses
perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling

berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan Awal
perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen
khususnya penganggaran (budgeting), namun yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan
bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Banyak volume riset
atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara
periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :
1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin
diperkenankan
2. Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sebidang
akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi
secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan
menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi
dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan
hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan
teknik berikut ini :
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan
strategis
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahaan
Akuntansi Konvensional
Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang
relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai
internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi keuangan
melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang
beberapa diantaranya adalah :
1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi investor
serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan sumbersumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi utang-utangnya
5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan
perusahaan
6. Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan
arus kas masuk ke dalam perusahaan.

Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan


Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non
akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970).
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:
1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik
sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun
Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan pertimbangan
dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil
riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali
pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya
disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada
akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada
tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan
Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada
akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi
akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang
mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu
membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan
riset yang diikuti.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin
meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam
kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya.
Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai
oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku yang
terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi dapat dilihat pada gambar dibawah
ini,

Skala Pengukuran Perilaku (Behavioral Observation Scales/BOS) merupakan Pendekatan


berdasarkan perilaku dalam metode penilaian kerja karyawan. Berikut sedikit pembahasan

mengenai Skala Pengukuran Perilaku (Behavioral Observation Scales/BOS) :


Latar belakang rasionalisasi Behavioral Observation Scale (BOS) adalah sebagai berikut : kinerja
karyawan yang baik bisa dilihat dari sering atau tidaknya kejadian-kejadian yang memberi
kontribusi positif maupun negatif (frequency of critical incidents) terhadap organisasi/perusahaan
yang dilakukan oleh karyawan yang hendak dinilai (Carell etal, 1992;Cascio, 1992; Flippo,
1984).

Definisi Behavioral Observation Scales (BOS)


Behavioral Observation Scales adalah metode untuk menilai kombinasi dari kejadian-kejadian
kritis (critical incidents) serta frekuensi dari kejadian tersebut. Para pekerja diobservasi
kemudian dinilai secara keseluruhan
(www.stehouwer.com/IOPsyOHch7.pdf).
Latham dan Wexley telah mengembangkan Behavioral Observation Scales (BOS) pada tahun
1977, yang mempercayai bahwa penilaian BOS dan BARS memerlukan pengamat dalam
membuat keputusan / pendapat. Wexley dan Latham juga menyatakan bahwa BOS adalah sebuah
metode yang menilai kejadian-kejadian kritis (critical incidents) dimana pengamat
harus memberi penilaian dari frekuensi kejadian-kejadian tersebut secara keseluruhan
( www.rpi.edu/verwyc/TMOH17.htm). BOS dapat juga diartikan sebagai salah satu metode
penilaian kinerja yang memfokuskan pada frekuensi kejadian-kejadian kritis (critical incidents)
yang kemudian dinilai secara keseluruhan (www.eridlc.com/resources/index).

Kelebihan-kelebihan BOS
Behavioral Observation Scales BOS memiliki kelebihan-kelebihan yang meliputi hal-hal berikut
(Schuler&Jackson ,1996 : 30), yaitu :
1. Didasarkan pada suatu analisis jabatan yang sistematis
2. Berlawanan dengan beberapa metode lain, BOS memungkinkan karyawan ikut serta dalam
pengembangan dimensi ( melalui identifikasikejadian-kejadian penting dalam analisis jabatan)
yang memudahkan pemahaman dan penerimaan
3. Bermanfaat bagi peningkatan kinerja karena sasaran-sasaran tertentu dapat dikaitkan dengan
nilai dalam angka (rating) berdasarkan bobot perilaku yang relevan (kejadian penting)
4. Tampaknya memuaskan. Uniform Guidelines dalam hal validitas (keterkaitan pekerjaan) dan
reabilitas

Anda mungkin juga menyukai