PERTEMUAN KE - 4
OLEH :
FATIMATUZ ZAHRA
101710101063
Masukkan lemak cair yang sudah disaring ke dalam tabung kapiler terpanjang 10
mm.
2)
Rapatkan/tutup ujung tabung kapiler dengan cara memanaskan pada api kecil
(bunsen). Jaga jangan sampai lemak terbakar.
3)
Masukkan tabung kapiler dalam refrigerator 4-100C, biarkan selama 16-24 jam.
4)
Gabungkan tabung kapiler dengan termometer air raksa sehingga ujung tabung terisi
lemak sejajar dengan termometer (bisa dengan cara mengikatnya menjadi satu).
5)
Rendam dalam gelas piala 500 ml yang berisi air setengah penuh sehingga
termometer dan tabung kapiler terendam sepanjang 30 ml.
6)
Panaskan gelas piala dengan kecepatan 0,50C/menit, agitasi air dengan stirer
perlahan-lahan.
7)
Catat suhu pada saat lemak mulai terlihat transparan, gunakan kaca pembesar untuk
melihatnya bila perlu. Suhu yang terbaca merupakan titik leleh lemak.
2. Berat Jenis
Berat jenis lemak/minyak ditentukan melalui perbandingan berat contoh minyak dengan
berat air yang volumenya sama pada suhu tertentu (biasanya 25 0C). Peralatan yang biasanya
digunakan adalah piknometer. Untuk prosedur kerjanya adalah sebagai berikut :
1) Piknometer dibersihkan dan dikeringkan.
2) Isi piknometer dengan akuades bersuhu 20-300C. Pengisian dilakukan sampai air
dalam botol meluap dan tidak ada gelembung udara di dalamnya.
3) Setelah ditutup, botol direndam dalam penangas air yang bersuhu 25 0C dengan
toleransi 0,20C selama 30 menit.
4) Botol diangkat dari bak dan dikeringkan.
5) Timbang berat botol dengan isinya.
6) Contoh minyak/lemak cair yang akan ditentukan berat jenisnya terlebih dahulu
disaring dengan kertas saring. Hal ini bertujuan untuk membuang benda-benda asing
dan kandungan air. Selanjutnya contoh minyak diperlakukan seperti langkah 1 sampai
dengan 5.
Perhitungan dari berat jenis:
Berat jenis minyak pada suhu 25/250C= berat piknometer dan minyak berat piknometer
Berat air pada suhu 25oC
Berat jenis minyak pada suhu tertentu lainnya menggunakan rumus:
G = G + 0,00064 (T-250C)
dimana: G
0,00064
Gambar piknometer
3. Turbidity Point
Pengujian turbidity point dilakukan untuk mengetahui adanya pengotoran oleh bahan
asing atau pencampuran lemak. Turbidity point suatu contoh minyak dapaty ditentukan
dengan mengukur suhu minyak pada saat minyak atau lemak cair berubah menjadi padat.
Pengujian ini disebut Crismer atau Valenta. Prosedur pengukuran turbidity point adalah
sebagai berikut :
1) Contoh minyak dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi asam asetat atau alkohol.
2) Panaskan contoh minyak melarut sempurna yaitu ditandai dengan larutan menjadi
jernih.
3) Larutan kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai mulai menghablur.
4) Suhu dimana terlihat addanya kristal-kristal halus lemak dicatat dan dinyatakan
sebagaiturbidity point atau biasa disebut titik kritis.
Sifat kimia lemak/minyak dientukan berdasarkan reaksi spesifik antara komponen
lemak/minyak dengan pereaksi tertentu. Parameter sifat kimia lemak/minyak adalah bilangan
iod, bilangan asam (FFA/free fatty acid), bilangan peroksida, bilangan TBA(thio barbituric
acid). Bilangan asam. Bilangan peroksida, bilangan TBA (thio barbituric acid) dapat
mengidentifikasi kerusakan lemak/minyak. Berikut adalah penjelasan mengenai parameter
sifat kimia minyak/lemak.
1. Bilangan Iod
Asam lemak yang menyusun lemak/minyak umumnya berupa campuran antara asam
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Derajat ketidakjenuhan asam lemak yang
menyusun lemak/minyak dapat ditentukan berdasarkan reaksi adisi antara asam lemak
dengan iod (I2). Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh dapat diadisi oleh
senyawa iod sehingga menghasilkan senyawa dengan ikatan jenuh.
Struktur kimia asam lemak jenuh dan tidak jenuh adalah seperti gambar berikut :
Reaksi adisi ikatan rangkap asam lemak oleh suatu iod dibantu dengan suatu carrier
seperti iodin-klorida atau iodin bromida. Reaksi adisi asam lemak oleh senyawa iod
sebagai berikut:
nI2 + -n(CH=CH)- -(CH-CH)-
Bilangan iod ini menyatakan jumlah gram iod yang digunakan untuk mengadisi 100
gram lemak/minyak. Semakin tinggi bilangan iod maka semakin banyak ikatan rangkap yang
diadisi dan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan lemak/miyak. Kelebihan iod dititrasi
dengan natrium tiosulfat sehingga iod yang digunakan untuk mengadisi lemak/minyak dapat
diketahui jumlahnya. Reaksi antara I2 dengan Nna2S2O3 terjadi melalui reaksi reduksi
oksidasi sebagai berikut:
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
Metode yang banyak digunakan dalam menetapkan bilangan iod adalah meode Hanus
(pereaksi berisi iodin-bromida) dan metode Wijs (pereaksi berisi iodin-klorida). Prosedur
dalam metode Hanus adalah sebagai berikut :
1) Masukkan sebanyak 0,50 gram contoh lemak/minyak ke dalam erlenmeyer bertutup.
2) Tambahkan ke dalam erlenmeyer 10 ml kloroform untuk melarutkan contoh.
3) Tambahkan juga 25 ml pereaksi Hanus dan biarkan 30 menit di temmpat gelap.
Kocok sekali-kali. Sesudah reaksi sempurna diharapkan terdapat kelebihan iod yang
mencapai minimum 60%.
= (Vb-Vs) x N x 12,69
W
Dimana:
Bilangan iod
Vb
Vs
= normalitas Na2S2O3
2. Bilangan Asam
Bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam
lemak/minyak yang biasanya dihubungkan dengan proses hidrolisis lemak/minyak. Hidrolisis
lemak/minyak oleh air dengan katalis enzim/panas pada ikatan ester trigliserida akan
menghasilkan asam lemak bebas (ALB).
Keberadaan ALB adalah untuk indikator awal terjadinya kerusakan asam/lemak karena
proses hidrolisis. Pembentukan ALB mempercepat kerusakan oksidatif lemak/minyak
dibandingkan dalam bentuk ester. Jumlah ALB ditunjukkan dengan bilangan asam. Bilangan
asam ini dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan ALB yang terdaat dalam 1 gram minyak/lemak. Bilangan asam ditentukan
dengan reaksi penyabunan yaitu dengan cara mereaksikan lemak/minyak dengan basa (seperti
KOH atau NaOH).
Analisis bilangan asam dan ALB (AOAC Official Method 940.28) adalah sebagai
berikut :
1) Masukkan ebanyak 5 gram contoh minyak ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2) Tambahkan sebanyak 100 ml etanol 95% netral.
3) Tambahkan 2 ml indikator phenolftalein. Goyang-goyang agar tercampur homogen.
4) Titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N (gunakan larutan NaOH yang sudah
distandardisasi) sambil digoyang kuat sampai warna pink permanen selama 30 detik.
Perhitungan:
Bilangan asam (mg NaOH/g minyak) = V x N x 40
W
Kadar asam lemak bebas/ALB (%)
= VxNxM
10. W
Dimana:
V
Sumber Minyak
Bobot Molekul
Kelapa sawit
Palmitat C16H32O2
256
Laurat C12H24O2
200
Susu
Oleat C18H34O2
282
Jagung, kedelai
Linoleat C18H32O2
278
3. Bilangan Peroksida
ALB dalam minyak/lemak mudah mengalami reaksi oksidasi. Stabilitas oksidasi ALB
bergantung pada jumlah ikatan rangkap. Semakin banyak ikatan rangkap pada AL maka
stabilitas oksidatif semakin rendah. Stabilitas AL juga dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi
oksigen, cahaya, logam, proksidan, antioksidan, katalis.
Reaksi oksidasi meliputi tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi. Radikal bebas yang
terbentuk di tahap awal reaksi (tahap inisiasi) dapat bereaksi dengan oksigen dan
menghasilkan senyawa peroksida.
Keberadaan
senyawa
peroksida
adalah
sebagai
indikator
terjadinya
oksidasi
menunjukkan
contoh
telah
mengalami
oksdasi
lanjut.
Kandungan