BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Panas 4 Hari
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD rumah sakit waled dengan keluhan Panas
Badan dari 4 hariyang lalu,Panas di rasakan menetap pagi siang maupun
malam. Keluhan di sertai muntah sebanyak 4 kali, muntahan cair berwarna
putih berisi makanan dan tidak di sertai darah.pasien juga mengeluhkan
mencret sebanyak 5 kali dalam sehari sejak 2 hari yang lalu,feaces cair
warna kuning ,ampas negatif dan berbau busuk.setelah hari ke 3 di rumah
sakit feaces berubah menjadi lembek dan berwarna kehitaman.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan gejala yang sama (-), riwayat alergi (-), riwayat
dirawat di RS (-).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yg mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)
5. Riwayat Imunisasi
BCG (+),Polio (+), Hepatitis B (+),DPT (+),dan Campak (+)
(Imunisasi lengkap)
6. Riwayat Lingkungan
- tetangga dengan riwayat DBD
- Lingkungan rumah padat penduduk
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Gelisah dan Tampak sakit berat
2. Kesadaran
: Compos Mentis
3. Vital Sign
: Heart Rate : 136x/menit
Suhu
: 38,20C
Respirasi
: 36x/menit
4. BB : 16 kg
TB : 124cm
Status Gizi : Baik
5. Status Umum
a. Kepala
: Konjunctiva anemis (+), sklera ikterik (-), sianosis (-),
nafas cuping hidung (-)
b. Leher
: Pembesaran limfonodi (-), JVP tidak meningkat.
c. Mulut
: Bibir kering dan pecah-pecah
d. Thorax
: Simetris (+), retraksi (-), POC (-)
ronki -/-, wheezing -/e. Abdomen
: Simetris (+), distensi (-), peristaltik (+) ,
nyeri tekan (+), timpani (+)
f. Ekstremitas : Deformitas (-), edema (-), sianosis (-), akral hangat
(+),CRT <2 detik,ptekhie di kedua eksterimitas kaki dan
g. Integumen
tangan (+)
: Turgor (+) baik, ikterik (-), sianosis (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin
: 11,6
Leukosit
: 3900
Trombosit
:40000
Eritrosit
: 4,1
Hematokrit
: 35
Eosinofil
:0
Basofil
:0
Netrofil Batang : 1
Netrofil segmen : 27
Limfosit
: 66
Monosit
:6
Rontgen Thoraks
L(14-18),P(12-16). gr%
(5000-10000)/mm
(150.000-450.000)
L(4,6-6,2),P(4,2-5,4)/mm
L(40-54),P(37-47) %
(1-4) %
(0-1) %
(3-5) %
(35-70) %
(20-40)%
(2-10)%
E. Diagnosa Kerja
Dengue Hemoragic Fever
F. Diagnosis Banding
G. Terapi
2.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok (Suhendro, Nainggolan, Chen, 2006).
2.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue
keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain
seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus (Suhendro,
Nainggolan, Chen).
2.3. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar
biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas
DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi
nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan
tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus
dengue yaitu :
1) Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dilingkungan, transportasi vektor dai satu tempat
ke tempat lain;
2) Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;
3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (WHO,
2000).
2.4. Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom
renjatan dengue.
interferon
gamma,
IL-2
dan
limfokin,
sedangkan
TH2
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative
disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes
serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa
antibody total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >
15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi
darah atau komponen darah.
Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. (WHO, 2006)
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didapatkan hasil anamnesis bahwa pasien menderita
batuk berdahak sejak 15 hari SMRS, darah (-), pilek (+), sesak (+), demam (-),
Bab cair (-), lendir (-), darah (-).
Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan keadaan umum sesak,
kesadaran kompos mentis, heart rate 146x/menit, suhu 36,50C respirasi 54x/menit.
Pernapasan cuping hidung (+), ronki (+/+), retraksi (+).
Pemeriksaan laboratorium tidak terdapat peningkatan angka leukosit.
Terdapat sedikit penurunan hemoglobin yaitu 9,6 g/dl, peningkatan leukosit
215000mm. Pada hasil hitung jenis tidak terdapat peningkatan. Hasil rontgen
thorax menunjukkan pneumonia apex pulmo dextra.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa pasien mengalami pneumonia apex pulmo dextra, dengan
etiologi infeksi bakteri
DAFTAR PUSTAKA
11
1.
2.
3.
1987, pp:1427-1428.
Shulman TS, et al, Paduan penyakit Infeksi dan Terapi Antimikroba pada
Children,
http://
www.pediatriconcall.com/fordoctor/DiseasesandCondition/Faqs/Pneumonia.as
p, 2001.
12