Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI


DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa II

Disusun oleh :
1. Karisma Dwijayanti
2. Nafiatun Aliyya
3. Umu Habibah

NIM. P07120112023
NIM. P07120112027
NIM. P07120112040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI


DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh :
1. Karisma Dwijayanti
2. Nafiatun Aliyya
3. Umu Habibah

NIM. P07120112023
NIM. P07120112027
NIM. P07120112040

Diajukan untuk disetujui pada:


Hari, tanggal

Tempat

PembimbingLapangan

PembimbingPendidikan

(Wahyu Widayati I., SST )

(Ns. Sutejo, M.Kep.,Sp.Kep.J)

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

I.

LATAR BELAKANG
Terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah salah satu bentuk terapi
yang membentu klien untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
di sekitar klien. Sosialisasi adalah salah satu bentuk kegiatan berinteraksi
dengan

orang

lain

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan

hubungan

interpersonal dan mencegah timbulnya isolasi sosial. Bentuk kegiatan dari


terapi aktifitas kelompok sosialisasi ini bisa dengan bercakap-cakap dengan
orang lain, member tanggapan terhadap orang lain dan mengekspresikan
ide dan tukar persepsi. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)
ditujukan bagi pasien dengan masalah isolasi sosial dan harga diri rendah.
Di bangsal Srikandi RS Grhasia terdapat beberapa pasien dengan
masalah harga diri rendah dan isolasi sosial. Sehingga perlu untuk dilakukan
terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS). Terapi aktivitas kelompok
sosialisasi ini terdapat beberapa sesi, dan sesi yang akan dilakukan pada
kali ini adalah sesi ke-3, yang merupakan lanjutan dari sesi 1 dan sesi 2.
II.

LANDASAN TEORI
A. Isolasi Sosial
Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya (Keliat dan Akemat, 2009). Selain itu isolasi
social merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang
lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian
dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Yosep, 2009).
B. Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama
(Stuart & Laraia, 2008). Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya
berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang
destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari
tiap anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya.

Kelompok

berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu


satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Terapi

aktifitas kelompok merupakan terapi

manual,

rekreasi,

dan teknik

kreatif yang sering dipakai sebagai terapi tambahan untuk memfasilitasi


pengalaman seseorang serta meningkatkan respon social serta harga
diri (Wilson & Kneisl, 2002). Suatu upaya memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial (Keliat &
Akemet, 2004). Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat dilakukan secara
bertahap dari interporsonal (satu dan satu), kelompok, dan massa.
Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan
sosial. Hasil diskusi dapat berupa kesempatan alternativ penyelesaian
masalah, klien dilatih menyampaikan perasaannya terhadap stimulus
yang ada. Kemampuan klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.
Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan menjadi adaptif.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara
bertahap.
B. Tujuan Khusus
1. Klien mampu memperkenalkan diri.
2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain.
6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
7. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan.
IV. SESI YANG DIGUNAKAN
Sesi yang ada pada Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, terdapat 7
sesi yaitu sebagai berikut:
1. SESI 1 : Kemampuan Memperkenalkan Diri .
2. SESI 2 : TAKS Kemampuan Berkenalan.
3. SESI 3 : TAKS Kemampuan Bercakap-cakap.
4. SESI 4 : TAKS Kemampuan Bercakap-cakap dengan Topik Tertentu.
5. SESI 5 : TAKS Kemampuan Bercakap-cakap Masalah Pribadi.
6. SESI 6 : TAKS Kemampuan Bekerjasama.

7. SESI 7 : TAKS Evaluasi Kemampuan Sosialisasi.


Sesi yang akan digunakan dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
pada kali ini adalah sesi ke-3 yaitu sesi kemampuan bercakap-cakap dengan
anggota kelompok, sesi ke-3 ini merupakan lanjutan dari sesi 1 (kemampuan
memperkenalkan diri) dan sesi 2 (kemampuan berkenalan).
V.

KLIEN
A. Kriteria Klien
Klien yang dipilih merupakan klien dengan gangguan hubungan
sosial, antara lain menarik diri, isolasi sosial, harga diri rendah,
gangguan presepsi sensori antara lain halusinasi, dengan ciri-ciri: suka
menyendiri, melamun tidak responsive, pasif tidak berinteraksi walaupun
bersama dengan klien lain kurang perhatian terhadap lingkungan.
B. Proses Seleksi
1. Mengkaji klien dengan gangguan hubungan sosial, antara lain
menarik diri, isolasi sosial, harga diri rendah, gangguan presepsi
sensori antara lain halusinasi.
2. Pasien yang mengikuti TAKS sesi ke-3 adalah pasien-pasien yang
telah melewati sesi-1 dan ke-2.
3. Kontrak dengan pasien yang telah masuk dalam karakteristik klien
pada hari Rabu, 10 Desember 2014.

VI. KRITERIA HASIL


A. Evaluasi Struktur
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2. Posisi tempat, pasien duduk di kursi secara melingkar dengan meja
di tengah-tengah.
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
5. Leader, Co-leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana
mestinya.
B. Evaluasi Proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
2.
3.
4.
5.

akhir.
Leader mampu memimpin acara.
Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.

dan

6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada


kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
C. Evaluasi Hasil
Diharapkan klien mampu:
1. Memberikan pertanyaan pada anggota kelompok tentang topik
kehidupan pribadi.
2. Menjawab pertanyaan dari anggota kelompok tentang kehidupan
pribadi.
VII. ANTISIPASI MASALAH
A. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1. Memanggil klien.
2. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat
atau klien lain.
B. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1. Panggil nama klien.
2. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan.
C. Bila klien lain ingin ikut
1. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih.
2. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti
oleh klien tersebut.
3. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini.
SESI III : TAKS KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP
A. Topik
Terapi aktivitas kelolmpok sosialisasi sesi 3 pada pasein isolasi sosial dan
harga diri rendah di Bangsal Srikandi RSJ Grhasia DIY.
B. Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal
: Kamis, 11 Desember 2014
2. Waktu
: 09.30 WIB
3. Alokasi waktu
: 45 menit
a. Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
b. Terapi kelompok (30 menit)
c. Penutup (5 menit)
4. Tempat
: Bangsal Srikandi
5. Jumlah klien
: 6 orang
C. Peserta Terapi
Klien peserte terapi yaitu sebagai berikut:
1. Ny. N
2. Ny. E
3. Ny. S

4. Nn. E
5. Ny. M
6. Nn. F
D. Tim Tugas Terapis
1. Leader
: Umu Habibah
2. Co-leader
: Nafiatun Aliyya
3. Observer
: Karisma Dwijayanti
4. Fasilitator
: Maizan R, Putri P dan Vinda AP
E. Pembagian Peran Tim Terapis
1. Leader
a. Memipmpin jalannya terapi.
b. Mengobsevasi dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok.
c. Mampu mengunakan umpan balik untuk memberikan kesadaran
pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.
d. Mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal dan tingkat
kompetensi.
e. Mengkaji seberapa

jauh

anggota

kelompok

mengerti

serta

melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan.


2. Co Leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader.
b. Mengingatkan leader bila permainan tidak jalan sesuai prosedur.
3. Fasilitator
a. Mampu memfasilitasi klien yang kurang aktif.
b. Mampu menjadi role model bagi klien.
4. Observer
a. Mampu mengobservasi jalannya permainan.
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal dari klien selama
berlangsungnya terapi.
F.

Tujuan
1. Tujuan umum
Klien mampu untuk bercakap-cakap dan berinteraksi dengan anggota
kelompok.
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang
b.

anggota kelompok.
Klien mampu menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

G. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
H. Alat
1. Speaker/Handphone
2. Musik dengan lagu yang ceria misalnya Marilah Kemari (Titiek Puspa)
atau lagu Sepanjang Jalan Kenangan.
3. Penghapus papan tulis.
4. Buku catatan dan pulpen.

I.

J.

5. Jadwal kegiatan klien.


6. Name tag untuk peserta dan terapis.
Metode dan Media
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan tanya jawab.
3. Bermain peran/simulasi.
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2
TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Memberi salam terapeutik.
2) Peserta dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah klien mencoba berkenalan dengan orang
lain.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan
menjawab tentang kehidupan pribadi.
2) Menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 - 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
1) Hidupkan speaker/handphone yang berisi lagu yang ceria
misalnya Marilah Kemari (Titiek Puspa) atau lagu Sepanjang
Jalan Kenangan dan edarkan penghapus papan tulis berlawanan
2)

dengan arah jarum jam.


Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang
penghapus mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan
pribadi anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan
cara:
a) Memberi salam.
b) Memanggil panggilan.
c) Menanyakan kehidupan

3)

pribadi:

orang

terdekat

atau

dipercaya atau disegani, pekerjaan.


d) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat
giliran.

4)

Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.


4. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan seharib)

hari.
Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan

harian klien.
3) Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan

dan

membicarakan topik pembicaraan tertentu.


b. Menyepakati waktu dan tempat.
K. Evaluasi dan Dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 3 dievaluasi kemampuan verbal
dalam bertanya dan menjawab pada saat bercakap-cakap serta
kemampuan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi (Lembar
Observasi).
2.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, nilai kemampuan
verbal bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan
nonverbal 2, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti TAKS
sesi 3, klien belum mampu bercakap-cakap secara verbal dan
nonverbal. Dianjurkan latihan diulang di ruangan (buat jadwal).

Lembar Observasi
SESI 3 TAKS
KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP
A. Kemampuan Verbal : Bertanya
No
1
2
3
4

Aspek yang dinilai

Nama Klien (Nama Panggilan)

Mengajukan pertanyaan
yang jelas
Mengajukan pertanyaan
yang ringkas
Mengajukan pertanyaan
yang relevan
Mengajukan pertanyaan
secara spontan
Jumlah

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien.
2. Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda () jika ditemukan pada klien dan tanda (x) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapatkan nilai 3 atau 4, klien mampu; jika nilai 2 klien dianggap belum mampu.
B. Kemampuan Verbal : Menjawab
No

Aspek yang dinilai

Nama Klien (Nama Panggilan)

1
2
3
4

Menjawab dengan jelas


Menjawab dengan
ringkas
Menjawab dengan
relevan
Menjawab dengan
spontan
Jumlah

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien.
2. Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda () jika ditemukan pada klien dan tanda (x) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapatkan nilai 3 atau 4, klien mampu; jika nilai 2 klien dianggap belum mampu.

C. Kemampuan Nonverbal
No
1

Aspek yang dinilai


Kontak mata

Nama Klien (Nama Panggilan)

2
3
4

Duduk tegak
Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien.
2. Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda () jika ditemukan pada klien dan tanda (x) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapatkan nilai 3 atau 4, klien mampu; jika nilai 2 klien dianggap belum mampu.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Keliat, Ana Budi, dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Maramis, WF. 2008. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: EGC.

Anda mungkin juga menyukai