Anda di halaman 1dari 19

Long Case

General Anestesi Pada Pasien


Epidural Hematoma (EDH)
Dokter Pembimbing: dr.Yosi, Sp.An

Disusun Oleh:
Danita Dwityana Gamalwan

Nama
: An. HE
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Usia
: 11 tahun
Berat Badan
: 30 kg
Tinggi Badan
: 140 cm
Agama
: Islam
Alamat
: Semari kulon

S : Pasien datang ke IGD dibawa keluarganya


karena penurunan kesadaran setelah
diserempet oleh motor. Pada saat kecelakaan
pasien tidak sadarkan diri, kemudian 30 menit
berikutnya pasien sadar, satu jam berikutnya
pasien kembali tidak sadarkan diri
Riwayat Alergi Riwayat Asma Riwayat Operasi

Tanda Vital &


Status Generalis

KU/Kes

Lemah/ GCS E1M5V2

Status Generalis

TD : 120/70 mmHg
N
: 72 kali/menit
S
: 36,7C
RR : 24 kali/menit

Kulit
: turgor kulit cukup
Kepala
: tampak jejas regio
temporoparietal sinistra
Mata
: dbn
Hidung : dbn
Telinga : dbn

MP sdn, gipong -, gisu -, mukosa


pucat/sianotik -

Dada

Status Generalis

Mulut

Tanda Vital

STATUS GENERALIS & LOKALIS


(CONT)

Paru tidak terdapat


ketertinggalan gerak, SD ves , Rh
-, Wh Jantung S1>S2, reg, M-, G-

Abdomen
: datar, BU +, NT
Akral
: tampak vulnus
ekskoriasi pada ektremitas
superior dekstra et sinistra

Hb
Al
PPT
APTT
HbsAg

: 10,6
: 14.600
:16,9
: 27,8
: negatif

DIAGNOSIS

PENATALAKSANAAN

Epidural Hematoma
Temporoparietal
Sinistra
ASA III/E

Rencana Craniotomy

1.

Dokter umum IGD konsul ke Bagian Bedah Saraf


Penatalaksanaan yaitu :
IVFD RL 20 tpm
Cefotaxim 2x1gr
Ranitidin 2x150mg
Pirazetam 2x1gr
Konsul ke Bagian Bedah Saraf
2.
Bagian Bedah Saraf konsul ke Bagian Anestesi
Penatalaksanaan yaitu :
Observasi IGD
Kalnex 2x500mg
Ketorolac 30mg
3.
Dilakukan operasi craniotomy dengan general anastesi
dengan status
ASA III E dengan diagnosis pasca bedah
disesuaikan dengan diagnosis
awal

Diagnosis Pra Bedah


: EDH Temporoparietal sinistra
Diagnosis Pasca Bedah
: Post Craniotomy evakuasi hematom epidural
Penatalaksanaan Preoperasi:

Cukur rambut kepala

Sedia WB 2 Kolf
Penatalaksanaan Operasi

a.
Jenis Pembedahan
: Craniotomi Evakuasi Hematom

b.
Jenis Anestesi
: General Anestesi

c.
Teknik Anestesi : GETA

d.
Mulai Anestesi
: pukul 08.00 WIB

e.
Mulai Operasi
: pukul 09.30 WIB

f.
Premedikasi
: fentanyl 30 mg

g.
Medikasi
: Propofol 60 mg, Tramus 15 mg

h.
Maintanance
: O2, N2O, Isofluran

l.
Cairan Durante Operasi: Fima HES 500 ml, NaCl 500ml

PRE-OP

Prinsip pengelolaan anestesi pada operasi bedah saraf :

Jalan nafas selalu bebas sepanjang waktu

Ventilasi kendali : oksigenasi adekuat (Pao2: 100-200 mmHg), hipokarbi


(PaCO2 : 25-30 mmHg)

Hindari lonjakan tekanan darah

Hindari faktor mekanis yang meningkatkan tekanan vena serebral seperti :

Tidak ada batuk atau mengejan

Tidak ada tekanan pada abdomen atau tahanan pengembangan thoraks

Tidak ada PEEP yang tidak disengaja

Hindari obat dan teknik yang meningkatkan CBF, volume CSF, ICP

Menggunakan teknik khusus bila diperlukan untuk mengurangi ICP dan


edema serebri

Pemberian cairan dengan tepat

Pada pasien ini dilakukan teknik General


Anestesi (GA) dengan ET yaitu pemberian
obat anestesi melalui intravena dan
dilakukan intubasi dengan endotracheal
tube kemudian disambungkan dengan
ventilator oksigen.
Tujuan
anestesi
pada
prosedur
intrakranial adalah hipnosis, amnesia,
imobilitas, kontrol tekanan intrakranial,
dan penjagaan tekanan perfusi jaringan.

Selama operasi berlangsung dilakukan


pemantauan fungsi vital (pernapasan,
tekanan darah, nadi, dan kedalaman
anestesi, misalnya adanya gerakan,
batuk, mengedan, perubahan pola
napas, takikardia, hipertensi, keringat,
air mata, midriasis). Cairan infus
diberikan dengan memperhitungkan
kebutuhan puasa, rumatan,
perdarahan, evaporasi, dll. (Mansyur,
2007).

Pasien dibawa ke ruang perawatan


intensif (IMC) untuk pemantauan ketat
keadaan umum, kesadaran, dan tanda
vital serta oksigenasi yang adekuat.

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab


kematian dan kecacatan utama pada kelompok
usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas.

Di negara maju seperti di Amerika cedera kepala


merupakan penyebab kematian terbanyak untuk
kelompok

usia

muda

(15-44

tahun)

dan

merupakan penyebab kematian ketiga secara


keseluruhan.

Cedera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur


lapisan, mulai dari lapisan kulit kepala atau lapisan yang
paling luar, tulang tengkorak, duramater, vaskuler otak,
sampai jaringan otaknya sendiri, baik yang berupa luka
tertutup, maupun trauma yang menembus kulit hingga
tengkoraknya.

Hematoma epidural (EDH) merupakan kumpulan


darah di antara duramater dan tabula interna
karena trauma disertai fraktur perdarahan
berasal dari pembuluh darah di sekitar fraktur

Volume EDH biasanya stabil, mencapai volume


maksimum hanya beberapa menit setelah
trauma, tetapi pada 9% penderita ditemukan
progresifitas perdarahan sampai 24 jam pertama

Ekayuda I.2006. Angiografi, Radiologi Diagnostik, edisi kedua.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Gunawan, S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi kelima.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Japardi. 2002. Cedera Kepala pada Anak. Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.
Katzung, G Bertram. 2002 Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta:
Salemba Medika
Kee, Joyce LeFever. 2008. Pedoman Pemeriksaan Labolatorium dan
Diagnostik. Jakarta: EGC
Mangku, Gde., Senapathi, T.G.A. Senapathi. 2010. Buku Ajar Ilmu
Anestesia Dan Reanimasi. Jakarta: Indeks
Mansyur, Arief. 2007. Anestesi Umum dalam Pengantar Anestesi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Morgan GE, Michail MS, Muray MJ. 2006. Clinical Anesthesiology,
4th ed. New York: Lange
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Gramedia
Sriyanto.2007. Hubungan antara peningkatan volume hematoma
epidural (EDH) dengan peningkatan kadar Glial Fibrilary Acidic
Protein (GFAP) plasma ( The correlation between epidural
hematoma (EDH) volume and GFAPs plasma consentration). Tesis.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Tatang bisri. 1997. Neuroanestesi . Bandung: UNPAD

Anda mungkin juga menyukai