Anda di halaman 1dari 22

PEMBINAAN OLAHRAGA ANGGAR DI KLUB SPANTIBLE PEKANBARU .

BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan olahraga berjalan dengan sangat pesat dan olahr
aga juga merupakan salah satu alat penunjang prestasi untuk kemajuan ba
ngsa, sehingga mengangkat nama baik bangsa, oleh karena itu pemerintah
manganggap penting untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan ma
syarakat, sehingga akan berkembang menjadi gerakan nasional. Semua ini
sudah jelas bertujuan untuk dapat menumbuhkan manusia Indonesia seutuhny
a yang kuat, sehat jasmani dan rohani.
Di dalam undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2005 tentang syst
im keolahragaan nasional mengenai pembinaan dan pengembangan olahraga did
alam Bab VII pasal 22 menyatakan
pemerintah melakukan pembinaan dan pe
ngembangan olahraga melalui penetapan kebijakan, penataran atau pelatihan
, koordinasi, konsultasi, komunikasi, penyuluhan, pembimbingan, pemasyarak
atan, perintisan penelitian, uji coba, kompetisi, bantuan pemudahan peri
zinan, dan pengawasan. (UU RI, 2007 : 13)
Dari kutipan di atas jelaslah bahwa peranan pembinaan kesehatan jasmani
dan rohani bagi setiap anggota masyarakat sangat penting artinya dalam
mendukung pelaksanaan pembangunan manusia seutuhnya. Usaha ini dapat d
icapai melalui suatu rangkaian pembinaan dan peningkatan prestasi di dala
m berbagai cabang olahraga. Pembinaan meliputi pelatih, kepengurusan ser
ta usaha memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat di selur
uh Indonesia.
Yang dimaksud dengan pembinaan itu sediri adalah usaha-usaha yang dilak
ukan secara sadar, berencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan pe
ngetahuan, sikap dan keterampilan subyek didik dengan pengarahan, bimbin
gan, pengawasan (aktivitas) stimulasi dan pengawasan untuk mencapai tuju
an yang diharapkan. (S.Hidayat, 1987 : 26)
Selanjutnya pembinaan dalam berbagai cabang olahraga sudah di mulai seja
k dini, bahkan pemerintah sudah melakukan usaha pengenalan pendidikan m
ulai dari jenjang yang paling rendah sampai jenjang pendidikan yang pal
ing tinggi. Di samping itu juga, pemerintah menganjurkan agar pendidikan
jasmani yang di berikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ana
k didik, hal ini dapat di lihat penjabaran kurikulum bidang pendidikan
jasmani pada setiap tingkat pendidikan.
Sementara itu pemerintah Provinsi Riau, melakukan pembinaan dalam berbag
ai cabang olahraga yang di pertandingkan dan di perlombakan di daerah, n
asional, ataupun internasional sebagai bukti bahwa pemerintah Provinsi R
iau sangat mendukung semboyan memasyarkatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat, begitu juga pemerintah pusat sangat mendukung semboyan ter
sebut.
Di samping penyelengaraan pendidikan jasmani di Sekolah, pemerintah dewas
a ini memperluas perkembangan olahraga kepada masyarakat umum, ini terb
ukti dengan adanya fasilitas olahraga bagi masyarakat dan diadakannya b
erbagai kejuaraan dan pertandingan di lingkungan mayarakat. Hal ini sesu
ai dengan undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2005 tentang sy
stem keolahragaan nasional di dalam pembinaan dan pengembangan olahraga
bab VII pasal 21 ayat 1, 2, 3, dan 4 yang berbunyi:
1.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan dan p
engembangan olahraga sesuia dengan kewenangan dan tanggung jawabnya.
2.
Pembinaan dan pengenbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meli
puti pengolahragaan, ketenagaan, pengorganisasian, metode, prasarana dan
sarana, serta penghargaan keolahragaan.
3.
Pembinaan dan pengenbangan keolahragaan dilaksanakan melalui tahap
pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat da

n peningkatan prestasi.
4.
Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui jalur
keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarkat yang berbasis pada pe
ngembangan olahraga untuk semua orang yang berlangsung sepanjang hayat.
(UU RI, 2007 : 13).
Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah pembinaan olahraga perlu digalakkan
dan dikembangkan secara merata didalam masyarakat yaitu menyediakan fa
silitas dan sarana olahraga yang mantap, mengadakan perencanaan dan pel
aksanaan olahraga secara propesional.
Pemerintah akhir-akhir ini sedang giat-giatnya melakukan pembinaan dan p
engembangan pada berbagai cabang olahraga termasuk di Provinsi Riau mer
upakan salah satu daerah yang melakukan pembinaan diberbagai cabang ola
hraga tersebut. Menghadapai beberapa tahun kedepan PON (pekan olahraga
nasional) yang akan diadakan di Provinsi Riau pada tahun 2012. Salah
satu uya olahraga anggar.
Pembinaan pendidikan jasmani diarahkan guna membentuk jasmani yang sehat dan men
tal yang baik, agar mendapatkan hasil yang produktif. Sedangkan pembinaan olahra
ga diarahkan untuk memupuk minat dan bakat, agar dapat tercapai prestasi olahrag
a yang optimal (Engkos Kosasih, 1993 : 4).
Untuk meningkatkan prestasi olahraga tersebut, pemerintah membentuk organisasi y
ang mengurus cabang olahraga tersebut, misalnya cabang olahraga Anggar Pengurus
besarnya yaitu IKASI ( Ikatan Anggar Seluruh Indonesia ). Tujuan dibentuk pengur
us besar ini adalah untuk membina atlet-atlet yang berbakat dan mempunyai minat
di bidang olahraga ini serta dapat meningkatkan nama klub serta mengharumkan Kot
a Pekanbaru.
Prestasi yang tinggi dalam suatu cabang olahraga tidak akan datang dengan sendir
inya. Prestasi yang tinggi hanya dapat tercapai melalui usaha dan kerja keras d
alam mengembangkan potensi atlet yang berbakat dan proses pelatihan yang terprog
ram, terencana dengan melibatkan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sa
mping itu untuk memperoleh atlet-atlet berbakat tidak dapat dilakukan hanya deng
an melihat penampilannya saja, tetapi juga pemanduan bakat dengan melakukan tes
dan pengukuran terhadap atlet. Atlet yang berbakat mulai dari usia dini inilah s
elanjutnya dibina. Oleh sebab itu pembinaan olahraga ini tidak terlepas dari pus
at-pusat pembinaan seperti Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan Pusat
Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM).
Makanya Pemerintahan Provinsi Riau semakin gencar untuk memperbaiki prest
asi cabang olahraga Anggar dengan jalan mengadakan ternamen-turnamen ata
u kejuaraan-kejuaraan dan ajang kompetensi, yang ideal akan meninggikan
prestasi di dalam Olahraga Anggar tidak terkecuali pada Klub Spantible P
ekanbaru . Di bawah ini peraturan perundang-undangan keolahragaan tentang
Setiap penyele
penyelenggaraan kejuaraan olahraga pasal 42 yang berbunyi :
nggaraan kejuaran olahraga yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah
Daerah, dan/atau masyrakat wajib memperhatikan tujuan keolahragaan . (sembi
ring sentosa, 2008 : 24).
Kutipan di atas dapat diartikan mulai dari kejuaraan yang diselenggrakan
oleh tinggkat Kabupaten, wilayah, pekan olahraga nasional, nasional da
n internasional sudah mendapat perlindungan dari pemerintah. Untuk menun
jang dan mewujudkan pembinaan olahraga Anggar sangat memerlukan dukungan
dari semua lapisan. Mulai dari pengurus, pelatih, atlet yang berkualita
s dan juga dikalangan masyarakat, program-program latihan, sarana dan p
rasarana yang lengkap serta pendanaan dan cara prekrutan atau pemilihan
pemain. Olahraga Anggar dapat digolongkan sebagai cabang olahraga yang telah
mengangkat martabat bangsa Indonesia. Hal ini telah dibuktikan dengan berhasilny
a atlit-atlit Anggar Indonesia di Kota Pekanbaru tergolong belum begitu populer.
Namun pihak-pihak yang berkepentingan berupaya terus untuk memasyarakatkan dan
membina para atlet untuk mencapai prestasi maksimal dengan keterbatasan tenaga p
ara pelatih anggar yang ada di kota Pekanbaru, namun itu bukan menjadi masalah b
agi para klub-klub yang ada di Kota Pekanbaru untuk mencapai suatu prestasi. Ser
ingnya mengikuti pertandingan-pertandingan yang di adakan di luar Propinsi Riau,
baik bentuknya persahabatan maupun ifen-ifen pertandingan lainnya. Serta ikut d

alam kejuaraan tingkat nasional yang sering diadakan oleh IKASI setahun sekali,
prestasi yang pernah di raih adalah juara satu tingkat Nasional tahun 2009.
Untuk mendapatkan prestasi yang baik maka upaya yang dilakukan oleh pengurus mau
pun pelatih adalah harus melakukan peningkatan frekuensi latihan yang lebih ekst
ra dari rencana yang telah diprogramkan. Sebaiknya berlatih paling sedikit 3 kali
Seminggu. Akan lebih baik berlatih 4-5 kali Seminggu .(Kosasih 1993 : 40). Oleh k
arena itu, di harapkan setiap cabang olah raga yang ada di Kota Pekanbaru sudah
melaksanakan program latihan yang telah tersusun sistematis.
Kejuaraan-kejuaraan/ifen harus banyak diadakan di Propinsi Riau umumnya,
khususnya di Kota Pekanbaru dan di ikuti seluruh klub yang ada di K
ota Pekanbaru, termasuk klub spantible Pekanbaru. Namun jarang di adakan k
ejuaraan kejuaraan di tingkat Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau.
Dari pernyataan di atas Penulis beranggapan pada Saat ini klub spantible
Pekanbaru masih menghadapi banyak fenomena atau kendala. Diantara bebe
rapa kendala tersebut meliputi 1) Pembenahan dalam usaha peningkatan pr
estasi ? Untuk mencapai tujuan ini hendaklah ada mekanisme organisasi y
ang baik ? Namun masalah ini belum mendapat perhatian intern klub? 2)
Olahraga ini belum di dukung oleh pengurus yang solid yang di tandai dengan kura
ngnya rasa tanggung jawab rehadap tugas yang di berikan ? 3) Pelatih yang han
dal dan fokus melatih pada satu tim serta memiliki lisensi melatih? A
dapun pelatih berasal dari pemain anggar karena dia lebih tahu bagaima
na keinginan atletnya? 4) Sarana dan prasarana yang ada pada klub tidak
mendapat perhatian dari pengurus IKASI di Pekanbaru? 5) Program lati
han yang di lakukan di klub ini belum terprogram dengan jelas dan berk
esinambungan? Dan juga dalam segi pendanaan yang belum tertata dengan
baik? 6) Prestasi atlet Anggar di klub spantible Pekanbaru? 7) Cara pem
ilihan atlet/pemain belum memenuhi kriteria-kriteria yang seharusnya, mak
sudnya adalah untuk mencari pemain/atlet dengan menilai dari segi fisi
k, postur tubuh, umur atlet kemampuan atau keterampilan atlet dan lain
sebagainy? 8) Kemudian melaksanakan kegiatan selalu bergerak sendiri-sendiri?
9) Serta belum mempunyai motivasi yang tinggi dalam meningkatkan prestasi olah
raga terutama olahraga anggar ini.
Olahraga Anggar ini belum begitu dikenal oleh masyarakat. Karena belum disosiali
sasikan pada generasi muda maupun anak-anak yang masih sekolah dan masyarakat Pe
kanbaru. Dengan adanya penyebab diatas, maka olahraga anggar belum berkembang se
bagaimana mestinya.
Maka untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di klub span
PEMBINAAN OLAHRAGA ANGGAR DI KLUB SPANTIBLE PE
tible Pekanbaru . Dengan topik
KANBARU .
B.
Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan-permasalahan yang
di angkat dalam penelitian ini adalah:
a.
Bagaimana mekanisme organisasi dalam melaksanakan tugasnya pada
klub spantible Pekanbaru?
b.
Bagaimana kualitas pelatih anggar di klub spantible Pekanbaru?
c.
Bagaimana motivasi atlet spantible Pekanbaru?
d.
Bagaimana sarana dan prasarana dalam pembinaan olahraga anggar di klub s
pantible Pekanbaru?
e.
Bagaimana program latihan yang dijalankan oleh klub spantible Peka
nbaru?
f.
Bagaimana prestasi atlet anggar pada klub spantible Pekanbaru?
g.
Bagaimana cara pemilihan atlet/pemain yang di lakukan klub spanti
ble Pekanbaru?
h.
Bagaimana pendanaan yang di jalankan klub spantible Pekanbaru?
i.
Apakah kendala-kendala yang dihadapi pelatih dalam pembinaan olahraga
Anggar di klub spantible Pekanbaru?
j.
Bagai kualitas atlet anggar di klup spantible Pekanbaru?

C.
Pembatasan masalah
Mengingat terbatasnya kemampuan, waktu, dana yang tersedia, maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kualitas pelatih anggar di klub spantible Pekanbaru?
2.
Bagaimana sarana dan prasarana dalam pembinaan olahraga Anggar di klub
spantible Pekanbaru?
D.
Perumusan Masalah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembinaan olahraga Anggar di Kota Pekanbar
u. Sehingga tidak berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Maka penulis merumus
kan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kualitas pelatih anggar di klub spantible Pekanbaru?
2.
Bagaimana sarana dan prasarana dalam pembinaan olahraga Anggar di klub s
pantible Pekanbaru?
E.
Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tentang pembinaan olahraga anggar pada k
lub spantible Pekanbaru diantaranya sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui kualitas seorang pelatih anggar di klub spantible
Pekanbaru.
b.
Untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana yang ada di klub
spantible Pekanbaru.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat berguna untuk:
1.
Sebagai masukan bagi klub-klub olahraga Anggar yang berada di Kota Pekan
baru.
2.
Sebagai bahan informasi bagi KONI Riau dalam meningkatkan prestasi olahr
aga Anggar di Kota Pekanbaru.
3.
Sebagai evaluasi dalam pelaksanaan pembinaan olahraga Anggar supaya lebi
h diperhatikan lagi.
4.
Masukan bagi pelatih untuk menjalankan tugas atau program latihan pembin
aan prestasi khususnya cabang olahraga anggar di Kota Pekanbaru.
5.
Bahan masukan bagi guru, pelatih dan Pembina olahraga anggar dalam menu
njang penyusunan strategi perencanaan penjaringan atlet.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Hakekat Pembinaan
Pembinaan adalah usaha-usaha yang dilakukan secara sadar, berencana, ter
atur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
subyek didik dengan pengarahan, bimbingan, pengawasan (aktivitas) stimul
asi dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (S.hidayat, 19
78 : 26)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembinaan adalah p
roses, perbuatan atau kegiatan secara berencana dan terarah untuk lebih
menyempurnakan yang ada agar sesuai dengan perkembangan masyarakat. (Y
andianto, 1996 : 51)
Pembinaan olahraga diarahkan untuk memupuk minat dan bakat agar dapat
dicapai prestasi olahraga yang optimal. Untuk mencapai prestasi yang ti
nggi diperlukan langkah-langkah pembinaan yaitu permasalahan dengan pembi
bitan olahragawan atau atlet yang dimulai dengan anak usia sekolah. Pe
rmasalahan olahraga harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena mela
lui permasalahan olahraga harus dapat menemukan bibit olahragawan berbak
at yang prestasinya dapat di tingkatkan (Engkos kosasih, 1993 : 4)
Dengan demikian mengingat yang di bina adalah klub anggar maka pembinaann

ya harus dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan antara prestasi


akademis dengan prestasi olahraga atlet itu sendiri.
Ada beberapa prinsip untuk mengembangkan prestasi akademis da
n prestasi olahraga, diantaranya adalah:
1. Prinsip kekhususan
Latihan disesuaikan dengan tuntutan cabang olahraga dan peran olahragawa
n.
2.
Prinsip beban lebih dan meningkat
Atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban yang lebih ber
at dari beban yang mampu dilakukan sebelunya. Jadi, pembebanan harus d
itingkatkan secara bertahap.
3. Pinsip adaptsi
Organ tubuh memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan pembenaan latiha
n yang semakin bertambah berat.
4. Prinsip repon individu
Setiap atlet memiliki kemampuan, potensi dan karakter yang berbeda sehi
ngga konsep latihan disusun sesuai dengan potensi yang dimiliki masingmasing atlet.
5. Prinsip variasi
Untuk Menghindari kebosanan,
perlu disusun variasi/karagaman latihan, b
aik di dalam suasana latihan, metode maupun berat ringannya latihan.
6. Prinsip pemanasan dan pendinginan
Agar tubuh siap menerima pembenan perlu diberikan pemanasan sebelum lat
ihan dan diakhiri dengan pendinginan.
7.
Prinsip jangka panjang
Untuk meraih prestasi perlu perencanaan jangka panjang (8-12 tahun). Ol
eh karena itu, latihan semestinya dimulai sejak usia dini melalui prog
ram yang tersusun dengan baik dan benar.
8.
Prinsip kebutuhan individu
Prestasi tinggi merupakan tujuan yang hendak dicapai proses berlatih. N
amun, prestasi bukan segalanya bagi kehidupan atlet sebab mereka perlu
mendapat kesempatan bersama keluarga. (M.yunus dkk, 2004 : 1/6).
Metode latihan adalah cara untuk mengantarkan materi latihan
secara terencana, sistematis dan efesien untuk mencapai prestasi olahra
ga. Bentuk-bantuk latihannya adalah sebagai berikut :
1.
Latihan fisik
Fisik merupakan aspek dasar prestasi olahraga yang sangat penting sebab
aspek lain seperti teknik dan taktik dapat dikembangkan secara optima
l jika atlet memiliki kualitas fisik yang memadai.
2.
Latihan keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan untuk menampilkan teknik yang sempurna dal
am berbagai situasi pertandingan. Untuk menguasai keterampilan tertentu
diperlukan latihan dengan perencanan yang sitematis dengan memperhatikan
berbagai aspek antara lain kualitas fisik, gerak dasar, bakat dan mot
ivasi.
3.
Latihan mental
Untuk meningkatkan mental atlet perlu ditentukan pada kematangan. Kedewa
saan serta emosional atlet seperti semangat bertanding dan percaya diri
. (M.yunus dkk. 2004 : 36)
Dari uraian di atas, latihan fisik, latihan ketermpilan dan latihan men
tal sangat perlu di perhatikan dan di bina agar atlet mencapai puncak
prestasi yang sangat memuaskan. Karena dengan fisik, keterampilan dan
mental yang bagus, maka akan lebih mudah bagi atlet tersbut untuk me
ngembangkan dirinya.
Dalam pembinaan olahraga seperti olahraga anggar, banyak factor yang me
mpengaruhi keberhasilan pada klub yang akan di bina diantaranya adalah:
a.

Pelatih

Tiap-tiap manusia mempunyai pandangan hidup masing-masing. Begitu juga s


eorang pelatih mempunyai falsfah tersendiri. Menurut harsono falsafah pe
latih adalah :
falsafah pelatih tercermin dalam pendapat-pendapatnya dan p
erilakunya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelatih dan dalam pembina
an anak asuhnya untuk memperkembangkan diri mereka secara optimal . (Hars
ono,1988 : 31).
Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan tiap-tiap pelatih mempunyai f
alsafah-falsafah melatih dan karakter masing-masing. Tiap-tiap pelatih ju
ga mempunyai sifat, gaya dan pembawaan yang berbeda-beda.
Menjelaskan secara umum beberapa ciri-ciri criteria pelatih yang berkualitas dan
berkepribadian seorang pelatih adalah sebagai berikut : 1). Memiliki pengal
aman yang luas dan ilmiah, 2). Mempunyai kepribadian yang dapat di co
ntoh, 3). Ahli atau memiliki keterampilan pada cabang-cabang olahraga y
ang dapat di tangani, 4). Tujuan dan bertanggung jawab, 5). Berpendidi
kan sebagai pelatih, 6). Menguasai atau memiliki ilmu penunjang dalam
melatih, 7). Kesehatan yang baik, 8). Memiliki rasa humor, 9). memilik
i daya kreatif yang tinggi, kritis serta berkemauan yang keras dan pe
nuh disipiplin (Harsono, 1988 : 7).
Dari hasil kutipan di atas, maka penulis berpendapat bahwa kriteria se
orang pelatih itu harus memiliki kriteria tersebut yaitu mulai dari ti
ngkah laku, sportif, kesehatan yang bagus, berjiwa kepemimpinan yang ma
ntap, berpengetahuan yang luas dan berketerampilan, imajinasi atau daya
ingatan yang kuat, ketegasan dan mempunyai keberanian mengambil keputus
an, dan selera humor yang tinggi, maksudnya pandai melihat situasi dan
kondisinya serta seorang pelatih itu harus memiliki izin melatih beru
pa sertifikat pelatih atau mempunyai lisensi kepelatihan.
pelatih juga berperan sebagai seorang pendidik, guru, organisator, orang
tua yang bijaksana, motivator, penegak disiplin, dan bahkan sebagai te
man . (Harsuki 2003 : 375).
Kutipan di atas sangat jelas seorang pelatih itu harus dapat memberika
n contoh yang baik dan bisa menjadi panutan bagi atlet-atletnya.
b.
Atlet
Dalam usaha untuk meningkatkan prestasi anggar pemain/atlet
merupakan factor yang sangat menentukan keberhasilan untuk mencapai pre
stasi yang optimal. Tercapainya atau tidaknya prestasi yang tinggi dala
m olahraga anggar akan ditentukan oleh unsur yang dimiliki oleh pemain
atau atlet.
Untuk mencari karakteristik atlet -atlet bibit unggul antara lain :
1).
Kualitas bawaan tiap lahir. 2). Bentuk tubuh yang baik, sesuai dengan
olahraga yang diminatinya. 3). Keadaan fisik dan mental sehat, 4). K
eadaan fungsi organ-organ tubuh baik, seperti paru-paru, jantung, dan l
ain-lain, 5). Kemampuan gerak dasar yang baik, seperti kecepatan, daya
tahan, dan lain-lain, 6). Penyusuaian yang cepat dan tepat, baik fisi
k maupun mental terhadap pengalaman baru dan dapat membuat pengalaman
dan penggetahuan yang dimilikinya siap untuk dipergunakan apabila dihada
pkan pada kondisi baru ( intelegasi tinggi ) 7). Sifat-sifat kejiwaan
( karakter ) bawaan sejak lahir yang dapat mendukung terhadap pencapa
ian prestasi yang prima, antara lain ulet, berani, percaya diri, dan
lain-lain, 8). Kegemaran untuk berolahraga . James Tangkudung ( 2006 : 36/
37).
Dari kutipan di atas sangat jelas bahwa untuk melakukan pembinaan dan
prestasi atlet haruslah dari bawaan yang menonjol dari kecil, postur
tubuh yang baik, kemampuan geraknya, sifat-sifat kejiwaan dan sangat me
nyukai olahraga yang di gemarinya.
Adapun persaratan untuk menjadi atlet anggar tidak ada batas umur bagi para pese
rta.Soeratman, A.Tick( 1998 : 58).
Dan untuk memilih atlet juga harus melihat dari segi : a). Kualifikasi
medis b). Kualifikasi fisik. c). Kualifikasi mental. d). Kualifikasi
keterampilan yang lebih menonjol . (Soekarman 1989 : 139)

c.
Sarana dan Prasarana
Parasarana olahraga adalah merupakan
wadah
unuk melakukan kegiatan olahrag
a, dengan demikian untuk menyongsong hari depan olahraga-olahraga Indone
sia perlu disiapkan wadah
yang mencukupi jumlahnya sehingga seluruh masya
rakat dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk berolahraga sehingga
dapat mendapakan kebugaran dan kesehatan sesuai dengan konsep
sport for
all , hal tersebut sejalan dengan semboyan
memasyarakatkan olahraga dan m
engolahragakan masyarakat yang dirancang oleh presiden Soeharto pada hari
olahraga nasional pada tahun 1983. (Harsuki, 2003 : 379).
Pada pembinaan suatu cabang olahraga sarana dan prasarana adalah satu
factor yang sangat penting dan sangat dibutuhkan. Kelancaran suatu pemb
inaan olahraga, sarana dan prasarana anggar harus di perhatikan dan pe
nyediaanya.
Adapun aspek yang sangat menunjang dalam pembinaan olahraga adalah ketersediaann
ya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga tidak menghambat aktivitas latiha
n dalam peningkatan prestasi atlet serta tidak lepas dari peranan dan perhatian
pemerintah juga sangat diperlukan, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Re
publik Indonesia No. 3 tahun 2005 tentang keolahragaan Nasional ; hal 38, pasala
67 ayat 2 yaitu:
Pemerintah dan pemerintah Daerah menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai
dengan standar dan kebutuhan Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Maka dari penje
lasan di atas jelaslah bahwa untuk pencapaian prestasi maksimal olahraga dibutuh
kan sarana dan prasarana yang memadai .
Sarana prasarana yang diperlukan dalam pembinaan dan pelaksanaan
olahraga
.
Anggar adalah sebagai berikut: (Poerawinata, E.a.a.; 2008 : 18).
1.
Lapangan Pertandingan
scan0004.tif

Gambar.1. (Poerawinata,E.a.a.; 2008 : 18 )


Keterangan:
AMeja unutk alat listrik
G- Garis jaga
R- Batas belakang
M- Minimum satu meter
C- Garis tengah
LDua meter sisa jalur
EPerpanjangan jalur
S- Star dua meter area sinyal
Lapangan pertandingan di buat dari aneka material bumi (tanah), kayu
linolcum, gabus, karet, plastik, lubang mata metalik, logam atau bahan campuran
metal.

Persyaratan Umum Perlengkapan dan Pakaian (Poerawinata,E.a.a,2008 : 24).


1.
Peralatan dan pakaian harus memberikan pemain anggar perlindungan maksim
um yang pas dan bebas bergerak yang diperlukan untuk bermain anggar.
2.
Jangan sampai lawan terluka oleh peralatan, tidak juga senjata lawan ter
kait atau bengkok oleh peralatan dan konsekuensinya, harus tidak boleh bolong at
au terbuka dimana poin lawan bisa tertangkap kecuali tidak sengaja dan terbawa a
tau bengkok. Jaket dan kerah harus dikancingkan dan dipasang dengan benar.
3.
Semua pakaian harus putih, kecuali strip garis warna panjang lengan jak
et pemain anggar dan lebarnya tidak boleh lebih dari 3 cm, harus di buat dari ba

han yang cukup kuat dan mudah dibersihkan dan bagus keadaannya.
Pakaian harus terbuat dari salah satu jenis bahan dibawah ini :
a.
Pakaian harus dibuat dari bahan yang tahan pada 800 Newton. Perhatian k
husus harus diberikan agar jahitan dibawah ketiak tidak robek.
b.
Sementara pakaian tradisional dengan pakaian dalam untuk melindungi bagi
an tubuh vital atas dan bawah dibuat dari bahan yang tahan pada 800 Newton.
c.
Pada semua jenis senjata untuk pria dan wanita, bagian jaket harus mele
bihi bagian belakang sekurangnya 10 cm saat pemain anggar dalam posisi siap. Pad
a pemain anggar harus mengenakan sebuah jaket wajib menutup seluruh tubuh. Pema
kaian sebuah pakaian dalam (plastron) adalah wajib pada ketiga jenis senjata, ke
cuali pemain anggar memakai pakaian yang dibuat seluruhnya dari bahan yang tahan
pada 800 Newton.
d.
Peralatan wanita harus termasuk BH pelindung dari metal atau bahan lain
yang kaku.
e.
Bagian belakang harus dikencangkan di bawah lutut. Jika seorang pemain
anggar mengenakan pakaian panjang, ini harus dikencangkan atau dikancingkan di p
ergelangan kaki.
f.
Ketika bagian belakang di pakai, pemain anggar harus memakai kaus kaki
putih yang menutupi kaki sampai belakang. Kaus kaki ini harus dipasang demikian
rupa agar tidak dapat lepas. Pemain anggar diizinkan untuk mengenakan kaus kaki
dengan sekelilingnya menunjukkan warna tim nasionalnya setinggi 10 cm.
g.
Pada semua jenis senjata, sarung tangan besi, disetiap situasi, menutup
secara penuh kurang lebih separuh depan pedang lawan untuk mencegah mata pedang
lawan masuk kedalam lengan jaket.
h.
Masker harus dibuat dengan kawat nyamuk (jarak antara maksimumnya 2.1 mm
dan dari kawat dengan minimum diameter mikrometer 1 mm).

B.
Sejarah
Seni beladiri Anggar dapat diartikan sebagai permainan beladiri yang menggunakan
pedang. Karena sebelum adanya bentuk Anggar seperti sekarang pedang digunakan p
ada masa Persia, Yunani, Romawi dan Babilonia. Relief yang terdapat di Candi Lux
or di Mesir menggambarkan adegan pertandingan Anggar. Sekitar abad 119 sebelum M
asehi, pertandingan anggar menggunakan pedang sebagai alat. Saat itu permainan p
edang juga sudah menggunakan pelindung muka dan juga pelindung pada ujung pedang
agar tidak melukai lawan.
Bermula dari pedang yang berat dan pakaian perang, berubah menjadi senjata yang
ringan dan langsing sehingga mudah menggunakannya, termasuk pakaian. Pada abad k
e 15 muncul sekolah dan perkumpulan Anggar di Eropa seperti Marxbruder dari Fran
krut. Perkembangan olahraga ini sangat pesat. Pada abad ke 16 diseluruh Eropa ol
ahraga ini diresmikan sebagai permainan anggar Ranier.
scan0001b.tif

Gambar.2. (Poerawinata,E.a.a , 2008 : 12 )


Dengan penekanan pada keterampilan gerakan Anggar menjadikan dengan gerak tip
u olahraga Gulat, sehingga tercipta gerakan serangan kedepan (lunge) yang merupa
kan anggar. Anggar sebagai seni beladiri yang kemudian berkembang lebih lanjut.
Hendri St. Didier seorang warganegara Perancis menciptakan istilah pada gerakan
anggar yang hingga kini sebagian besar masih digunakan. Meskipun bangsa-bangsa
lain menggunakan bahasanya masing-masing, namun dalam peraturan Internasional ba
nyak digunakan istilah Hendri St. Didier. Bentuk pedang yang diciptakan oleh K
ocninusmarken dari Polandia memberikan inspirasi-inspirasi terciptanya jenis sen
jata yaitu Floret, Degen dan Sabel.

Pada abad ke 17, Perubahan pakaian terjadi yaitu semasa Louis XIV menggunakan
model pakaian dari sutra satin, jas panjang brokat dan celana sampai kelutut
(broches) dengan kaos kaki panjang, dari sutera dan sepatu bertumit tinggi seda
ngkan penemuan topeng kira-kira pada tahun 1780. Oleh seorang master Perancis La
Boesstere menyebabkan adanya perubahan teknik anggar. Olahraga anggar pada saa
t itu merupakan bagian yang paling penting dari pendidikan setiap orang terhor
mat, sebelum masuk Olympiade seperti saat sekarang. Pertandingan Anggar mulai
dipertandingkan Olympiade pertama pada Tahun 1986 dan pada Tahun 1924 nomor pu
tri untuk pertama kalinya dipertandingkan.
Anggar di Indonesia khususnya di DKI Jakarta. Pada Tahun 1951 merupakan awal ber
dirinya organisasi Anggar di Indonesia dengan nama IPADI (Ikatan Pemain Anggar
Indonesia) dengan Ketua Umum Dr. Singgih dan Sekretaris Umum Rusman Rukmantoro
. Ketika PON I Tahun 1948, olahraga Anggar masuk dalam acara exsibisi, dan bar
u pada PON II setelah berdirinya IPADI, Anggar masuk cabang olahraga resmi yang
dipertandingkan sampai Sekarang. Tahun 1953 diadakan Kejuaraan Nasional (Kejurn
as) yang pertama di Jakarta. Memilih R.A Kosasih sebagai Ketua Umum dan Ong Sik
Lok sebagai Sekjen, dan nama IPADI berubah menjadi IKASI (Ikatan Anggar Selur
uh Indonesia) yang berkedudukan di Bandung.
C.
Peraturan Pertandingan
1.
Jenis - Jenis Senjata
Dalam olahraga Anggar ada 3 (tiga) macam jenis senjata yang dipertandingkan yai
tu:
1. Floret (foil) untuk putera dan puteri.
2. Degen (epee) untuk putera dan puteri
3. Sabel (sabre) untuk putera dan puteri
Penggunaan dan ketiga jenis senjata tersebut berbeda disamping bentuk serta bida
ng sasaran yang harus diserang. Perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berik
ut:
a.
Floret
Bentuknya langsing, lentur dan ringan, ujungnya datar atau bulat tumpul dan berp
egas, bila ditusuk dapat naik atau turun, berfungsi seperti shakelar/tombol, ini
terutama digunakan untuk floret listrik.
Pelindung tangannya kecil cukup untuk melindungi bagian tangan raja. Bagian at
as diberi lsolasi.

Penggunaannya : bagian bawah senjata untuk menangkis dan menekan, ujungn


ya untuk menusuk.

Bidang sasaran yang harus diserang adalah bagian dari pangkal paha ke at
as sampai pangkal lengan dan leher.
b.
Degen

Bentuknya segitiga berles yang digunakan untuk memasang kabel, pada pangk
al yang tebal sampai ke ujung makin kecil, namun kuat agak kaku. Ujungnya datar
bersih serta berpegas yang berfungsi sebagai tombol pada waktu menusuk.

Pelindung tangannya besar.

Penggunaannya untuk menangkis pada bagian bawah serta untuk menusuk dengan
ujungnya.

Bidang sasaran yang diserang seluruh tubuh dari ujung kaki sampai kepala da
n seluruh tangan.
c.
Sabel

Bentuknya segitiga dengan sudut tidak tajam, seperti pedang kecil/ tipis
, makin keatas makin pipih dengan ujung ditekuk, supaya tidak runcing.

Dengan pelindung tangan penuh menutupi seluruh tangan sampai pangkal ta


ngkai pedang.

Penggunaan bagian bawah untuk menangkis dan bagian atas untuk menyerang
serta ujungnya digunakan untuk menusuk.

Bidang sasaran yang diserang mulai dari panggul ke atas sampai kepala da
n seluruh lengan.
2.
Sistem Penilaian
Untuk membuat nilai (poin) pemain harus melakukan serangan yang tepat pada bid
ang sasaran yang telah ditentukan untuk tiap jenis senjata. Namun demikian ada

hak bagi pemain yang menentukan serangannya yang berhasil yaitu:


a.
Untuk Floret dan Sahel pemain yang lebih dahulu mengambil inisatif un
tuk menyerang dia berhak tetapi bila serangannya dapat ditangkis atau dihindarka
n, maka haknya sebagai penyerang hilang dan lawannya yang mempunyai hak. Hal
ini bila sampai terjadi keduanya membuat serangan yang tepat, pemain yang berha
k itu yang mendapatkan nilai.
b.
Untuk Degen, siapa saja yang lebih cepat menyerang atau menusuk dan tepa
t kesasaran, maka dia yang mendapatkan nilai. Bila keduanya tepat, maka keduanya
mendapat nilai.
3.
Sistem Penentuan Pemenang
a.
Pemain yang mendapatkan point/ angka 5 terlebih dahulu.
b.
Pemain yang telah leadjig angkanya dan waktu yang telah ditentukan telah
habis. Angka yang didapat oleh pemain ditambah sampai yang menang, mendapat an
gka 5 (Lima).
c.
Bilamana angka sama dan waktu habis, maka pertandingan dengan waktu t
idak terbatas sampai salah satu mendapatkan angka tambahan I (satu).
4.
Awal Pertandingan
Pemain Anggar yang dipanggil terlebih dahulu harus menempatkan diri disebelah ka
nan atau kiri wasit. Wasit menempatkan masingmasing pemain sedemikian rupa seh
ingga kaki depan kedua pemain berada 2 m dari garis tengah landasan. Dengan me
lancangkan lengan dan kedua senjata pada satu garis ujung senjata tidak boleh
bersentuhan. Start dimulai dengan aba-aba play tidak boleh ada gerakan atau inisi
atif dimuka aba-aba Play .
Setelah tusukan pada sasaran yang sah maka para pemain ditempatkan ditengah lan
dasan dalam sikap on guard jika tidak terjadi tusukan mereka ditempatkan kembali
ditempat mereka berada pada saat dihentikan.
Pertandingan segera dihentikan apabila terdengar wasit memberikan aba-aba
hall . S
etelah aba-aba hall seorang pemain tidak boleh memulai gerakan baru, hanya gerakan
yang dilancarkan setelah aba-aba. Jika seorang pemain berhenti setelah aba-aba h
all dan tertusuk maka tusukan tersebut adalah sah. Aba-aba hall juga diberikan jika
permainan dari kedua pemain mulai membahayakan, kacau atau bertentangan dengan
peraturan. Jika salah seorang pemain terlepas memegang senjata atau telah kelua
r dari landasan dan seorang pemain telah terjatuh berada dekat sekali dengan pe
nonton atau juri.
(Soeratman, A. Tick : 1998 : 16).
Wasit tidak dibenarkan mengizinkan seorang pemain meninggalkan landasan, kecua
li demi keselamatannya atau permainan berakhir. Jika seorang pemain melakukan
hal tersebut tanpa izin wasit maka pemain tersebut dapat dikenakan hukuman.
5.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jenis-Jenis Pelanggaran
Kartu Kuning (Poerawinata, E.a.a : 2008 : 10)
Meninggalkan landasan tanpa izin.
Crops a crops untuk menghindari tusukan.
Menyentuh atau memegang peralatan listrik.
Menutup atau mengganti bidang sasaran.
Keluar landasan untuk menghindari tusukan.
Memutar bahu kedepan (floret).
Membengkok, menyeret, ujung senjata diatas landasan metalik.
Pemain tidak hadir pada panggilan pertama.
Membuka masker sebelum wasit memberi aba-aba berhenti.

scan0001a.tif

Gambar.3. (Poerawinata,E.a.a ; 2008 : 45 )


b.
1.
2.
d atau
3.
k.
4.

Kartu Merah (Poerawinata, E.a.a : 2008: 11)


Tidak ada pengontrol pada tanda senjata.
Membahayakan, kasar, atau aksi membalas dendam memukul lawan dengan guar
kom.
Mengganti urutan main dalam pertandingan beregu baik disengaja atau tida
Pemain menganggu ketertiban sewaktu dilandasan.

scan0002.tif

Gambar.4. (Poerawinata,E.a.a ; 2008 : 45 )


c.
Kartu Hitam (Poerawinata, E.a.a : 2008 : 11)
1.
Dengan sengaja melakukan penipuan pada peralatan.
2.
Mengambil keuntungan dari tubrukan. Memberi angka pada lawan.
3.
Dengan sengaja dan brutal, pemain menolak untuk hormat sebelum mulai per
tandingan.
4.
Tidak hadir saat dipanggil wasit pada saat pertandingan dimulai, 3x dipa
nggil dalam selang waktu 1 menit.
scan0003.tif

Gambar.5. (Poerawinata,E.a.a ; 2008 : 45 )


d.
Tehnik Anggar
Tehnik anggar yang biasa digunakan atlet dalam suatu pertandingan adalah sebagai
berikut:
1.
Advance
: langkah maju
2.
Attack
: Menyerang
3.
Attack on preparation
: serangan yang dilakukan terhadap lawan
4.
5.

dalam persiapan
Avant
Attack battment

6.

Attaque simultane

7.
8.
g
9.

Attack on the blade


Balestra
Beat

: Maju kedepan
: Serangan dengan memukul senjata lawan
dalam persiapan
: Serangan yang dilakukan oleh kedua
secara bersamaan
: Serangan dengan memukul senjata lawan
: Melompat kedepan dengan meyeran
: Memukul senjata lawan dibagia

n tengah
10.
Bind
: Mengikat senjata lawan
11.
Compound attack
: Serangan ganda adegan dua gerakan atau lebih
12.
Counter attack
: Serangan kontra stop thurst yang dilakuka
n pada saat lawan meluruskan lengan pada aksi serangan
13.
Counter riposte
: Aksi gerakan balik dari hasil tangkisan
dan serangan balik lawan
14.
Copue
: Suatu serangan yang dilakukan denga
n mengangkat kling diatas untuk menusuk sasaran
15.
Derobement
: Serangan yang dilancarkan terhadap usaha
lawan memukul atau mengikat senjata
16.
Ettent en ligne
: Lengan lurus ujung senjata mengarah keb
idang sasaran yang sah
17.
False attack
: Serangan palsu atau pancingan
18.
Feint
: mengancam dengan melancangkan ta
ngan
19.
Fleche
: Serangan berlari
20.
Lunge
: Menyerang yang dilakukan dengan mele
mpar kaki kedepan.
21.
Parry
: Aksi pertahanan dengan menangkis
atau menahan tusukan
22.
Platindo
: Serangan dengan satu langkah maju da
n lunge
23.
Riposte
: Membalas balik serangan lawan setel
ah berhasil menangkis
24.
Simple attack
: Serangan yang terjadi dalam suatu aksi
gerakan
25.
Semi circular parry
: Tangkisan berbentuk elips.
e.
Program Latihan
Latihan yang tidak teratur akan menghasilkan prestasi yang tidak optimal. Maka d
ari itu untuk mencapai sebuah prestasi tentu harus adanya program latihan yang
tersusun secara sistematis, terencana, dan efisien yang dibuat oleh pelatih. Se
bagaimana pendapat Kosasih dalam bukunya Olahraga Tehnik dan Program Latihan b
ahwa Lamanya para atlet menjalankan latihan agar mendapatkan hasil yang baik
antara 40 -45 menit dalam target zone.
Dan sebaiknya berlatih paling sedkiti tiga kali seminggu. Akan lebih baik bila b
erlatih 4- 5 kali seminggu. (Engkos kosasih, 1993 : 40).
Untuk pembinaan jangka panjang dan mengoptimalkan peningkatana prestasi dibuatla
h perencanaan yang dibedakan sebagai berikut :
a.
b.
c.

Rencana pembinaan jangka beberapa tahun.


Rencana latihan tahunan lengkap dengan periodisasinya.
Rencana latihan harian. (Grosser, Starischka. Zimmermann 2001 : 10).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana kulitas pelatih, keadaa
n sarana dan prasarana, dan cara pemilihan atlet yang bertujuan untuk
mengetahui tentang Pembinaan Olahraga Anggar Pada Klub Spantible Pekanbaru.
Dengan demikian maka penelitian ini berbentuk atau bersifat deskriptif,
karena bertujuan untuk mengungkapkan suatu apa adanya, seperti yang di
kemukakan Arikunto, penelitian deskriptif adalah
penelitian yang tidak be
rmaksud untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa
adanya suatu variable, gejala/keadaan . (Arikunto dalam juita, 2003 : 2
1)

B.
Tempat dan waktu penelitian
1.
Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di asrama PELATDA Riau Jl.Kharudin Nasution Kecamatan
Marpoyan.
2.
Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai dari Bulan Juni dan pengambilan data dilakukan pada Kami
s tanggal 22 Juli 2010.
C.
Populasi dan sampel
1.
Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah atlet atau pemain Klu
b Spantible Pekanbaru, dengan besar populasi 15 orang. Untuk mempertegas
pengertian diatas, populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikun
to, 2006 : 130).
2.
Sampel
Arikunto mengatakan, apabila jumlah sampel dibawah dari 100 orang maka
seluruhnya dijadikan sampel (total sampling) dan apabila jumlah sampel
diatas 100 orang, maka sampel yang akan diambil atau digunakan 25%
- 45% dari keseluruhan sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah keseluruhan anggota populasi sebanyak 15 orang, dengan tekni
k pengambilan sampel secara total (total sampling), karena sampel di b
awah dari 100 orang.
Table 1. Jumlah populasi pelatih dan atlet di klup Spantible Pekanbaru.
No
Nama Pemain/ Atlet
Petri
Putra
Pelatih
1
Fatahilah
v
Yon Rizal
2
Hariatsah
v
Zulkifli
3
Niko rasaki pamalayu
v
4
M. Imam
v
5
Heru setiawan
v
6
M. Jamal
v
7

Fandi rahmat
v
8
Fiki ari yakin
v
9
Andika
v
10
M.Yusuf
v
11
Kefin fadilah
v
12
Nabila
v
13
Miftah maharani
v
14
Imelda wati
v
15
Nana
v
Sumber : Data Klub Spantible Pekanbaru 2010
D.
Teknik pengumpulan data
Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan teknik survey melalui
penyebaran angket pada sampel yang diteliti. Adapun teknik yang diguna
kan adalah :
1.
Teknik Angket
Teknik ini digunakan untuk menyaring data tentang tanggapan atlet-atlet anggar t
erhadap motivasi yang diberikan dalam pembinaan dan latihan Anggar.
2.
Teknik Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung gejala-gejala yang ditemuka
n dilapangan dalam penelitian.
3.
Teknik Perpustakaan
Tehnik ini digunakan menyaring data dan konsep teoritis yang mendukung penelitia
n penulis.

E.
Instrumen penelitian
Instrument yang digunakan
alah melalui angket atau
i lima penilaian yakni :
(KS), tidak setuju (TS),
mempunyai nilai 5,4,3,2,1.
berikut :

dalam pengumpulan data pada penelitian ini ad


kuesioner yang merupakan pertanyaan yang beris
sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju
sangat tidak setuju (STS) yang masing-masing
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel

Table 2. Kisi-kisi angket tentang pembinaan olahraga anggar di klub spant


ible Pekanbaru.
VARIABEL
INDIKATOR
NO. BUTIR
Pembinaan olahraga anggar di klub spantible Pekanbaru.
a. Kualitas pelatih.
b. Sarana dan prasarana.
1 - 10
11 - 20
Pengumpulan data di lakukan dengan
dan responden memilih salah satu
han:
a.
Sangat setuju (SS) = 5
b.
Setuju (S) = 4
c.
Kurang
setuju (KS)
d.
Tidak setuju (TS) = 2
e.
Sangat tidak setuju (STS)

menjalankan angket kepada responden,


jawaban. Datanya terdiri dari 5 pili

= 3
= 1

F.
Teknik Analisis Data
Untuk memudahkan pengolahan terhadap data tersebut, maka setiap data dihitung da
lam bentuk presentase guna menjelaskan kedudukan setiap masalah yang penulis tel
iti. Data penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel, supaya masalah yang
diuraikan lebih jelas.
Penyajian data disusun dengan mudah dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Diharapkan tehnik angket, observasi dan kepustakaan . maka diharapkan setiap pem
baca akan mudah mengetahui kedudukan dan kebenaran hipotesis penyusun.
Semua data yang berhasil dikumpulkan melalui alat pengumpulan data tersebut dian
alisa dengan teknik analisa statistik seperti yang dikemukakan oleh Prof. Drs. A
nas Sudijono (2006 : 43).
Keterangan:
P = Angka Persentase.
F = Frekuensi yang sedang di cari persentasenya.
N = Jumlah frekuensi/ banyaknya individu(sampel).
Analisa terhadap data setelah di peroleh skor dan pesentase maka untuk menemukan
hasik survey maka digunakan kriteria penelitiaan sebagai berikut :
a.
76% - 100%
:
kategori baik
b.
56% - 75%
:
kategori cukup
c.
40% - 55%
:
kategori kurang

d.
<40%
Suharmis Arikunto (2008 : 246)

kategori tidak baik

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Verifikasi data
Data yang dikumpulkan perlu diverifikasikan terlebih dahulu. Hal ini pe
rlu dilakukan karena data yang tidak lengkap diberikan responden pada
masing-masing istrumen sehingga data tersebut tidak dapat diolah. kriter
ia lengkapnya data dari masing-masing instrument yang diberikan kepada r
esponden lengkap di isi sesuai instruksi yang ada dalam instrument. Dal
am skala likert responden diminta untuk menyatakan tanggapan atlet terh
adap pembinaan olahraga anggar di klub spantible Pekanbaru dengan indikator
kualitas pelatih, sarana dan prasarana. Hasil verisifikasi dari jumlah
sampel responden yang dipakai pada penelitian ini sebanyak 15 responden
yang diberikan angket setelah diperiksa, angket akan dikembalikan seluru
hnya.
B.
Deskripsi data penelitian
Dari hasil penyebaran angket tentang pembinaan olahraga anggar di klub spa
ntible Pekanbaru, maka diperoleh data mentah yang selanjutnya di olah m
enjadi data seharusnya, di mana data yang diperoleh dimasukan ke dalam
daftar table.
Table 3. Data jumlah sampel yang memilih setiap item pernyataan dari
indikator kualitas pelatih.
NO
INDIKATOR KUALITAS PELATIH
SS
S
KS
TS
STS
1
Pelatih saya memiliki pengetahuan yang ilmiah dan luas, seperti mempunyai ilmu
melatih, ilmu fisiologi, dan ilmu anatomi.
1
13
1
2
Pelatih saya memiliki karekter kepribadian yang baik seperti dapat sebagai teman
, pemimpin, pembimbing,pelatih, dan sebagai orang tua.
3
10
2
3
Pelatih saya memiliki pengalaman yang cukup sebagai atlet,
organisator, pendidik, dan pelatih.
3
11

1
4
Pelatih saya mempunyai sifat jujur, penuh tanggung jawab, dan dapat dipercaya da
lam segi apapun seperti dapat menjaga rahasia atlet.
3
6
5
1
5
Pelatih saya mempunyai pendidikan pelatih seperti mempunyai sertifikat melatih d
an berlisensi.
6
8
1
6
Pelatih saya memiliki rasa humor yang tinggi dan mampu bergaul secara akrab den
gan para atlet.
5
6
4
7
Pelatih saya jarang berlaku adil dan bersifat pilih kasih terhadap para atletnya
.
1
3
6
3
2
8
Saya merasa dekat dengan pelatih, karena ia penuh pengertian dan mampu memahami
perasaan saya.
7
7
1
9
Pelatih saya selalu menciptakan suasana saling memberi dan menerima informasi d
engan atlet.
4
9
2
10
Pelatih saya memiliki daya kreatif yang tinggi dan selalu memberi program dan me
tode latihan yang baru dan tidak membosankan.

2
7
4
2
JUMLAH
28
80
33
7
2
Berdasarkan tabel 3 tentang aspek kualitas pelatih diperoleh yang memberi
jawaban SS = 28 dengan nilai skor 140, S = 80 dengan nilai skor 3
20, KS = 33 dengan nilai skor 99, TS = 7 dengan nilai skor 14, ST
S = 2 dengan nilai skor 2, dimana jumlah keseluruhan data mentah 575
dan nilai maksimal 50.
Terlebih dahulu kita cari nilai F
=
=
f = 11,5
Persentase :
P = x 100 %
= x 100 %
= 76,6 %
Table 4. Data jumlah sampel yang memilih setiap item pernyataan dari
indikator sarana dan parasarana.
NO
INDIKATOR SARANA DAN PRASARANA
SS
S
KS
TS
STS
1
Lapangan yang saya pakai dalam latihan sudah mempunyai ukuran lapangan yang dite
ntukan oleh IKASI. Jalur panjangnya 14 meter dan lebar antara 1,8 dan 2 meter.
2
11
2
2
Senjata yang saya pakai dalam latihan mempunyai ukuran yang ditentukan oleh IKAS
I dan berkualitas bagus.
4
8
3
3
Ditempat saya latihan memiliki alat-alat dan perlengkapan latihan yang lengkap s
eperti froret, degen, sable,pelindung kepala dan lain-lain.
1
9

4
1
4
Ditempat saya latihan memiliki tenaga medis dalam latihan.
3
6
6
5
Ditempat saya latihan memiliki alat transportasi untuk latihan.
2
2
9
2
6
Pelindung tubuh yang saya pakai dalam latihan sudah sesuai dengan yang di teta
pkan oleh IKASI.
2
12
1
7
Saya mendapat bonus kalau tim saya juara.
1
13
1
8
Di tempat saya latihan memiliki lapangan khusus untuk latihan.
2
3
5
4
1
9
Lapangan yang saya pakai dalam latihan merupaka lapangan punya klub spontible pe
kanbaru.
5
8
2
10
Lapangan yang saya pakai dalam latihan sudah layak di paki seperti memiliki papa
n yang bagus, garis lapangan yang jelas dan lain-lain.
5
8

2
JUMLAH
12
63
34
30
11
Berdasarka tabel 4 tentang aspek sarana dan prasarana
emberi jawaban SS = 12 dengan nilai skor 60, S =
kor 252, KS = 34 dengan nilai skor 102, TS = 30
60, STS = 11 dengan nilai skor 11, dimana jumlah
mentah 485 dan nilai maksimal 50.
Terlebih dahulu kita cari nilai F
=
=
f = 9,7
Persentase :
P = x 100 %
= x 100 %
= 64,6 %

diperoleh dengan m
63 dengan nilai s
dengan nilai skor
keseluruhan data

Table 5. deskripsi data penelitian tentang Pembinaan olahraga anggar


di klub spantible Pekanbaru.
NO
INDIKATOR
JUMLAH BUTIRAN SOAL
DATA MENTAH
1
Kualitas pelatih
10
575
2
Sarana dan parasarana
10
485
JUMLAH
20
1060

C.

Pembahasan Hasil Penelitian


Setelah dideskripsikan untuk mengetahui pembinaan olahraga anggar di k
lub spantible Pekanbaru, maka dapat dilakukan perhitungan data mentah da
ri 20 soal yang terdiri dari 2 indikator. Hasilnya dapat dilihat pada
table 6 berikut ini :
Table 6. Perhitungan Data Mentah dan data Nilai Maksimal.
NO
ITEM
DATA MENTAH
NILAI MAKSIMAL

KET
1
Kualitas pelatih
575
50
76,6
Baik
2
Sarana dan parasarana
485
50
64,6
Cukup
JUMLAH
1060
100
70,6
Cukup
Terlebih dahulu kita cari nilai F
=
=
f =10,6
Persentase :
P = x 100 %
=
x 100 %
= 70,6 %
Hasil analisis data yang dipersentasikan Pembinaan olahraga an
ggar di klub spantible Pekanbaru dari 20 pertanyaan dan 2 indikator diper
oleh hasil sebagai berikut :
1.
Kualitas pelatih di klub spantible Pekanbaru adalah 76,6%
2.
Sarana dan prasarana di klub spantible Pekanbaru adalah 64,6%
Dengan demikian hasil keseluruhan angket pembinaan olahraga anggar di klub
spantible Pekanbaru diperoleh hasil 70,6%. berarti pembinaan olahraga angg
ar pada klub spantible Pekanbaru dikategorikan CUKUP.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pembinaan olahraga an
ggar di klub spantible Pekanbaru diperoleh beberapa hal sebagai berikut :
1.
Kualitas pelatih di klub spantible Pekanbaru dikategorikan baik d
engan persentase (76,6%).
2.
Sarana dan prasarana di klub spantible Pekanbaru dikategorikan cu
kup
dengan persentase ( 64,6%).
Jadi dapat ditarik kesimpulan secara keseluruhan bahwa pembinaan olahrag
a anggar di klub spantible Pekanbaru dikategorikan cukup dengan jumlah pers
entase (70,6%).
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di s
ampaikan saran-saran sebagai berikut:
1.
Pelatih sebaiknya meningkatkan pelaksanaan latihan agar pembinaan a
nggar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan lebih berkembang

secara maksimal. Untuk mendapat prestasi yang baik pelatih harus memi
lih pemain yang berkualitas.
2.
Kepada seluruh pemain diharapkan lebih giat dan tekun dalam berla
tih, dengan harapan memberikan andil yang lebih banyak terhadap perkemb
angan dan pembinaan anggar di klub spontible Pekanbaru.
3.
Kepada pembaca yang berminat dengan penelitian ini diajurkan untuk
mangadakan penelitaian yang lebih lanjut.
4.
Untuk keberhasilan prestasi atlet Anggar di Kota Pekanbaru ini diharapka
n secepat mungkin pengurus melengkapi sarana dan prasarana tersebut. Karena sara
na dan prasarana ini merupakan salah satu faktor penunjang dalam meningkatkan pr
estasi atlet.
5.
Pelatih agar dapat meningkatkan kompetensi dasarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi : 2006, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka cipta
Harsono . 1988. Chocing dan asfek fsiologis dalam chocing. Jakarta : Akademi pre
sindo
Hidayat,S. 1978. Pembinaan prestasi atlet.Jakarta : Balai pustaka
Http : //vietry 3. Wordpress. Com/2008/01/05 Sejarah Anggar
Juita, Ardiah. 2003. Pembinaan olahraga bola basket di kabupaten kuantan singing
. Padang :FIK UNP
Kosasih,Engkos : 1993. Olahraga Tehnik dan Program Latihan, Jakarta : Akademis p
resindo
Kementrian Negara dan Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia 2005.
Undang-undang Republik Indoensia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sis
tem Keolahragaan Nasional.
M. Yunus.luthan, Rusli, Hudaya, Danu. 2004. Dasar-dasar kepelatihan plahraga . J
akarta :Depdikbud
Poerawinata, E.a.a 2008 Peraturan Permainan Anggar Bandung.
Soekarman, 1989. Dasar Olahraga Untuk Pembinaan dan Pelatin dan Atlet. Jakarta :
PT. Gelora Aksara Peratama.
Soeratman, A. Tick : 1998 Peraturan Permainan Anggar FIE : Jakarta
Sujiono, Anas : 2006, Pengantar Statistik Pendidikan : Rajawali Pers, Jakarta :
PT. Raja gafindo persada
Tangkudung, James. 2006. Kepelatihan Olahraga Pembinaan Prestasi Olahraga, Jakar
ta : Cerdas Jaya.
Yandianto. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung :M2S Bandung
Zimmermann, Starischka Grosser, 2001 Latihan Fisik Olahraga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai