Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT SESSION

EPILEPSI
Oleh
Rahmat Adi P.
Novaria Puspita
Suresh Ramasami

1301-1206-0072
1301-1206-0076
1301-1206-2004

Keterangan Umum
Nama
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Bandung
Pekerjaan
Status Marital
Agama
Tgl. pemeriksaan

: Tn. AJ
: Laki-laki
: 32 tahun
: Cibaduyut No. 92
: Wiraswasta
: Menikah
: Islam
: 09 April 2008

ANAMNESIS
Keluhan

Utama: Kejang

Anamnesa

khusus:

Sejak 7 tahun SMRS, pasien mengalami kejang, ketika


kejang pasien tidak sadarkan diri, kejang klojotan di
ke empat anggota gerak (diketahui dari istri pasien),
sebelum kejang pasien terlihat bengong (pikiran
kosong) lalu mengecap-ngecap.

Kejang berlangsung selama 5 menit, pasien


sadar setelah kejang dan merasa capek dan
mengantuk. Pasien juga mengeluhkan adanya
lidah tergigit. Mulut berbusa dan mengompol
ketika kejang disangkal. Sebelum serangan
pasien merasakan adanya kilatan cahaya dan
suara-suara berdenging. Pasien mengatakan
kejang timbul pada saat pasien sedang banyak
masalah.

20 tahun SMRS, pasien mengalami


serangan pertama kali berupa tatapan
kosong dan pucat. Ketika serangan pasien
tidak
sadarkan
diri,
serangan
berlangsung 2 menit, setelah serangan
pasien tampak bingung dan mengantuk.
Pasien juga mengatakan setelah serangan
terdapat keluhan mulut mengecap.

Karena

keluhan tersebut pasien berobat


ke dokter spesialis saraf dan diberi obat 2
macam, yaitu phenilep 1x1 tablet dan
carbamazepin 1x400 mg, dan diminum
secara teratur. 7 tahun SMRS pasien
menghentikan meminum obat karena
tidak ingin ketergantungan.

Pasien

menyangkal adanya riwayat


trauma pada kepala, mengkonsumsi
alkohol dan obat terlarang serta panas
badan disertai penurunan kesadaran.
Riwayat
semasa
kehamilan,
perkembangan, dan kejang demam saat
bayi tidak diketahui. Riwayat penyakit
yang serupa dalam keluarga diakui, yaitu
kakak pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

Kesadaran

Tekanan darah

Nadi

Respirasi

Suhu

: Compos Mentis
: 120/80 mmHg
: 80x/menit, reguler
: 20x/menit
: 37.0 C

Status Interna

Kepala

: Normocephal

Mata

: Konjungtiva tidak anemis


Sklera tidak ikterik

Lidah

Thoraks

: Jantung
Paru-paru

: Bunyi jantung normal, murmur (-)


: VBS ki = ka
Wh -/-

: t.a.k

Abdomen

Rh -/-

: Datar lembut, BU (+) normal


H/L tidak teraba membesar

Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-)

Pemeriksaan Neurologis
1. Penampilan
Kepala
: Normocephal
2. Rangsang Meningen/ iritasi radiks
Kuduk Kaku
:Brudzinski I, II, III : Laseque
:Kernig
:-

3. Saraf Otak
N.I
Penciuman
N.II
Ketajaman penglihatan
N.III,IV,VI ptosis
: -/pupil
refleks cahaya
posisi mata
gerak bola mata
N.V

refleks kornea
Sensoris
Motoris

: t.a.k
: t.a.k
: bulat isokor
3mm +/+
: +/+
: Simetris
: Baik kesemua
arah
: +/+
: t.a.k
: t.a.k

N.VII

N.VIII
N.IX,X

N.XI
N.XII

Angkat alis mata


Pejam mata
Rasa Kecap 2/3 depan lidah
Pendengaran
Keseimbangan
Suara/bicara
Menelan
Kontraksi palatum
Refleks gag
Angkat bahu
Menoleh kanan /kiri
Pergerakan lidah

: Simetris
: Baik
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k

4. Motorik

Anggota badan atas

Anggota badan bawah

Tonus

Atrof

Fasikulasi
5. Sensorik

Anggota badan atas

Batang tubuh

Anggota bawah badan

: 5/5
: 5/5
: normotonus
::: t.a.k
: t.a.k
: t.a.k

6. Koordinasi

Cara bicara

: t.a.k

Tes telunjuk hidung

: Tidak dilakukan

Tremor

Tes tumit lutut


Tes Romberg

:-

: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan

Refleks:

Fisiologis :
Biseps
: +/+
KPR
: +/+
Triseps
: +/+
APR
: +/+
Brachioradialis: +/+ Dinding Perut: +/+
Patologis :
Babinski -/ Chaddock -/ Oppenheim -/ Schaeffer -/ Gordon -/Primitive :
Snout (-)
Palmomental (-)
Grasp (-)
Glabela (-)

DIAGNOSIS KLINIS:
Epilepsi bangkitan parsial kompleks umum sekunder

USULAN PEMERIKSAAN :
Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan darah ( Hb, Ht, Leuko, Tromb )
Pemeriksaan SGOT dan SGPT

PENATALAKSANAAN:
Umum:
Menerangkan pada pasien bahwa penyakitnya
tidak menular dan pasien bisa melakukan
aktivitas sehari-hari
Menerangkan pada pasien tentang cara
pengobatan
Hindari faktor pencetus
Khusus:
Carbamazepim 1 x 400 mg

PROGNOSIS:
Quo ad vitam
Quo ad functionam

: ad bonam
: dubia ad bonam

PERMASALAHAN
Bagaimana diagnosis pada pasien ini ditegakkan?
Bagaimana patofsiologi penyakit ini?
Pemeriksaan penunjang apakah yang diusulkan?
Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
Bagaimana prognosa pada pasien ini?

PEMBAHASAN
Bagaimana diagnosis pada pasien ini ditegakkan?
Dari anamnesa didapatkan adanya keluhan :

Sebelum kejang pasien terlihat bengong (pikiran kosong)


lalu mengecap-ngecap
Ketika serangan pasien tidak sadarkan diri
Kejang klojotan (klonik) di ke empat anggota gerak
Kejang berlangsung selama 5 menit
Pasien sadar setelah kejang dan merasa capek serta
mengantuk

Pasien

juga mengeluhkan adanya lidah tergigit


Sebelum serangan pasien merasakan adanya kilatan cahaya
dan suara-suara berdenging
Pasien mengatakan kejang timbul pada saat pasien sedang
banyak masalah
Dari anamnesa perjalanan penyakit sekarang dapat diambil
diagnosis klinis epilepsi bangkitan parsial kompleks umum
sekunder

Defnisi epilepsi adalah suatu keadaan yang


ditandai oleh bangkitan (seizure) berulang
sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak
secara intermiten yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik abnormal dan berlebihan di
neuron-neuron
secara
paroksismal
dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor etiologi

Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) adalah


manifestasi klinik dari bangkitan serupa
(stereotipik), berlangsung secara mendadak dan
sementara dengan atau tanpa perubahan
kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitas listrik
di sekelompok sel otak saraf otak, bukan
disebabkan oleh penyakit otak akut (unprovoked)

Bagaimana patofisiologi penyakit ini?

Potensial membran sel neuron dipengaruhi oleh


keseimbangan antara EPSP (Exitatory Post Synaptic
Potential) dan IPSP (Inhibitory Post Synaptic Potential)

Ketidakseimbangan EPSP dan IPSP aktivitas listrik


abnormal yang hipersinkron dengan sel-sel neuron
Asam amino Glutamat neurotransmiter eksitasi

GABA(Gamma-aminobutyric acid) neurotransmiter


inhibisi

GABA inhibisi di post sinaptik dgn cara


berinteraksi dgn reseptor GABA A dan GABA B
Defek pd pelepasan GABA dan reseptor GABA
GABA sistem tdk berfungsi

Pelepasan Glutamat
Peningkatan permeabilitas terhadap ion Na
Penurunan potensial membran
Perbedaan potensial area post sinaptik dengan potensial membran
dari badan sel lain
Penjalaran arus listrik sepanjang neuron
GABA sistem tdk berfungsi
Eksitasi lebih dominan
Aktivitas listrik abnormal yang hipersinkron
Bangkitan epilepsi

Pemeriksaan apakah yang diusulkan?


Pemeriksaan EEG
Kelainan epileptiform EEG interiktal (di luar
bangkitan) pada orang dewasa dapat ditemukan
sebesar 29-38%
Pada pemeriksaan ulang gambaran epileptiform
dapat meningkat menjadi 59-77%
Pemeriksaan darah ( Hb, Ht, Leuko, Tromb )
Pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk mengetahui
fungsi hati, karena obat-obat anti epilepsi
mempunyai efek samping berupa hepatotoksik

Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?


Tabel 1. Pemilihan obat anti-epilepsi atas dasar jenis bangkitan epilepsi
TIPE KEJANG

OBAT LINI PERTAMA

OBAT LINI KEDUA

Kejang sederhana dan kejang parsial


kompleks, kejang umum tonik-klonik
primer dan sekunder

Carbamazepine, valproate dan


phenytoin

Levetiracetam, Acetazolamide, clobazam,


clonazepam, ethosuximide*, gabapentin,
lamotrigine, , oxcarbazepine, phenobarbital,
primidone*, tiagabine*, topiramate, vigabatrin

Generalized absence seizures

Valproate, ethosuximde*

Acetazolamide, clobazam, clonazepam ,


lamotrigine, phenobarbital, primidone*

Atypical absence, tonic and clonic


seizures

Valproate

Acetazolamide, carbamazepine, clobazam,


clonazepam, ethosuximide* , lamotrigine,
oxcarbazepine, phenobarbital, phenytoin,
primidone*, topiramate

Myoclonic seizures

Valproate

Clobazam, clonazepam, ethosuximide* ,


lamotrigine, phenobarbital, piracetam, primidone*

Bagaimana prognosa pada pasien ini?

Faktor yang mempengaruhi remisi adalah


lamanya bangkitan, etiologi, tipe bangkitan,
umur awal bangkitan
Bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena, dan
bangkitan parsial kompleks akan mengalami
remisi pada hampir lebih dari 50 % penderita
Makin muda usia awal terjadi bangkitan,
remisi lebih sering terjadi.

Sesudah terjadi remisi, kemungkinan


terjadinya bangkitan ulang atau relaps
paling sering didapat pada bangkitan tonikklonik dan bangkitan parsial kompleks
Demikian pula usia lebih muda lebih muda
mengalami relaps sesudah remisi

Quo ad vitam
Quo ad functionam

: ad bonam
: dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai