Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada tahun ( 1896 Widal ) mendapatkan salah satu metode untuk
diagnosis penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama ( Wright dari Inggris
dan Pfeifer dari Jerman ) mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era
1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang
dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida. Pada tahun (
1948 Woodward dkk ) di Malaysia menemukan bahwa kloramfenikol adalah
efektif untuk pengobatan penyakit demam tifoid.
Pada tahun 1829 Pierre Louis ( Perancis ) mengeluarkan istilah
typhoid yang berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal
dari kata yunani typhos. Terminologi

ini dipakai pada penderita yang

mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu.


Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia
dapat membedakan tifoid dari typhus. pada tahun ( 1880 Eberth ) menemukan
Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe
mesentarial dan limpa. Pada tahun ( 1884 Gaffky ) berhasil membiakkan
salmonella tyhpi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan
udara.
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.


Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier (Depkes RI, 2009) .
Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka
kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003
menempati urutan ke 21 dari 22 (4,6%) penyakit yang tercatat. Meskipun
hanya menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan
yang komprehensif, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber
yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier
adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi
salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes,
2008) .
Hasil rekapitulasi kunjungan di Puskesmas Tlogosari wetan
menunjukkan bahwa penyakit ini mengalami peningkatan pada tahun 2008
angka kejadian penyakit ini berkisar 156 kasus per 100.000 penduduk.
Dibandingkan tahun 2006 angka kejadiannya lebih kecil yaitu 127 kasus per
100.000 penduduk. Adapun untuk kejadian typhoid di Puskesmas Tlogosari
Wetan pada anak usia 3-19 tahun serta membantu mencarikan jalan
pemecahannya (Walchi, 2007) .
Lingkungan sehat dan bersih sangat menjamin status kesehatan seseorang ,
namun hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak penting.
Sehingga membuat kehidupan menjadi tidak sehat dan banyak menimbulkan

berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri , diantara nya Demam
Typhoid.
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.
Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H,
2009).
Data WHO tahun 2009, memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam
tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada
tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun.
Insidens rate demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208
per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu
358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000
penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan
CFR sebesar 10% (Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan
proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus

193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan
jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan atau perawat tentang penyakit
epilepsi beserta prinsip asuhan keperawatan klien dengan kasus epilepsi.
b. Tujuan khusus
Menjelaskan pengertian typhoid
Menjelaskan etiologi typhoid
Menjelaskan patofisiologi typhoid
Menjelaskan tanda dan gejala typhoid
Menjelaskan komplikasi typhoid
Menjelaskan penatalaksanaan typhoid

1.3 Manfaat
A. Manfaat bagi praktek keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus typhoid.
B. Manfaat bagi Institut
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
pada perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi mahasiswa keperawatan yang berkaitan dengan cara
perawatan typhoid.

C. Manfaat bagi penulis


Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai kasus typhoid.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, ) .
2.2 Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi.Sementara
demam paratyphoid yang gejalanya mirip dengan demam typhoid namun
5

lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. ( James


Chin, MD, 2006).
Salmonella typhisama dengan salmonella yang lain adalah bakteri
Gram-nagative, mempunyai flegala, tidak berkapul, tidak membentuk spora,
fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flageral antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K)yang terdiri dari polisakarida.
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro,
1997).
2.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air yang tercemar.Sebagian kuman dimusnakan oleh asam
lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid di
ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.
Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke
dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe. Basil
yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe, sehingga
organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.
Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh terutama
kelenjar limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong pada

mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala demam


disebabkan oleh endotoxin.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam tifoid
berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah
dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis (Soegeng soegijanto, 2002).
2.4 Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan
dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu
demam,nyeri kepala,pusing,nyeri otot,anoreksia,mual muntah,nyeri perut ,
batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapat peningkatan suhu
badan.
Dalam minggu kedua gejala-gejala terlihat lebih jelas berupa
demam,bradikardi,dan lidah penderita tifoid kotor ditengah, tepi dan ujung
merah dan tremor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.
2.5 Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :

1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus

2. Komplikasi ekstraintestinal :
a. Komplikasi

kardiovaskular

perifer(renjatan,sepsis),

kegagalan

miokarditis,trombosis,

sirkulasi
dan

tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitiktrombositopeniadan
sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan
kelolitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis.
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis

g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis,


polineuritis perifer, sindrome Guillain-Barre, psikosis dan
sindrom katatonia.
2.6 Penatalaksanaan dan terapi
Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus
typhoid :
1. Pemberian antibiotik , gunanya yaitu untuk menghentikan dan
memusnahkan penyebaran kumam
2. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah omplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring minimal 7 atau 14
hari, mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan kekuatan pasien. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga hygene personal, kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.
3. Diet dan terapi penunjang, sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien
mulai dari bubur saring, bubur kasar sampai akhirnya nasi.
Adapun terapi yang dapat diberikan pada pasien typhoid antara lain :
1. IVFD : Ringer laktat 20 tts/i
2. Injeksi :
a. Cefotaxime 500 mg/12 jam

b. Ranitidine 1A/12 jam


c. Paracetamol 3 x 500 mg/hari

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Status Perkawinan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk RS
No. Register

: An. S
: Perempuan
: 40 tahun
: kawin
: Islam
: SMA
: IRT
: Lhoksukon
: 15 Desember 2013
: 05 .38. 22

10

Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama
Hubungan dengan pasien
Pekerjaan
Alamat

:16 Desember 2013


: Typhoid
: Yuswanto
: Suami
: Wiraswasta
: Lhoksukon

3.2 KELUHAN UTAMA


Os mengeluh demam selama 1 minggu, mual , muntah, pusing, dan tidak
nafsu makan.
3.3 RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Provocative/Palliative
A. Penyebab nya tidak diketahui
B. Hal yang memperbaiki keadaan pasien dengan membawa ke
rumah sakit
2. Quantity/quality
A. Os merasakan demam
B. Os terlihat meringis
3. Ragion
A. Lokasi
: di seluruh tubuh
B. Penyebaran
: tidak menyebar
4. Savetity ( menggunakan aktivitas)
Os melakukan aktivitas tanpa bantuan dari keluarga
5. Time (waktu timbul penyakit)
Penyakit dapat timbul kapan saja
6. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit Hepatitis A

3.4 RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Os pernah mengalami penyakit Hepatitis A pada usia 5 tahun
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Orang tua klien memberikan obat sesuai indikasi dokter
C. Pernah dirawat/dioperasi
Os pernah dirawat pada usia 5 tahun
D. Lamanya
selama 1 minggu
E. Alergi
Os tidak ada alergi
F.Imunisasi

11

Tidak ada
3.5 RIWAYAT KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)
A. Orang tua
: Orang tua klien tidak mengalami demam
B. Saudara kandung
: Saudara kandung juga tidak mengalami demam
C. Penyakit keturunan yang ada : D. Anggota keluarga yang meninggal : tidak ada
E. Penyebab meninggal : F. Genogram
Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga
Genogram

Keterangan

:
laki-laki hidup
perempuan hidup
Penderita

3.6 RIWAYAT / KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Bahasa yang digunakan
: Bahasa Indonesia
B. Persepsi pasien tentang penyakitnya : os ingin cepat sembuh
C. Konsep diri :
1. Body image
: klien menyukai semua anggota tubuhnya
2. Ideal diri

: Klien berharap supaya cepat pulang

kerumah untuk beraktivitas seperti biasa


3. Harga Diri

: baik.
12

4. Peran Diri

: Klien berperan sebagai anak ke 2 dalam

keluarga
5. Personal Identity
D.
E.
F.
G.
H.
I.

: Klien sebagai ibu rumah tangga

Keadaan emosi : klien dapat mengontrol emosinnya


Perhatian terhadap orang lain : baik
Hubungan dengan keluarga : baik
Hubungan dengan orang lain : baik
Kegemaran : membaca
Mekanisme pertahanan diri : baik

3.7 PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, kesadaran : Compost Mentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38 C

Nadi

: 88x/menit

TD

: 110/70 mmHg

RR

: 20x/menit

TB

: 155 cm

BB

: 55 Kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala dan rambut
1. Kepala

Bentuk

: simetris

Ubun-ubun

: keras tertutup

Kulit kepala

: bersih

2. Rambut

13

Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata,


keadaan rambut baik
Bau : Rambutnya tidak berbau
Warna kulit : Sawo matang
3. Wajah
Warna kulit

: Oval, tidak ada kelainan


: tidak ada kelainan

b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Mata klien lengkap, simetris kiri dan kanan
2. Palpebra
Palpebra klien normal/tidak terdapat kelainan
3. Konjuktiva dan sclera
Konjuktiva dan sclera pucat
4. Pupil
Pupil klien normal dapat beradaptasi dengan rangsangan
cahaya
5. Kornea
Kornea dan iris klien normal/tidak terjadi gangguan
c. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : simetris

14

2. Lubang hidung : simetris


3. Cuping hidung : tidak ada cuping

d. Telinga
1. Bentuk telinga : simetris ka.ki
2. Ukuran telinga : sedang
3. Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengar dengan baik
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : kering
2. Keadaan gusi dan gigi : bersih
3. Keadaan lidah : normal
f. Leher
1. Tiroid : tidak ada pemeriksaan
2. Suara : tidak ada pemeriksaan
3. Denyut nadi karotis : tidak ada pemeriksaan
D. Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : Baik,kulit tampak bersih.
2. Warna : warna kulit klien hitam
3. Turgor : Turgor kulit baik
4. kelebaban : Kering

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak : tidak ada pemeriksaan


F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada : tidak ada pemeriksaan
G. Pemeriksaan Abdomen

15

1.

Infeksi
:
a. Bentuk abdomen
: Simetris
b. Benjolan/massa
: tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah
: tidak ada
2. Auskultasi
- Peristaltik usus
: 10x/i
3. Palpasi
a. Benjolan / massa
: tidak ada benjolan
b. Tanda ascites
: tidak ada acites
c. Hepar
: tidak ada hepatomegali
d. Lien
: tidak ada splenomegali
e. Titik mc.burney
: tidak ada
4. Perkusi
a. Suara abdomen
:
b. Pemeriksaan ascites
: tidak ada acites
H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya: tidak ada pemeriksaan
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal / ekstremitas
1. Ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot
: simetris
b. Edema (derajat)
: tidak ada
c. Kekuatan Otot
: tidak ada
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot
: simetris
b. Edema
: tidak ada pemerisaan
c. Kekuatan Otot
: tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada pemeriksaan
e. Varises
: tidak ada pemeriksaan
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : 15 E 5 M 5 V 5
2. Meningeal sign : tidak ada pemeriksaan
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi
: normal
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : normal
Motivasi (kemauan) :Kemauan pasien untuk sembuh sangat besar
d. Bahasa:Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung) : normal
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata) : normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata : normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : normal
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah) : normal

16

f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran) :


normal
g. Nervus

Glossopharingeus/N

IX,

Vagus/N

X/

(tenggorokan) : normal
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu
: normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah
: normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : sedikit terganggu
b. Romberg Test : tidak ada pemeriksaan
c. Test Jari Hidung : tidak ada pemeriksaan
d. Pronasi Suvinasi Test
: tidak ada pemeriksaan
e. Heel to Shin Test : tidak ada pemeriksaan
6. Fungsi Sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan : tidak ada pemeriksaan
b. Test Tajam Tumpul : tidak ada pemeriksaan
c. Test Panas Dingin : tidak ada pemeriksaan
d. Test Getaran : tidak ada pemeriksaan
e. Sreognosis Test : tidak ada pemeriksaan
7. Reflek
a. Reflek Bisep
: tidak ada pemeriksaan
b. Reflek Trisep
: tidak ada pemeriksaan
c. Reflek Brachioradialis : tidak ada pemeriksaan
d. Reflek Patelar
: tidak ada pemeriksaan
e. Reflek Tendon Achiles : tidak ada pemeriksaan
f. Reflek Plantar
: tidak ada pemeriksaan
3.8 POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
A. Pola tidur
a. Sebelum sakit :
- Waktu tidur : jam 22.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.30 WIB
- Masalah tidur : tidak ada
- Hal hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
b. Selama sakit :
- Waktu tidur : jam 24.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.00 WIB
- Masalah tidur : tidak nyaman
- Hal hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
B. Pola eliminasi
a. Sebelum Sakit :
BAB
- Pola BAB
: 1x sehari
- Karakteristik Fases :
17

Menelan

o Warna
o Konsistensi
o Bau

: Kuning kecoklatan
: Lunak
: Bau busuk

BAK
- Pola BAK
: 4-5 x sehari
- Karakteristik :
o Warna
: Kekuning kuningan
o Bau
: Normal
o Berat Jenis
: Normal
b. Selama Sakit
:
BAB
- Pola BAB
: 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna
: Kekuning coklat
o Konsistensi
: Lunak
o Bau
: Bau busuk
BAK
- Pola BAK
: 8x/hari
- Karakteristik :
o Warna
: Kekuning - kuningan
o Bau
: Normal
o Berat Jenis
: Normal
C. Pola makan dan minum
1. Sebelum Sakit :
a. Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 3x / 1 porsi
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : - Mual muntah: tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : ikan tongkol
- BB biasa : 55 kg
b.
Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
c. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
d. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak
- Kesulitan menelan : tidak
- Tidak dapat makan sendiri : e. Pola minum
- Jumlah/porsi : 6-8 gelas sehari

18

- Kesulitan menelan : tidak


2. Selama Sakit :
1.
Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 2/3 porsi yang disediakan habis
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : ada
- Mual muntah: ada , 250 cc
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa : 55 kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
3. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : 5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 3-4 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
D. Kebersihan diri / personal hygene
a. Sebelum sakit:
1.
Pemeliharaan badan : bersih
2.
Pemeliharaan gigi dan mulut : bersih
3.
Pemeliharaan kuku : bersih
b.

Selama sakit:
4.
Pemeliharaan badan : mandi 1x sehari
5.
Pemeliharaan gigi dan mulut : sikat gigi 1x sehari
6.
Pemeliharaan kuku : kuku bersih

E. Pola kegiatan / aktivitas :


1. Sebelum sakit : aktivitas pasien mandiri
2. Selama sakit : aktivitas pasien mandiri
F. Kebiasaan ibadah
1. Sebelum sakit : ibadah rutin
2. Selama sakit : ibadah terganggu
3.9 HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Jenis spesimen : urine pagi
b. Kekeruhan : jernih
c. Warna : kuning muda
19

d. Berat jenis : 1,020


e. Protein : 25 mg/ dl (+)
f. Keton : + 4
g. Eritrosit : 5-10
h. Leukosit : 2-5
i. Epitel : 25-50
j. Anti dengue IgM : k. Anti dengue IgG : Widal test
Widal test slide
S. Typhi
S. Parathypi A
S. Parathypi B
S. Parathypi C

O
1/40
1/160
1/130
1/80

Negative
Negative
Negative
Negative

H
1/320
1/160
1/140
1/80

2. EKG : tidak dilakukan


3. Rongent : tidak dilakukan
3.10 THERAPI YANG DIBERIKAN
NO
1
2
3

NAMA OBAT
Cefotaxime
Ranitidine
Paracetamol

DOSIS
500 mg/ 12 jam
1 A/12 jam
500 mg 3 X 1

3.11 ANALISA DATA


DATA
ETIOLOGI
Ds : os mengeluh Hipertermi

MASALAH
Gangguan rasa nyaman

demam
Do : os terlihat
lemah dengan suhu
: 380C
RR : 24 x/i

20

Td : 110/60 mmHg
Pulse : 80x/i
Ds : os mengeluh Dehidrasi

Intake volume cairan yang

kering

tidak adekuat

didaerah

sekitar bibir mulut


Do

membrane

mukosa mulut os
terlihat kering dan
pecah-pecah
Ds : os mengeluh Masukan makanan yang Perubahan nutrisi kurang
tidak nafsu makan

tidak adekuat/kurang

dari kebutuhan tubuh

Do : 2/3 porsi diet


MB

yang

disediakan habis .

3.12 PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi


2. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan intake volume cairan yang tidak adekuat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan yang tidak adekuat/kurang
3.13 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA

O KEPERAWATA

TUJUAN/KRITER

INTERVEN

RASIONALIS

IA HASIL

SI

ASI

21

N
1 Gangguan

rasa Pasien

dapat -beri kompres -dengan

nyaman

menyatakan

hangat

memberikan

berhubungan

hilangnya

rasa -periksa tanda- kompres hangat

dengan hipertermi

ketidaknyaman

dan tanda

vital demam

pasien

Ds : os mengeluh suhu tubuh normal setiap 3 jam bisa turun


-suhu 38 oC
demam
kembali.
Dengan sekali
merupakan
Do : klien terlihat criteria evaluasi :
-kolaborasi
-menyangkal demam
proses infeksius
lemah dengan suhu -melaporkan adanya dengan
yang akut Pola
0
: 38 C
perasaan nyaman
tenaga
-TTV yang meliputi
demam
dapat
RR : 24 x/i
kesehatan
suhu, RR,pulse,Td
membantu
Td : 110/60 mmHg
lainnya
dalam batasan yang
dalam diagnosis
Pulse : 80x/i
dalam
normal.
mengigil sering
memberikan
mendahului
obat
puncak suhu.
-anjurkan
-Digunakan
klien minum untuk
sebanyak

mengurangi

2500 cc/hari

demam dengan
aksi sentralnya
pada
hipotalamus
meskipun
demam

22

dapat

berguna

dalam

membatasi
pertumbuhan
organisme.
2 Resiko

tinggi Mempertahankan

-anjurkan

terhadap

integritas membrane klien

perubahan

mukosa

-karena alkohol

untuk dapat

dan menghindari

mengiritasi

membran mukosa mengidentifikasi/mel produk

mukosa

oral

mempunyai

berhubungan akukan

intervensi pencuci

dengan

intake khusus

volume

cairan mengingkat

yang tidak adekuat. kesehatan

untuk mulut

dan

yang efek

kan mengandung
mukosa alkohol
-berikan

mengeringkan,
menimbulkan

Ds : os mengeluh oral.

ketidak
cairan selama

kering

didaerah

nyamanan
24 jam dalam -mencegah

sekitar bibir mulut


batas
Do

yang kekeringan

membrane

mukosa mulut os

ditentukan
-anjurkan

terlihat kering dan

hygene

gigi

pecah-pecah

yang

baik

mulut
berlebihan dari
periode

lama

tanpa masukan
setelah
makan

oral
dan -menurunkan

pada

saat pertumbuhan

tidur.

23

bakteri potensial

penyebab
infeksi

3 Perubahan

nutrisi Pasien

kurang

dari mempertahan

kebutuhan

makanan

pemahaman

tubuh kebutuhan

berhubungan
dengan

dapat - memberikan Untuk

nutrisi kepada

nafsu

manfaat

mening -

Ds : os mengeluh

kat
klien

serat

rendah makanan
yang dengan

disediakan habis .

badan

hari
sesuai - berikan klien
yang makanan

sudah disiapkan.

untuk

makan

dapat klien setiap 3

porsi

sehingga

timbang meningkat.

berat

Do : 2/3 porsi diet menghabiskan

tentang

motivasi

makan makanan

adekuat/kurang

tidak nafsu makan -

klien

Dengan pasien tentang nutrisi

yang criteria evaluasi :

tidak

Makanan

pengetahuan

untuk tubuh secara keluarga

masukan adekuat.

meningkatkan

dengan
kecil

untuk

mengetahui
apakah

BB

pasien

menurun

atau meningkat
porsi
dan -

untuk

sesering

menghindari

mungkin

terjadinya
muntah sehingga
porsi makan yang

24

disediakan habis

3.14 IMPLEMENTASI

NO IMPLEMENTASI
1 - memberikan kompres hangat

Waktu
19.05 wib

- menganjurkan makan buah-buahan yang


banyak mengandung air, misalnya jeruk
-memberikan obat sesuai indikasi dokter
-melakukan

kolaborasi

dengan

tenaga

kesehatan lain
-menganjurkan klien minum sebanyak 2500
cc/hari
2

menganjurkan klien untuk menghindari 21.00 wib


produk pencuci mulut yang mengandung
alkohol
mengenai

dan

memberikan

efek

samping

penjelasan
pemakaian

pencuci mulut yang mangandung alkohol


- anjurkan os untuk menjaga hygene gigi
dan mulut pada saat setelah makan atau
3

mau tidur
-memantau pemasukan nutrisi

07.00 wib

25

-menganjurkan makanan dengan porsi kecil


sesering mungkin

26

3.12
NO
DX

EVALUASI
CATATAN

PERKEMBANGAN

(SOAP-

TANGGAL/HARI/JAM
SOAPI)

S : pasien mengatakan masih demam dan


16 desember 2013 / senin/ 20.00 WIB

lemas
O : k/u lemah T: 38 C , sebagian aktifitas di
bantu keluarga
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- Beri kompres hangat
Kolaborasi pemberian obat dengan tim
medis

16 Desember 2013/ Senin/ 20.00 WIB

S : os mengatakan bibir serta membrane


mukosanya masih kering.
O : membrane mukosa klien terlihat kering
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

27

- Anjurkan os minum 2500 cc per hari


Anjurkan konsumsi buah yang banyak
mengandung air
- Atur tetesan infus permenit (20 tts/i)
3

S: klien mengatakan masih belum nafsu


makan
O : porsi yang disediakan 1/3 habis
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- anjurkan keluarga memberi makanan
16 Desember 2013 / Senin / 20.00 WIB

kesukaan os.
-Memberikan pemahaman kepada keluarga
klien dan klien tentang manfaat makanan
- anjurkan memberikan makanan dengan
porsi kecil sesering mungkin
I

28

NO
DX

CATATAN

PERKEMBANGAN

(SOAP-

TANGGAL/HARI/JAM
SOAPI)

S : pasien mengatakan demamnya sudah


17 desember 2013 / selasa/ 20.00 WIB

mulai berkurang dan lemasnya sudah mulai


hilang
O : k/u lemah T: 37,8C , aktifitas mandiri
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Kompres hangat
- Kolaborasi pemberian analgetik

17 Desember 2013/ Selasa/ 20.00 WIB

S : os mengatakan bibir serta membrane


mukosanya masih kering.
O : membrane mukosa klien terlihat kering
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan pasien minum 2500 cc

29

perhari
- Anjurkan

konsumsi

buah

yang

banyak mengandung air


3

S: klien mengatakan masih belum nafsu

17 Desember 2013 / Senin / 13.00 WIB

makan
O : porsi yang disediakan 2/3 habis
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
-Memberikan pemahaman kepada keluarga
klien dan klien tentang manfaat makanan
-anjurkan untuk memberikan makanan
dengan porsi kecil sesering mungkin

NO
DX

CATATAN

PERKEMBANGAN

(SOAP-

TANGGAL/HARI/JAM
SOAPI)

S : pasien mengatakan tidak lagi demam dan

30

19 desember 2013 / rabu/ 16.00 WIB

lemas
O : k/u baik T: 37C , aktifitas mandiri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
S : os mengatakan bibir serta membrane

18 Desember 2013/ Rabu/ 16.00 WIB

3
18 Desember 2013 / Rabu / 16.00 WIB

mukosanya tidak lagi kering.


O : membrane mukosa terlihat segar
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
S: klien mengatakan sudah nafsu makan
O : porsi yang disediakan di habiskan
A : masalah sudah teratasi
P : intervensi dihentikan

31

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa
medis Thipoid meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi
2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian, didapatkan 3 diagnosa
keperawatan :
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
b. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan yang tidak adekuat/kurang
3.

Berdasarkan implementasi yang didasarkan pada intervensi


keperawatan, maka diperoleh hasil evaluasi, bahwa masalah telah
teratasi.

4.2 Saran
a. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien Thypoid
harus didasarkan pada 5 metode Asuhan Keperawatan.

32

b. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebaiknya bersamaaan


dengan komunikasi yang baik pada pasien
c. s

33

34

35

36

Anda mungkin juga menyukai