Anda di halaman 1dari 27

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia, karena terjadinya kelainan pada sekresi insulin, kerja


insulin ataupun keduanya (American Diabetes Association 2004)

Diabetes Mellitus dapat mengenai berbagai usia dan mengurangi usia


harapan hidup serta kualitas hidup seseorang; disamping
menyebabkan beban ekonomi bagi keluarga dan sistem pelayanan
kesehatan

Secara global, prevalensi Diabetes pada penduduk usia 20 79


tahun adalah 6,4 % (285 juta orang) dan akan meningkat menjadi
7,7 % (439 juta) pada tahun 2030 (JE Shaw et al, 2009)

Prevalensi di Indonesia dikalangan penduduk perkotaan pada tahun


2007 adalah 5,7 % (6,4 % pada wanita dan 4,9 % pada laki-laki)
dengan faktor determinan: tembakau, obesitas dan hipertensi
(Laurentia Mihardja et al, 2009)

Prevalensi meningkat tajam mulai kelompok usia 35 54 tahun

Zimmer, 1987 menganjurkan upaya


menurunkan insidens Diabetes di masyarakat
melalui pengaturan diit karbohidrat dan
lemak, penurunan obesitas & kelebihan
berat, serta peningkatan aktivitas fisik

Juga dianjurkan upaya meningkatkan


kesadaran masyarakat dan program
screening melalui pemeriksaan gula darah

Penjaringan dan perbaikan manajemen kasus


akan menurunkan kejadian kesakitan,
komplikasi dan kematian karena Diabetes

Sering haus
Sering bak
Sering lapar atau lelah
BB turun
Luka sulit sembuh
Kulit kering dan gatal
Kebal rasa di kaki atau
kesemutan
Pandangan kabur

Gejala khas:
poliuria,
polifagia,
polidipsi, dan BB
turun

Normal
( mg/dl )

IFG or IGT
( pre-diabetes )
mg/dl

Diabetes
( mg/dl )

GD puasa

< 100

100 - < 126

126

2 jam post
TTGO

< 140

140 - < 200

200

GD sewaktu

200

IFG : Impaired Fasting Glucose = gula darah puasa terganggu (GDPT)


IGT : Impaired Glucose Tolerance = toleransi glukosa terganggu (TGT)

American Diabetes Association: Position statement. Screening for type 2 diabetes. Diabetes
Care 2007

Diagnosis
Gejala klasik DM dengan Gula darah sewaktu >=
200 mg/dL atau
Gula darah puasa (minimal 8 jam) >= 126 mg/dL
atau
Gula darah 2 jam setelah pemberian glukosa
>=200 mg/dL dalam uji toleransi glukosa oral
(OGTT=Oral Glucose Tolerance Test)

Gula darah:
Dengan

gejala: GD sewaktu > 200 mg/dL


Tanpa gejala: 2 kali GD plasma puasa > 125
mg/dL

HbA1c
C-peptide: < 0.85 ng/mL (Katz et.al,
Pediatric diabetes,2007)
Petanda Imunologis: ICAs, GAD, IA
Keton darah
Urinalisis reduksi, keton, protein.
Cadangan insulin

Edukasi
Managemen
Aktivitas
Terapi,

Nutrisi

Fisik

Assessment &
Monitoring glycemic
control

Kontrol
Metabolik

Pelatihan DM tipe 1 dan


KAD

pasien dan keluarga


informasi ttg DM dan pengendaliaannya
kendali GD lebih baik, komplikasi menurun
dilakukan terus menerus secara berkala

Perencanaan makan untuk pencegahan & Sebagai


Bagian dari Pengobatan

3J
Jumlah
Jenis
Jadwal

Karbohidrat
: 45 - 65%
Protein
: 10 - 20%
Lemak
: 20 - 25%
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi.
Gula sebagai bumbu diperbolehkan
Makan 3x/hari. Kalau diperlukan dapat diberikan
makanan selingan buah atau makanan lain utk
memenuhi kebutuhan kalori

Boleh OR apa saja:

Tidak ada komplikasi


Kontrol glikemik baik

Petunjuk umum:

Sebelum OR:

Monitor GD sebelum dan setelah OR:

GD>250 mg/dL + Ketonemia/uria: jangan OR.


GD >300 mg/dL tanpa ketonemia/uria: hati-hati
GD < 100 mg/dL: tambah KH
Tentukan perlukah perubahan insulin dan asupan makan
Pelajari respons glikemik setelah berbagai OR berbeda

Asupan makan:

Makan KH untuk menghindari hipoglikemia


Makan mengandung KH harus siap selama dan setelah OR

14

Latihan fisik 20 - 60 menit 3-5 hari /minggu

Latihan aerobik, seperti jalan, jogging ,berenang,


bersepeda dan lompat tali.

Perlu peningkatan denyut nadi dan laju pernapasan

Bila ada keterbatasan dalam latihan fisik


disarankan melakukan latihan beban ringan secara
berulang dan bertahap.

Update on PERKENI
Guidelines

The IndonesianSociety of
Endocrinologist's
Diabetes Mellitus National
Clinical Practice Guidelines

Increase insulin secretion

Temporal :

Kadar gula terkendali


Kehamilan yg tidak
terkendali dengan diet
Penggunaan obat yang
meningkatkan GD
Perioperasi
Kondisi akut: Serangan
jantung atau strok,
infeksi

Permanen :

Kontra indikasi ADO


Gagal kombinasi ADO
Efek samping obat ADO
DM tipe 1
Gangguan fungsi hati berat

HbA1C

Advantages

Disadvantages

Metformin

1-2

No hypoglycemia,no weigh gain


Broad benefit

GI symptomps
CI renal insufisiency

SU

1.5

Rapidly effective
inexpensive

Weight gain and


hypoglycaemia

TZD

0.51.4

No hypoglycaemia, some
benefits on lipids and inflamtion

fluid retention, heart failure,


weight gain, expensive

Insulin

1.53+

Most effective, no maximum


doze, improved lipid profile

Hypoglycaemia, weight gain,


need for SMBG

AGI

0.50.8

No hypoglycaemia, weight
neutral

GI side-effects, expensive

GLP-1
analogue

0.51.0

No hypoglycaemia, weight loss

GI side-effects, expensive,
injected

DPP-4 inhibitor,

0.50.8

Weight neutral

Long-term safety not


established, expensive

Meglitinide

1.01.5

Fewer hypos than sulfonylurea

TID dosing, expensive

Pramlintide

0.51.0

Weight loss

Three injections daily, frequent


GI side effects, long-term safety
notestablished, expensive

Nathan, et al. Diabetes Care 2009;32: 193-203

Algoritme Pengelolaan DM Tipe 2 Tanpa Disertai Dekompensasi (PB


PERKENI 2011)
DM

Tahap I

GHS

GHS
+
Monoterapi

Catatan
1.Dinyatakan gagal bila
dengan terapi 2-3 bulan
tidak mencapai target
HbA1c <7%
2.Bila tidak ada
pemeriksaan HbA1c
dapat digunakan
pemeriksaan glukosa
darah. Rata-rata
glukosa darah sehari
dikonversikan ke HbA1c
menurut kriteria ADA
2010

Jalur
alternatif jika
tidak dapat
insulin dan
target
glukosa

Tahap II

GHS
+
Kombinasi
OHO
GHS
+
Kombinasi
OHO
+
Insulin
GHS
+
Kombinasi
3 OHO

Tahap III

Insulin

Kadar HbA1c
<7%

7-8%

GHS

GHS

Gaya Hidup
Sehat
Penurunan
berat badan
Mengatur
diit
Latihan
Jasmani
teratur

8-9%

>9%

9-10%

>10%

+
Monotera
piSU,
Met,

GHS

AGI,
Glinid,
TZD, DPPIV

Kombinas
i
2 obat
Met,
SU,

Catatan
1.Dinyatakan gagal bila dengan
terapi 2-3 bulan tidak mencapai
target HbA1c <7%
2.Bila tidak ada pemeriksaan
HbA1c dapat digunakan
pemeriksaan glukosa darah. Ratarata glukosa darah sehari
dikonversikan ke HbA1c menurut
kriteria ADA 2010

AGI,
Glinid,
TZD, DPPIV

GHS
+
Kombinas
i
3 obat
Met,
SU,
AGI,
Glinid,
TZD, DPPIV

GHS
+
Kombinas
i
2 obat
Met,
SU,
AGI,
Glinid,
TZD
+
Basal
Insulin

GHS
+
Insulin
Intensif

Baik
Gula darah puasa ( mg/dl)
Gula darah 2 jam (mg/dl)

<100
<140

A1c (%)

<7%

Kolesterol total (mg/dl)


Kolesterol LDL ( mg/dl)
Kolesterol HDL (mg/dl)
Trigliserida( mg/dl)

<200
<100..,<70 mg/dl
>45
<150

IMT ( kg/m2)

18,5-22,9

Tekanan darah (mmHg)

130/80

24

Langsung: biaya pengobatan dan rehabilitasi

Tidak langsung: pendapatan yang hilang


karena sakit, cacat atau kematian dini

Dapat dilihat dari 2 perspektif:


Secara

makro (pemerintah)
Secara mikro (individu/keluarga)

Hasil perhitungan biaya medis rawat inap,


diperkirakan terdapat 7,4 juta kasus Diabetes di
Indonesia pada tahun 2010
Bila terdapat 1,0 % dengan komplikasi yang
memerlukan rawat inap, didapat 74.000 kasus

TOTAL biaya yang dikeluarkan (INA DRG Kelas


3):
74.000 X Rp. 5.007.432 = Rp.370,5 Milyard

Total biaya rawat jalan (2010); total kunjungan:


370.000; rata-rata satuan biaya per penderita per
kunjungan (tanpa subsidi): Rp.322.496,- (INA
DRG)
Total pengeluaran rawat jalan: Rp. 119,3
Milyard

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Diabetes merupakan penyakit kronis


Progresif
Risiko berbagai komplikasi kronis
Kendali gula darah dapat menurunkan berbagai risiko
komplikasi kronis
Target pengendalian kadar gula darah dgn komorbit
yang lain
Pengobatan dapat dilakukan dengan mengkombinasi
berbagai pilihan dengan memperhatikan keadaan
pasien
Biaya pelayanan kesehatan penyakit tidak menular
(seumur hidup) lebih mahal dibanding penyakit
menular dan membutuhkan sumber daya yang lebih
berkualitas

Anda mungkin juga menyukai