GAMBARAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA.
LANSIA DI KELURAHAN CAWANG JAKARTA
Sumijatun, Pudjiati, Nurhatimah
ABSTRACT
In Indonesia Family, elderly member (lansia) is a unique figure in a family in relation to the
social and culture of the nation, And in national issues / ives, the lansia are respectived htanan
resources because of their knowledge, experience, and wisdom which could be used to lead
us to develop the overall life qualities of every citizen of the nation. In other side, lansia also
brings several negatives issues related to their decreased physical state, which make them
categorized as the member of high risk group of the family. Health cares and treatment are
very important for them, therefore it would be very useful to know more about their life, their
activities, and furthermore, their basic physical needs fulfilment. Problem Description » human
basic needs of lansia to be fulfilled in many aspect their life related to their decreased physical
state were not identified yet. Objectives: this research is was carried out to obtain data of
physical needs of lansia in kelurahan Cawang by using Maslow theory. Methodology: the
research was analytical descriptive study using both quantitative and qualitative methods, The
design of this research itself was cross sectional, with quantitative data collected from observation
and questioner examination and qualitative data collected intensive depth interview and focus
group discussion. Results: Using Maslow theory, the result from this research shows that there
was a close relation between physical needs of lansia along with its implication of the way of
treatment. Conclusion: Health treatment and health monitoring for lansia are very iraportant
to make their life are healthy and prosperity.
Keyword: physical needs, elderly member, implication
PENDABULUAN antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2010
Pembangunan kesehatan di Indonesia
telah berhasil menurunkan Angka Kematian
bayi dan ibu, pengurangan kasus fertilitas
don meningkatnya perbaikan gizi masyarakat.
Sebagai salah satu dampak positif adalah
meningkataye Angka Harapan Hidup (AHH)
penduduk, tahun 1995 mencapai 66,7 tahun
‘untuk wanita dan 62,9 tahun untuk pria,
‘Tahun 2005 diperkirakan AHH 68,2 tahun
untuk wanita dan 64,3 tahun untuk pria,
dengan demikian terjadi peningkatan jumlah
populasi penduduk lanjut usia (lansia) yang
diperkirakan mencapai 7,54 % atau sekitar
16.172.835 orang (Depkes RI, 2005).
Sedangkan
jumlah lansia diperkirakan akan sama dengan
jumleh balita, yaitu sekitar 19 juta atau 8,5
% dari jumlah seluruh penduduk ( Depkes,
2000)
Peningkatan jumlah lansia aken
berpengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan baik secora fisik, psikologis, sosial
dan juga ekonomi. Oleh kerena itu diperiukan
pethatien serta penanganan yang tepat agar
kelompok lansia tersebut juga dapat hidup
seat prima di hari tua. Kesehatan prima
merupakan suatu keadaan yang sejahtera,
meliputi sikap dan perilaku yang
mencerminkan kualitas hidup yang tinggi
serta adanya tingkat potensial maksimal dari
individu, Kesehatan prima
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat 35juga diartikan sebagai keputusan pada suatu
pilihan untuk dapat mencapai kesehatan
optimal, dengan cara mengubah gaya hidup
guna mencapai potensial tertinggi untuk
Kesehatan dan kesejahteraan sehingga dapat
tetap hidup sehat dan berbabagia (Sumijatun,
2006)
Menurut Anspaugh,dkk (dalam
Sumijatun dik, 2005) ada lima dimensi
dalam sehat optimal yang mewujudkan
adanya kesehatan dan kesejahteraan prima
, yaitu dimensi fisik, sosial, emosional,
intelektual dan spiritual . Selain itu memurut
Abraham Maslow, individu dapat sehat
optimal kalau kebutuhan dasarnya yang
mencakup kebutuhan fisik, keamanan dan
kenyamanan, cinta dan kasih sayang, harga
iri serta aktualisasi diri terpenuhi, Kebutuhan
fisik meliputi kecukupan oksigen, makanan,
air, istirahat dan eliminasi. Kebutuhan
keamanan dan kenyamanan meliputi
perlindungan dan bebas dari bahaya.
‘Kebutuhan cinta meliputi kasih sayang, rasa
memiliki serta adanya persahabatan. Harga
iri diartikan sebagai kenyamanan diri serta
adanya respek dari orang lain terhadap
dirinya dan yang terakhir adalah aktualisasi
iri yang mencakup kemampuan yang dapat
dilakukannya serta pengakuan terhadap
dirinya (Farrell, 1990),
Permasalahan khusus yang terjadi pada
lansia meliputi proses penuaan yang datang
secara alami dengan konsekuensi timbulnya
masalah fisik, mental dan sosial. Perubahan
sosialisasi karena produktivitas yang mulai
menurun, berkurangnya kesibukan sosial,
dan interaksi dengan lingkungan,
Produktivitas yang menurun dengan akibat
terbatasnya kesempataan Kerja karena
kemampuan dan ketrampilan menurun,
namun kebutuban hidup terus meningkat,
Kebutuhan pelayanan kesebatan terutama
karena terjadinya proses degeneratif yang
memerlukan biaya tinggi membuat
permasalahan ekonomi semakin sulit,
Perubahan nilai sosial
masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, menyebabkan
para lansia kurang mendapat perhatian serta
tersisih dari kehidupan masyarakat schingga
menjadi terlantar (Depkes, 2005). Upaya
untuk mewujudkan kesehatan prima pada
lansia, perlu adanya kerjasama yang baik
dari berbagai pihak seperti pemerintah, pibak
swasta maupun individu, keluarga dan
masyarakat itu sendiri. Hal ini telah dirintis
melalui berbagai upaya antara lain adanya
posyandu lansia dan desa siaga yang
mempunyai tujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal pada setiap
penduduk termasuk lansia,
Perubaban aspek biologis dan fisiologis,
pada lansia akan mempengeruhi
kesehatannya, Oleh karena itu perlu digali
lebih dalam masalah kesehatan apa saja yang
ada pada lansia serta hal-hal lain yang
dianggap sangat berkaitan,
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan perpaduan
antara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif
dilakukan dengan cara observasi pada 40
orang lansia (45,5 %) dari 88 orang lansia
yang tidak schat. Hal ini dilakukan untuk
‘menjaring prioritas masalah kesehatan yang
terjadi pada lansia dan harus segera diatasi
oleh individu, keluarga, kader kesehatan dan
Puskesmas terkait. Sampel diambil secara
acak dengan mengacu pada pilihan Kader
Kesehatan setempat. Dari jumlah 40 orang
lansia tersebut, kemudian drop 1 orang
dengan alasan dibawa anaknya yang menetap
diluac kota, sehingga jumlah sampel menjadi
39 orang lansia (44,3 %). Observasi
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Keperawatan Anestesi Poltekkes Jakarta TIT
semester VI dengan mengacu pade lembar
panduan yang isinya dikembangkan dari
tahap — tahap proses keperawatan yang
‘meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Data penelitian
56 ‘Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat‘meliputi data demografi, pengukuran tekanan
darah, pernapasan, denyut nadi, tinggi badan
dan berat badan seria pola hidup. Data
Jeualitatifdidapat dari wawancara mendalam
(indepth interview ) tethadap lansia itu
sendiri dan keluarganya, sedangkan cara
diskusi kelompok terarah ( FGD )
dilaksanakan tethadap 31 orang Kader
Kesehatan setempat yang dilakukan pada
tanggal 19 Mei 2006.
Desain penelitian yong dipergunakan
adalah cross sectional, pertanyaan meliputi
kecukupan kebutuhan fisik manusia yang
dikembangkan dari teori Maslow yang
‘meliputi pola dan menu makan, kebutuban
cairan, pola tidur, olah raga dan pemanfzatan
‘waktu Iuang. Secara keseluruban penelitian
dilakukan dari tanggal 11 April sampai
dengan 19 Mei
Tabel 1.
Distribusi Lansia Berdasarkan Karakteristik
di RW 02 Kel. Cawang Jakarta Timur tahun 2006
2006. Tempat penelitian di RW 02 Kelurahan
‘Cawang Jakarta Timur,
Data dianalisa dengan cara
menggolongkan permasalahan kesehatan
berdasarkan pada pengukuran yang telah
dilakukan (kuantitatif), sehingga didapatkan
jenis gangguan kesehatan yang ada.
Berdasarkan data kualitatif akan diperoleh
persepsi lansia, keluarga serta kader
keschatan yang ada tentang kecukupan
pemenuhan kebutuhan fisik pada lansia,
Gambaran tentang keadaan kesebatan dan
kesejabteran lansia diperoleh dengan
menggabungkan kedua data tersebut
sebingga dapat dicarikan solusinya apabila
diperlukan.
‘HASIL DAN PEMBAHASAN
Data lansia meliputi jumlah, umur, status
keschatan dan jenis penyakit didapatkan basil
sebagai berikut:
Karakteristik | Jumlah | Persentase (%)
Tenis kelamia
a, Pria 58 46
b,_Wanita 68 54
Kelompok Umur
a. 56+ 65 Tahun 64 50,8
b, Diatas 65 tahun | 62 49.2
Status Kesehatan
a, Sehat 38 30,2
b,_Tidek sehat 88 68
‘Dati tabel tersebut diatas, terlihat bahwa
mayoritas lansia berjenis kelamin wanita
dan lebih dari separuh lansia (88 orang)
dalam keadaan tidak sehat. Dari jumlah yang,
tidak schat tersebut diambil sebagai
sampel sebanyak 40 orang, yang akhimya
menjadi 39 orang karena drop 1 orang.
‘Adapun karakteristik dari sampel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2
sebagai berikut,
Faktor-fakior Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat
37Tabel 2
Distribusi Freknensi Karakteristik 39 Responden yang Tidak Sebat
Karakteristik Jumlah Prosen(% )
Tenis kelamin
a Pria 16 41a
b Wanita 58.9
Kelompok Umur
a 36 65 thn 2B 58.9
b. Diatas 65 thn 16 4d
Pendidikan
a, Tidak Sekolah 7 18
b. SD 3 333
c. SLTP 8 20.5
d. SLTA ul 28.2
Status Perkawinan
a. Kawin 30 7
b. Janda 9 B
Tenis Pekerjaan
a. Tidak Bekerja 19 48.7
b. Swasta /Dagang 6 Isa
c. Pensiunan s 128
4, Buruh 9 Bur
Tenis Penyakit yang ada
a. Hipertensi 18 46
b. Rematik 13 33.3
¢, Diabetes Melitus 2 5.1
d_Lain-lain 10 236
Dari tabel tersebut diatas terlihat
bahwa mayoritas responden wanita , usia
terbanyak pada rentang 56 - 65 tahun,
mayoritas pendidikan SD. Lansia yang
berstatus janda sebanyak 23%, sedangkan
yang berstatus duda tidak ada. Hal ini serupa
dengan temuan survei di Kelurahan Depok
bahwa jumlah lansia yang berstatus janda
sebanyak 44,5 % dari 513 orang lansia
(Wiavanti, R,2006). Terman tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Depkes
bahwa AHH pada wanita memang
lebih tinggi dibandingkan dengan
pria, selain itu pada umuronya wanita akan
menikah dengan pria yang lebih tua dari
usianya, Lansia yang tidak bekerja sebesar
48,7 % dan berprofesi buruh sebesar
23,1% , dengan demikian banyak hal yang
ccukup memprihatinkan karena sebagian besar
dari mereka akan menjadi beban ekonomi
anak-anaknya, yang rata-rata masih belum
berkecukupan.
Keluhan tentang kesehatan yang disampaikan
oleh Iansia dan keluarganye mayorites adalah
sakit pinggang, nyeri sendi dan pegal-pegal
serta hipertensi.
58
‘Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi PerawatTemuan ini
sesuai dengan survei di
Kelurahaan Kemiri Muka Depok, bahwa
penyakit yang banyak diderita adalah
hipertensi yang dapat mencapai angka 54,3
% dari 98 orang lansia yang ada
(Meilianingsin,2006 ) .
Gambaran hasil observasi, wawancara
mendalam dan diskusi terarah (FGD) dapat
Obesitas 10 ( 25%)
Kunis 9 (24%)
Normal 20 ( 51%)
badan menjadi gemuk
+ Sebetulnya berat badan itu bisa
Gipertahankan dengan cara ola
raga dan mengatur makanennya
+ Saya nggak tabu mengaya sulit
sekali untuk —menggemukkan
badan,
dilihat pada tabel 3.
Tabel3
8 (Delapan) Variabel Kebutuhan Fisik.
pada Lansia di RW 02.
Variabet Obsevasi Wawancara FGD
1 Status Kesehatan = Terus terang kami tidak | - Wargadisini banyak yang
Tekanan Darah rmengetahui bahwa hiperensi | menderitahipertensi dan
Hipertensi 18 (46%) | dan stoke bisa disebabkan oleh | stroke tetapikebanyakan
Normal 21 (54%) perilaku hidup yang tidak sehat. | sudah berobat
Pernepasen ~ Sebetulnya geiaia-aejala dari | - Sakit yang banyak diderita
Normal 39(100%) | hipertensi dan stroke itu apa] oleh lansia di RW 02 adalah
Nadi aja kencing manis, asma atau
Normal 39 (100%) }- Ayah saya mengeluh sering | sesak —napas, rematik dan
pusing, elah dan lemas pegalpegal.
= Lansia’ disini banyak yang
menderta sakit pinggang, nyeri
sendi, pegalpepal dan sesak
napas serta berdebar-debar dan
Datuk
2 Borat Badan ~ Setelah melahirkan banyak anak, |- Di RW OD sudah terbentuk
klub senam ibu-ibw supaya
tidak gemuk tapi tidak banyak
yang kt karena repot
+ Klub jantung sehat juga sudan
ada yang dilaksanakan setiap
hari Jumn’at’ di puskesmas
tetapi tidak semua lansia
mengikutinya
= dengan alasan jauh dan malas.
‘Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat
39Vartabe
Obsev:
Pola Makan
Teratur 3x sehari (92.3
%)
Tidak terarur (7.7%)
Menu Makan
Lihat Kewangan (82.1%)
Santan dan rendang
(7.7%)
Jeroan dan ikn asin (3.1%)
Kacang /emping (5.1%)
Wawancara
Pads umurmnya secare isk aya
saya tidak mengatami Kesulitan
makan, hanja malas saja,
Kami sudah meneobe untuk
mengganti dengan kue ata
makanan lain yang. jelas asal
lapar ya makan
Masalah makan ya tergantung
ang.
Senang makan yang. bersantan
seperti rendang dan jeroan
arenz gurity
Saya orang Betawi kalau ngeak
ada ikan asin sama sambal ya
engeak enak
Suseh —menghindari — makan
kacang dan emping.
FGD
Kami belum —_pemnah
‘mengamati pola makan lansia
‘Menurut keluarganya mereka
makan —biasa-biasa —saj.
Kapan mereka lapar ya terus
akan, ada yang sampal
enam eli tapi porsinya
sedikit
Pada umumnya mereka sult
untuk tidak-makan_ santa,
zgorengan dan juga ikan asin
Sebewulnya “mereka cahw
‘nakanan sehat, tapt uangnya
terkadang tidak cukup, habis
semua mahal Khan?
Jadi masala pengaturan
‘maken ye tergantung
kkeuangan ~ mnasing-masing
keluarga
Kebutuhan eaifan perhari
Dibawah 1400 ce ( 20.69%)
1600-2000 ce 169.2)
Diatas 2000 ce 10.2%)
+ Tou saya bilang tidak bisa
minum banyak rasanya menjadi
kembung,
+ Biasatya minum sekitar 9
elas, Kalan Kurang dari 10
Pada umumnya mereka
minum sekitar 8 gelas perhari
termasuk teh, Kopi dan
‘mungkin susu tapi agak jarang
ya kan mall
Pola Tidur
Kurang dari 6 jam (28,2%)
Lebih dari 6 jam (71.8%)
+ Tu saya lurang tdar pada malam
Ii fowena sering buang air kecil,
+ Sulit tur untok istrahat siang
hhabis panas banget
= Kalan siang gang didepan rumah
‘nj sangatrbut, banyak anak kecil,
yang main dan teriak-teriak
sehingga ibu saya tidak bisa
istirahat
Malam hati mereka sering
‘bangun untuk buang air kecil,
Pada sian hari juga susah tidar
huabis panas ndaranya . Selain
itu juga berisik kalau nggak
cnt ya lingkangnn tar rumah
Kebersihan dirt
Mandiri —_(89.7%6)
Dibanta ( 10.3%)
= Mandi dan ke WC. harus dibantu
Karena oggek bisa lagi jelan
‘kekomar mandi sendiri
‘Mandi dibenta dengan di lap paki
Inanduk basah
Biosa masih bisa mandi sendiri
dlikamar mane.
Sebagian besar dari mereka
mandi sendiri. Kalan yang
stroke ya dibania oleh
keluarganya
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi PeravwatVariabe ‘Obsevasi ‘Wawancara FGD
7 Olah Raga
Tidak pemah (74.4%) | - Nggak pernah olah raga habis | - Sebagian besar dari lansia yang
Selalu. (25.6%) udalteapai ada tidak mau olah raga
= Biasanya olah raga ringan seperti - Paling ada {-2 orang yang jalan
jalan pagi dan senam ringan| pai
8 Pemanfaatan waktu | - Bapak saya senang nonton TV. | - Mereka senang duduk lamia-
Juang ‘untuk mmenghabiskan waktu saja. | Iama didepan TV tapi ada juga
Menonton TV (74.4%) | - Kadang-kadang ibu sava pergi ke | yang senang kuinpul dengan
Kumpul dng teiman | tetangga untuk ikut nonton TV| sesaina lansia.
(2.8%) sambil ngobrol + Kayamya juga ada yang senung
Silaturahini Keluarga | + Ngobrol dengan teman-ieman| —ngaji
0.3%) sekedar menghilaigkan kejentien
Keagamaan (5.2%)
Pada tabel tersebut diatas dapat dilihat
adanya kesesuaian antara temuan dengan
observasi, wawancara mendalam maupun
FGD.
Masalah kesehatan berupa sakit
pinggang, nyeri sendi dan pegal ~ pegal
merupakan keluban / jenis penyakit yang
paling banyak diderita oleh responden di
RW 02 yaitu 21 orang ( 53,8 % ). Apabila
dilihat dari menu maken, kemungkinan
Iansia tersebut menderita Gout yakni kelainan
metabolisme protein yang menyebabkan
asam urat dalam darah meningkat dan
menyebabkan rasa nyeri dan bengkak pada
sendi.
Disamping itu juga diduga terjadi
pengeroposan tulang dan kadang-kedang
kekakuan sendi yang menyerang pada sendi
pinggul den lutut sehingga akan
‘menimbulkan rasa nyeri bila sendi tersebut
digerakkan, Dari data statistik rumah sakit
pusat rajukan di Jakerta diperoleh gambaran
bahwa pasien Janjut usia pada umumnya
menderita kompleksitas penyakit , yang
dalam penanganannya memerlukan
pendekatan tim terpadu / multidisiplin.
Wepkes,2005 )
Temuan lain juga sesuai dengan
perubahan fisik yang terjadi pada lansia
antara lain adalah perubahan komposisi
tubuh yakni peningkatan jumlah lemak yang
disebabkan berkurangnya aktivites fisik dan
penurunan hormon yang mempengaruhi
metabolisme lemak, penurunan kekuatan
fot dan penurunan eairan tubub, Pada sistem
pencernaan juga mengalami penurunan
karena gangguan gigi, sensitivitas indera
penciuman dan perasa juga menurun,
produksi asam lambung dan enzim
‘Pencemaan menurtn, penurunan absorbsi
dan juga adanya perubahen fungsi hati,
sebagai dampaknya adalah defisiensi /
kekurangan gizi. (DepKes RI, 2005)
Pada sistem kekebalan, terjadi penurunan
kemampuan tubuh untuk memproduksi
antibodi sehingge rentan terhadap berbagai
penyakit, Efisiensi kerja jantung dalam
memompa darah menjadi berkurang, hal ini
terkait dengan menurunnya elastisitas
pembuluh darah arteri sebagai akibat dari
perubshan kolagen dan elastin dalam dinding
arteri, Fungsi part menurun sebagai akibat
dari berkurangnya elastisitas serabut otot
yang berguna untuk mempertahankaan
bronchiolus tetap terbuka (DepKes RI, 2005).
Fungsi otak juga menurun schingga
‘Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat 61daya ingat menjadi berkurang, sistem saraf
semakin melemah diantaranya sistem
pendengaran dan penglihatan, Fungsi ginjel
menurun sehingga volume urine meningkat
sementara kapasitas kandung kemih menurun
don hal int mengakibatkan pengeluaran urine
setiap harinye meningkst. Penurunan massa
tulang yang memungkinkan timbulnya
osteoporosis , massa tulang berkurang seiring
dengan pertambahaan usia dan juga
tergantung pada jenis kelamin , aktivitas
fisik, asupan gizi dan status sosial ekonomi.
(DepKes RI,2005)
Ditinjau dari indikator berat badan dan
tinggi badan, terdapat lansia dengan masalah
‘kegemukan sebanyak 10 orang (25 %) dan
9 orang (24 %) lainnya mempunyai berat
badan yang kurang (kurus ) . Dari hasil
wawancara diketahui bahwa pada umunanya
mereka maken secara teratur, sedangkan
pada 3 orang lainnya ( 7,7 % ) tidak teratur,
kadang ~ kadang 2 Kali sebari dan sering
juga sampei 4— 6 kali sehari tergantung
pada selera, Meu makan pada umumnya
mengacu pada situasi kevangan, 5 oreng
Jansia ( 12,8 % ) mengatakan senang pada
rendang, satan, jeroan dan iken asin
sedangkan 2 orang ( 5,1 % ) senang makan
kacang—kacangan dan emping. Upaya untuk
mempertabarikan berat badan menjadi sangat
penting, hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara mengkonsumsi dalam jumiah yang
cukup dan tidak berlebihan.
Makin meningkat usia seseorang, proses
pembakaran kalori ( metabolisme ) tubuh
akan melambet, sebingga kelebihan kalori
akan disimpan dalam bentuk lemak. Oleh
karena itu juga diperlukan pengurangan
konsumsi lemak, makanan bersantan, goreng-
gorengan dan makanan yang manis , selain
ita juga diperlukan makanan berserat seperti
sayuran dan buah, Menu seimbang perlu
diterapkan pada pola makan dan kalau
memungkinkan dapat secara teratur minum
susu, Sebagian
keluarga telah memaham} pentingnya pola
‘makon yang teratur, pantangan pada berbagai
penyakit, makanan yang seharusnya
diberikan serta cara penyajiannya agar selera
makan lansia dapat terpelihara dengan baik,
selain itu juga memshami pentingnya oleh
raga secara teratur agar berat badan normal
dapat dipertahankan (DepKes RI ,2005).
Pemenuhan kebutuban cairan atau minum
pada lansia di RW 02, mayoritas antara 8 —
10 gelas sehar, tetapi masih terdapat sekitar
20,6 % yang kurang dari 7 gelas. Hal ini
perlu diperbaiki karena air sangat penting
‘untuk mengeluarkan sisa pembekaran energi
tubuh, Kemunduran fungsi metabolisme
dalam tubuh lansia seringkali menyebabkan
konstipasi , sehingga terjadi penumpukan
sisa makanan didalam tubuh. Keadaan ini
berbahaya bagi ginjal yang harus bekerja
‘keras untuk menetralisir at-zat sisa torsebut,
‘Untuk meringankan kerja ginjal perlu
dilakuken motivasi agar lensia tersebut
banyak rainum sekurang-kurangnye 2 liter
atau setara dengan sepuluh gelas ( 1 gelas =
200 cc ) perhari (DepKes RI, 2005),
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidar
pada lansia di RW 02. bervariasi , lansia
yang tidumya kurang dari 6 jam sebanyak
11 orang ( 28,2 %), lebih dari 6 jam 28
orang (71,8 %). Pada umumnya keluarga
‘maupun kader Kesehatan mengatakan bahwa
Jansia kurang tidur pada malam hari karena
sering harus ke kamat mandi untuk buang
air kecil, sedangkan siang hari tidak bisa
tidur karena jingkungan rumah yang kurang
Kondusif seperti udara yang panas serta
banyak kegaduhan atau ribut oleh cucu ~
cucunya. Oleh karena itu perlu perhatian
‘untuk menyiapkan tempat tidur yang nyaman,
‘mengatur lingkungan yang cukup ventilasi,
bbebas bau-batian yang kurang sedap. Melatih
Jansia untuk melakukan latihan fisik ringan
agar dapat melancarkan sirkulasi darah dan
melenturkan otot-otot.
6 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi PerawatLatihan fisik ini dapat pula dilakukan sesuai
dengan hobi, seperti jalan santai dan
berkebun. Selain ita juge dapat dibantn
dengan pemberian minum / susu hangat
sebelum tidur
Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
sebagian besar lansia ( 89,7 % ) masib dapat
‘melakcukan sendiri, hanya pada 4 orang lansia
(10,3 % ) harus dibantu oleh keluarganya
karena serangan stroke. Kebersihan diri yang
dimaksud meliputi : mandi, bantuan
kebersihan setelah buang air kecil / besar,
menyikat gigi, kebersihan kepala, rambut
dan kuku , kebersihan mata, telinga dan
hidung.
Dari hasil pezelitian ditemukan babwa
sebagian besar lansia ( 74,4 % ) mengaku
tidak pernah melakukan olah raga dengan
berbagai alasan dan hanya sekitar 10 orang
lansia saja (25,6 % ) yang melakukan ola
raga ringan dan jalan kaki pagi secara teratur,
Pada umumnya kader kesehatan maupun
keluarga mengerti manfaat dari olah raga
pada lansia yaitu untuk mempertabankan
kesehatan, melancarkan peredaran darah,
menghilangkan pegal -pegal dan mencegah
hipertensi . Hal ini sesuai dengan pendapat
Farrell Jane (1990), bahwa olah raga dapat
‘menjaga kelancaran sirkulasi dan pemapasan,
‘meningkatkan Kekuatan tulang, menurunkan
lemak tubuh, mentrunkan tekanen darah,
meningkatkan toleransi glukosa, menambah
energi, mengurangi depresi, menurunkan
ketegangan dan memperbaiki self
image (Sumijatun dk, 2006). Olah Raga
yang cocok untuk lansia adalah jalan pagi,
senam jantung, senam khusus, senam
permapasan, yang penting jangan terlalu berat
atau berdampak terlalu capai, Hal ini terkait
dengan penyesuaian diri terhadap perubahan
fisik lansia yang harus dipertimbangkan,
karena perubahan kondisi fisil yang terjadi
pada lansia kearah yang memburuk, sehingga
‘kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan
Kemunduran tersebut (Hurlock, 1999).
Mendirikan kelompok lansia untuk satu
tujuan yang sama nempaknya akan sangat
membantu, sambil berolah raga dapat
melakukan kontak sosial dengan teman
sebaya, sehingga dapat saling bertukar
informasi, saling belajar dan saling bercanda.
Kontak sosial akan mendafangkan perasaan
senang yang tidak dapat dipenuhi bila ia
dalam keedaan sendirian, sebaliknya mati
sosial merupakan suatu keadaan yang sangat