Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG
Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di

seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian
anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi
di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Angka kematian untuk ensefalitis masih tinggi, berkisar antara 35-50%.
Penderita yang hidup 20-40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa yang
melibatkan sistem saraf pusat yang dapat mengenai kecerdasan, motoris,
psikiatrik, epilepsi, penglihatan atau pendengaran bahkan sampai sistem
kardiovaskuler. Bayi yang menderita ensefalitis mengalami penyulit dan akibat
sisa yang lebih berat. Disamping itu belum ada pengobatan yang spesifik untuk
ensefalitis. Pengobatan yang dilakukan selama ini bersifat nonspesifik dan empiris
yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan serta menopang setiap sistem
organ yang terserang.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta didapatkan
sebuah hasil bahwa dari 95 penderita ensefalitis karena infeksi virus. Dalam
penelitian yang menggunakan metode yang spesifik dan sensitive yaitu ELISA
diketemukan hanya 9 spesimen yang positif artinya ensefalitis disebabkan oleh
virus Japanese Encephalitis.
2.

RUMUSAN MASALAH
II.1

Definisi meningitis

II.2

Etiologi meningitis

II.3

Manifestasi klinis meningitis

II.4

Patofisiologi meningitis

II.5

Diagnosis meningitis

II.6

Pentalaksanaan menigitis

II.7

Komplikasi menigitis

II.8

Definisi Ensefalitis

II.9

Etiologi Ensefalitis

II.10 Manifestasi Klinis Ensefalitis


II.11 Patofisiologi Ensefalitis
II.12 Diagnosis Ensefalitis
II.13 Penatalkasanaan ensefalitis
II.14 Komplikasi Ensedfalitis
II.15 Pemecahan Kasus Skenario

3.

TUJUAN MASALAH
III.1

Untuk Mengetahui Definisi meningitis

III.2

Untuk Mengetahui Etiologi meningitis

III.3

Untuk Mengetahui Manifestasi klinis meningitis

III.4

Untuk Mengetahui Patofisiologi meningitis

III.5

Untuk Mengetahui Diagnosis meningitis

III.6

Untuk Mengetahui Pentalaksanaan menigitis

III.7

Untuk Mengetahui Komplikasi menigitis

III.8

Untuk Mengetahui Definisi Ensefalitis

III.9

Untuk Mengetahui Etiologi Ensefalitis

III.10 Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Ensefalitis


III.11 Untuk Mengetahui Patofisiologi Ensefalitis
III.12 Untuk Mengetahui Diagnosis Ensefalitis
III.13 Untuk Mengetahui Penatalkasanaan ensefalitis
III.14 Untuk Mengetahui Komplikasi Ensedfalitis
III.15 Untuk Mengetahui Pemecahan Kasus Skenario

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI MENIGITIS
Meningitis adalah inflamasi pada membrane yang menutupi central
nervous system, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada
arachnoid dan piameter). Meningitis dapat berkembang sebagai respon
dari berbagai kasus seperti agen infeksi, trauma, kanker atau
penyalhgunaan obat. Agen infeksi dapat berupa baketri, virus ricketsia,
protozoa dan jamur.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan
tulang nelakang sehingga menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran
bahkan kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara akut
dan kronis.
II.2 ETIOLOGI MENINGITIS
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,
virus, jamur, bakteri atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan
otak.
Penyebab infeksi dapat dikliasifikasikan atas:
1. Bakteri

Pneumococcus

Meningococcus

Haemophilus influenza

Staphylococcus

Escherichia coli

Salmonella

Mycobacterium tuberculosis

2. Virus

Entrovirus

3. Jamur

Cryptococcus neoformans

Coccidioides immitris

II.3 MANIFESTASI KLINIS MENINGITIS


Keluhan utama biasanya nyeri kepala rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk biasanya
disebabkan karena mngejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat
terjadi opistotonus yaitu, tenguk kaku dalam sikap kepala tengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun tanda kernigs
dan brudzinsky positif.

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si


penderita serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum
biasanya demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang.
Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan
kaku, gangguan kesadaran pengelihatan menjadi kurang jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat
rewel muncul bercak pada kulit tangisan lebih keras dan nadanya tinggi,
demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran, seperti
tangannya membuat gerakan tak beraturan.
Gejala meningitis meliputi :

Gejala infeksi akut


Panas

Nafsu makan tidak ada


Anak lesu

Gejala kenaikan intracranial


Kesadaran menurun
Kejang-kejang
Ubun-ubun besar menonjol

Gejala rangsangan meningeal


Kaki kuduk
Kerning
Brudzinky I dan II positif

II.4 PATOFISIOLOGI MENINGITIS


Agen penyebab

Infasi kesususnan saraf pusat melalui aliran darah

Bermigrasi kelapisan subarachnoid

Respon inflamasi di piametr, archnoid, cairan serebrospinal, dan


ventrikuler

Eksudat menyebar diseluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist
Selain adanya invasi bakteri, vitus, jamur maupun protozoa, port
dentry masuknya kuman juga bias melalui trauma tajam, prosedur oprasi
dan abses otak yang pecah. Penyebab lainnya adalah rhinorhea, otorhea

pada fraktur basis kraniI yang memungkinkan kontaknya cairan


cerebrospinal dengan lingkungan luar.
II.5 DIAGNOSIS MENINGITIS
Diagnosa kerja kearah meningitis dapat diperkirakan apabila
menemukan gejala dan tanda-tanda meningitis. Gejala dan infeksi dari
infeksi akut, peningkatan TIK dan rangsangan meningeal perlu
diperhatikan. Untuk mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes
laboraturium berupa tes darah dan cairan sumsum tulang belakang. Cairan
sumsum tulang belakang diambil dengan cara proses yang disebutlumbal
pungsi. Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan tulang belakang, pas
diatas pinggul. Jarum menyedot cairan sumsum tulang belakang. Tekanan
cairan sumsum tulang belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu
tinggi, sebagian cairan tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya
tidak terlalu menyakitkan. Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang
mengalami sakit kepala, yang dapat berlangsung beberapa hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Lumbal fumgsi:
Pemeriksaan LCS (warna, keruh, sel meningkat, dominant PMN, sel
meningkat)
Pemulasan gram
Kultur dan sensitivitas
2. EEG: perlambatan difus
3. Darah: leukosit, hitung jenis, elektrolit,
4. Radiologik: ct scan otak, cari focus infeksi, (rontgen kepala, rontgen
dada)
Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan lumbal fungsi dan
terdapatnya organisme atau antigennya dalam cairan cerebrospinal. Pada
cairan cerebrospinal didapatkan:
1. Warna opalesn atau keruh dapat terjadi pada hari pertama atau kedua
6

2. Jumlah sel meningkat lebih dari 100 sel/ml


3. Jenis sel terutama pmn
4. Kadar glukosa turun antara 0-20 mg/ml
5. Kadar protein meningkat tergantung lama sakit
6. Pada sedian gram bakteri (+) hampir pada kasus bila belum mendapat
pengobatan sebelumnya
7. Kadar asam laktat dan ph meningkat
8. Pada sediaan dengan metheylene blue (+)
II.6 PENATALAKSANAAN
Terapi bertujuan untuk memberantas penyebab infeksi disetai
perawatan intensif suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis.
Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikaan obat
sebagai berikut:
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meingokok
Ampicillin 12-18 gram iv dalam dosisi terbagi perhari selama minimal
10 hari atau hingga sembuh
2. Meningitis yang disebabkan haemophyus influnzae
Kombinasi ampicillin dan klorampenikol seperti diatas, kloramfenikol
disuntikkan iv 30 menit setelah ampicillin. Lama pengobatan minimal
10 hari. Bila pasien alergi terhadap penicillin berikan kloramfenikol
saja.
3. Meningitis yang disebabkan enterobactreriaciae
Sefotaksim 1-2 gram iv setiap 8 jam. Bila resisten terhadap sefotaksim,
berikan campuran trimetropim 80 gram dan sulfametoksazol 400 mg
per infuse 2x1 ampul per hari, selam minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan staphylococcus aureus yang resisten
terhadap penicillin
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram iv. Bila pasien alergi
terhadap penicillin, vankomisin 12 gram iv per hari dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologo tidak diketahui

Pada orang dewasa berikan ampicillin 12-18 gram iv dalam dosis


terabagi dikombinasi dengn kloramfenikol 4 gram per hari iv. Pada anak
ampicillin 400 mg/kg bb ditambah kloramfenikol 100 mg/kg bb/ hari iv.
Pada neonatus ampicillin 100-200 mg/kg bb disertai gentamsin 5
mg/kg bb/ hari. Bila setealh diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien
masih demam, cari sebab diantaranya:
Efusi subdural
Abses
Hidrosefalus
Empiema subdural
Trombosi dll
II.7 KOMPLIKASI
Komplikasi akut meningitis adalah kejang, pembentukan abses,
hidrosefalus, sekresi hormone antidiuretik yang tidak sesuai, dan syok
septic.
Manifestasi syok septic dengan koagulasi intravascular diseminata
dan perdarahan adrenal adalah komplikasi meningitis meningokal.
II.8 DEFINISI ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan
oleh virus atau mikro organisme lain. Secara klinis ensefalitis dapat
dijumpai

muncul

bersamaan

dengan

meningitis,

disebut

meningoensefalitis, dengan tanda dan gejala yang menunjukkan adanya


inflamasi pada meninges seperti kaku kuduk, nyeri kepala, atau fotofobia.
Penyakit ini terjadi pada 0.5 dari 100.000 penduduk, umumnya pada anakanak usia 2 bulan sampai 2 tahun, orang tua, dan individu yang mengalami
gangguan sistem imun

II.9 ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli,
M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut.
Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari
thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis
yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik.
Klasifikasi

encephalitis

berdasarkan

jenis

virus

serta

epidemiologinya ialah:
Ensefalitis Infeksi virus yang bersifat endemik
1. Golongan enterovirus :
a. Poliomyelitis,
b. virus Coxsackie,
c. virus ECHO.
2. Golongan virus Arbo :
a. Western equine encephalitis,
b. St. Louis encephalitis,
c. Eastern equine encephalitis,
d. Japanese B encephalitis,
e. Russian spring summer encephalitis,
f.

Murray valley encephalitis.

3. Ensefalitis Infeksi virus yang bersiat sporadik :


a. Ensefalitis rabies,
b. Ensefalitis Herpes simpleks,
c. Ensefalitis Herpes zoster,
d. Ensefalitis Limfogranuloma,

e. Ensefalitis Mumps,
f. Ensefalitis Lymphocytic choriomeningitis,
g. Dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum
jelas.
4. Encephalitis pasca-infeksi :
a. Ensefalitis pasca-morbili,
b. Ensefalitis pasca-varisela,
c. Ensefalitis pasca-rubela,
d. Ensefalitis pasca-vaksinia,
e. Dll
II.10 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis bervariasi sesuai dengan penyebabnya. Masa
prodomal berlangsung antara 1 - 4 hari ditandai dengan : demam, sakit
kepala, pusing, muntah nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas,
pucat, letargi. Tanda ensepalitis yang berat ringanya tergantung dari
distribusi dan luas lesi pada neuron.
Gejalanya berupa : gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan
perilaku, gangguan kesadaran dan kejang, kaku kuduk, koma, diplopia,
delirium, konfusi, kadang disertai tanda neurologia fokal berupa afasia,
hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisis saraf otak. Ruam kulit
kadang didapatkan pada beberapa tipe ensefalitis misalnya pada
enterovirus dan varisella zooster.
Pada kasus yang ringan ensefalitis gejalanya demam, sakit kepala,
tidak nafsu makan, kelemahan atau tanda sakit yang umum. Pada kasus
ensefalitis yang lebih parah, seseorang mengalami demam yang lebih
parah, sakit kepala yang lebih parah, mual dan muntah, kaku leher, ukuran
pupil yang berbeda, bingung, disorientasi, perubahan kepribadian, masalah
pada pendengaran dan ucapan, halusinasi, pandangan ganda, sulit
menggerakan tangan atau kaki, gerakan yang sulit, kesulitan berjalan,

10

kehilangan sensasi dari beberapa bagian tubuh, kehilangan memori,


mengantuk dan koma, kadang mengalami kejang.
Pada bayi lebih sulitdideteksi, tapi dari tanda yang ada sepeti
muntah, oedem, fontanela, menangis, tidak semuanya ada pada anak.
II.11 PATOFISIOLOGI ENEFALITIS
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran
cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan beberapa cara:
Setempat : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir

permukaan atau organ tertentu.


Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah
Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ

tersebut.
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di
Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam,

sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri


ekstremintas dan pucat .Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan
perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda
Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia,
Paralisis syaraf otak.

11

Virus / Bakteri

Mengenai CNS

Ensefalitis
TIK meningkat

Kejaringan Susunan Saraf Pusat

Muntah- muntah

Demam

Kerusakan- kerusakan susunan


Saraf Pusat

BB Turun

Gangguan Penglihatan
Gangguan Bicara
Gangguan Pendengaran
Kelemahan Gerak

Kejang Spastik
Resiko Contuaktur
Resiko Cedera

Gangguan Sensorik Motorik


II.12 DIAGNOSIS
1. Biakan:
o Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
o Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi),
akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika.

12

o Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang


positif
o Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar
protein atau glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas
listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya
kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses,
jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal,
tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal.

13

II.13 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum tidak spesifik. Tujuanya adalah
mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan napas tetap
terbuka,

pemberian

makanan

enteral

atau

parenteral,

menjaga

keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa darah.


Atasi kejang, Bila terdapat tanda peningkatan TIK dapat diberikan
manitol 0,5-2 g/kgBB iv dalam periode 8 12 jam.
Pada pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada
tenggorok, paralisis pita suara dan otot napas dilakukan drainase postural
dan aspirassi mekanis yang periodik. Pada ensefalitis herpes dapat
diberikan asiklovir 10 ng/kgBB/hari iv setiap 8 jam selama 10 14 hari.
Pengobatan yang dilakukan bersifat non-spesifik dan empiris yang
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan serta menopang setiap
sistem organ yang terserang. Obat yang biasanya digunakan adalah :
1. Fenobarbital 5-8 mg/Kg BB/24 jam untuk mencegah kejang
2. Diazepam 0,1-0,2 mg/Kg BB jika kejang-kejang sering / terus terjadi
3. Deksametason 0,5 mg/Kg BB/24 jam untuk mengurangi peradangan
4. Manitol 1,5-2,0 g/Kg BB selama 30-60 menit mengeluarkan oedema
otak/PTIK
5. Asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam jika ada ensefalitis herpes
II.14 KOMPLIKASI
Akibat akibat sisa yang melibatkan saraf pusat dapat mengenai
kecerdasan motoris, psikiatrik, epilatik, penglihatan atau pendengaran.
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak tergantung pada
etiologi penyakit dan usia penderita. Ensefalitis fetalis oleh rubella sangat
fatal, demikian pula infeksi virus sitomegalus akut generalitas disertai
ensefalitis.

14

II.15 PEMECAHAN KASUS


SKENARIO
Seorang wanita, 20 thn di bawa ke UGD karena sejak pagi tidak
dapat di bangunkan. Awalnya pasien menderita panas tinggi, sakit kepala
dan muntah sejak 5 hari yg lalu, sempat di bawa ke puskesmas tapi
belum ada perubahan. Mulai kemarin pasien terlihat mengantuk, dan pagi
ini mulai tidak sadar. Ketika di UGD pasien mengalami kejang 5 menit
setelah itu pasien tidak sadar. Dari heteroanamnesis diketahui sejak 1
tahun terakhir, penderita mengeluh sakit telinga dan keluar cairan kuning
kental yg di obati di mantri.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan : TD: 150/70 MmHg, N: 100,
Rr: 20, T: 40,5. Kesadaran GCS E1V1M1, kaku kuduk (+), Laseque
terbatas (+), Brudzinski I/II/III (+). Untuk menegakkan diagnosis dokter
melakukan pemeriksaan darah, CT Scan Kepala (+ kontras) dan lumbal
pungsi.
Anamnessa
Nama : Mss. X
Usia : 20 thn
KU : Sejak pagi tidak dapat dibangunkan
RPS :
Onset : Sejak Pagi
Kwalitas : Berat
Kwantitas : Berat
Kronologi : Awal panas, sakit kepala, muntah sejak 5 hari yg lalu ,
kejang 5 menit , kemarin terlihat mengantuk & tidak sadar hari
ini
RPD : 1 tahun yang lalu penderita menegluh sakit telinga dan keluar
cairan kuning
R.Pengobatan : Mantri dan puskesmas

15

P. Fisik

Kesadaran : GCS : E1V1M1 Koma

Vs :
- TD : 150/70 MmHg
-

N: 100/ Menit

RR: 20/Menit

T: 40,5 C/Menit

P.Neurologis :

Laseque +

Brudzinski I/II/III (+)

Kaku kuduk (+)

Definisi Meningitis
Meningitis adalah inflamasi pada membrane yang menutupi central
nervous system, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada
arachnoid dan piameter). Meningitis dapat berkembang sebagai respon
dari berbagai kasus seperti agen infeksi, trauma, kanker atau
penyalhgunaan obat. Agen infeksi dapat berupa baketri, virus ricketsia,
protozoa dan jamur.
Manifestasi Klinis Menigitis
Keluhan utama biasanya nyeri kepala rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk biasanya
disebabkan karena mngejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat
terjadi opistotonus yaitu, tenguk kaku dalam sikap kepala tengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun tanda kernigs
dan brudzinsky positif.

16

Diagnosis Menigitis
Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan lumbal fungsi dan
terdapatnya organisme atau antigennya dalam cairan cerebrospinal. Pada
cairan cerebrospinal didapatkan:

Warna opalesn atau keruh dapat terjadi pada hari pertama atau
kedua

Jumlah sel meningkat lebih dari 100 sel/ml

Jenis sel terutama pmn

Kadar glukosa turun antara 0-20 mg/ml

Kadar protein meningkat tergantung lama sakit

Pada sedian gram bakteri (+) hampir pada kasus bila belum
mendapat pengobatan sebelumnya

Kadar asam laktat dan ph meningkat

Pada sediaan dengan metheylene blue (+)

Definisi Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan
oleh virus atau mikro organisme lain. Secara klinis ensefalitis dapat
dijumpai

muncul

bersamaan

dengan

meningitis,

disebut

meningoensefalitis, dengan tanda dan gejala yang menunjukkan adanya


inflamasi pada meninges seperti kaku kuduk, nyeri kepala, atau
fotofobia.
Manifestasi Klinis Ensefalitis
Gejalanya berupa : gelisah, iritabel, screaming attack,
perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang, kaku kuduk, koma,
diplopia, delirium, konfusi, kadang disertai tanda neurologia fokal berupa
afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisis saraf otak. Ruam

17

kulit kadang didapatkan pada beberapa tipe ensefalitis misalnya pada


enterovirus dan varisella zooster.
Patofisiologi kasus
Kerusakan telinga
pada tulang
Mastoid/ atap
telinga tengah

Infeksi Telinga

Abses

Demam

Infeksi Selaput
Meningens

Duramater

Arakhnoid

Kejang

Penekanan pd
Formatio Retikularis

Penurunan
kesadaran

GCS E1 V1 M1

Potensial membran

Sub
Arakhnoid

Penyebaran
melalui LCS

Eksudat
menyumbat pd
Granula araknoid

Edema Cerebri

Mempengaruhi
Cortex Cerebri

Terjadi penekanan
pd Cortec Cerebri

TIK

Sakit
kepala
18

Muntah

TD

Pentalaksanaan Meningitis
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meingokok
a. Ampicillin 12-18 gram iv dalam dosisi terbagi perhari selama
minimal 10 hari atau hingga sembuh
2. Meningitis yang disebabkan haemophyus influnzae
a. Kombinasi ampicillin dan klorampenikol seperti diatas,
kloramfenikol disuntikkan iv 30 menit setelah ampicillin.
Lama pengobatan minimal 10 hari. Bila pasien alergi terhadap
penicillin berikan kloramfenikol saja.
3. Meningitis yang disebabkan enterobactreriaciae
a. Sefotaksim 1-2 gram iv setiap 8 jam. Bila resisten terhadap
sefotaksim, berikan campuran trimetropim 80 gram dan
sulfametoksazol 400 mg per infuse 2x1 ampul per hari, selam
minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan staphylococcus aureus yang
resisten terhadap penicillin
a. Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram iv. Bila pasien
alergi terhadap penicillin, vankomisin 12 gram iv per hari
dalam dosis terbagi.
Pada neonatus ampicillin 100-200 mg/kg bb disertai
gentamsin 5 mg/kg bb/ hari. Bila setealh diberi terapi yang tepat
selama 10 hari pasien masih demam, cari sebab diantaranya:
Efusi subdural
Abses
Hidrosefalus
Empiema subdural
Trombosi dll

19

Penatalaksanaan Ensefalitis
Pengobatan yang dilakukan bersifat non-spesifik dan
empiris yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan serta
menopang setiap sistem organ yang terserang. Obat yang biasanya
digunakan adalah :
a. Fenobarbital 5-8 mg/Kg BB/24 jam untuk mencegah kejang
b. Diazepam 0,1-0,2 mg/Kg BB jika kejang-kejang sering / terus
terjadi
c. Deksametason 0,5 mg/Kg BB/24 jam untuk mengurangi
peradangan
d. Manitol 1,5-2,0 g/Kg BB selama 30-60 menit mengeluarkan
oedema otak/PTIK
e. Asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam jika ada ensefalitis
herpes

20

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Meningitis

dapat

disebabkan

oleh

bakteri,

virus,

jamur,

mycobacterium dan protozoa. Infeksi bakteri neisseria meningitides lebih


banyak dijumpai pada penderita meningitis dewasa. Lanjut usia merupakan
kelompok usia yang rentan infeksi pneumoni dan biasanya disertai infeksi
streptococcus. Sedangkan haemophilus influenza adalah penyebab utama
meningitis pada anak-anak usia usia 3 bulan hingga 4 tahun
Ensefalitis merupakan adalah infeksi yang mengenai CNS yang
disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Secara
klinis ensefalitis dapat dijumpai muncul bersamaan dengan meningitis,
disebut meningoensefalitis.
Penyebab

dari

ensefalitis,

yaitu

dari

berbagai

macam

mikroorganisme. Akan tetapi penyebab encephalitis yang terpenting dan


tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang
otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik
Pengobatan pada ensefalitis, tidak hanya bersifat medikamentosa,
tetapi bersifat non medikamentosa juga.

21

DAFTAR PUSTAKA

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit.


Ed: 6. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Ed : 5. Jakarta: EGC.
Anonim. 2010. http://www.scribd.com/doc/22265214/pp-refrat-ensefalitis
Anonim.

2010.

http://www.docstoc.com/docs/19409600/new-meningitis-

edit/
Harsono., 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jogjakarta: UGM

22

Anda mungkin juga menyukai