Disusun oleh:
Loretta Nauli Simanjuntak A24070039
Galvan Yudistira A24070040
Indri Fariroh A24070043
Aditya Permana Samosir A24070044
Dosen pembimbing:
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS
Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS
Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc
1.2 Tujuan
Mencari dosis pupuk P yang tepat pada kedelai berbiji besar pada budidaya
kering dan jenuh air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai dengan Sistem Budidaya Jenuh Air
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat dan semakin menyusutnya lahan-
lahan subur di pulau Jawa akibat konversi ke lahan non pertanian merupakan
contoh kompleksnya permasalahan pertanian di Indonesia. Lahan pasang surut
merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan pertanian. Luas lahan
pasang surut di Indonesia sekitar 20,1 juta hektar, dan sekitar 9,53 juta hektar
berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Lahan pasang surut yang mempunyai
potensi tinggi untuk ditanami kedelai seluas 2,08 juta ha, sedangkan yang
berpotensi sedang seluas 1,33 juta ha.
Lahan pasang surut dibagi menjadi empat golongan menurut tipe luapan air
pasang, yaitu tipe A, lahan terluapi oleh pasang besar (pada waktu bulan purnama
maupun bulan mati), maupun oleh pasang kecil (pada waktu bulan separuh). tipe
B, lahan terluapi hanya oleh pasang besar saja. tipe C, lahan tidak terluapi oleh air
pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya cukup
dangkal, yaitu kurang dari 50 cm. Tipe D, lahan tidak terluapi oleh air pasang
besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya dalam, lebih dari 50
cm.
Permasalahan pengembangan kedelai di lahan pasang surut adalah tingginya
kadar pirit yang menyebabkan rendahnya pH tanah pada saat kondisi teroksidasi.
Kadar pirit yang tinggi menyebabkan produktivitas kedelai di lahan pasang surut
masih rendah hanya sekitar 800 kg/ ha. Rendahnya produktivitas tanaman di lahan
pasang surut disebabkan oleh tingginya kemasaman tanah, kelarutan unsur Fe, Al
dan Mn serta rendahnya ketersediaan unsur hara terutama P dan K. Oleh karena
itu perlu adanya usaha penurunan kadar pirit dan penambahan hara makro untuk
meningkatkan produktivitas kedelai di lahan pasang surut.
Adisarwanto (2000) berpendapat bahwa, genangan air sebenarnya merupakan
fenomena yang sering terjadi di lahan sawah, kelembaban tanah yang berlebihan
merupakan kendala dalam upaya meningkatkan produksi kedelai di lahan sawah.
Tanpa saluran drainase yang baik, kelembaban tanah menjadi tinggi dan
menyebabkan pertumbuhan tanaman kedelai menjadi tidak optimal, lingkungan
tanah jenuh air yang ekstrem akan mengakibatkan akar tanaman menjadi busuk
karena kekurangan oksigen sehingga penyerapan unsur hara terhambat dan
akhirnya tanaman tumbuh kerdil (Rodiah dan Sumarno,1993). Ada 2 (dua) istilah
yang dikenal sehubungan dengan masalah kelebihan air, yaitu tanah tergenang
(water logging) dan tanah jenuh air (saturated soil). Kondisi air yang menggenang
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1) bertambah lamanya periode
musim hujan, (2) kuantitas curah hujan yang cukup deras setelah tanam kedelai,
(3) sistem drainase yang belum optimal.
Jenuh air dalam beberapa waktu selama pertumbuhan kedelai dapat
menurunkan hasil sampai 15-20%, untuk menekan kondisi jenuh air berlarut-larut
maka perlu dilakukan suatu usaha penelitian untuk mengetahui tingkat toleransi
dan adaptasi kedelai. Budidaya Jenuh Air (BJA) sebagai alternatif telah dapat
memperbaiki pertumbuhan dan peningkatan produksi dibandingkan irigasi biasa
pada beberapa varietas kedelai (Hunter et.al., 1980; Nathanson et.al., 1984;
Troedson et.al., 1984; Sumarno, 1986). Dari hasil penelitian pengembangan
bertanam kedelai di tanah jenuh air dilaporkan bahwa dengan budidaya jenuh air
diperoleh peningkatan hasil biji kedelai mencapai 2,4 ton/ha (Sumarno,1986). Di
Australia hasil dari tiap petak percobaan mencapai hingga 5,0 – 8,0 ton/ha atau
rata-rata mengalami peningkatan sebesar 10–25% (Lawn et.al., 1984; Troedson
et.al., 1983). Sementara itu, di Thailand Tengah dengan sistem tumpang sari
kedelai jenuh air bersama padi, diperoleh produksi kedelai yang meningkat dari
2,0 ton/ha menjadi 4,0 ton/ha (Pookpadi, 1994).
Pengaruh negatif kondisi tanah jenuh air tersebut dapat dikurangi, salah satu
upaya adalah dengan membuat saluran drainase dan tinggi permukaan air di dalam
saluran drainase agar selalu tetap pada tingkatan tertentu. Hal ini terkait dengan
kapasitas tanaman kedelai untuk memperbaiki pertumbuhannya melalui proses
aklimatisasi.
Usaha penurunan kadar pirit di lahan pasang surut dapat dilakukan dengan cara
pengaturan tinggi muka air agar kondisi tanah lebih reduktif. Adanya “Teknologi
Budidaya Jenuh Air” memberikan peluang untuk menurunkan kadar pirit.
Penurunan kadar pirit juga dapat dilakukan melalui “Tanpa Olah Tanah” atau
“Pengolahan Tanah Ringan”, sehingga pirit tidak terangkat ke permukaan, serta
pemberian kapur dan pupuk kandang.
Σ Buku
Ul Tingg Bobot
Produktif Σ Buku Bobot
Perl an i Σ Σ Σ Polon Bobot Bobot
Kelompo Batan Batan Produk Brang
akua ga Tana Bintil Cab Polong g Tajuk Akar
k g g tif kasan
n n man Akar ang Total Total (g) (g)
Utam Caba Total (g)
ke- (cm) (g)
a ng
P0 13, 14,15 1 33,7 29,2 4,7 7,8 13,7 21,5 52,8 12,2 54,5 48,2 6,3
P1 4, 5, 6 1 49,8 22 5 9 16 25 55 18,5 60,5 55,8 4,67
P2 10, 11,12 1 53,9 26 3 10 8 17 47 11,5 79 73 6
P3 7, 8, 9 1 64,5 12,7 2,7 4,8 7,5 12,3 49,2 10 38,2 35,8 2
P4 1 ,2, 3 1 54,5 26 2 9 10 18 43 11,5 36,5 32,3 4,17
BAB V
KESIMPULAN
SARAN
- Saat praktikum hendaknya tepat dengan jam praktikum agar praktikum tidak
menunggu lama dan jam kuliah untuk selanjutnya tidak tergesa-gesa.
- Kesesuaian penyampaian informasi tentang morfologi kedelai hendaknya
disamakan agar praktikan tidak bingung dalam memahami penyampaian
informasi yang akan disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2001. Bertanam Kedelai di Tanah Jenuh Air (Opsi Innovative
Pengelolaan Air untuk Kedelai di Lahan Sawah Irrigasi). Buletin Palawija.
Jurnal Tinjauan Ilmiah Penelitian Tanaman Palawija. 1 (2) : 2001. 16 hal
Adisarwanto, T. dan Suhartina. 2000. Toleransi Kedelai terhadap Kondisi
Tanah Jenuh Air pada Berbagai Fase Pertumbuhan. Laporan Teknis Tahun
1999/2000. 10 hal
Ghulamahdi, M., F, Rumawas, J, Wiroadmojo dan J, Koswara. 1991. Pengaruh
Pemupukan Fosfor dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kedelai pada Budidaya Jenuh Air. Forum Pasca Sarjana. IPB
Bogor : 14 (1-2) : 25-34
http://bangkittani.com/.../kedelai-ditanam-dengan-sistem-budidaya-jenuh-air/ [19
Desember 2009]
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/biologi/pengaruh-bakteri-pelarut-fosfat
terhadap-produksi-tanaman-kedelai-glycine-max- [19 desember 2009]
www.pustaka-deptan.go.id [ 19 Desember 2009]
LAMPIRAN
1. Data Curah Hujan Harian Dramaga