Audit 5
Audit 5
Nama
: Ryan Al Rachmat
NIM
: 0102-26-81318-009
Prodi
Dosen
Program Pascasarjana
Ilmu Ekonomi-BKU Akuntansi
Universitas Sriwijaya
Palembang
2014
PERENCANAAN AUDIT
A. PENILAIAN RESIKO.
Perencanaan audit harus disusun dengan mempertimbangkan resiko yang dihadapi organisasi
yang akan diauditnya. Dalam hal ini, auditor internal harus memanfaatkan output dari hasil
penilaian resiko dalam perancangan program audit. Oleh karena itu, auditor perlu memahami
proses berikut alat yang digunakan dalam penilaian resiko tersebut.
Yang dimaksud dengan penilaian resiko adalah kegiatan identifikasi dan analisis terhadap resiko
yang relevan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi sebagai dasar untuk menentukan cara
pengelolaan resiko tersebut. Penilaian resiko tersebut penting untuk dilakukan sebab kondisi
perekonomian, industri, regulasi, dan operasional organisasi terus berubah, perubahan tersebut
meliputi:
1. Adanya regulasi yang baru pada bidang perpajakan, ketenaga-kerjaan, ekspor-import,
2. Masuknya kompetitor baru ke industri dimana perusahaan berada,
3. Kompetitor mengenalkan produk baru, dan
4. Penggunaan teknologi baru.
Lebih spesifik, dalam konteks audit keuangan, penilaian risiko berguna untuk menentukan resiko
audit. Resiko audit diartikan sebagai tingkat ketidakpastian tertentu yang dapat diterima auditor
dalam pelaksanaan auditnya, seperti ketidakpastian validitas dan reliabilitas bukti audit dan
ketidakpastian mengenai efektivitas pengendalian internal. Umumnya resiko tersebut sulit
diukur, sehingga perlu ketelitian dan kehati-hatian. Resiko audit terdiri atas resiko inheren/
bawaan, resiko pengendalian, dan pendeteksian.
1. Resiko Inheren
Resiko inheren berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan dalam segmen audit yang
melampaui batas toleransi sebelum memper-hitungkan faktor efektivitas pengendalian internal.
Resiko inheren adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material
dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal. Oleh karena itu bila risiko inheren tinggi,
maka auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan risiko inheren adalah sifat bidang
usaha organisasi, integritas manajemen, motivasi manajemen, hasil audit sebelumnya, hubungan
B. PERENCANAAN AUDIT
1. Fungsi Perencana Audit
Sebelum melaksanakan pekerjaan audit, terlebih dahulu auditor internal harus menyusun rencana
audit secara sistematis. Rencana audit tersebut berfungsi sebagai:
a. Pedoman pelaksanaan audit,
b. Dasar untuk menyusun anggaran,
c. Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen,
a. Systematic selection
Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan dengan audit yang
diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut dikembangkan dengan
mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang menunjukkan tingkat risiko yang tinggi
mendapat prioritas untuk dipilih.
b. Ad Hoc Audits
Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa operasi tidak selalu berjalan tepat
seperti yang direncanakan. Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor internal
untuk mengaudit bidang/ area fungsional tertentu yang dipandang bermasalah. Dengan demikian
manajemen dan dewan komisaris memilih auditee bagi auditor internal.
c. Auditee Requests
Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input dari auditor internal untuk
mengevaluasi kelayakan dan keefektifan pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap
operasi yang berada di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan permintaan
untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap harus mempertimbangkan risiko dan
prioritasnya.
5. Kegiatan Dalam Perencanaan Audit
Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit
Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai
akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki pengendalian manajemen.
Secara individual, tujuan audit internal dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) kategori
aktivitas audit.
b. Review atas file audit
Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan informasi dari file
audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal sifat operasi
sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan.
JENIS-JENIS PENGUJIAN
Dalam mengembangkan keseluruhan rencana audit, Auditor memiliki lima jenis
pengujian (testing) yang dapat digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko
salah saji material. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur audit lanjutan
yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang teridentifikasi.
transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan dalam jurnal
dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka tertentu
yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi rasio yang
dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio average
industry. Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
a. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
b. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci
Pengujian Terinci atas Saldo
Pengujian Terinci atas Saldo merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji
moneter (monetary misstatement) untuk menentukan apakah 9 balance-related audit objective
(tujuan audit terkait dengan saldo) telah terpenuhi. DTOB berfokus pada saldo akhir buku besar,
baik untuk neraca maupun laba-rugi, dengan penekanan utama pada angka-angka di neraca
saldo. Pengujian terinci atas saldo akhir tersebut penting dalam pelaksanaan audit, karena bahan
bukti diperoleh dari sumber yang independen dari klien sehingga dinilai berkualitas tinggi.
MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN
Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas
laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih
dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk ketersediaan kedelapan bukti,
biaya relatif untuk setiap pengujian, efektivitas pengendalian internal serta risiko bawaan. Hanya
dua faktor pertama yang akan dibahas lebih lanjut karena dua sisanya telah dibahas pada bab
sebelumnya.
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan jenis bukti audit
(konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya)
satu pengecualian.
Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas transaksi
ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan saldo akun ketika melakukan
pengujian atas perincian saldo.
Biaya-Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk mendapatkan
bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk dipertimbangkan. Jenis pengujian yang
disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya dari yang terendah sampai ke yang
tertinggi:
Prosedur analitis
Prosedur penilaian resiko termasuk prosedur untuk mendapat pemahaman atas pengendalian
internal.
Pengujian pengendalian.
Pengujian substantif transaksi.
Pengujian terperinci saldo.
Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah sedangkan
prosedur penilian resiko tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat dengan
mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analitis.
Namun demikian pengujian pengendalian juga lebih mahal dibandingkan dengan prosedur
penilaian resiko karena lebih luas daripada pengujian yang dihariskan utuk mendapatkan bukti
bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pengendalian
internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Pengujian substantif transaksi lebih mahal
dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatlkan pengerjaan ulang, karena
yang sebelumnya sering kali melibatkan penghitungan ulang dan penelusuran. Pengujian
terperinci saldo hampir selalu lebih mahal dibandingkan dengan jenis prosedur lainnya karena
biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan penghitungan persediaan
hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi itu, auditor harus melakukan pengujian
pengendalian untukmendapatkan bukti yang mendukung tingkat resiko pengendalian yang dinilai
berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan yang terpengaruhi.
Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan
mengurangi pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas
pengendalian. Dalam audit atas sesuatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan
komputer (pengendalian otomatis) harus diuji auditor jika auditor menganggapnya sebagai
pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor
mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian
yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten kecuali jika
programnya diubah.
Bukti Gabungan
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dalam memadai untuk menghadapi resiko-resiko
yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian resiko, auditor menggunakan kombinasi antara
keempat jenis pengujian lainnya.
Analisis audit 1
Klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan
resiko bawaan rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan
sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian subtanstif
lainnya. Hal ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo
diminimalkan. Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dala audit
terintegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan perusahaan publik.
Analisi audit 2
Perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberapa resiko bawaan.
Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang,
kecuali untuk prosedur analitis substantif yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas.
Lebih banyak pengujian yang luas yang akan dibutuhka jika resiko bawaan yang khusus
ditemukan.
Analisi audit 3
Perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan
beberapa resiko bawaan yang signifikan. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif,
kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Tidak ada
pengujian atas pengendalian yang dilakukan karena bergantung pada pengendalian internal tidak
tepat ketika pengendaliannya tidak efektif untuk suatu perusahaan non publik. Auditor
menekankan pada pengujian terperinci saldo dan pengujian substantif transaksi, namun beberapa
prosedur analitis substantif juga dilakukan. Jika auditor sudah memperkirakan akan menemukan
salah saji material dalam saldo akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak murah karena
jumlah pengujian substantif yang lebih terperinci.
Analisi audit 4
Rencana awal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2.
Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan salah saji
yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif.
Sehingga, auditor menyimplkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian
terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak dapat
diterima.
Perancangan Program Audit
Perancangan program audit untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan yang
berkaitan dengan transaksi. Auditor juga merancang audit untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Program audit berisi prosedur penilaian resiko
yang dilaksanakan selama tahap perencanaan, program audit bagi kebanyakan audit juga
dirancang dalam tiga bagian tambahan: pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, prosedur analitis substansif, dan pengujian rincian saldo.
a. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi biasanya
meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian
internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko. Auditor
menggunakan
informasi
ini
untuk
mengembangkan
program
audit
pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Prosedur audit tersebut meliputi
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, yang bervariasi
tergantung pada penilaian risiko pengendalian. Apabila pengendalian sudah efektif dan
risiko pengendalian dinilai rendah, auditor sangat menekankan pada pengujian
pengendalian. Jika risiko pengendalian dinilai maksimum, hanya pengujian substantif
atas transaksi yang akan digunakan, dengan asumsi audit itu dilakukan atas perusahaan
nonpublik.
Prosedur Audit
Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi risiko pengendalian
yang diperkirakan
1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi
yang diuji.
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian bawah maksimum.
4. Merancang pengujian substantif atas transaksi yang tepat dengan mempertimbangkan
defisiensi dalam pengendalian internal
b. Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilaksanakan selama pengujian substantif, seperti audit piutang usaha,
biasanya lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai bagian dari
perencanaan. Selama tahap perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi persentasi marjin
kotor untuk total penjualan, sementara selama pengujian substantif atas piutang usaha,
auditor mengkalkulasi
presentase marjin kotor per bulan atau per lini bisnis, atau
keduanya.
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha
2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren piutang
usaha.
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.
6. Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo.
REVIEW JURNAL
1. The Impact of Management Integrity on Audit Planning and Evidence
This study uses archival data from 60 audits conducted by a Big 5 accounting frm to
examine the association between the external auditors assessment of management
integrity, and the auditors assessment of misstatement risk, audit planning and the
discovery of fnancial statement misstatements. Prior archival research provides mixed
support for the linkage between risk assessments and audit-related judgments (Mock and
Wright 1993, 1999). Our study is a
more direct test than prior archival studies because we use data taken directly from the
working papers, employ a key internal control characteristic (i.e. management integrity) and
1
focus on a combined measure of audit risk. We also go a step further than prior archival
research by linking the management integrity assessment through the audit process to the
discovery of fnancial statement misstatements
The linkage of an auditors assessment of management integrity to auditor assessed
misstatement risk (MR), audit planning and to misstatement detection is important for three
reasons :
First, management integrity is a key determinant of the clients risk structure.
Second, auditors rely on management to provide a great deal of evidence during the
course of the audit.
Finally, the recent enactment of Sarbanes-Oxley and related section 404 requirement
that auditors evaluate and report on client internal controls increase the need for us to
understand the linkages between management integrity and audit risk and evidence
even more important.
Based on the audit risk model we hypothesize that the auditors assessment of management
integrity directly impacts the auditors assessment of misstatement risk (MR). Misstatement
risk is the combination of inherent (IR) and control risk (CR). We do not attempt to separate
2
IR and CR as management integrity is expected to influence both.
After establishing a link
between management integrity and MR, we extend further to see if management integrity
impacts audit planning
Hypothesize
Management integrity and Risk Assessments
H1:The auditors assessment of management integrity will be negatively related to the
misstatement risk assessment.
Audit Planning
H2 n: The auditors assessment of management integrity will be negatively related to the
nature
of audit procedures.
H2 t: The auditors assessment of management integrity will be negatively related to the
timing of audit procedures.
H2 e: The auditors assessment of management integrity will be negatively related to the
extent of audit procedures
Source Credibility
H3 n: The auditors assessment of management integrity will be negatively related to the
nature
of audit procedures incremental to the misstatement risk assessment.
H3 t: The auditors assessment of management integrity will be negatively related to the
timing of audit procedures incremental to the misstatement risk assessment.
is predicted
that, when the auditor
is concerned that the source
may be
motivated to provide evidence which is favorable to the client and the evidence
provided is not easily verifable, the auditor will be sensitive to the integrity of the
source of evidence. This will be the case both when the source is an external
party and when the source is client management.
Thus, the following hypotheses
are advanced:
HI: When auditors receive evidence that is favorable to the client from an
external source acting for the client, auditors will be more (less) willing
to rely
on that evidence when the external party has a high (low) level of integrity.
H2: When auditors receive evidence that is fa vorable to the client from client
manage ment, auditors will be more (less) willing to rely on that evidence when
client man agement has a high (low) level of integrity
H3: When auditors receive evidence that is fa vorable to the client from an external
source acting for the client, auditors will be more (less) willing to rely on that
evidence when it is consistent (inconsistent) with evidence obtained from
within the client.
H4: When auditors receive evidence that is favorable to the client from client
man agement, auditors will be more (less) will ing to rely on that evidence when
it is consistent (inconsistent) with other evi dence obtained from within the
client.
H5: When auditors receive evidence
that is favorable to the client from an
external source acting for the client, source integ rity will have a greater effect on
auditors' judgments
when the evidence
is incon sistent with other evidence
obtained from within the client than when the evidence pieces are consistent.
H6: When auditors receive evidence that is fa vorable to the client from client
manage ment, management
integrity will have a greater effect on auditors'
judgments when the evidence is inconsistent with other evi dence obtained from
within the client than when the evidence pieces are consistent
The results suggest that auditors are sensi tive both to the integrity of an
external party and to the integrity of client management. The study also found that
auditors are more willing to rely on evidence from an external party when that
evidence is consistent with evidence ob tained from within the client. A signifcant
in teraction between source integrity and consis tency of evidence in Scenario One
suggests that auditors are more concerned with source integ rity when evidence is
inconsistent with other evidence from a different source. Neither the consistency
factor nor the interaction was found to be significant in Scenario Two and further
research is needed to determine the reasons for this result.
There are a number of limitations of the study that should be borne in
mind. Results should be interpreted in light of possible design weaknesses, In spite of
its limitations, the study extends our understanding
of the importance of source
credibility in auditing by examining the integ rity of the source. It provides further
evidence on auditors'
sensitivity to client integrity. The research also provides
insights into the effect of consistency of evidence from different sources and the
interaction
between
this factor and source integrity. The results suggest that the
relationship between the factors is a complex one and appears to be influenced by
the impact of the judgment
on audit risk and the percei ved independence
of the
sources. This has practical implications for the development of decision support aids
and expert systems concerning evi dence evaluation.
In addition to those stemming from the limitations of the study. the findings
provide a number
of opportunities
for further
research. Rebele et al. (J 988)
suggest that auditors may be more sensitive to source expertise than to source
independence. Future studies could ex amine the relative importance of expertise,
in dependence
and integrity as different dimen sions of source reliability.'? Other
attributes
studied
of evidence
REFERENCES
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat
Goodwin, Jenny. The Effect of Source Integrity and Consistency of Evidence on Auditors
Judgement. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 18, No. 2, pp 1-16. Tersedia
dari URL: www.search.proquest.com diakses 20 September 2014
Sirajudin, B. 2012. Pengaruh Pertimbangan Profesional. Integritas Manajemen, Kepemilikan
Publik Versus Terbatas dan Kondisi Keuangan Terhadap Kelayakan Bukti Audit pada
KAP di Kota Palembang. Forum Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 2, No. 1, pp. 24-38.
Tersedia dari URL: www.eprint.mdp.ac.id diakses 21 September 2014
Sneathen, l. D. Jr., Kizirian, T., Mayhew, B. W. 2005. The Impact of Management Integrity on
Audit Planning and Evidence. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 24, No. 2,
pp. 49-67. Tersedia dari URL: www.aaahq.org diakses 20 September 2014