Anda di halaman 1dari 2

Mikroalga sebagai sumber bahan bakar cair

JAKARTA -- Tiap empat bulan sekali, Dwi Susilaningsih pergi ke Batam. Tujuannya bukan
melancong ke kota yang jaraknya hanya setengah jam perjalanan dari Singapura itu. Setiap
pulang dari kota itu, bukan tas penuh barang bermerek yang dibawanya, melainkan botolbotol berisi air laut.
Perempuan kelahiran Blora ini tengah melakukan sensus biodiversitas mikroalga di perairan
Batam. Kegiatan ini mengharuskannya bolak-balik ke Batam. "Dari Januari sampai Maret
saja saya sudah dua kali ke sana untuk mengambil sampel air laut," katanya. Air laut dari
pantai Batam memang berbeda dengan pantai lainnya. Pasalnya, hampir setiap hari perairan
Batam dilintasi kapal tanker pengangkut minyak. Letaknya, yang berada di Selat Malaka,
membuat perairan kota pulau ini sering tercemar minyak mentah yang tumpah. Lalu lintas
kapal minyak inilah yang membuat peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia itu memilih Batam sebagai lokasi risetnya. "Pantai tercemar adalah
tempat ideal untuk mengisolasi mikroalga," kata Dwi. "Sebab, saya mencari mikroba yang
menghasilkan senyawa hidrokarbon atau mendegradasinya," ujarnya.
Mikroalga adalah bentuk tumbuhan yang paling primitif. Orang awam lebih mengenalnya
sebagai fitoplankton, sumber pakan ikan. Tapi ada jenis mikroalga yang bisa menghasilkan
hidrokarbon sebagai produk fotosintesisnya. Jenis mikroalga inilah yang dicari doktor lulusan
Osaka University itu. Mikroalga penghasil hidrokarbon ini ditengarai merupakan agen
sumber energi yang belum banyak digali dan dimanfaatkan. Soalnya, lewat proses
biofotolisis ataupun fermentasi, mikroalga mampu menghasilkan energi hidrogen. Gas ini
mudah dikonversi menjadi panas, listrik, ataupun bahan bakar tanpa menyisakan senyawa
beracun, sehingga aman dan ramah lingkungan.
Mikroalga tertentu, seperti Botryococcus sp., mampu menghasilkan hidrokarbon dengan
rantai C23-C40, misalnya n-alkadiens dan n-alkenes. Kemampuan ini membuat Botryococcus
amat potensial sebagai sumber bahan bakar cair terbarukan, menggantikan bahan bakar
minyak fosil, seperti minyak bumi, gas, dan batu bara. "Dengan menghasilkan senyawa
hidrokarbon jenis alkene, mikroalga dapat dijadikan pilihan sumber energi masa depan," kata
perempuan berputra dua ini. Pada saat krisis energi mengancam Indonesia sekarang ini,
lembaga penelitian di Indonesia, termasuk Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, memang tengah mencari sumber energi baru. Salah satunya
mengembangkan bioenergi, terutama biohidrogen yang bersumber dari mikroalga perairan air
tawar ataupun laut. Mikroalga yang terkenal sebagai penghasil hidrokarbon, sumber biodiesel
ini, adalah diatom, cocolith, dan chlorofita, seperti Botryococcus braunii.
Dwi melakukan penelitian sejak 1993. Sedangkan riset mencari senyawa berguna dari jasad
renik ini dilakukan mulai 1997. "Saya mulai meneliti mikroalga penghasil energi ini di Osaka
University, dengan bantuan dana riset dari TORAY dan pemerintah," katanya. Riset Dwi
adalah mengkultur mikroalga unggulan dan mengekstraknya untuk diambil senyawa
hidrokarbonnya, melalui proses kultivasi, pemanenan, ekstraksi, dan polimerasi.
Penelitiannya butuh waktu tiga tahun untuk menuntaskan. "Pengujiannya lama," katanya. "Ini
problemnya karena screening mikroalga tidak semudah bakteri."
Dwi yakin sebagai negara tropis-maritim, Indonesia kaya akan sumber daya hayati
mikroalga. "Sampai saat ini saya sudah memperoleh 100 jenis mikroalga," kata Dwi. "Sekitar

20 jenis sudah positif kandidat mikroalga penghasil hidrokarbon." Dwi berharap hasil
penelitiannya ini dapat mengatasi masalah energi, apalagi mikroalga belum banyak
dimanfaatkan di Indonesia padahal potensinya sangat besar. Tidak saja industri farmasi, tapi
juga makanan, perikanan, peternakan, dan lain-lain. "Bisa juga untuk mengatasi gizi buruk
karena di Jepang Chlorella dan Spirulina sudah dimanfaatkan," ujar perempuan kelahiran 28
Oktober 1968 itu.
Sel mikroalga mengandung protein, asam lemak tak jenuh, pigmen, dan vitamin tinggi
sehingga dapat dijadikan suplemen pangan bergizi tinggi. "Perlu penelitian sebanyak
mungkin untuk membuka rahasia manfaat mikroalga bagi kepentingan manusia," kata Dwi

Anda mungkin juga menyukai