Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi bintang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Dalam astronomi, klasifikasi bintang adalah peng-klasifikasian bintangbintang berdasarkan kuat beberapa garis serapan pada pola spektrum, dan
besarnyaluminositas. Kuat garis serapan, khususnya garis-garis
serapan atom hidrogen, diperoleh dari analisis pola spektrum bintang yang didapatkan
dari pengamatanspektroskopi. Garis-garis serapan tertentu hanya dapat diamati pada
satu rentang temperatur tertentu karena hanya pada rentang temperatur tersebut
terdapatpopulasi signifikan dari tingkat energi atom yang terkait. Pemeriksaan kuat
garis-garis serapan ini pada akhirnya dapat memberikan informasi mengenai
temperatur permukaan. Informasi luminositas dapat diperoleh dari
pengamatan fotometri.

Sejarah awal[sunting | sunting sumber]


Fraunhofer pada 1814, mencatat dan memetakan sejumlah garis-garis gelap dalam
spektrum Matahari jika cahayanya dilewatkan pada suatu prisma. Garis-garis ini
kemudian disebut sebagai garis-garis Fraunhofer. Kirchhoff dan Bunsen kemudian
manemukan bahwa seperangkat garis-garis tersebut berhubungan dengan
suatu elemen kimia yang berada di lapisan atas matahari. Fraunhofer juga menemukan
bahwa bintang-bintang lain juga memiliki spektrum seperti Matahari, tetapi dengan pola
garis-garis gelap yang berbeda.
Pada 1867, Angelo Secchi, seorang astronom Yesuit, melakukan penyelidikan terhadap
sekitar 4000 spektrum bintang hasil pengamatan yang dilakukannya menggunakan
prisma obyektif. Hanya dengan menggunakan mata, Secchi menggolongkan bintangbintang tersebut ke dalam tiga kelas. Bintang dengan garis-garis serapan sangat kuat
dari atom hidrogen digolongkan sebagai tipe I berwarna putih, bintang dengan garisgaris serapan sangat kuat dari ion logam digolongkan sebagai tipe II berwarna kuning,
dan bintang dengan pita-pita serapan lebar digolongkan sebagai tipe III berwarna
merah. Setahun kemudian Secchi memasukkan beberapa bintang yang memiliki garisgaris serapan dengan pola yang aneh, jarang ada, mirip tetapi tidak terlalu sama
dengan pola tipe III, dan menggolongkannya sebagai tipe IV.
Pemakaian fotografi dalam astronomi membuka kesempatan lebih luas dalam
mempelajari spektrum bintang. Pada tahun 1886, Edward Charles Pickering memulai
penyelidikan spektrum bintang secara fotografi dengan prisma obyektif
di Observatorium Harvard, Amerika Serikat. Berdasarkan pekerjaan awal Secchi, para
astronom di Harvard meng-klasifikasikan bintang berdasarkan kuat garis-garis serapan
pada deret Balmer dari hidrogen netral (H I), memperluas penggolongan dan
menamakan kembali penggolongan dengan huruf A, B, C dan seterusnya hingga P,
dimana bintang kelas A memiliki garis serapan atom hidrogen paling kuat, B terkuat
berikutnya dan seterusnya.

Klasifikasi Harvard (kelas spektrum)[sunting | sunting sumber]


Asisten-asisten Pickering, Williamina Fleming, Annie Jump Cannon, Antonia Maury,
dan Henrietta Swan Leavitt kemudian memulai sebuah proyek skala besar
pengklasifikasian spektrum bintang. Antara 1911 dan 1949, 400.000 bintang didaftarkan
ke dalam katalog Henry Draper (dinamai menurut sang penyandang dana dan perintis
penelitian spektroskopi fotografi Amerika, Henry Draper). Para gadis Harvard ini,
khususnya Cannon dan Maury, kemudian menyadari adanya sebuah keteraturan dalam
semua garis-garis spektral (tidak hanya hidrogen) jika penggolongan bintang-bintang
tersebut diurutkan menjadi O, B, A, F, G, K, M. Kelas lainnya dihilangkan karena
ditemukan bahwa beberapa di antaranya sebenarnya merupakan kelas yang sama.

Untuk mengingat urutan penggolongan ini biasanya


digunakan kalimat "Oh Be A Fine Girl Kiss Me". Dengan kualitas spektrogram yang
lebih baik memungkinkan penggolongan ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh
sebuah angka arab (0 hingga 9) yang mengikuti huruf.
Pada mulanya urutan pola spektrum ini diduga karena perbedaan
susunan kimia atmosfer bintang. Tetapi kemudian disadari bahwa urutan tersebut
sebenarnya merupakan urutan temperatur permukaan bintang, setelah pada
tahun 1925, Cecilia Payne-Gaposchkin berhasil membuktikan hubungan tersebut.
Bintang-bintang kelas O, B, dan A seringkali disebut sebagai kelas awal, sementara K
dan M disebut sebagai kelas akhir. Sebutan ini muncul di awal-awal abad 20, karena A
dan B terletak di awal urutan alfabet, sementara K dan M di akhir, tetapi kemudian
berkembang teori bahwa bintang mengawali hidup mereka sebagai bintang kelas awal
yang sangat panas dan secara gradual mendingin menjadi bintang kelas akhir. Teori
ini sama sekali salah (lihat : evolusi bintang).
Berikut ini adalah daftar kelas bintang dari yang paling panas hingga yang paling dingin
(dengan massa, radius dan luminositas dalam satuan Matahari) : [1]
Kelas

Temperatur

Warna Bintang Massa Radius Luminositas Garis-garis Hidrogen

30,000 - 60,000 K Biru

60

15

1,400,000

Lemah

10,000 - 30,000 K Biru-putih

18

20,000

Menengah

7,500 - 10,000 K

Putih

3.2

2.5

80

Kuat

6,000 - 7,500 K

Kuning-putih

1.7

1.3

Menengah

5,000 - 6,000 K

Kuning

1.1

1.1

1.2

Lemah

3,500 - 5,000 K

Jingga

0.8

0.9

0.4

Sangat lemah

2,000 - 3,500 K

Merah

0.3

0.4

0.04

Hampir tidak terlihat

Di bawah ini disajikan ciri-ciri dari tiap kelas. Harap diingat bahwa ciri-ciri ini terutama
mendasarkan diri pada penampakan garis-garis serapan pola spektrumnya (bukan
pada warna atau temperatur-efektifnya). Akan sangat membantu jika dapat
memahami diagram Hertzsprung-Russel atau diagram HR terlebih dahulu.

Kelas O[sunting | sunting sumber]


Bintang kelas O adalah bintang yang paling panas, temperatur permukaannya lebih dari
25.000 Kelvin. Bintang deret utama kelas O merupakan bintang yang nampak paling
biru, walaupun sebenarnya kebanyakan energinya dipancarkan pada panjang
gelombang ungu dan ultraungu. Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat
berasal dari atom Helium yang terionisasi 1 kali (He II) dan karbon yang terionisasi dua
kali (C III). Garis-garis serapan dari ion lain juga terlihat, di antaranya yang berasal dari
ion-ion oksigen, nitrogen, dan silikon. Garis-garis Balmer Hidrogen (hidrogen netral)
tidak tampak karena hampir seluruh atom hidrogen berada dalam keadaan terionisasi.
Bintang deret utama kelas O sebenarnya adalah bintang paling jarang di antara bintang

deret utama lainnya (perbandingannya kira-kira 1 bintang kelas O di antara 32.000


bintang deret utama). Namun karena paling terang, maka tidak terlalu sulit untuk
menemukannya. Bintang kelas O bersinar dengan energi 1 juta kali energi yang
dihasilkan Matahari. Karena begitu masif, bintang kelas O membakar bahan bakar
hidrogennya dengan sangat cepat, sehingga merupakan jenis bintang yang pertama
kali meninggalkan deret utama (lihat Diagram Hertzsprung-Russell).
Contoh : Zeta Puppis

Spektrum dari bintang kelas O5V

Kelas B[sunting | sunting sumber]


Bintang kelas B adalah bintang yang cukup panas dengan temperatur permukaan
antara 11.000 hingga 25.000 Kelvin dan berwarna putih-biru. Dalam pola spektrumnya
garis-garis serapan terkuat berasal dari atom Helium yang netral. Garis-garis Balmer
untuk Hidrogen (hidrogen netral) nampak lebih kuat dibandingkan bintang kelas O.
Bintang kelas O dan B memiliki umur yang sangat pendek, sehingga tidak sempat
bergerak jauh dari daerah dimana mereka dibentuk, dan karena itu cenderung
berkumpul bersama dalam sebuah asosiasi OB. Dari seluruh populasi bintang deret
utama terdapat sekitar 0,13 % bintang kelas B.
Contoh : Rigel, Spica

Spektrum dari bintang kelas B2II

Kelas A[sunting | sunting sumber]


Bintang kelas A memiliki temperatur permukaan antara 7.500 hingga 11.000 Kelvin dan
berwarna putih. Karena tidak terlalu panas maka atom-atom hidrogen di dalam
atmosfernya berada dalam keadaan netral sehingga garis-garis Balmer akan terlihat
paling kuat pada kelas ini. Beberapa garis serapan logam terionisasi, seperti
magnesium, silikon, besi dan kalsium yang terionisasi satu kali (Mg II, Si II, Fe II dan Ca
II) juga tampak dalam pola spektrumnya. Bintang kelas A kira-kira hanya 0.63% dari
seluruh populasi bintang deret utama.
Contoh : Vega, Sirius

Spektrum dari bintang kelas A2I

Kelas F[sunting | sunting sumber]


Bintang kelas F memiliki temperatur permukaan 6000 hingga 7500 Kelvin, berwarna
putih-kuning. Spektrumnya memiliki pola garis-garis Balmer yang lebih lemah daripada
bintang kelas A. Beberapa garis serapan logam terionisasi, seperti Fe II dan Ca II dan
logam netral seperti besi netral (Fe I) mulai tampak. Bintang kelas F kira-kira 3,1% dari
seluruh populasi bintang deret utama.

Contoh : Canopus, Procyon

Spektrum dari bintang kelas F2III

Kelas G[sunting | sunting sumber]


Bintang kelas G mungkin adalah yang paling banyak dipelajari karena Matahari adalah
bintang kelas ini. Bintang kelas G memiliki temperatur permukaan antara 5000 hingga
6000 Kelvin dan berwarna kuning. Garis-garis Balmer pada bintang kelas ini lebih
lemah daripada bintang kelas F, tetapi garis-garis ion logam dan logam netral semakin
menguat. Profil spektrum paling terkenal dari kelas ini adalah profil garis-garis
Fraunhofer. Bintang kelas G adalah sekitar 8% dari seluruh populasi bintang deret
utama.
Contoh : Matahari, Capella, Alpha Centauri A

Spektrum dari bintang kelas G5III

Kelas K[sunting | sunting sumber]


Bintang kelas K berwarna jingga memiliki temperatur sedikit lebih dingin daripada
bintang sekelas Matahari, yaitu antara 3500 hingga 5000 Kelvin. Alpha Centauri B
adalah bintang deret utama kelas ini. Beberapa bintang kelas K adalah raksasa dan
maharaksasa, seperti misalnya Arcturus. Bintang kelas K memiliki garis-garis Balmer
yang sangat lemah. Garis-garis logam netral tampak lebih kuat daripada bintang kelas
G. Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) mulai tampak. Bintang kelas K adalah
sekitar 13% dari seluruh populasi bintang deret utama.
Contoh : Alpha Centauri B, Arcturus, Aldebaran

Spektrum dari bintang kelas K4III

Kelas M[sunting | sunting sumber]


Bintang kelas M adalah bintang dengan populasi paling banyak. Bintang ini berwarna
merah dengan temperatur permukaan lebih rendah daripada 3500 Kelvin. Semuakatai
merah adalah bintang kelas ini. Proxima Centauri adalah salah satu contoh bintang
deret utama kelas M. Kebanyakan bintang yang berada dalam fase raksasa dan
maharaksasa, seperti Antares dan Betelgeuse merupakan kelas ini. Garis-garis serapan
di dalam spektrum bintang kelas M terutama berasal dari logam netral. Garis-garis
Balmer hampir tidak tampak. Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) sangat jelas
terlihat. Bintang kelas M adalah sekitar 78% dari seluruh populasi bintang deret utama.
Contoh : Proxima Centauri, Antares, Betelgeuse

Spektrum dari bintang kelas M0III

Spektrum dari bintang kelas M6V

Klasifikasi Yerkes (kelas luminositas)[sunting | sunting sumber]


Klasifikasi Yerkes, disebut juga sebagai klasifikasi MKK dari inisial para
pengembangnya pada tahun 1943, yaitu William Wilson Morgan, Phillip C.
Keenan danEdith Kellman dari Observatorium Yerkes.
Klasifikasi ini mendasarkan diri pada ketajaman garis-garis spektrum yang sensitif
pada gravitasi permukaan bintang. Gravitasi permukaan berhubungan
denganluminositas yang merupakan fungsi dari radius bintang.
Klasifikasi Yerkes atau kelas luminositas membagi bintang-bintang ke dalam kelas
berikut :

0 maha maha raksasa (hypergiants) (penambahan yang dilakukan belakangan)

I maharaksasa (supergiants)

Ia maharaksasa terang

Iab kelas antara maharaksasa terang dan yang kurang terang

Ib maharaksasa kurang terang

II raksasa terang (bright giants)

III raksasa (giants)

IV sub-raksasa (subgiants)

V deret utama atau katai (main sequence atau dwarf)

VI sub-katai (subdwarfs)

VII katai putih (white dwarfs)

Penyebutan kelas sebuah bintang[sunting | sunting sumber]


Klasifikasi Yerkes yang menyatakan luminositas dan radius sebuah bintang, melengkapi
klasifikasi Harvard yang menyatakan temperatur permukaan. Kelas sebuah bintang
biasanya dinyatakan dalam dua klasifikasi ini. Dengan demikian kelas sebuah bintang
menjadi 'dua dimensi' yang memberikan gambaran letaknya di dalam diagram HR dan
selanjutnya dapat memberikan gambaran tahap evolusi bintang tersebut. Sebagai

contoh, Matahari adalah bintang dengan kelas G2V, yang berarti merupakan bintang
dengan temperatur permukaan sekitar 6000 Kelvin dan merupakan bintang katai yang
sedang melakukan pembangkitan energi dari pembakaran hidrogen. Sebagai contoh
lainnya, Betelgeuse merupakan bintang dengan kelas M2Iab, yang berarti bintang yang
yang sudah ber-evolusi dari bintang katai menjadi maharaksasa di pojok kanan atas
diagram HR.

Anda mungkin juga menyukai