Dalam astronomi, klasifikasi bintang adalah peng-klasifikasian bintangbintang berdasarkan kuat beberapa garis serapan pada pola spektrum, dan
besarnyaluminositas. Kuat garis serapan, khususnya garis-garis
serapan atom hidrogen, diperoleh dari analisis pola spektrum bintang yang didapatkan
dari pengamatanspektroskopi. Garis-garis serapan tertentu hanya dapat diamati pada
satu rentang temperatur tertentu karena hanya pada rentang temperatur tersebut
terdapatpopulasi signifikan dari tingkat energi atom yang terkait. Pemeriksaan kuat
garis-garis serapan ini pada akhirnya dapat memberikan informasi mengenai
temperatur permukaan. Informasi luminositas dapat diperoleh dari
pengamatan fotometri.
Temperatur
60
15
1,400,000
Lemah
18
20,000
Menengah
7,500 - 10,000 K
Putih
3.2
2.5
80
Kuat
6,000 - 7,500 K
Kuning-putih
1.7
1.3
Menengah
5,000 - 6,000 K
Kuning
1.1
1.1
1.2
Lemah
3,500 - 5,000 K
Jingga
0.8
0.9
0.4
Sangat lemah
2,000 - 3,500 K
Merah
0.3
0.4
0.04
Di bawah ini disajikan ciri-ciri dari tiap kelas. Harap diingat bahwa ciri-ciri ini terutama
mendasarkan diri pada penampakan garis-garis serapan pola spektrumnya (bukan
pada warna atau temperatur-efektifnya). Akan sangat membantu jika dapat
memahami diagram Hertzsprung-Russel atau diagram HR terlebih dahulu.
I maharaksasa (supergiants)
Ia maharaksasa terang
IV sub-raksasa (subgiants)
VI sub-katai (subdwarfs)
contoh, Matahari adalah bintang dengan kelas G2V, yang berarti merupakan bintang
dengan temperatur permukaan sekitar 6000 Kelvin dan merupakan bintang katai yang
sedang melakukan pembangkitan energi dari pembakaran hidrogen. Sebagai contoh
lainnya, Betelgeuse merupakan bintang dengan kelas M2Iab, yang berarti bintang yang
yang sudah ber-evolusi dari bintang katai menjadi maharaksasa di pojok kanan atas
diagram HR.