Anda di halaman 1dari 97

Daftar isi:

I.

Pemakaian Huruf........................................................................................
A. Huruf Abjad ..........................................................................................
B. Huruf Vokal ..........................................................................................
C. Huruf Konsonan....................................................................................
D. Huruf Diftong .......................................................................................
E. Gabungan Huruf Konsonan ..................................................................
F. Huruf Kapital........................................................................................
G. Huruf Miring ........................................................................................
H. Huruf Tebal

II.

Penulisan Kata............................................................................................
A. Kata Dasar.............................................................................................
B. Kata Turunan ........................................................................................
C. Bentuk Ulang........................................................................................
D. Gabungan Kata .....................................................................................
E. Suku Kata .............................................................................................
F. Kata Depan ...........................................................................................
G. Partikel..................................................................................................
H. Singkatan dan Akronim ........................................................................
I. Angka dan Bilangan..............................................................................
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan nya..............................................
K. Kata si dan sang ....................................................................................

III.

Pemakaian Tanda Baca


A. Tanda Titik ...........................................................................................
B. Tanda Koma ..........................................................................................
C. Tanda Titik Koma .................................................................................
D. Tanda Titik Dua ....................................................................................
E. Tanda Hubung.......................................................................................
F. Tanda Pisah
G. Tanda Tanya ..........................................................................................
H. Tanda Seru............................................................................................
I. Tanda Elipsis ........................................................................................
J. Tanda Petik ...........................................................................................
K. Tanda Petik Tunggal ............................................................................
L. Tanda Kurung .......................................................................................
M. Tanda Kurung Siku
N. Tanda Garis Miring
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof ..........................................................

IV.

Penulisan Unsur Serapan............................................................................

V.

Pedoman Umum Pembentukan Istilah........................................................

KEPUTUSAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
No. 0543a/U/1987
tentang
Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
Membaca

: Surat Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 6 Desember 1986 No. 5965/F8/UI.7/86

Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27


Agustus 1975 No. 0196/U/1975 telah ditetapkan peresmian berlakunya
"Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan
"Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
b. bahwa sesungguhnya bahasa itu senantiasa berubah dan berkembang sesuai
dengan kehidupan masyarakat
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada sub a dan b, dipandang perlu
menetapkan penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan".
Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia:
a.
b.
c.
d.

Nomor 44 Tahun 1974;


Nomor 52 Tahun 1975;
Nomor 45/M Tahun 1983;
Nomor 15 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah/ditambah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1987;
e. Nomor 138/M tahun 1985;
2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975
No. 0196/U/1975

MEMUTUSKAN:

Menetapkan
Pertama: Menyempurnakan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 no. 0196/U/1975 menjadi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua:
Hal-hal lain yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur lebih lanjut dalam
ketentuan tersendiri.
Ketiga:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
tanggal 9 September 1987
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Fuad Hassan

PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 46 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN UMUM
EJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang : a. bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987, perlu
disempurnakan kembali;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan;
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 20 Tahun 2008;
3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 77/M Tahun 2007;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG
DISEMPURNAKAN.
Pasal 1
1. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi
instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
2. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Juli 2009
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD
BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya.


Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.


NIP 196108281987031003
SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 46 TAHUN 2009 TANGGAL 31 JULI 2009

I. PEMAKAIAN HURUF

A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
Kapital Kecil
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z

Nama
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,
dan u.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf
Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a
api
padi
lusa
e*
enak
petak
sore
emas
kena
tipe
i
itu
simpan
murni
o
oleh
kota
radio
u
ulang
bumi
ibu

Keterangan:
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (') dapat digunakan jika
ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (tras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
Kami menonton film seri (sri).
Pertandingan itu berakhir seri.
Di mana kcap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b
bahasa
sebut
adab
c
cakap
kaca
d
dua
ada
Abad
f
fakir
kafan
maaf
g
guna
tiga
gudeg
h
hari
saham
tuah
j
jalan
manja
mikraj
k
kami
paksa
politik
rakyat*
bapak*
l
lekas
alas
akal
m
maka
kami
diam
n
nama
tanah
daun
p
pasang
apa
siap
q**
Quran
status quo
Taufiq
r
raih
bara
putar
s
sampai
asli
tangkas
t
tali
mata
rapat
v
varia
lava
w
wanita
hawa
x**
xerox
sinar-x
y
yakin
payung
z
zeni
lazim
juz
Keterangan:
* Huruf k melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).
D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf
Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai
ain
malaikat
pandai
au
aula
saudara
harimau
oi
boikot
amboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu
bunyi konsonan.
Gabungan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh
khusus
akhir
tarikh
ng
ngilu
bangun
senang
ny
nyata
banyak
sy
syarat
isyarat
arasy
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:
Islam
Quran
Kristen
Alkitab

Hindu
Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti
nama orang tertentu.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi
yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.

6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata bin atau binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second
Pas
J/K atau JK-1
joule per Kelvin
N
Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi
Asia Tenggara
Cirebon
Amerika Serikat
Eropa
Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang
diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan
Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng
Gunung Semeru
Jalan Diponegoro
Jazirah Arab
Ngarai Sianok
Lembah Baliem
Selat Lombok
Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi
Tanjung Harapan
Teluk Benggala
Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi
jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara
pempek Palembang
tari Melayu
sarung Mandar

asinan Bogor

sate Mak Ajad

d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di sungai
menyeberangi selat
berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang
digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari
negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,

dokumen resmi, dan judul karangan.


Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah,
kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr.
doktor
S.E.
sarjana ekonomi
S.H.
sarjana hukum
S.S.
sarjana sastra
S.Kp.
sarjana keperawatan
M.A.
master of arts
M.Hum.
magister humaniora
Prof.
profesor
K.H.
kiai haji
Tn.
tuan
Ny.
nyonya
Sdr.
saudara
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk
singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan,
dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan
yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E,
dan II F15).
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam
tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang
bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.

Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring digarisbawahi.
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul
: HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab
: BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf
miring.
Misalnya:
Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta
untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4
tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap
kalah ...
terkalahkan v dapat dikalahkan ...
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak

dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.

II. PENULISAN KATA


A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan

di-upgrade
me-recall
2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan
tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang
tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati
dwiwarna
paripurna
aerodinamika
ekawarna
poligami
antarkota
ekstrakurikuler
pramuniaga
antibiotik
infrastruktur
prasangka
anumerta
inkonvensional
purnawirawan
audiogram
kosponsor
saptakrida
awahama
mahasiswa
semiprofesional
bikarbonat
mancanegara
subseksi
biokimia
monoteisme
swadaya
caturtunggal
multilateral
telepon
dasawarsa
narapidana
transmigrasi
dekameter
nonkolaborasi
tritunggal
demoralisasi
pascasarjana
ultramodern
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda
hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh

kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai
dengan huruf kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh
kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan
bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk
berimbuhan.
Misalnya:
taklaik terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahkan
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
mata-mata
berjalan-jalan menulis-nulis
biri-biri
mondar-mandir
buku-buku ramah-tamah
hati-hati
sayur-mayur
kuda-kuda
serba-serbi
kupu-kupu terus-menerus
lauk-pauk
tukar-menukar
Catatan:
(1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama
saja.
Misalnya:
surat kabar surat-surat kabar
kapal barang kapal-kapal barang
rak buku
rak-rak buku
(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis

dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna


yang berbeda.
Misalnya:
orang besar orang-orang besar
orang besar-besar
gedung tinggi gedung-gedung tinggi
gedung tinggi-tinggi

2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.


Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
(Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.)
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
D. Gabungan Kata
1. Unsur unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar
model linear
kambing hitam orang tua
simpang empat persegi panjang
mata pelajaran rumah sakit umum
meja tulis
kereta api cepat luar biasa
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang
bersangkutan.
Misalnya:
anak-istri Ali
anak istri-Ali
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.

Misalnya:
acapkali
adakalanya
akhirulkalam
alhamdulillah
apalagi
astagfirullah
bagaimana
barangkali
beasiswa
belasungkawa
bilamana
bismillah
bumiputra
daripada
darmabakti

darmasiswa puspawarna
darmawisata radioaktif
dukacita
saptamarga
halalbihalal saputangan
hulubalang saripati
kacamata
sebagaimana
kasatmata sediakala
kepada
segitiga
kilometer sekalipun
manakala sukacita
manasuka sukarela
matahari
sukaria
padahal
syahbandar
peribahasa waralaba
perilaku
wiraswata

E. Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril

cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan
yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
(1) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
(2) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf
(vokal) di awal atau akhir baris.
Misalnya:
itu i-tu
setia se-ti-a
2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk
dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
me-rasa-kan
pergi-lah
apa-kah
per-buat-an
ke-kuat-an
Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami
perubahan

dilakukan seperti pada kata dasar.


Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-no-long
pe-mi-kir
pe-nga-rang
pe-nye-but
pe-nge-tik
(2) Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)
(3) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
(4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu
vokal.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
Walaupun cuma cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)
Misalnya:
bio-grafi
bi-o-gra-fi
bio-data
bi-o-da-ta
foto-grafi
fo-to-gra-fi
foto-kopi
fo-to-ko-pi
intro-speksi in-tro-spek-si
intro-jeksi
in-tro-jek-si
kilo-gram
ki-lo-gram
kilo-meter
ki-lo-me-ter
pasca-panen pas-ca-pa-nen
pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
4. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau
lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur
nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
F. Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada
dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.


3. Partikel per yang berarti demi, tiap, atau mulai ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.)
H. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid
Haji Hamid
Suman Hs.
Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A.
master of business administration
M.Hum.
magister humaniora
M.Si.
magister sains
S.E.
sarjana ekonomi
S.Sos
sarjana sosial
S.Kom
sarjana komunikasi
S.K.M.
sarjana kesehatan masyarakat
Bpk.
bapak
Sdr.
saudara
Kol.
Colonel
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT
perseroan terbatas
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:

jml.
kpd.
tgl.
hlm.
yg.
dl.
No.

jumlah
kepada
tanggal
halaman
yang
dalam
nomor

2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda
titik.
Misalnya:
dll. dan lain lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas
ybs. yang bersangkutan
Yth. Yang terhormat
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam
pembuatan catatan rapat dan kuliah.
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam
surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kg kilogram
kVA kilovolt ampere
l
liter
Rp rupiah
TNT Trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah
kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM surat izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog
Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
radar radio detecting and ranging
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syaratsyarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal
dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang
lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka
Romawi.
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
Romawi
(1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan
5 orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
minibus, dan 250 sedan.

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada
pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter tahun 1928
5 kilogram
17 Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam 20 menit
10 liter
pukul 15.00
Rp5.000,00
10 persen
US$3,50*
27 orang
5,10*
100
2.000 rupiah
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, , dan tidak diakhiri
dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka
yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5000)
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
(1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
tiga dua pertiga (3 2/3)
satu persen
(1%)
satu permil
(1)
Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan
di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan
dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22 30
/
(dua-puluh-dua pertiga puluh)
15
20 /17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
152
/3
(seratus-lima-puluh-dua pertiga)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
a. pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)
b. kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5).
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an
(tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an
(uang lima-ribuan)

10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali
di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus
ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas
harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu
dolar).
Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam
terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum
Bab I dalam naskah dan buku.
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kau baca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila
digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf
kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
K. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.

Siti mematuhi nasihat sang kakak.


Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan
sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.

III. PEMAKAIAN TANDA BACA


A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah
bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)

Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...
2.2 ...
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20
detik)
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi
dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul 9.00 pagi
pukul 11.00 siang
pukul 5.00 sore
pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan
keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
pukul 00.45
pukul 07.30

pukul 11.00
pukul 17.00
pukul 22.00
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang
bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima
surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal
surat.
Misalnya:
Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan

Jalan Arif Rahmad 43


Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan
sebagai berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m
8,750 m
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)

B. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan
kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang

terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar
di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi
bintang pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada
awal paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas
dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6,
Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya

dalam daftar pustaka.


Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang
(Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah
Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka
desimal atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
Catatan:

Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit


dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakaiuntuk menghindari salah baca/salah pengertiandi
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di
kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.

C. Tanda Titik Koma (;)


1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli
ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;
Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar
menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3) berbadan sehat;
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan
jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;

pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.


D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi
Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
b. Tempat
Ruang Sidang Nusantara
Pembawa : Bambang S.
Acara
Hari,
: Selasa, 28 Oktober 2008
tanggal
Waktu
: 09.0010.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!"
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga cara baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada gading yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau
akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahanan yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf
dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan
kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan social
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b. ke- dengan angka,
c. angka dengan -an,
d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan

f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.


Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah ()
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan ituhak segala bangsaharus dipertahankan.
Keberhasilan itusaya yakindapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesiaamanat Sumpah Pemudaharus
terus ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
Tahun 19282008
Tanggal 510 April 2008
JakartaBandung
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan
tambahan pada akhir kalimat.
Misalnya:
Kita memerlukan alat tulispena, pensil, dan kertas.
(Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)

(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

H. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi
yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami
lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1

tanda titik untuk menandai akhir kalimat.


(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....
J. Tanda Petik (" ")
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia"
dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta
seminar.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".
Catatan:
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya:
Kata dia, "Saya juga minta satu."
Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu
sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda

petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.


(4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama
dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang
berbentuk daftar.
Misalnya:
zaman bukan jaman
asas
" azas
plaza
" plasa
jadwal " jadual
bus
" bis
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang',
dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:
terpandai
'paling' pandai
retina
'dinding mata sebelah dalam'
mengambil langkah seribu 'lari pontang panting'
'sombong, angkuh'
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa
daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
Misalnya:
feed-back
'balikan'
dress rehearsal 'geladi bersih'
tadulako
'panglima'
L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu
merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan

bagian utama kalimat.


Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar
dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi,
dan (c) tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta
kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang
menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
1) buku,
2) pensil, dan
3) tas sekolah.
Dia senang dengan mata pelajaran
a) fisika,
b) biologi, dan
c) kimia.
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II

[lihat halaman 3538]) perlu dibentangkan di sini.


N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut
'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
harganya Rp1.500,00/lembar
'harganya Rp1.500,00 tiap lembar'
tindakan penipuan dan/atau
'tindakan penipuan dan penganiayaan,
penganiayaan
tindakan penipuan, atau
tindakan penganiayaan'
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalanpenggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba.
('lah = telah)
1 Januari '08
('08 = 1988)

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari
bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina,
dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsurunsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya
masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan
dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
'asr
sa'ah
manfa'ah

asar
saat
manfaat

' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k


ra'yah
ma'na
ruku'

rakyat
makna
rukuk

aa (Belanda) menjadi a
paal
baal
octaaf

pal
bal
oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerobe
aerodinamics

aerob
aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin
haematite

hemoglobin
hematit

ai tetap ai
trailer
caisson

trailer
kaison

au tetap au
audiogram
autotroph
tautomer
hydraulic
caustic

audiogram
autotrof
tautomer
hidraulik
kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k


calomel
construction
cubic
coup
classification
crystal

kalomel
konstruksi
kubik
kup
klasifikasi
kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s


central
cent
cybernetics
circulation
cylinder
coelom

sentral
sen
sibernetika
sirkulasi
silinder
selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k


accomodation
acculturation
acclimatization
accumulation
acclamation

akomodasi
akulturasi
aklimatisasi
akumulasi
aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks


accent
accessory
vaccine

aksen
aksesori
vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k


saccharin
charisma
cholera
chromosome
technique

sakarin
karisma
kolera
kromosom
teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


echelon
machine

eselon
mesin

ch yang lafalnya c menjadi c


chip
voucher
China

cip
vocer
Cina

ck menjadi k
check
ticket

cek
tiket

(Sanskerta) menjadi s
abda
astra

sabda
sastra

d (Arab) menjadi d
darurat
fardu
hadir

darurat
fardu
hadir

e tetap e
effect
description
synthesis

efek
deskripsi
sintesis

ea tetap ea
idealist
habeas
ee (Belanda) menjadi e

idealis
habeas

stratosfeer
systeem

stratosfer
sistem

ei tetap ei
eicosane
eidetic
einsteinium

eikosan
eidetik
einsteinium

eo tetap eo
stereo
geometry
zeolite

stereo
geometri
zeolit

eu tetap eu
neutron
eugenol
europium

neutron
eugenol
europium

f (Arab) menjadi f
faqr
mafhum
saf

fakir
mafhum
saf

f tetap f
fanatic
factor
fossil

fanatik
faktor
fosil

gh menjadi g
sorghum

sorgum

gue menjadi ge
igue
gigue

ige
gige

h (Arab) menjadi h
hakim
tahmid
ruh

hakim
tahmid
roh

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i


iambus
ion
iota

iambus
ion
iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


politiek
riem

politik
rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i


variety
patient
efficient

varietas
pasien
efisien

kh (Arab) tetap kh
khusus
akhir

khusus
akhir

ng tetap ng
contingent
congres
linguistics

kontingen
kongres
linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e


oestrogen
oenology
foetus

estrogen
enologi
fetus

oo (Belanda) menjadi o
komfoor
provoost

kompor
provos

oo (Inggris) menjadi u
cartoon
proof
pool
oo (vokal ganda) tetap oo

kartun
pruf
pul

zoology
coordination

zoologi
koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u


gouverneur
coupon
contour

gubernur
kupon
kontur

ph menjadi f
phase
physiology
spectograph

fase
fisiologi
spektograf

ps tetap ps
pseudo
psychiatry
psychic
psychosomatic

pseudo
psikiatri
psikis
psikosomatik

pt tetap pt
pterosaur
pteridology
ptyalin

pterosaur
pteridologi
ptialin

q menjadi k
aquarium
frequency
equator

akuarium
frekuensi
ekuator

q (Arab) menjadi k
qalbu
haqiqah
haqq

kalbu
hakikah
hak

rh menjadi r
rhapsody
rhombus
rhythm
rhetoric

rapsodi
rombus
ritme
retorika

s (Arab) menjadi s
salj
asiri
hadis

salju
asiri
hadis

s (Arab) menjadi s
subh
musibah
khusus

subuh
musibah
khusus

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk


scandium
scotopia
scutella
sclerosis
scriptie

skandium
skotopia
skutela
sklerosis
skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s


scenography
scintillation
scyphistoma

senografi
sintilasi
sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk


schema
schizophrenia
scholasticism

skema
skizofrenia
skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s


ratio
actie
patient

rasio
aksi
pasien

t (Arab) menjadi t
ta'ah
mutlaq
Lut

taat
mutlak
Lut

th menjadi t
theocracy

teokrasi

orthography
thiopental
thrombosis
methode (Belanda)

ortografi
tiopental
trombosis
metode

u tetap u
unit
nucleolus
structure
institute

unit
nukleolus
struktur
institut

ua tetap ua
dualisme
aquarium

dualisme
akuarium

ue tetap ue
suede
duet

sued
duet

ui tetap ui
equinox
conduite

ekuinoks
konduite

uo tetap uo
fluorescein
quorum
quota

fluoresein
kuorum
kuota

uu menjadi u
prematuur
vacuum

prematur
vakum

v tetap v
vitamin
television
cavalry

vitamin
televisi
kavaleri

w (Arab) tetap w
jadwal

jadwal

marwa
taqwa

marwa
takwa

x pada awal kata tetap x


xanthate
xenon
xylophone

xantat
xenon
xilofon

x pada posisi lain menjadi ks


executive
taxi
exudation
latex

eksekutif
taksi
eksudasi
lateks

xc di muka e dan i menjadi ks


exception
excess
excision
excitation

eksepsi
ekses
eksisi
eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk


excavation
excommunication
excursive
exclusive

ekskavasi
ekskomunikasi
ekskursif
eksklusif

y tetap y jika lafalnya y


yakitori
yangonin
yen
yuan

yakitori
yangonin
yen
yuan

y menjadi i jika lafalnya i


yttrium
dynamo
propyl
psychology

itrium
dinamo
propil
psikologi

z tetap z
zenith

zenit

zirconium
zodiac
zygote

zirkonium
zodiak
zigot

z (Arab) menjadi z
zalim
hafiz

zalim
hafiz

Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.


Misalnya:
gabbro
accu
effect
commission
ferrum
salfeggio
ummat
tammat

gabro
aki
efek
komisi
ferum
salfegio
umat
tamat

mass

massa

Tetapi:

Catatan:
1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak
perlu lagi diubah.
Misalnya:
bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian
abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan
menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam
penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan
juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap
sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap
secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
advocaat advokat
-age menjadi -ase

percentage
persentase
etalage
etalase
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
structural, structureel
struktural
formal, formeel
formal
normal, normaal
normal
-ant menjadi -an
accountant
akuntan
informant
informan
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
anarchy, anarchie
anarki
oligarchy, oligarchie
oligarki
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
complementary, complementair
komplementer
primary, primair
primer
secondary, secundair
sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie
aksi
publication, publicatie
publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el
ideel
ideel
materieel
materiel
moreel
morel
-ein tetap -ein
casein
kasein
protein
protein
-i (Arab) tetap -i
haqiqi
hakiki
insani
insani
jasmani
jasmani
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic, logica
logika
phonetics, phonetiek
fonetik
physics, physica
fisika
dialectics, dialektica
dialektika
technique, techniek
teknik
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
electronic, elektronisch
elektronik
mechanic, mechanisch
mekanik
ballistic, ballistisch
balistik
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
economical, economisch
ekonomis
practical, practisch
praktis
logical, logisch
logis
-ile, -iel menjadi -il

percentile, percentiel
mobile, mobiel
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
modernism, modernisme
communism, communisme
-ist menjadi -is
publicist
egoist
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive, descriptief
demonstrative, demonstratief
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
alamiyyah
aliyyah
ilmiyyah
-logue menjadi -log
catalogue
dialogue
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
technology, technologie
physiology, physiologie
analogy, analogie
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog
epiloog
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
hominoid, hominoide
anthropoid, anthropoide
-oir(e) menjadi -oar
trotoir
repertoire
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
director, directeur
inspector, inspecteur
amateur
formateur
-or tetap -or
dictator
corrector
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit
quality, kwaliteit
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur
premature, prematuur

persentil
mobil
modernisme
komunisme
publisis
egois
deskriptif
demonstratif
alamiah
aliah
ilmiah
catalog
dialog
teknologi
fisiologi
analogi
analog
epilog
hominoid
antropoid
trotoar
repertoar
direktur
inspektur
amatir
formatur
diktator
korektor
universitas
kualitas
struktur
prematur

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,


TTD
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.
NIP 196108281987031003

V.

Pedoman Umum Pembentukan Istilah

PEDOMAN UMUM
PEMBENTUKAN ISTILAH

Edisi Ketiga
Cetakan Keempat

PUSAT BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2007

KATA PENGANTAR
EDISI KETIGA
Sejak dikumandangkan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, penggunaan bahasa
Indonesia makin luas ke berbagai bidang kehidupan, bahkan berpeluang menjadi bahasa ilmu
pengetahuan. Peluang itu makin nyata setelah bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa
Negara (UUD 1945, Pasal 36) yang menepatkan bahasa itu sebagai bahasa resmi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan bahasa pengantar pendidikan serta bahasa dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itulah, diprlukan pengembangan
perisfilahan bahasa Indonesia dalam berbagai bidang ilmu, terutama untuk kepentingan
pendidikan anak-anak bangsa.
Kekayaan peristilahan suatu bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa
pemilik bahasa itu karena kosakata, termasuk istilah, merupakan sarana pengungkap ilmu dan
teknologi serta seni. Sejalan dengn perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan kosakata/istilah trus menunjukkan kemajuan.
Ke majuan itu makin dipacu ketika kerja sama pengembangan bahasa kebangsaan bersama
Malaysia diarahkan pada pengembangan perisfilahan. Dalam upaya member panduan dalam
pengembangan peristilahan itulah disusun Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang
pertama terbit tahun 1975. Setelah digunakan sekitar 14 tahun, pedoman itu disempurnakan
kembali dan diterbitkan sebagai edisi kedua dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0389/0/1988 tanggal 11 Agustus 1988. Di dalam prakata Pedoman
Umum Pembentukan Istilah edisi pertama berdasarkan pada Lembaran UNESCO: ISO/TC
32, International Organization for Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781,
l/ocabulary of Terminology. Dalam edisi ini perlu dikemukakan bahwa yang menangani
peristilahan internasional bukan ISO/TC 32, melainkan ISO/TC 37.
Perubahan tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, telah mengubah pola pikir dan
perilaku masyarakat. Seluruh sendi kehidupan masyarakat mengalami perubahan, terutama
mengarah pada persiapan memasuki tatanan baru tersebut. Penggunaan bahasa asing,
terutama bahasa Inggris, memasuki berbagai sendi kehidupan, terutama dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu mewarnai perkembangan kosakata/isfilah
bahasa Indonesia. Kosakata/istilah bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia bersama
masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan kebudayaan ke dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Berbagai perubahan itu perlu ditampung dalam proses pengalihan
kosakata, khususnya istilah bahasa asing, ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, pedoman

pembentukan istilah yang telah digunakan selama 30 tahun perlu difinjau kembali agar
menampung berbagai perubahan tersebut.
Dalam merealisasikan peninjauan kernbali oedoman tersebut, pihak Indonesia membentuk
tim yang terdiri atas Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A. Rifai, dan Drs. Fairul
Zabadi (sekretaris) dengan penanggung jawab Dr. Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa)
yang bertugas menyiapkan bahan penyempurnaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
yang dipaparkan dalam siding ke-15 Pakar Majelis Bahasa Brunei Darussalam-IndonesiaMalaysia (Mabbim) yang diselenggarakan tanggal 10--14 September di Denpasar. Ihwal
peninjauan kernbali pedoman tersebut dibahas dalam Sidang ke-41 Mabbim yang diadakn di
Makassar pada tanggal 13--15 Maret 2002 dan pihak Mabbim Indonesia diberi kepercayaan
untuk melakukan revisi pedoman tersebut. atas dasar itu, pihak Indonesia melanjutkan
pembahasan hasil revisi pedoman tersebut dalam rapat-rapat khusus di Pusat Bahasa Jakarta.
hasil revisi pihak Indonesia itu dibahas dalam sidang ke-42 Mabbim di Brunei Darussalam.
Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah dibahas tersebut disempurnakan kernbali
oleh pihak Indonesia berdasarkan hasil pembahasan dalam sidang tersebut dan selanjutnya
dibahas dalam Musyawarah Sekretariat Mabbim di Jakarta dengan wakil ketiga Negara
anggota Mabbim, yaitu Dr. Dendy Sugono, Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A.
Rifai (Indonesia), Prof. Dr. DAto Hajah Asmah Haji Omar (Malaysia), dan Dr. Mataim bin
Bakar (Brunei Darussalam). Pembahasan terutama ditekankan pada bagan prosedur
pembentukan istilah dan masing-masing negara anggota menyempurnakan pedoman tersebut.
hasil penyempurnaan pedoman itu dibahas oleh Kelompok Khusus yang dihadiri oleh wakil
keiga negara anggota tersebut dalam Sidang Ke-17 Pakar Mabbim di pulau Langkawi,
Malaysia pada tanggal 8--12 September 2003, Indonesia diwakili oleh Prof. Dr. Anton M.
Moeliono. Akhirnya, hasil penyempurnaan pedoman tersebut diterima sebagai hasil putusan
Sidang Ke-43 Mabbim di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 9--11 Maret 2004 untuk
diberlakukan di negara anggota Mabbinm dan diterbitkan sesuai dengan gaya dan tata cara
penerbitan yang berlaku di Negara masing-masing. Pihak Mabbim Indonesia telah
menerbitkan hasil putusan Mabbim tersebut sebagai Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Edisi Ketiga dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 146/U/2004 dan
diluncurkan pada acara pembukaan Sidang Ke-44 Mabbim di Mataram, Indonesia pada
tanggal 7 Maret 2005. Untuk itu, kepada anggota tim revisi dan semua pihak yang membantu
penyempumaan dan penerbitan pedoman edisi kefiga ini saya menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang tulus.
Penerbitan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini diharapkan dapat mempercepat laju
perkembangan istilaj bahasa Indonesia karena masyarakat dapat menciptakan istilah sendiri
berdasarkan tata cara pembentukan istilah yang dimuat dalam buku pedoman ini.
Jakarta, 28 Oktober 2005

Dendy Sugono
Kepala Pusat
Bahasa

KEPUTUSAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
No. 146/U/2004

TENTANG
PENYEMPURNAAN
PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL


Menimbang:
a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Nomor 0389/U/
1988 tanggal 11 Agustus 1988 telah ditetapka peresmian berlakunya Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Kedua;
b. bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, dipandang perlu menetapkan
kembali Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penyempumaan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah;
Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan
Organisasi dan Tugas Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu. MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Pertama: Menyempumakan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, sebagaimana ditetapkan
dengn Keputusan Menteri P endidikan dan Kebudayaan Nomor 0389/U/1988, menjadi
sebagimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kedua: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2004

MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL
ttd
Bambang Sudibyo

PRAKATA
EDISI PERTAMA
Kerja sama dan komunikasi di antara para ahli dan sarjana di lapangan pengetahuan dan
teknologi tambah lama perlu untuk menjamin kemajuan hidup yang dewasa ini dicirikan oleh
besarnya pengaruh ilmu dan teknologi di segala kehidupan dan kegiatan manusia.
Agar pertukaran informasi memperoleh hasil yang baik, istilah khusus, yang merupakan
sendi penting di dalam sistem ilmu pengetahuan, harus mempunyai makna yang sama bagi
semua orang yang menggunakannya. Kesepakatan umum tentang makna nama dan istilah
khusus serta penggunaannya secara konsisten akan menghasilkan keseragaman suatu
kosakata khusus yang memuat konsep, isfilah, dan definisinya yang baku. Pembakuan tata
nama dan tata istilah khusus itu akan mempermudah pemahaman bersama dan memperlancar
komunikasi ilmiah, baik pada taraf nasional maupun pada taraf intemasional, serta
mengurangi kekacauan, kemaknagandaan, dan kesalahpahaman.
Di dalam pedoman umum ini, yang berdasar pada lembaran UNESCO: ISO/TC 32,
International for Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781, Vocabulary of
Terminology, diberikan sekumpulan patokan dan saran yang dapat dipakai sebagai penuntun
dalam usaha pembentukan istilah. Pedoman khusus yang isfimewa berlaku bagi suatu cabang
ilmu atau bidang tertentu sebaiknya dijabarkan dari pedoman umum ini dan diperlengkapi
dengan peraturan tambahan yang perlu diterapkan.
Konsep pedoman ini disusun oleh Profesor H. Johannes dan Anton M. Moeliono. Naskahnya
kemudian dibahas lebih lanjut di dalam Sanggar Kerja Peristilahan (Jakarta, 29--30 Juni
1973) yang dihadiri oleh empat puluh ahli terkemuka dari berbagai bidang ilmu. Naskah yang
direvisi, setelah itu, berulang-ulang diolah oleh Komisi Tata Istilah, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia ( Profesor Andi Hakim Nasution, Ketua) dan Majelis Bahasa IndonesiaMalaysia (Amran Halim dan Haji Suja bin Rahiman, Ketua).
Penyusunan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini telah dimungkinkan oleh tersedianya
biaya Pelita II yang disalurkan melalui Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (S. W. Rujiati Mulyadi, Ketua).
Kepada segenap instansi, kalangan masyarakat, dan perorangan yang telah memungkinkan
tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Jakarta,
Agustus 1975 Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

DAFTAR SINGKATAN
K : konsonan
V : vocal
D : dasar

DAFTAR ISI

1 I. Ketentuan Umum
o 1.1 I.1 Istilah dan Tata Istilah
o 1.2 I.2 Istilah Umum dan Istilah Khusus
o 1.3 I.3 Persyaratan Istilah yang Baik
o 1.4 I.4 Nama dan Tata Nama
2 II. Proses Pembentukan Istilah
o 2.1 II.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
o 2.2 II.2 Bahan Baku Istilah Indonesia
o 2.3 II.3 Pemantapan Istilah Nusantara
o 2.4 II.4 Pemadanan Istilah
2.4.1 II.4.1 Penerjemahan
2.4.1.1 II.4.1.1 Penerjemahan Langsung
2.4.1.2 II.4.1.2 Penerjemahan dengan Perekaan
2.4.2 II.4.2 Penyerapan
2.4.2.1 II.4.2.1 Penyerapan Istilah
2.4.2.2 II.4.2.2 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah
Asing
2.4.2.2.1 a. Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk
Terikat
2.4.2.2.2 b. Penyesuaian Ejaan Sufiks
2.4.3 II.4.3 Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan
o 2.5 II.5 Perekaciptaan Istilah
o 2.6 II.6 Pembakuan dan Kodifikasi Istilah
o 2.7 II.7 Bagan Prosedur Pembakuan Istilah
3 III. Aspek Tata Bahasa Peristilahan
o 3.1 III.1 Istilah Bentuk Dasar
o 3.2 III.2 Istilah Bentuk Berafiks
3.2.1 III.2.1 Paradigma Bentuk Berafiks ber 3.2.2 III.2.2 Paradigma Bentuk Berafiks meng-

3.2.3 III.2.3 Paradigma Bentuk Berkonfiks kean


3.2.4 III.2.4 Paradigma Bentuk Berinfiks er-, -el-, -em-, ino 3.3 III.3 Istilah Bentuk Ulang
3.3.1 III.3.1 Bentuk Ulang Utuh
3.3.2 III.3.2 Bentuk Ulang Suku Awal
3.3.3 III.3.3 Bentuk Ulang Berafiks
3.3.4 III.3.4 Bentuk Ulang Salin Suara
o 3.4 III.4 Istilah Bentuk Majemuk
3.4.1 III.4.1 Gabungan Bentuk Bebas
3.4.2 III.4.2 Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat
3.4.3 III.4.3 Gabungan Bentuk Terikat
o 3.5 III.5 Istilah Bentuk Analogi
o 3.6 III.6 Istilah Hasil Metanalisis
o 3.7 III.7 Istilah Bentuk Singkatan
o 3.8 III.8 Istilah Bentuk Akronim
o 3.9 III.9 Lambang Huruf
o 3.10 III.10 Gambar Lambang
o 3.11 III.11 Satuan Dasar Sistem Internasional (SI)
o 3.12 III.12 Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar
o 3.13 III.13 Sistem Bilangan Besar
o 3.14 III.14 Tanda Desimal
4 IV. Aspek Semantik Peristilahan
o 4.1 IV.1 Pemberian Makna Baru
4.1.1 IV.1.1 Penyempitan Makna
4.1.2 IV.1.2 Perluasan Makna
o 4.2 IV.2 Istilah Sinonim
o 4.3 IV.3 Istilah Homonim
4.3.1 IV.3.1 Homograf
4.3.2 IV.3.2 Homofon
o 4.4 IV.4 Istilah Polisem
o 4.5 IV.5 Istilah Hiponim
o 4.6 IV.6 Istilah Taksonim
o 4.7 IV.7 Istilah Meronim

I. Ketentuan Umum
I.1 Istilah dan Tata Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan
ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.
Misalnya:

Anabolisme
Demokrasi
Laik terbang
pasar modal
pemerataan
perangkap elektron

I.2 Istilah Umum dan Istilah Khusus


Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara
luas, menjadi unsur kosakata umum.
Misalnya:

Anggaran belanja
Daya
Nikah
penilaian
radio
takwa

Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
Misalnya:

Apendektomi
Bipatride

kurtosis
pleistosen

I.3 Persyaratan Istilah yang Baik


Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia yang berikut.
1. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk
mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari
makna itu,
2. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara
pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.
3. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi)
baik.
4. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).
5. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah
bahasa Indonesia.

I.4 Nama dan Tata Nama


Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi tanda pengenal benda,
orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal. Tata nama (nomenklatur) adalah perangkat
peraturan penamaan dalam bidang ilmu tertentu, seperti kimia dan biologi, beserta kumpulan
nama yang dihasilkannya.
Misalnya:

aldehida
natrium klorida
Primat
oryza sativa

II. Proses Pembentukan Istilah


II.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya kecendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus menghasilkan
konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Ada istilah
yang sudah mapan dan ada pula istilah yang masih perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang
sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang
mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari,
digunakan, dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu,
ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan diperlukan
penciptaan istilah baru.

II.2 Bahan Baku Istilah Indonesia

Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak
memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipya yang baru. bahasa Inggris yang
kini dianggap bahasa internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan
dari bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga perlima dari
seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai
sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa Indonesia,
termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu, (2) bahasa Nusantara yang serumpun,
termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.

II.3 Pemantapan Istilah Nusantara


Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, seperti
bhinneka tunggal ika, batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor, telah lama diterima secara
luas sehingga dapat dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.

II.4 Pemadanan Istilah


Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu ke salah satu bahasa
serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan
penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris yang
pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh para ahli dalam
bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya
berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa
Indonesia.
II.4.1 Penerjemahan
II.4.1.1 Penerjemahan Langsung

Istilah Indonesia dapat dibentuk lewat penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna tetapi
bentuknya tidak sepadan.
Misalnya:

Supermarket - pasar swalayan


Merger - gabungan usaha

Penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna.


Misalnya:

Bonded zone - kawasan berikat


Skyscraper - pencakar langit

Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata


Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa
Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang bercorak Anglo-Sakson
karena perbedaan antara lafal dan ejaannya, penerjemahan merupakan jalan keluar terbaik.
Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut.

1. Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu


kata. Misalnya:
o Psychologist - ahli psikologi
o Medical practitioner - dokter
2. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia
bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke
dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula. Misalnya:
o Bound form - bentuk terikat (bukan bentuk takbebas)
o Illiterate - niraksara
o Inorganic - takorganik
3. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya
dipertahankan pada istilah terjemahannya. Misalnya:
o Merger (nomina) - gabung usaha (nomina)
o Transparent (adjektiva) - bening (adjektiva)
o (to) filter (verba) - menapis (verba)
4. Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah
kejamakannya ditanggalkan pada istilah Indonesia. Misalnya:
o Alumni - lulusan
o Master of ceremonies - pengatur acara
o Charge d'affaires - kuasa usaha
II.4.1.2 Penerjemahan dengan Perekaan

Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru.
Istilah factoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah
kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan
pengalihan hak menagih utang. Lalu, direka istilah anjak piu-tang sebagai padanan istilah
factoring. Begitu pula pemadanan catering menjadi jasa boga dan invention menjadi rekacipta
diperoleh lewat perekaan.
II.4.2 Penyerapan
II.4.2.1 Penyerapan Istilah

Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal
berikut.
1. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing
dan bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat
keperluan masa depan.
2. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing
oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
3. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan
terjemahan Indonesianya.
4. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar
jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
5. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak
mengandung konotasi buruk.

Proses penyerapn istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan dengan
cara yang berikut.

1. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal Misalnya:


o Camera - kamera
o Microphone - mikrofon
o System - sistem
2. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal Misalnya:
o Design - desain
o File - fail
o Science - sains
3. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal
Misalnya:
o Bias - bias
o Nasal - nasal
o Radar (radio detecting and ranging) - radar
4. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
1. Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal

dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam
banyak bahasa modern, istilah itu dicetak dengan huruf miring.
Misalnya:
Allegro moderato
Aufklarung
Status quo
Esprit de corps
divide et impera
dulce et utile
in vitro
vis--vis
2. Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika
istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu
tidak ditulis dengan huruf miring (dicetak dengan huruf tegak).
Misalnya:
Golf - golf
Internet - internet
Lift - lift
Orbit - orbit
Sonar (sound navigation and ranging)- sonar
II.4.2.2 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah Asing
a. Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat

Prefiks asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya
di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya. Prefiks asing itu, antara lain,
ialah sebagai berikut.
a-, ab-, abs- ('dari', 'menyimpang dari', 'menjauhkan dari') tetap a-, ab-, absamoral abnormal abstract - amoral abnormal abstrak

a-, an- 'tidak, bukan, tanpa' tetap a-, an


anemia aphasia aneurysm - anemia afasia aneurisme

ad-, ac- 'ke', 'berdekatan dengan', 'melekat pada', menjadi ad-, akadhesion acculturation - adhesi akulturasi

am-, amb- 'sekeliling', 'keduanya' tetap am-, ambambivalence amputation - ambivalensi amputasi

ana-, an- 'ke atas', 'ke belakang', 'terbalik' tetap ana-, ananabolism anatropous - anabolisme anatrop

ante- 'sebelum', 'depan' tetap anteantediluvian anterior - antediluvian anterior

anti-, ant- 'bertentangan dengan' tetap anti-, antanticatalyst anticlinal antacid - antikatalis antiklinal antacid

apo- 'lepas, terpisah', 'berhubungan dengan' tetap apoapochromatic apomorphine - apokromatik apomorfin

aut-, auto- 'sendiri', 'bertindak sendiri' tetap aut-, autoautarky autostrada - autarki autostrada

bi- 'pada kedua sisi', 'dua' tetap bibiconvex bisexual - bikonveks biseksual

cata- 'bawah', 'sesuai dengan' menjadi katacataclysm catalyst - kataklisme katalis

co-, com-, con- 'dengan', 'bersama-sama', 'berhubungan dengan' menjadi ko-, kom-, koncoordination commission concentrate - komisi konsentrat koordinasi

contra- 'menentang', 'berlawanan' menjadi kontracontradiction contraindication - kontradiksi kontraindikasi

de- 'memindahkan', 'mengurangi' tetap dedehydration devaluation - dehidrasi devaluasi

di- 'dua kali', 'mengandung dua' tetap didichloride diklorida - dichromatic dikromatik

dia- 'melalui', 'melintas' tetap diadiagonal diapositive - diagonal diapositif

dis- 'ketiadaan', 'tidak' tetap disdisequilibrium disharmony - disekuilibrium disharmoni

eco- 'lingkungan' menjadi ekoecology ecospecies - ekologi ekospesies

em-, en- 'dalam', 'di dalam' tetap em-, enempathy encenphalitis - empati ensenfalitis

endo- 'di dalam' tetap endoendoskeleton endothermal - endoskeleton endotermal

epi- 'di atas', 'sesudah' tetap epiepigone epiphyte - epigon epifit

ex- 'sebelah luar' menjadi eksexclave exclusive - eksklave eksklusif

exo-, ex- 'sebelah luar', 'mengeluarkan' menjadi eksoeksexoergic exogamy - eksoergik eksogami

extra- 'di luar' menjadi ekstraextradition extraterrestrial - ekstradisi ekstraterestrial

hemi- 'separuh', 'setengah' tetap hemihemihedral hemisphere - hemihedral hemisfer


hemo- 'darah' tetap hemohemoglobin hemolysis - hemoglobin hemolisis

hepta- 'tujuh', 'mengandung tujuh' tetap heptaheptameter heptarchy - heptameter heptarki

hetero- 'lain', 'berada' tetap heteroheterodox heterophyllous heterodoks heterofil

hexa- 'enam', 'mengandung enam' menjadi heksahexachloride hexagon - heksaklorida heksagon

hyper- 'di atas', 'lewat', 'super' menjadi hiperhyperemia hypersensitive - hiperemia hipersensitif

hypo- 'bawah', 'di bawah' menjadi hipohipoblast hypochondria - hipoblas hipokondria

im-, in-, il- 'tidak', 'di dalam', 'ke dalam' tetap im-, in-, ilimmigration induction illegal induksi ilegal imigrasi

infra- 'bawah', 'di bawah', 'di dalam' tetap infrainfrasonic infraspecific - infrasonik infraspesifik

inter- 'antara', 'saling' tetap interinterference international - interferensi internasional

intra- 'di dalam', 'di antara' tetap intraintradermal intracell - intradermal intrasel

intro- 'dalam', 'ke dalam' tetap introintrojections introvert - introjeksi introvert

iso- 'sama' tetap isoisoagglutinin isoenzyme - isoaglutinin isoenzim

meta- 'sesudah', 'berubah', 'perubahan' tetap metametamorphosis metanephros - metamorfosis metanefros

mono- 'tunggal', 'mengandung satu' tetap monomonodrama monoxide - monodrama monoksida

pan-, pant/panto- 'semua', 'keseluruhan' tetap pan-, pant-, pantopanacea pantisocracy pantograph - panasea pantisokrasi pantograf

para- 'di samping', 'erat berhubungan dengan', 'hampir' tetap paraparaldehyde parathyroid - paraldehida paratiroid

penta- 'lima', 'mengandung lima' tetap pentapentahedron pentane - pentahedron pentane

peri- 'sekeliling', 'dekat', 'melingkupi' tetap periperihelion perineurium - perihelion perineurium

poly- 'banyak', 'berkelebihan' menjadi polipolyglotism polyphagia - poliglotisme polifagia

pre- 'sebelum', 'sebelumnya', 'di muka' tetap prepreabdomen premature - preabdomen prematur
pro- 'sebelum', 'di depan' tetap proprothalamion prothorax - protalamion protoraks

proto- 'pertama', 'mula-mula' tetap protoprotolithic prototype - protolitik prototipe

pseu-, pseudo- 'palsu' tetap pseu-, pseudopseudomorph pseudepigraphy - pseudomorf pseudepigrafi

quasi- 'seolah-olah', 'kira-kira' menjadi kuasiquasi-historical quasi-legislative - kuasihistoris kuasilegislatif

re- 'lagi', 'kembali' tetap rereflection rehabilitation - refleksi rehabilitasi

retro- 'ke belakang', 'terletak di belakang' tetap retroretroflex retroperitoneal - retrofleks retroperitoneal

semi- 'separuhnya', 'sedikit banyak', 'sebagian' tetap semisemifinal semipermanent - semifinal semipermanen

sub- 'bawah', 'di bawah', 'agak', 'hampir' tetap subsubfossil submucosa - subfosil submukosa

super-, sur- 'lebih dari', 'berada di atas' tetap super-, sursuperlunar supersonic surrealism - superlunar supersonik surealisme

supra- 'unggul', 'melebihi' tetap suprasupramolecular suprasegmental - supramolekular suprasegmental

syn- 'dengan', 'bersama-sama', 'pada waktu' menjadi sinsyndesmosis synesthesia - sindesmosis sinestesia

tele- 'jauh', 'melewati', 'jarak' tetap teletelepathy telescope - telepati teleskop

trans- 'ke/di seberang', 'lewat', 'mengalihkan' tetap transtranscontinental transliteration - transkontinental transliterasi

tri- 'tiga' tetap tritrichromat tricuspid - trikromat tricuspid

ultra- 'melebihi', 'super' tetap ultraultramodern ultraviolet - ultramodern ultraviolet

uni- 'satu', 'tunggal' tetap uniunicellular unilateral - uniseluler unilateral


b. Penyesuaian Ejaan Sufiks

Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata berafiks yang utuh. Kata
seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar,
implemen, dan objek. Berikut daftar kata bersufiks tersebut.
-aat (Belanda) menjadi -at
Advocaat Plaat Tractaat - advokat pelat traktat

-able, -ble (Inggris) menjadi -bel


Variable Flexible - variabel flexible

-ac (Inggris) menjadi -ak


Maniac Cardiac Almanac - maniak kardiak almanac

-age (Inggris) menjadi -ase


Sabotage Arbitrage Percentage - sabotase arbitrase persentase

-air (Belanda), -ary (Inggris) menjadi -er

Complementair, complementary Primair, primary Secundair, secondary komplementer primer sekunder

-al (Inggris) menjadi -al


Credential Minimal Mational - kredensial minimal nasional

-ance, -ence (Inggris) menjadi ans, -ens


Ambulance Conductance Termophosphorescence Thermoluminescence ambulans konduktans termosfosforensens termoluminesens

-ancy, -ency (Inggris) menjadi ansi, -ensi


Efficiency Frequency Relevancy - efisiensi frekuensi relevansi

-anda, -end, -andum, -endum (Belanda, Inggris) menjadi anda, -en, -andum, -endum
Propaganda Divindend Memorandum Referendum - propaganda dividen
memorandum referendum

-ant (Belanda, Inggris) menjadi -an


Accountant Informant Dominant - akuntan informan dominan

-ar (Inggris) menjadi ar, -er


Curricular Solar - kurikuler solar

-archie (Belanda), -archy (Inggris) menjadi -arki


Anarchie, anarchy Monarchie, monarchy - anarki monarki

-ase, -ose (Inggris) menjadi -ase, -osa


Amylase Dextrose - amilase dekstrosa

-asme (Belanda), asm (Inggris) menjadi -asme


Sarcasm, sarcasm Pleonasme, pleonasm - sarkasme pleonasme

-ate (Inggris) menjadi -at


Emirate Private - emirat privat

-atie (Belanda), -(a)tion (Inggris) menjadi -(a)si


Actie, action Publicatie, publication - aksi publikasi

-cy (Inggris) menjadi -asi, -si

Accountancy Accuracy - akuntansi akurasi

-eel (Belanda) yang tidak ada padanan dalam bahasa Inggris menjadi -el
Materieel Moreel Principieel - materiel morel prinsipiel

-eel, aal (Belanda), -al (Inggris) menjadi -al


Formeel, formal Ideaal, ideal Materiaal, material - formal ideal material

-et, ette (Inggris) menjadi -et


Duet Cabinet Cassette - duet kabinet kaset

-eur (Belanda), -or (Inggris) menjadi -ir


Amateur Importeur - amatir importir

-eur (Belanda) menjadi -ur


Conducteur, conductor Directeur,
kondektur direktur inspektur

director

Inspecteur,

inspector

-eus (Belanda) menjadi -us


Mesterieus Serieus misterius serius

-ficatie (Belanda), -fication (Inggris) menjadi -fikasi


Specificatie, specification Unificatie, unification - spesifikasi unifikasi

-fiek (Belanda), -fic (Inggris) menjadi -fik


Specifiek, specific Honofifiek, honorific - spesifik honorific

-iek (Belanda), -ic, -ique (Inggris) menjadi -ik


Perodiek, periodic Numeriek, numeric Uniek, unique Techniek, technique periodik numerik unik teknik

-isch (Belanda), -ic, -ical (Inggris) menjadi -is


Optimistisch, optimistic Allergisch, allergic Symbolisch,
Practisch, practical - optimistis alergis simbolis praktis

-icle (Inggris) menjadi -ikel


Article Particle - artikel partikel

-ica (Belanda), -ics (Inggris) menjadi ika, -ik

symbolical

Mechanica, mechanics Phonetics - mekanika fonetik

-id, -ide (Inggris) menjadi id, -ida


Chrysalid Oxide Chloride - krisalid oksida klorida

-ief (Belanda), -ive (Inggris) menjadi -if


Demonstratief,
demonstrative
Descriptief,
depressive - demonstratif deskriptif depresif

descriptive

Depressief,

-iel (Belanda), -ile, -le (Inggris) menjadi -il


Kawrtiel, quartile Percentile, percentile Stabile, stable - kuartil persentil
stabil

-iet (Belanda), -ite (Inggris) menjadi -it


Favorite, favorite Dolomite, dolomite Stalactite, stalactite - favorit dolomit
stalaktit

-in (Inggris) menjadi -in


Penicillin Insulin Protein - penisilin insulin protein

-ine (Inggris) menjadi in, -ina


Cocaine Quarantine - kokain karantina

-isatie (Belanda), -ization (Inggris) menjadi -isasi


Naturalisatie,
sosialisasi

naturalization

Socialisatie,

socialization

naturalisasi

-isme (Belanda), -ism (Inggris) menjadi -isme


Expressionism, expressionism Modernism, modernism - ekspresionisme
modernism

-ist (Belanda, Inggris) menjadi -is


Extremist Receptionist - ekstremisme resepsionis

-iteit (Belanda), -ity (Inggris) menjadi -itas


Faciliteit, facility Realiteit, reality - fasilitas realitas

-logie (Belanda), -logy (Inggris) menjadi -logi


Analogie, analogy Technologie, technology - analogi teknologi

-loog (Belanda), -logue (Inggris) menjadi -log


Catalog, catalogue Dialog, dialogue - katalog dialog

-lyse (Belanda), -lysis (Inggris) menjadi -lisis


Analyse, analysis - analisis

Paralyse, paralysis - paralisis


-oide (Belanda), -oid (Inggris) menjadi -oid
Anthropoide, anthropoid Metalloide, metalloid - antropoid metaloid

-oir(e) (Belanda) menjadi -oar


Repertoire Trottoir - repertoar trotoar

-or (Inggris) menjadi -or


Corrector Dictator - korektor dictator

-ous (Inggris) ditinggalkan


Amorphous Polysemous - amorf polisem

-se (Belanda), -sis (Inggris) menjadi -sis


Synthese, synthesis Anamnese, anamnesis - sintesis anamnesis

-teit (Belanda), -ty (Inggris) menjadi -tas


Qualiteit, quality Universiteit, university - kualitas universitas

-ter (Belanda), -tre (Inggris) menjadi -ter


Diameter, diameter Theater, theatre - diameter teater

-uur (Belanda), -ure (Inggris) menjadi -ur


Proceduur, procedure Structuur, structure - prosedur struktur

-y (Inggris) menjadi -i
Monarchy philosophy - monarki filosofi
II.4.3 Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan

Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan menyerap istilah asing
sekaligus.

Misalnya:

Bound morpheme - morfem terikat


Clay colloid - koloid lempung
Subdivision - subbagian

II.5 Perekaciptaan Istilah


Kegiatan ilmuwan, budayawan dan seniman yang bergerak di baris terdepan ilmu, teknologi,
dan seni dapat mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru untuk
mengungkapkan konsep itu dapat direkacipta sesuai dengan lingkungan dan corak bidang
kegiatannya. Misalnya, rekacipta istilah fondasi cakar ayam, penyangga sosrobahu, plasma
inti rakyat, dan tebang pilih Indonesia telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.

II.6 Pembakuan dan Kodifikasi Istilah


Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan, penyerapan, dan perekaciptaan
dibakukan lewat kodifikasi yang mengusahakan keteraturan bentuk seturut kaidah dan adat
pemakaian bahasa. Kodifikasi itu tercapai dengan tersusunnya sistem ejaan, buku tata bahasa,
dan kamus yang merekam dan menetapkan bentuk bakunya.

II.7 Bagan Prosedur Pembakuan Istilah


Prosedur pembakuan istilah dapat dilihat pada bagan berikut

III. Aspek Tata Bahasa Peristilahan


Istilah dapat berupa (1) bentuk dasar, (2) bentuk berafiks, (3) bentuk ulang, (4) bentuk
majemuk, (5) bentuk analogi, (6) hasil metanalisis, (7) singkatan, (8) akronim.

III.1 Istilah Bentuk Dasar


Istilah bentuk dasar dipilih di antara kelas kata utama, seperti nomina, verba, adjektiva, dan
numeralia. Misalnya :
Nomina:

kaidah - rule
busur - bow
cahaya - light

Verba:

keluar - out
Uji - test
Tekan - press

Adjektiva:

kenyal - elastic
Acak - random
Cemas - anxious

Numeralia:

gaya empat - four force


(pukulan) satu-dua - one-two
(bus) dua tingkat - double decker

III.2 Istilah Bentuk Berafiks


Istilah bentuk berafiks disusun dari bentuk dasar dengan penambahan prefiks, infiks, sufiks,
dan konfiks seturut kaidah pementukan kata bahasa Indonesia, misalnya dari bentuk pirsa
menjadi pemirsa, bukan pirsawan ; dari hantar menjadi keterhantaran, bukan kehantaran.
Istilah bentuk berafiks menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya.
Istilah bentuk berafiks tersebut mengikuti paradigm berikut, yang unsur-unsurnya demi
kejelasan dimasukkan dalam berbagai kotak.
III.2.1 Paradigma Bentuk Berafiks ber ber-tani bertani petani pertanian
bel-ajar belajar pelajar pelajaran
ber-ubah berubah peubah perubahan

Istilah berafiks petani, pelajar, peubah yang mengacu kepada pelaku atau alat, dan pertanian,
pelajaran, perubahan yang mengacu ke hal, keadaan, atau tempat dibentuk dari verba bertani,
belajar, berubah yang berasal dari bentuk dasar tani, ajar, dan ubah.
III.2.2 Paradigma Bentuk Berafiks meng men-tulis menulis penulis penulisan tulisan
meng-ubah mengubah pengubah pengubahan ubahan
mem-besarkan membesarkan pembesar pembesaran besaran
meng-ajari mengajari pengajar pengajaran ajaran

Istilah berafiks penulis, pengubah, pembesar, pengajar, yang mengacu kepada pelaku atau
alat, dan penulisan, pngubahan, pengajaran yang mengacu ke proses atau perbuatan serta
tulisan, ubahan, besaran, ajaran yang mengacu ke hasil dijabarkan dari verba menulis,
mengubah, membesarkan, mengajar yang berasal dari bentuk dasar tulis, ubah, besar, dan
ajar.

mem-berdayakan memberdayakan pemberdaya pemberdayaan


mem-berhentikan memberhentikan pemberhenti pemberhentian
mem-belajarkan membelajarkan pembelajar pembelajaran

Istilah berafiks pemberdaya, pemberhenti, pembelajar yang mengacu kepada pelaku dan
pemberdayaan, pemberhentian, pembelajaran yang mengacu ke perbuatan dibentuk dari
verba memberdayakan, memberhentikan, membelajarkan yang dibentuk dari berdaya,
berhenti, belajar yang berasal dari bentuk dasar daya, henti, dan ajar.

mem-persatukan persatuan mempersatukan pemersatu pemersatuan

Istilah berafiks pemersatu, pemeroleh, pemelajar yang mengacu kepada pelaku dan
pemersatuan, pemerolehan, pemelajaran yang mengacu ke perbuatan atau proses serta
persatuan, perolehan, pelajaran yang mengacu ke hasil dibentuk dari verba mempersatukan,
memperoleh, mempelajari yang dibentuk dari bersatu, beroleh, belajar yang berasal dari
bentuk dasar satu, oleh, ajar.
III.2.3 Paradigma Bentuk Berkonfiks kean
kean saksi kesaksian
kean bermakna kebermaknaan
kean terpuruk keterpurukan
kean seragam keseragaman

Istilah berkonfiks kean yang mengacu ke hal atau keadaan dibentuk dari pangkal yang
berupa bentuk dasar atau bentuk yang berprefiks ber-, ter-, se-, seperti saksi, bermakna,
terpuruk,dan seragam.
III.2.4 Paradigma Bentuk Berinfiks er-, -el-, -em-, in Sabut - serabut
Tunjuk - telunjuk
Kelut - kemelut
Kerja - kinerja
gigi - gerigi
gembung - gelembung
getar - gemetar

sambung - sinambung

Istilah berinfiks er-, -el-, -em-, -in- seperti serabut, gerigi, telunjuk, gelembung, kemelut,
gemetar, kinerja, sinambung yang mengacu ke jumlah, kemiripan, atau hasil dibentuk dari
dasar sabut, gigi, tunjuk, gembung, kelut, getar, kerja dan sambung.

III.3 Istilah Bentuk Ulang


Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk dasar seutuhnya atau sebagiannya dengan
atau tanpa pengimbuhan dan pengubahan bunyi.
III.3.1 Bentuk Ulang Utuh

Istilah bentuk ulang utuh yag mengacu ke kemiripan dapat dilihat pada contoh berikut

Ubur-ubur
paru-paru
anal-anal
kunang-kunang
Undur-undur
kanak-kanak
langit-langit
kuda-kuda

III.3.2 Bentuk Ulang Suku Awal

Istilah bentuk ulang suku awal (dwipurwa) yang dibentuk melalui pengulangan konsonan
awal dengan penambahan pepet dapat dilihat pada contoh berikut:

Laki - lelaki
Tangga - tetangga
Jaring - jejaring
buku - bebuku
rata - merata
tikus - tetikus

III.3.3 Bentuk Ulang Berafiks

Istilah bentuk ulang dengan afiksasi dibentuk melalui paradigma berikut:

Daun - dedaunan
Pohon - pepohonan
Rumput - rerumputan

Istilah bentuk ulang dedaunan, pepohonan, rerumputan yang mengacu ke berbagai macam,
keanekaan dibentuk dari dasar daun, pohon, dan rumput yang mengalami perulangan.
III.3.4 Bentuk Ulang Salin Suara

Istilah bentuk ulang salin suara dibentuk melalui pengulangan dengan perubahan bunyi.
Perhatikan contoh berikut.

Sayur - sayur-mayur
Beras - beras-petas
Serta - serta-merta
warna - warna-warni
teka - teka-teki
balik - bolak-balik

Dari segi makna, perulangan dengan cara itu mengandung makna bermacam-macam.

III.4 Istilah Bentuk Majemuk


Istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau
lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1) gabungan bentuk
bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat, atau (3) bentuk terikat
dengan bentuk terikat.
III.4.1 Gabungan Bentuk Bebas

Istilah majemuk bentuk bebas merupakan penggabungan dua unsur atau lebih, yang
unsurunsurnya dapat berdiri sendiri sebagai bentuk bebas. Gabungan bentuk bebas meliputi
gabungan (a) bentuk dasar dengan bentuk dasar, (b) bentuk dasar dengan bentuk berafiks atau
sebaliknya, dan (c) bentuk berafiks dengan bentuk berafiks.
III.4.1.1 Gabungan Bentuk Dasar
Istilah majemuk gabungan bentuk dasar merupakan penggabungan dua bentuk dasar atau
lebih.

Garis lintang
Masa depan
Rawat jalan
kereta api listrik
rumah sangat sederhana

III.4.1.2 Gabungan Bentuk Dasar dan Bentuk Berafiks


Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan bentuk
berafiks atau sebaliknya.

Proses berdaur
Sistem pencernaan
menembak jatuh
tertangkap tangan

III.4.1.3 Gabungan Bentuk Berafiks dan Bentuk Berafiks


Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan bentuk
berafiks. Misalnya:

Kesehatan lingkungan
Perawatan kecelakaan

Pembangunan berkelanjutan

III.4.2 Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk, atau lebih, yang
salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat
digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Melayu.
Misalnya:
adi

adikarya - masterpiece
adikuasa - superpower

aneka

anekabahasa - multilingual
anekawarna - multicolored

antar

antarkota - intercity
antarbangsa - international

awa

awaair - dewater
awalengas - dehumidity

catur

caturwulan - quarter
caturlarik - quatrain

dasa

dasawarsa - decade
dasalomba - decathlon

dur

durhaka - rebellious
dursila - unethical

dwi

eka-

dwimingguan - biweekly
dwibahasa - bilingual

ekamatra - unidimension
ekasuku - monosyllable

lajak

lajaklaku - overaction
lajakaktif - overactive

lewah

lewahumur - overage
lewahbanyak - abundant

lirintan - diamondike
lirruang - spacelike

lir-

maha

mahatahu - omniscient
maharatu - empress
Mahakuasa - omnipotent

nirlaba - non-profit
nirgelar - nondegree

nir-

panca

pancamuka - multifaceted
pancaragam - variegated

pasca

pascapanen - postharvest
pascasarjana - postgraduate

pra

prasejarah - prehistory
prasangka - prejudice

pramu

purba-

pramugari - stewardess
pramuniaga - salesperson
pramuwisata - touristguide

purbawisesa - absolute power


purbakalawan - archeologist

purna

purnawaktu - full-time
purnabakti - retirement

sujana - man of good character


susila - good morals

su-

swa

swasembada - self-reliance
swalayan - self-service

tak

taksa - ambiguous
takadil - unjust

tan

tansuara - soundless
tanwarna - colorless

trilipat - threefold
triunsur - triadic

tri-

tuna

tunahargadiri - inferiority
tunakarya - unemployed

Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing Barat, dengan beberapa
perkecualian, langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh
gabungan bentuk asing Barat dengan kata Melayu-Indonesia adalah sebagai berikut:

Globalization - globalisasi
Modernization - modernisasi

Gabungan bentuk bebas dan bentuk terikat seperti wan dan wati dapat dilihat pada contih
berikut:

Ilmuwan - scientist
Seniwati - woman artist

III.4.3 Gabungan Bentuk Terikat

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat, dan bentuk
terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung. Misalnya:

Dasawarsa - decade
Swatantra - selfgovernment

III.5 Istilah Bentuk Analogi


Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah ada, seperti berdasarkan
pola bentuk pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari, dengan pola analogi pada istilah
tersebut dibentuk berbagai istilah lain. Misalnya:

Pegolf (golfer)
Tata graha (housekeeping)
Juru masak (cook)
Pramuniaga (salesperson)
peselancar (surfer)
tata kelola (governance)
juru bicara (spokesman)
pramusiwi (baby-sitter)

III.6 Istilah Hasil Metanalisis


Istilah hasil metanalisis terbentuk melalui analisis unsur yang keliru. Misalnya:

Kata mupakat (mufakat) diuraikan menjadi mu + pakat; lalu ada kata


sepakat.
Kata dasar perinci disangka terdiri atas pe + rinci sehingga muncul istilah
rinci dan rincian.

III.7 Istilah Bentuk Singkatan


Istilah bentuk singkatan ialah bentuk yang penulisannya dipendekkan menurut tiga cara
berikut.
1. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang
dilisankan sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Misalnya:
o cm yang dilisankan sentimeter
o l yang dilisankan liter
o sin yang dilisankan sinus
o tg yang dilisankan tangen
2. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim
dilisankan huruf demi huruf. Misalnya:
o DDT (diklorodifeniltrikloroetana) yang dilisankan de-de-te
o KVA(kilovolt-ampere) yang dilisankan ka-ve-a
o TL (tube luminescent) yang dilisankan te-el
3. Istilah yang sebagian unsurnya ditanggalkan. Misalnya:
o Ekspres yang berasal dari kereta api ekpres
o Kawat yang berasal dari surat kawat

o
o
o
o
o

Harian yang berasal dari surat kabar harian


Lab yang berasal dari laboratorium
Info yang berasal dari informasi
Demo yang berasal dari demonstrasi
Promo yang berasal dari promosi

III.8 Istilah Bentuk Akronim


Istilah bentuk akronim ialah istilah pemendekan bentuk majemuk yang berupa gabungan
huruf awal suku kata, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku kata dari
deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Misalnya:

Air susu ibu - asi


Bukti pelanggaran - tilang
Pengawasan melekat - waskat
Peluru kendali (guided missile) - rudal
Cairan alir (lotion) - calir

III.9 Lambang Huruf


Lambang huruf ialah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah seperti
kuantitas dan nama unsur. Lambang huruf tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

F - gaya
N - nitrogen
Hg - raksa (kimia)
m - meter
NaCl - natrium klorida
Rp - rupiah
$ - dolar

III.10 Gambar Lambang


Gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah menurut
konvensi bidang ilmu yang bersangkutan. Misalnya:

- kongruen (matematika)
- identik (matematika)
- jumlah beruntun (matematika)
~ - setara (matematika)
- jantan (biologi)
- betina (biologi)
- disilangkan dengan; hibrida (biologi)
- menunjukkan endapan zat (kimia)
- cincin benzena (kimia)
- bintang (astronomi)
- matahari; Ahad (atau) bulan; Senin (astronomi)
- dram; 3.887 gram (farmasi)
f - folio (ukuran kertas)
4 - kuarto (ukuran kertas)
U - pon (dagang)

& - dan (dagang)


pp - pianissimo, sangat lembut (musik)
f - forte, nyaring (musik)
* - asterisk, takgramatikal, bentuk rekonstruksi (linguistik)
< - dijabarkan dari (linguistik)

III.11 Satuan Dasar Sistem Internasional (SI)


Satuan dasar sistem Internasional (Systme Internasional d'Units) yang diperjanjikan secara
internasional dinyatakan dengan huruf lambang.
Besaran Dasar
arus
listrik/elektrik
intensitas
cahaya
kuantitas zat
massa
panjang
suhu
termodinamika

Lamba
ng

Satuan
Dasar

ampere

cd

kandela

mol
kg
m

mol
kilogram
meter

kelvin

sekon,
detik
Satuan
Lamba Besar
Suplementer
ng
Dasar
sudut datar
rad
radian
waktu

Lambang satuan yang didasarkan pada nama orang dinyatakan dengan huruf kapital. Bentuk
lengkap satuan ini ditulis dengan huruf kecil untuk membedakannya dengan nama pribadi
orang. Misalnya:
hukum
Ampere
muatan
3 hukum
3C
coulomb
Coulomb
hukum
6N gaya 6 newton
Newton
293 suhu
293 skala
suhu
K
kelvin
Kelvin
aktivitas
8
8Ci
suhu curie
curie
5A

arus 5 ampere

III.12 Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar


Untuk menyatakan kelipatan dan fraksi satuan dasar atau turunan digunakan nama dan
lambang bentuk terikat berikut.
Fakt Lamba
or
ng

Bentuk
Terikat

Contoh

1012
109
106
103
102
101
10-1
10-2
10-3

T
G
M
k
h
da
d
c
m

teragigamegakilohektodekadesisentimili-

10-6

mikro-

10-9 n
10-12 p

nanopiko-

10-15 f

femto-

10-18 a

ato-

terahertz
gigawatt
megaton
kiloliter
hektoliter
dekaliter
desigram
sentimeter
milivolt
mikromete
r
nanogram
pikofarad
femtoampe
re
atogram

III.13 Sistem Bilangan Besar


Sistem bilangan besar di atas satu juta yang dianjurkan adalah sebagai berikut.
jumlah
9
jumlah
triliun
12
kuadrili jumlah
un
15
kuintiliu jumlah
n
18
sekstiliu jumlah
n
21
septiliu jumlah
n
24
jumlah
oktiliun
27
jumlah
noniliun
30
jumlah
desiliun
33

109 biliun
101
2

101
5

101
8

102
1

102
4

102
7

103
0

103
3

nol
nol
nol
nol
nol
nol
nol
nol
nol

Sistem yang tersebut di atas antara lain juga digunakan di Amerika Serikat, Rusia, dan
Prancis. Di samping itu, masih ada sistem bilangan besar yang berlaku di Inggris, Jerman,
dan Belanda seperti dibawah ini.
109 miliar
101
2

101
8

biliun
triliun

jumlah nol
9
jumlah nol
12
jumlah nol
18

102 kuadrili
4
un
3
10 kuintiliu
0
n

jumlah nol
24
jumlah nol
30

III.14 Tanda Desimal


Sistem Satuan Internasional menentukan bahwa tanda desimal boleh dinyatakan dengan
koma atau titik. Dewasa ini beberapa negeri, termasuk Belanda dan Indonesia, masih
menggunakan tanda koma desimal. Misalnya
ata
u
ata
123,45
u
15,000,000 ata
,00
u
3,52

3.52
123.45
15.000.000
,00

Bilangan desimal tidak dimulai dengan tanda desimal, tetapi selalu dimulai dengan angka.
Misalnya:
0,5
2
0.5
2

buka
n
buka
n

,
52
.
52

Jika perlu, bilangan desimal di dalam daftar atau senarai dapat dikecualikan dari peraturan
tersebut di atas. Misalnya:
,550
234
,552
76
,554
051

ata
u
ata
u
ata
u
ata
,556 1
u

.550
234
.552
76
.554
051
.556 1

Bilangan yang hanya berupa angka yang dituliskan dalam tabel atau daftar dibagi menjadi
kelompok-kelompok tiga angka yang dipisahkan oleh spasi tanpa penggunaan tanda desimal.
Misalnya:
buka
n
buka
5 075 442
n
17
081 buka
500
n
158 777 buka
543
n
3 105 724

ata
u
ata
5,075,442
u
17,081,50 ata
0
u
158,777,5 ata
43
u
3,105,724

3.105.724
5.075.442
17.081.50
0
158.777.5
43

666 123

buka
666,123
n

ata
666.123
u

Catatan: dengan mengingat kemungkinan bahwa tanda desimal dapat dinyatakan dengan
tanda koma atau titik, penulis karangan hendaknya memberikan catatan cara mana yang
diikutinya.

IV. Aspek Semantik Peristilahan


IV.1 Pemberian Makna Baru
Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan peluasan makna kata yang lazim dan yang
tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga
penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih luas.
IV.1.1 Penyempitan Makna

Kata gaya yang mempunyai makna 'kekuatan' dipersempit maknanya menjadi 'dorongan atau
tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tak terikat)' dan menjadi istilah baru untuk
padanan istilah inggris force. Kata kendala yang mempunyai makna 'penghalang', 'perintang'
dipersempit maknanya menjadi 'pembatas keleluasaan gerak', yang tidak perlu menghalangi
atau merintangi, untuk dijadikan istilah baru bidang fisika sebagai padanan istilah Inggris
constraint. Kata tenaga yang mempunyai makna 'kekuatan untuk menggerakkan sesuatu'
dipersempit maknanya untuk dijadikan istlah baru sebagai padanan istilah energy dan kata
daya menjadi padanan istilah power. Kata ranah dalam bahasa Minang, yang mempunyai
makna 'tanah rata, dataran rendah' dipersempit maknanya menjadi 'lingkungan yang
memungkinkan terjadinya percakapan yang merupakan kombinasi antara partisipan, topic,
dan tempat' sebagai padanan istilah domain.
IV.1.2 Perluasan Makna

Kata garam yang semula bermakna 'garam dapur' (NaCl) diperluas maknanya sehingga
mencakupi semua jenis senyawaan dalam bidang kimia. Kata canggih yang semula bermakna
'banyak cakap, bawel, ceretwet' diperluas maknanyauntuk dipakai di bidang teknik, yang
berarti 'kehilangan kesedarhanaan asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang)'. Kata
pesawat yang semula bermakna 'alat, perkakas, mesin' diperluas maknanya di bidang teknik
menjadi 'kapal terbang'. Kata luah yang berasal dari bahasa Minang, dengan makna '(1) rasa
mual; (2) tumpah atau limpah (tentang barang cair)', mengalami perluasan makna menjadi
'volume zat cair yang mengalir melalui permukaan per tahun waktu'. Kata pamer yang semula
dalam bahasa Jawa bermakna 'beraga, berlagak' bergeser maknanya dalam bahasa Indonesia
menjadi 'menunjukkan (mendemonstrasi) sesuatu yang dimiliki kepada orang banyak dengan
maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan'.

IV.2 Istilah Sinonim


Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan, disebut
sinonim. Di antara istilah sinonim itu salah satunya ditentukan sebagai istilah baku atau yang
diutamakan. Misalnya:

gulma sebagai padanan weed lebih baik daripada tumbuhan pengganggu


hutan bakau sebagai padanan mangrove forest lebih baik daripada hutan
payau
mikro- sebagai padanan micro- dalam hal tertentu lebih baik daripada
renik
partikel sebagai padanan particle lebih baik daripada bagian kecil atau
zarah

Meskipun begitu, istilah sinonim dapat dipakai di samping istilah baku yang diutamakan.
Misalnya:
Istilah
asing
absorb
accelerati
on
diameter
frequency
relative
temperat
ure

Istilah yang
diutamakan
serap

Istilah
sinonim
absorb

percepatan

akselerasi

garis tengah
frekuensi
relatif

diameter
kekerapan
nisbi

suhu

temperatur

Berikut kelompok istilah sinonim yang menyalahi asas penamaan dan pengistilahan
Misalnya:

zat lemas dihindarkan karena ada nitrogen


saran diri dihindarkan karena ada autosugesti
ilmu pisah dihindarkan karena ada ilmu kimia
ilmu pasti dihindarkan karena ada matematika

Sinonim asing yang benar-benar sama diterjemahkan dengan satu istilah Indonesia. Misalnya:

average, mean - rata-rata (rerata, purata)


grounding, earthing - pengetanahan

Sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya diterjemahkan dengan istilah yang
berlainan. Misalnya:

axiom - aksioma
law - hukum
postulate - postulat
rule - kaidah

IV.3 Istilah Homonim


Istilah homonim berupa dua istilah, atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi
maknanya berbeda, karena asalnya berlainan. Istilah homonim dapat dibedakan menjadi
homograf dan homofon.

IV.3.1 Homograf

Istilah homograf ialah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya. Misalnya:

pedologi paedo - ilmu tentang hidup dan perkembangan anak


pedologi pedon - ilmu tentang tanah
teras - inti
teras - lantai datar di muka rumah

IV.3.2 Homofon

Istilah homofon ialah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya:

bank dengan bang


massa dengan masa
sanksi dengan sangsi

IV.4 Istilah Polisem


Istilah polisem ialah bentuk yang memiliki makna ganda yang bertalian. Misalnya, kata
kepala (orang) 'bagian teratas' dipakai dalam kepala (jawatan), kepala (sarung). Bentuk asing
yang sifatnya polisem diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya. Karena medan
makna yang berbeda, suatu istilah asing tidak selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang
sama.
Misalnya

(cushion) head - topi (tiang pancang)


head (gate) - (pintu air) atas
(nuclear) head - hulu (nuklir)
(velocity) head - tinggi (tenaga kecepatan)
(detonating) fuse - sumbu (ledak)
fuse - sekering
to fuse - melebur, berpadu, melakur, terbakar.

IV.5 Istilah Hiponim


Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum dalam hiperonim, atau
subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas. Kata mawar,
melati, cempaka, misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga yang
menjadi hiperonim atau superordinatnya. Di dalam terjemahan, hiperonim atau superordinat
pada umumnya tidak disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam bahasa
Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata poultry, misalnya diterjemahkan
dengan unggas, dan tidak dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan istilah
hiperonimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau ikatan kalimat suatu superordinat
asing akan menentukan hiponim Indonesia mana yang harus dipilih. Kata rice, misalnya,
dapat diterjemahkan dengan padi, gabah, beras, atau nasi, bergantung pada konteksnya.

IV.6 Istilah Taksonim


Istilah taksonim ialah hiponim dalam sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep atasan
yang bertingkat-tingkat. Kumpulan taksonim membangun taksonimi sebagaimana takson
membangun taksonomi. Berikut ini adalah bagan taksonomi makhluk.
Makhluk

Bakteri
hewan
o mamalia
anjing

pudel
herder

sapi
burung
unggas
itik
ayam
manuk
o ikan
teri
tongkol
o serangga
semut
capung
tumbuhan
o

yang dimaksud dengan hubungan antara kelas atasan dan kelas bawahan dalam bagan di atas
ialah hubungan makhluk dengan bakteri, hewan, damn tumbuhan atau hubungan hewan
dengan mamalia, burung, ikan, dan serangga. Sementara itu, hubungan kelas bawahan dan
kelas atasan ialah hubungan bakteri, hewan dan tumbuhan dengan makhluk, atau hubungan
mamalia, burung, ikan, dan serangga dengan hewan.

IV.7 Istilah Meronim


Istilah Meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya merupakan bagian dari
maujud lain yang menyeluruh. Istilah yang menyeluruh itu disebut holonim. Berikut ini
adalah bagan meronimi tubuh.
Tubuh

kepala
o rambu
o dahi
o mata
o hidung
o telinga
o mulut
lidah
gigi

bibir

bibir atas
bibir bawah

leher
dada
lengan
tungkai

bagan di atas memperlihatkan kata yang mengandung makna keseluruhan yang memiliki
kedudukan lebih tinggi daripada kata bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi
makna bagian. Kata tubuh mengandung makna keseluruhan yang mencakupi makna dada,
lengan, dan tungkai. Hubungan antara tubuh dan bagiannya disebut hubungan kemeroniman.
Hubungan kemeroniman dibedakan atas hubungan tubuh dengan bagiannya, hubungan
kumpulan dengan anggotanya, serta hubungan antara massa dengan unsurnya tubuh adalah
keseluruhan yang terjadi dari keutuhan seluruh bagiannya; kumpulan adalah keseluruhan
yang terjadi dari gabungan seluruh anggotanya; massa merupakan keseluruhan yang terjadi
dari peleburan seluruh unsurnya.

Anda mungkin juga menyukai