Anda di halaman 1dari 18

Rencana Pelaksanaan Konstruksi PLTU Parit Baru

1. Pemilihan Lokasi Pelaksanaa Konstruksi


Lokasi yang dipilih untuk perancangan pembangkit listrik tenaga termal adalah
PLTU Parit Baru dengan kapasitas 2 x 50 MW. Ada beberapa pertimbangan yang
mendasari pemilihan lokasi perancangan pembangkit listrik tersebut, yaitu:
1. Syarat untuk perancangan pembangkit listrik tenaga termah harus memilih
pembangkit dengan kapasitas diatas 25MW.
2. Masih kurangnya pasokan listrik di daerah Kalimantan Barat sedangkan dalam
RUPTL disebutkan bahwa kebutuhan pasokan listrik Kalimantan Barat akan terus
bertambah 1,3% pertahun.
3. PLTU Parit Baru sudah dilalui jalur transmisi nasional (JTN).
4. PLTU Parit Baru menggunakan bahan bakar yaitu batu bara, hal ini sesuai dengan
kebijakan pemerintah Kalimantan yang berencana melakukan pembangunan PLTU
dalam rangka penggunaan sumber daya alam sendiri.
5. Berdasarkan RUPTL tahun 2013-2022, PLTU Parit Baru akan beroperasi pada
tahun 2016 dan diperkirakan pada tahun ini PLTU sedang dalam proses kontruksi.
Pembangunan PLTU Parit Baru dengan kapasitas 2 x 50 MW berlokasi di Parit
Baru, Kecamatan Jungkat, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Lokasi pembangunan
PLTU
Parit Baru dikelilingi oleh Sungai Parit Baru, Sungai Jungkat dan Sungai Kapuas,
seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Letak geografis PLTU Parit Baru

Kondisi topografi tanah yang sangat landai lokasi PLTU dan terletak di tepi
muara sungai besar yaitu Sungai Kapuas, mengakibatkan lokasi tersebut tergenang air pada

saat air pasang. Elevasi muka air tertinggi pada saat pasang dapat mencapai ketinggian
1,83 m. oleh karena itu, dalam perancangan pembangunan PLTU Parit Baru elevasi tanah
dinaikkan menjadi 3 meter di atas permukaan air sungai rata-rata. Sungai kapuas yang
mengelilingi area PLTU Parit Baru memiliki panjang 0,6 km.

Gambar 2. Lokasi PLTU Parit Baru

Letak PLTU Parit Baru ini sudah dilalui jalur transmisi nasional (JTN) seperti yang
terlihat pada gambar 3.

LETAK PLTU PARIT BARU (SUDAH DILALUI JALUR TRANSIMI)

Gambar 3. Peta jaringan transmisi pulai kalimantan


2. Deskripsi Wilayah Perancangan Pembangkit
1. Letak geografis : 0003'25,8 N 10912'08 E
2. Akses
Akses menuju PLTU Parit Baru sangat mudah mengingat lokasi sangat strategis
karena berada pada muara Sungai Kapuas yaitu lalu lintas transportasi perairan. Akses
jalan dari pontianak hanya melewati Jalan Ampera untuk menuju PLTU Parit Baru. Dan
juga terdapat Bandara Internasional Supadio.
1. Pelabuan Indonesia II pontianak jarak 17.45 KM
2. Jalan Ampera menuju langsung ke PLTU Parit Baru
3. Bandara Internasional Supadio jarak 32.65 KM
3. Batas Wilayah
Utara
: Berbatas Kabupaten Bengkayang
Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya
Barat
: Berbatasan dengan Laut Natuna
Timur
: Berbatasan dengan Kabupaten Landak
4. Iklim
Suhu Udara
: Rata rata 27.8 0C

Kelembapan

: Rata rata 80.7% (sumber : Stasiun Maritim Pontianak,

2012)
Tabel Data Suhu Udara, Kelembaban, dan Tekanan Udara di Kota Pontianak 2012

Tabel Data Kecepatan Angin dan Arah Angin Di Kota Pontianak Tahun 2012

5. Karakteristik Air
1. Pendingin
- Media pendingin
: Air sungai
- Sistem pendingin
: Once through cooling water (OTCW)
2. Sumber air
- Nama sungai
: Sungai Kapuas
- Mata air
: Pegunungan Muller
- Mulut sungai
: Selat Karimata (Laut Cina Selatan)
- Panjang sungai
: 1.143 km
- Kawasan DAS
: 10 juta Ha
3. Kualitas air di hilir sungai Kapuas
No

Parameter

.
1

Nilai

TSS

25.3 mg/l

TDS

10.2 mg/l

Temperatur

29.5 oC

DO

3.71 mg/l

BOD

9.71 mg/l

COD

26.2 mg/l

pH

5.50

Jumlah total coliform

10000 MPN/1000ml

Fisika

Kimia

6
7
8

Biologi

4. Air Umpan
Air umpan boiler dan karakteristik air boiler per ISO :10392-1982.
1. Feed Water
Up to 20

20 kg/cm2 to 39

40 kg/cm2 to 59

kg/cm2

kg/cm2

kg/cm2

Total Hardness

< 10

< 10

<0.5

pH Value
DO

8.5-9.5
0.1

8.5-9.5
0.02

8.5-9.5
0.01

0.5

Parameters

Silica

2. Boiler Water

Unit
Ppm as
CaCO3
As ppm
As ppm
SiSO2

Parameters
Total Hardness
Total Alkalinity
Caustic
Alkalinity
pH Value
Residual
Hydrazine
Residual
Sodium

Up to 20

20 kg/cm2 to

40 kg/cm2 to

kg/cm2
Not

39 kg/cm2
Not

59 kg/cm2
Not

Detectable

Detectable

Detectable

700

500

300

350

200

60

11.0 to 12.0

11.0 to 12.0

10.5 to 11.0

30 to 50

20 to 30

0.1 to 0.1

0.1 to 0.5

0.05 to 0.3

Above 2.5

Above 2.5

Above 2.5

Above 0.4

Above 0.4

Above 0.4

20 to 40

15 to 30

5 to 20

ppm as PO4

3500

2500

1500

ppm

<0.4 of

<0.4 of

Caustic

Caustic

Alkalinity

Alkalinity

Unit

As ppm
CaCO3
As ppm
CaCO3
ppm as
Na2SO3
ppm as
N2H4

Sulphite
Ratio
Na2SO4/Caustic
Alkalinity (as
NaOH)
Ratio
Na2SO4/Total
Alkalinity (as
NaOH)
Phosphate
Total Dissolved
Solids
Silica

As ppm

15

SiO2

3. Batas air boiler


Boiler Pressure
psig
0-300
301-450
451-600
601-750
751-900
901-1000
1001-1500

TDS

Alkalinity

3500
3000
2500
2000
1500
1250
1000

700
600
500
400
300
250
200

Suspended

Silica

Solids
300
250
150
100
60
40
20

*
125
90
50
35
20
8.0
2.5

1501-2000
750
150
10
1.0
>2000
500
100
5
0.5
* Berdasarkan kandungan Silica didalam steam yaitu 0,02-0,03 ppm dan juga
didasarkan pada SiO2 / Jumlah rasio anion.
Standar Kualitas Air Demin
Air demin adalah air hasil dari proses demineralisasi yang merupakan air murni
H2O dengan sedikit mineral (Kemmer, 1988). Air demin biasa digunakan untuk air umpan
boiler. Berikut ini adalah batas yang ditentukan untuk boiler tekanan tinggi dari organisasi
yang berbeda.
Pedoman ASME untuk kualitas air di industri boiler pipa air yang modern dengan
operasi reliable kontinyu.
Tabel 1. ASME standar untuk kualitas air demin
Boiler Feed Water
Drum

Iron

Pressure

(ppm Fe)

(psi)
0-300
301-450
451-600
601-750
751-900
901-1000
1001-1500
1501-2000

0.100
0.050
0.030
0.025
0.020
0.020
0.010
0.010

Copper
(ppm

Total
Hardness
(ppm

Cu)
0.050
0.025
0.020
0.020
0.015
0.015
0.010
0.010

CaCO3)
0.300
0.300
0.200
0.200
0.100
0.050
0.00
0.00

Silica
(ppm

Boiler Water
Total
Specific
Alkalinity

Conductance

** (ppm

(micromhos/cm)

CaCO3)
700*
600*
500*
400*
300*
200*
0***
0***

(unneutralized)
7000
6000
5000
4000
3000
2000
150
100

SiO2)
150
90
40
30
20
8
2
1

ABMA standar konsentrasi air boiler untuk meminimalkan carryover


Tabel 2. ABMA standar untuk konsentrasi air boiler
Drum Pressure
(psig)
0-300
301-450
451-600
601-750
751-900
901-1000
1001-1500

Total Silica*
(ppm SiO2)
150
90
40
30
20
8
2

Boiler Water
Specific**

Conductance

Alkalinity

(micromhos/cm

(ppm CaCO3)
700
600
500
400
300
200
0

)
7000
6000
5000
4000
3000
2000
150

1501-2000

100

Nilai ini akan membatasi kandungan silika dari uap menjadi 0,25 ppm sebagai
fungsi selektif.
5. Batubara
SPESIFIKASI BATU BARA
NamaProduk
Ecocoal
Negara
Indonesia
Producer
Arutmin
TM % (ar)
35
IM % (ad)
23
Ash % (ad)
3.9
VM % (ad)
38
Total Sulphur % (ad)
0.15
Fixed Carbon %(ad)
35.1
HGI
70
SE kcal/kg (gad)
5000
SE kcal/kg (gar)
4221
Fuel Ratio(FC/VM)
0.92
Sumber: Barlow Jonker
Pemilihan batu bara dari perusahaan Arutmin dan memilih merk dagang Ecocoal
disebabkan beberapa factor diantaranya:
1 Lokasi tambang yang dekat dengan PLTU 2x50 Parit Baru yaitu diprovinsi
Kalimantan selatan. Luas tambang yang mencapai 3 kabupaten yaitu Kab.Tanah
Laut, Kab.Kota Baru dan Kab. Tanah Bambu.
6. Akses pengiriman melalui jalur laut akan mempermudah pengiriman dari segi
waktu.
7. Nilai HGI yang tinggi yaitu 70 menjadikan batu bara jenis ini sangat mudah
dihaluskan. Sesuai dengan spesifikasi boiler jenis CFB (circulated fluid bed) yang
memerlukan butiran yang halus dalam proses pembakarannya.
8. Harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau, mengingat kapasitas pembangkit
yang kecil. Harga dapat dilihat pada table dibawah ini.
9. Provinsi Kalimantan Barat menpuyai pontensi Batu Bara mencapai 181,6 juta ton,
berkalori antara 4.350-7.454 Ccal per gr. Hingga kini, potensi tersebut belum
dieksploitasi.Pemerintah Kalimantan Barat terus mendorong pelaku usaha untuk
berinvestasi di sektor pertambangan batu bara. Sekitar 16 perusahaan sudah
mengantongi izin kuasa pertambangan batu bara, tapi belum ada satu pun yang

memulai aktivitas di lapangan. Ketika batu bara sudah dieksploitasi, Batu Bara
akan di Pakai untuk PLTU Parit Baru sehingga jarak pengiriman batu bara menjadi
lebih dekat onkos Transportasi Menjadi Murah.
Tabel Data Batubara

MERK
DAGANG

ECOCOAL

KUALITAS TYPICAL
TM
CV
(%)
TS
(kcal/kg
(%,a
GAR)
(%)
r)
4,200

35,00

0,18

Ash
(%,a
r)
3,90

HPB
MARKE
R
(USS/to
n)
38,82

6. Kebutuhan Listrik
Kebutuhan listrik Kalimantan Barat sangat besar menurut terutama untuk daerah
daerah terpencil serta industri industri. Sampai saat ini, kebutuhan listrik Kalimantan Barat
di daerah perbatasan masih dipasok oleh negara luar yaitu Malaysia. Daerah terpencil di
daerah Kalimantan Barat yang butuh oleh aliran listrik masih tercatat 799 desa tersebar
diseluruh Kalimantan Barat.
Sampai saat ini sektor industri Kalimantan Barat terbilang lamban, dikarenakan
keterbatasan energi listrik. Kebutuhan industri untuk wilayah industri daerah Tayan
mencapai 800 MW, wilayah Toho mencapai 600 MW, wilayah Mandor mencapai 350 MW.
Wilayah Sambas mencapai 400 MW. Dan kebutuhan untuk daerah perbatasan mencapai
200 MW.

Pemetaan kebutuhan listrik Kalimantan Barat

7. Dasar Hukum (Kalimantan Barat)


Peraturan Tentang Lingkungan Hidup

1. Pengendalian Pencemaran dan / atau Perusakan Laut


Pencemaran laut ada1ah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke da1am lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau

fungsinya.
Kerusakan laut ada1ah perubahan fisik dan/atau hayati laut yang me1ewati

kriteria baku kerusakan laut.


Baku mutu air laut ada1ah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar

yang ditenggang keberadaannya di da1am air laut.


2. Baku Mutu Emisi Tak Bergerak

Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas maksimum emisi yang
diperbolehkan dimasukkan ke dalam lingkungan.

Emisi adalah makluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain yang
dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara
ambient.

Catatan :
1. Nitrogen Oksigen ditentukan sebagai NO2
2. Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3% O2
3. Volume Gas dalam keadaan standar (25 oC dan Tekanan 1 atm)
4. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan
pengamatan total partikel
5. Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga
bulan

3. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit


Listrik Tenaga Termal
(Sumber : Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2009 Pasal 1
(poin 1 dan 2))
- Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang
-

berwujud cair.
Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersumber
dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan
logam, blowdown cooling tower, blowdown boiler, laboratorium dan

regenerasi resin water treatment plant.


a. Sumber Proses Utama
No

Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
.
1.
pH
6-9
2.
TSS
mg/L
100
3.
Minyak dan Lemak
mg/L
10
4.
Klorin Bebas (Cl2)*
mg/L
0,5
5.
Kromium Total (Cr)
mg/L
0,5
6.
Tembaga (Cu)
mg/L
1
7.
Besi (Fe)
mg/L
3
8.
Seng (Zn)
mg/L
1
49.
Phospat (PO )
mg/L
10
Catatan : * Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL
** Apabila melakukan injeksi Phospat
b. Sumber Blowdown Boiler
No.
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
1.
pH
6-9
2.
Tembaga (Cu)
mg/L
1
3.
Besi (Fe)
mg/L
3
Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidak dialirkan ke
IPAL
c. Sumber Blowdown Cooling Tower
No.
1.
2.
3.
4.

Parameter
pH
Klorin Bebas (Cl2)
Minyak dan Lemak
Klorin Bebas (Cl2)*

Satuan
mg/L
mg/L
mg/L

Kadar Maksimum
6-9
1
10
0,5

Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown cooling tower tidak


dialirkan ke IPAL
d. Sumber Demineralisasi/WTP
No

Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
.
1.
pH
6-9
2.
TSS
mg/L
100
Catatan : Apabila sumber air limbah demineralisasi/WTP tidak dialirkan ke
IPAL
e. Sumber Pendingin (Air Bahang)
No.
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
1.
Temperatur
C
40*
2.
Klorin Bebas (Cl2)
mg/L
0,5
Catatan : Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL
*Merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di outlet
kondensor
f. Sumber Desalinasi
No
.
1.
2.

Parameter
pH
Salinitas

Satuan

Kadar Maksimum

mg/L

69
100

g. Sumber FGD Sistem Sea Water Wet Srubber


No.
1.
2.

Parameter
pH
SO4(2-)

Satuan
%

Kadar Maksimum
69
Pada radius 30 m dari
lokasi pembuangan air
limbah ke laut, kadar
salinitas air limbah
sudah harus sama
dengan kadar salinitas

alami.
Catatan : Apabila sumber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber
tidak dialirkan ke IPAL
4. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,


daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain.


Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum.


Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau

kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada


atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai

unsur lingkungan hidup.


Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung
dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau
hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup.


Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur
melalui baku mutu lingkungan hidup.
Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
1. baku mutu air
2. baku mutu air limbah
3. baku mutu air laut
4. baku mutu udara ambient
5. baku mutu emisi
6. baku mutu gangguan
7. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

Penentuan terjadinya kerusakan lingkungan hidup diukur


melalui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi :

1. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa


2. kriteria baku kerusakan terumbu karang
3. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
4.
5.
6.
7.
8.

kebakaran hutan dan/atau lahan


kriteria baku kerusakan mangrove
kriteria baku kerusakan padang lamun
kriteria baku kerusakan gambut
kriteria baku kerusakan karst
kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.


5. AMDAL
1. PP 27 Tahun 1999
AMDAL merupakan suatu kajian mengenai dampak besar atau penting bagi
suatu usaha terhadap lingkungan hidup. Dampak besar atau penting ini
merupakan adanya perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan adanya
suatu usaha. Suatu usaha harus mampu untuk melakukan pengendalian
dampak lingkungan hidup dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai
dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup kawasan.
Adapun kriteria mengenai AMDAL :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. Sifatnya kumulatif dampak
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
2. PP 18 Tahun 1999 ,
Limbah B3 adalah sisa dari suatu usaha / kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lain.
Pengelolaan limbah B3 ada1ah rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan penimbunan limbah B3.

Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi


jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum
dihasilkan dari suatu kegiatan.
Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan
yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali.
3. PP 85 tahun 1999
Limbah B3 dapat diindentifikasi menurut sumber dan atau uji
karakteristik atau uji toksikologi.
1. Limbah B3 menurut sumber :
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari bahan kimia yang sudah kadaluarsa, tumpahan,
bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi
2. Uji karakter limbah B3
Mudah terbakar
Mudah meledak
Beracun
Bersifat reaktif
Bersifat kosorsif
Menyebabkan infeksi
3. Emisi
Pembakaran dalam adalah pembakaran yang menghasilkan panas

dan digunakan sebagai penggerak langsung mesin.


Pembakaran luar adalah pembakaran yang menghasilkan panas

untuk memanaskan cairan (air/ uap)yang bekerja melalui dinding.


Emisi adalag gas NOx , CO, SO2 dan partikulat lainnya yang

dihasilkan dari kegiatan industry.


Oksidasi thermal adalah unit proses pengolahan polutan gas yang

mengandung gas kecut secara oksidasi panas atau insinerasi.


Unit penangkap sulfur (yang dilengkapi dengan thermal oxidizer
(oksidasi termal) atau Insinerator) adalah unitproses pengolahan
yang menyisihkan atau yangmenangkap dan mengkonversi polutan
gas yangmengandung sulfur menjadi produk dalam fasa liquid
atausolid, sementara tail gas (gas ikutan) yang dihasilkandiolah
melalui thermal oxidizer (oksidasi termal) atau Insinerator.

Suar bakar (Flaring) adalah pembakaran secara menerus maupun


tidak dari gas-gas yang dihasilkan oleh kegiatan operasi minyak dan
gas pada cerobong tetap (stationary stack) baik vertikal maupun
horizontal.

Anda mungkin juga menyukai