Bulan
Jmlh Kabupaten
Baru
Total
27
1999
Oktober
26
2000
Juni
Oktober
Desember
Juni
12
12
22
2001
2002
April
19
Oktober
Februari
12
April
17
17
Mei
12
12
Desember
23
23
2004
Oktober
2007
Januari
14
16
2003
2008
Maret
Agustus
Januari
Juli
134
23
169
TOTAL
Usulan untuk membentuk daerah baru ini masih terus terjadi sampai sekarang,
bahkan sebagian diantaranya sedang dibahas oleh DPR.
Dilihat dari segi regulasi, pemekaran daerah diberi peluang oleh
pemerintahan Orde Baru dan pasca Orde Baru. Perbedaannya terletak pada proses
pengusulan pemekaran. Di masa Orde Baru pemerintah pusat mempunyai peran
yang besar untuk menyiapkan pembentukan daerah otonom (dari ibukota
Kecamatan, menjadi Kota Administratif lalu Kotamadya) dan menginisiasi
pembentukannya. Di masa pasca Orde Baru, regulasi yang ada menekankan pada
usulan daerah untuk memekarkan diri dalam rangka membentuk daerah otonom
baru. Namun pun demikian, regulasi yang ada berusaha untuk menyaring usulan
pemekaran dengan mempertimbangkan kapasitas daerah yang akan dibentuk.
Selain itu, bukan hanya pemekaran yang dimungkinkan. Tetapi penggabungan
beberapa daerah menjadi satu daerah otonompun diberi peluang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (selanjutnya ditulis UU Pemda), pembentukan daerah pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat. Pembentukan daerah dapat berupa pemekaran dari satu
daerah menjadi dua daerah atau lebih, atau penggabungan bagian daerah yang
bersandingan, atau penggabungan beberapa daerah.2 Pemekaran daerah adalah
pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi dua daerah atau lebih.3
Sementara dalam prakteknya sampai dengan tahun 2008, Indonesia belum pernah
mempunyai pengalaman penggabungan daerah.
Sebelumnya, tata cara pembentukan, penghapusan, dan penggabungan
daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 diganti
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah (selanjutnya ditulis PP 78/07). Dalam PP
78/07 mengatur mengenai proses pembentukan daerah yang didasari pada 3 (tiga)
persyaratan, yakni administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.
1. Persyaratan administratif didasarkan atas aspirasi sebagian besar masyarakat.
2. Persyaratan secara teknis didasarkan pada faktor kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan,
keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah. Adapun faktor lain tersebut meliputi pertimbangan kemampuan
keuangan,
tingkat
kesejahteraan
masyarakat,
dan
rentang
kendali
penyelenggaraan pemerintahan.
3. Persyaratan fisik kewilayahan dalam pembentukan daerah meliputi cakupan
wilayah, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
Dengan persyaratan dimaksud diharapkan agar daerah yang baru dibentuk
dapat tumbuh, berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi daerah dalam
rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan dalam memperkokoh keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pembentukan daerah, tidak boleh
mengakibatkan daerah induk menjadi tidak mampu menyelenggarakan otonomi
2
3
Putra, R Alam Surya, 2006,Pemekaran Daerah di Indonesia : Kasus di Wilayah Penelitian IRDA,
Makalah Seminar Internasional Percik ke-7, Salatiga, Juli 2006. Pratikno, 2007,Policy Paper : Usulan
Perubahan Kebijakan Penataan Daerah (Pemekaran dan Penggabungan Daerah),Kajian Akademik
Penataan Daerah di Indonesia Kerja sama Dengan DRSP-Depdagri.
5
Kana & Suwondo, 2007 dalam www.ugm.ac.id, Rasionalisasi Pemekaran & Penggabungan Wilayah
Sie Infokum Ditama Binbangkum
6
7