Kue-Kue Winda
Oleh Diana Silfiani
Rasti suka kue buatan Winda. Enak. Murah lagi. Temantemannya juga begitu. Setiap waktu istirahat, dagangan Winda
laris manis. Dibangdingkan jajan di kantin sekolah sekolah, kue
Winda lebih sehat dan bermutu. Paling tidak, kue Winda tidak
menggunakan bahan pengawet dan penguat rasa sehingga
lebih sehat.
Hari ini laku banyak, Win? Rasti penasaran melihat kotak
dagangan Winda. Sekarang langganan kue Winda bukan hanya
dari kelas 6C saja. Murid-murid kelas lain, bahkan Bu Harti pun
sering membeli kue Winda.
Hari ini sudah terjual 20 bungkus, Winda tersenyum
cerah. Bisnis kueku akhir-akhir ini berkembang pesat.
Rasti tertawa dan maenjajari langkah Winda keluar kelas.
Mereka biasa pulang berdua, karena rumah meraka berada di
kompleks yang sama did ekat sekolah
Bahasa bisnis, nih yeee.... Rasti menggoda.
Sekalian praktek pelajaran Bahasa Indonesia, kan...
Rasti manggu-manggut.
Win, aku boleh nanya sesuatu, ya. Tapi kamu janji jangan
marah, ya...
Tanya saja Ras, aku tidak akan marah. Masa sama
pelangganku yang paling setia, marah. Bisa tidak laku
daganganku nanti... Winda tersenyum nakal.
Rasti tersenyum malu.
Apa kamu tidak malu jualan kue di sekolah, Win? Atau
uang sakumu kurang, makanya kamu jualan kue?
Uang sakuku cukup kok, Ras, Winda menggeleng, sambil
menata plastik-plastik kue di kotak dagangannya. Dan aku
juga tidak malu berjualan kue. Aku pikir, ada baiknya aku cobacoba usaha dan belajar mencari uang dari sekarang. Lagipula,
hasilnya lumayan untuk menambah tabunganku.