Anda di halaman 1dari 98

ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN


ASLI DAERAH (PAD)
(Studi Empiris pada Propinsi Bengkulu)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun oleh:
Dina Anggraeni
NIM: 106082002589

JURUSAN AKUNTANSI/PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M

ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN


RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
(Studi Empiris pada Propinsi Bengkulu)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :
Dina Anggraeni
106082002589

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM

Rini, SE, Ak., M. Si

NIP. 19490602 197803 1 001

NIP. 19760315 200501 2 002

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M

ii

Hari ini Jumat Tanggal 3 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan ujian komprehensif atas nama Dina Anggraeni NIM 106082002589
dengan judul skripsi ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN PAJAK
DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Empiris pada Propinsi
Bengkulu). Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Desember 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Reskino, SE, Ak., M.Si

Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si

Penguji II

Penguji III

Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si


Penguji I

iii

Hari ini Tanggal 16 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
ujian Skripsi atas nama Dina Anggraeni NIM 106082002589 dengan judul
skripsi ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) (Studi Empiris pada Propinsi Bengkulu) .
Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Desember 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM

Rini, SE, Ak., M.Si

Pembimbing I

Pembimbing II

Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si

Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA.


Penguji I

Penguji II

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama

: Dina Anggraeni

2. Tempat/Tanggal Lahir

: Rama Agung/08 Agustus 1988

3. Alamat

: Jl. Legoso raya Komplek Batan No. 14


Ciputat Tangerang

II.

III.

4. Telepon

: 02191386319

5. E-mail

: dina_august08@yahoo.co.id

PENDIDIKAN
1. SD

: SD Negeri 09 Rama Agung (1994 2000)

2. SLTP

: SLTP Al-ikhlas Lubuk linggau (2000 2003)

3. SMU

: SMU N 01 Argamakmur (2003 2006)

LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah

: Ir. Taswin Munir

2. Tempat/Tanggal Lahir

: Tanjung Sakti, 16 Agustus 1952

3. Alamat

: Jl Ade irma No 35 Karang Anyar 2


Argamakmur Bengkulu Utara

4. Telepon

: 081278193500

5. Ibu

: Muchtiar, BA

6. Tempat/Tanggal Lahir

: Nanti Giri/ 24 November 1956

7. Alamat

: Jl Ade irma No 35 Karang Anyar 2


Argamakmur Bengkulu Utara

8. Telepon

: 081373969461

vi

INFLUENCE ANALYSIS OF LOCAL TAX AND RETRIBUTIONS


RECEIPT ON THE IMPROVEMENT OF LOCAL GOVERNMENT
ORIGINAL RECEIPT
(Empirical Study in Propinsi Bengkulu)
ABSTRACT
Dina Anggraeni, Influence Analysis of Local Tax and Retributions
Receipt on The Improvement of Local Government Original Receipt
(Empirical Study in Propinsi Bengkulu).
The research carried out to know the influence of local tax and retribution
on the improvement of local government original receipt (Pendapatan Asli
Daerah -- PAD). The population of research are whole of regency/
municipality in Propinsi Bengkulu, by seven samples of
regency/municipality. The researchs data taken from the actual of local
government budget (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah --APBD) that
taken from five years, starting from 2004 until 2008. Data achieved from
Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia with total samples are
thirty-five.
Regression shown that there are the influence among local tax and
retribution on local government original receipt. This case shown that
local tax and retribution give high contribution to improve the local
government original receipt.
Keywords: Local tax, retribution, and local government original receipt.

vii

ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN


RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
(Studi Empiris pada Propinsi Bengkulu)
ABSTRAK
Dina Anggraeni, Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Studi Empiris pada Propinsi
Bengkulu).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Populasi penelitian adalah seluruh kabupaten/kota yang
ada di Propinsi Bengkulu, dengan sampel tujuh kabupaten/kota.
Penelitian menggunakan data realisasi Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) yang diambil selama kurun waktu lima tahun, mulai dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Data-data tersebut diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia dengan total sampel
secara keseluruhan berjumlah tiga puluh lima.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Hal
ini menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memberikan
sumbangan yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Kata Kunci: Pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan asli daerah.

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan
semua nikmat yang tiada terkira sehingga akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik, tanpa adanya kendala yg berarti. Shalawat
beserta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta kerabat dan sahabatnya.
Selesainya skripsi ini tidak luput dari bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, baik yang memberikannya secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
memberikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak, diantaranya:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan yang tiada pernah
putus, baik dukungan yang bersifat material maupun moril. Untuk
Ibunda Muchtiar, BA dan Ayahanda Ir. Taswin Munir, semoga Allah
akan mebalas semua kasih dan sayang yang selalu tercurah selama ini
untuk ananda.
2. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si selaku kepala jurusan akuntansi
3. Ibu Yessi Fitri SE, Ak., M.Si, selaku sekeretaris jurusan akuntansi
4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku pembimbing I atas semua
bimbingannya, ilmu serta nasehat yang diberikan.

ix

5. Ibu Rini, SE, Ak, M.Si, selaku pembimbing II atas semua perhatian,
pengertian, nasehat, ilmu serta bimbingan yang diberikan.
6. Seluruh bagian akademik dan perpustakaan yang banyak membantu
dalam urusan administrasi.
7. Semua keluarga besar yang senantiasa mendukung, Kakak-kakakku,
Mbak Ya dan Danil. Adikku, Agung, serta keponakanku Fahri dan
Syera yang senantiasa menorehkan senyum keceriaan.
8. Sahabat serta teman-teman terbaik yang selalu memberikan semangat
dan saran, berbagi ilmu, serta saling mendoakan. Terkhusus untuk
anak-anak Capee Dee, Chaerunnisa, Apriliana, Emma, Endah, Eneng,
dan Evi. Tak lupa pula anak anak Akuntansi B angkatan 2006 dan
Anak-anak Pajak A angakatan 2006.
9. Keluarga Uwak di Pamulang, terima kasih telah banyak memberikan
bantuan selama menuntut ilmu di Jakarta.
10. Anak-anak kosan Batan 14, Lia, terima kasih sudah menjadi roommate
yang baik, Kak Duma, Devi, Yani, serta Bapak dan Ibu Guntoro
sebagai orang tua ke dua yang banyak membimbing selama di Jakarta.
11. Teruntuk Gie, Bayu, Joe, Webi dan Eby, terimakasih atas motivasi dan
pengalaman hidup yang tak terlupakan.
12. UKM Kalacitra dan PSM UIN Jakarta, sebagai media pelatihan
berorganisasi.
13. Pihak BPS Republik Indonesia, untuk kemudahan pengambilan data.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas semua dukungan serta doanya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat mebangun demi perbaikan dan
tercapainya penulisan yang lebih baik di masa-masa mendatang.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 18 November 2010

Penulis

xi

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPRE ............................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG ............................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Batasan Masalah .............................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

xii

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... ..... 10


A. Definisi dan Ruang Lingkup Hukum Pajak .............................. ..... 10
1. Definisi Pajak ..................................................................... ..... 10
2. Ciri Pajak ............................................................................ ..... 12
3. Fungsi Pajak ....................................................................... ..... 13
4. Syarat Pemungutan Pajak .................................................... ..... 14
5. Teori Pemungutan ............................................................... ..... 16
6. Asas Pengenaan Pajak ......................................................... ..... 17
7. Tarif Pajak .......................................................................... ..... 19
8. Kedudukan Hukum pajak .................................................... ..... 19
B. Jenis-jenis pajak dan Pengelompokannya ................................. ..... 21
1. Pembagian Pajak ................................................................. ..... 21
2. Timbul dan Berakhirnya Hutang Pajak Serta
Penagihannya ..................................................................... ..... 21
C. Pengertian Daerah dan Keuangan Daerah ................................ ..... 22
1. Daerah ............................................................................... ..... 22
2. Keuangan daerah ............................................................... ..... 22
D. Pengertian Pajak Daerah dan Ruang Lingkupnya ..................... ..... 23
1. Pajak Daerah...................................................................... ..... 23
2. Jenis Pajak Daerah ............................................................. ..... 23
3. Bagi Hasil Pajak Provinsi................................................... ..... 24
E. Retribusi Daerah ..................................................................... ..... 25

xiii

1. Pengertian Retribusi Daerah ............................................... ..... 25


2. Objek dan Subjek Retribusi Daerah.................................... ..... 25
3. Jenis Retribusi Daerah ....................................................... ..... 26
F. Pendapatan Asli Daerah ........................................................... ..... 28
G. Perubahan Undang-undang Pajak Daerah ................................ ..... 29
H. Penelitian Terdahulu ................................................................ ..... 37
I.

Kerangaka Pemikiran .............................................................. ..... 39

J. Hipotesis .................................................................................. ..... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ ..... 41


A. Data dan Variabel ..................................................................... ..... 41
B. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ ..... 42
C. Alat Analisis ............................................................................. ..... 43
1. Analisis Deskriptif ............................................................. ..... 43
2. Uji Normalitas ................................................................... ..... 43
3. Uji Asumsi Klasik .............................................................. ..... 44
a. Uji Multikolinieritas ..................................................... ..... 44
b. Uji Autokorelasi ........................................................... ..... 44
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................. ..... 45
4. Uji Hipotesis ...................................................................... ..... 45
a. Analisis Determinasi (R2) ............................................ ..... 45
b. Uji F (Fisher) .............................................................. ..... 46
c. Uji t.............................................................................. ..... 46

xiv

D. Operasional Variabel Penelitian ................................................ ..... 46

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ......................................... ..... 48


A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... ..... 48
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ ..... 48
2. Profil Propinsi Bengkulu .................................................... ..... 48
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ................................................. ..... 54
1. Statistik Deskriptif ............................................................. ..... 54
2. Uji Normalitas ................................................................... ..... 56
3. Uji Asumsi Klasik .............................................................. ..... 57
a. Uji Multikolinieritas ..................................................... ..... 57
b. Uji Autokorelasi ........................................................... ..... 58
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................. ..... 59
4. Uji Hipotesis ...................................................................... ..... 60
a. Analisis Determinasi (R2) ............................................ ..... 60
b. Uji F (Fisher) .............................................................. ..... 61
c. Uji t.............................................................................. ..... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... ..... 64


A. Kesimpulan .............................................................................. ..... 64
B. Saran......................................................................................... ..... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. ..... 67
LAMPIRAN ............................................................................................... ..... 69

xv

DAFTAR TABEL
No.

Keterangan

Hal

2.1

Penelitian Terdahulu.......................................................................... ..... 37

4.1

Hasil Statistik Deskriptif ................................................................... ..... 54

4.2

Hasil Uji Statistik dengan Kolomogorov-Smirnov ............................. ..... 56

4.3

Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. ..... 57

4.4

Hasil Uji Statistik dengan Uji Durbin-Watson ................................... ..... 58

4.5

Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ ..... 60

4.6

Hasil Uji Statistik F ........................................................................... ..... 61

4.7

Hasil Uji t .......................................................................................... ..... 62

xvi

DAFTAR GAMBAR

No

Keterangan

2.1

Kerangka Pemikiran .......................................................................... ..... 39

4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ............................... ..... 59

Hal

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No

Keterangan

Hal

Rekapitulasi Realisai Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah,


Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi Bengkulu Tahun 2004
2008 .................................................................................................... ..... 70

Output SPSS ........................................................................................ ..... 71

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi terdiri atas
daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah mempunyai hak dan
kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masayarakat.
Untuk menyelenggarakan pemerintahannya, daerah berhak mengenakan
pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu
perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat,
seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa, diatur dengan undangundang. Dengan demikian, pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah harus
didasarkan pada undang-undang. Dalam hal ini, pajak daerah dan retribusi daerah
diatur dalam UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah
dengan UU No. 28 Tahun 2009
Desentralisasi atau otonomi daerah membuat daerah memiliki kewenangan
yang lebih besar dalam mengatur urusan rumah tangganya. Hal ini menuntut
1

Pemerintah Daerah untuk lebih bijak dalam hal pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah. Selain itu Pemerintah Daerah juga dituntut untuk dapat
mengalokasikan hasil penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah untuk
mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Kewenangan dalam urusan keuangan daerah yang memberikan hak untuk
memberdayakan segala potensi perekonomian daerah yang ada menyebabkan
pemerintah daerah berusaha menggali sumber-sumber perekonomian daerah yang
dapat dijadikan pendapatan daerah. Salah satunya adalah pendapatan dari pajak
daerah dan retribusi daerah, dimana mengenai pajak daerah ini ditetapkan
berdasarkan peraturan daerah masing-masing dengan mengingat dan memandang
kemampuan daerah dalam penarikan pajak untuk penerimaan daerah (
Ayuningtyas, 2008:2).
Agar pendanaan penyelenggaraan pemerintah dapat terlaksana secara
efisien dan efektif serta untuk mencegah tumpang tindih, maka diatur pendanaan
penyelenggaraan pemerintah. Penyelenggaraan pemerintah yang menjadi
kewenangan

daerah

dibiayai

dari

APBD,

sedangkan

penyelenggaraan

kewenangan pemerintah yang menjadi tanggung jawab negara dibiayai dari


APBN (Mayasari, 2009:1).
Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah terdiri atas PAD,
dana perimbangan, pinjaman daerah dan pendapatan lain-lain yang sah. PAD,
yang salah satunya berupa pajak daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber
2

pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dengan


demikian, penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah diharapkan nantinya
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap PAD dalam hal pencapaian
dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu
melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri (Mayasari, 2009:1).
Adapun penerimaan pajak daerah dapat diperoleh dari pajak propinsi yang
terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok.
Sedangkan pajak kabupaten/kota diantaranya, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet.
Selain pajak daerah, retribusi daerah juga merupakan salah satu komponen
penting dalam PAD. Retribusi daerah dapat digolongkan menjadi Jenis Retribusi
Jasa Umum yang terdiri dari, Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda
Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan
Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi
Pelayanan

Pasar,

Retribusi

Pengujian

Kendaraan

Bermotor,

Retribusi

Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta,


Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus, Retribusi Pengolahan Limbah
Cair, Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan,
3

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Jenis Retribusi Jasa Usaha


terdiri atas, Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir
dan/atau Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi
Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa,
Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan, Retribusi
Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di Air, Retribusi
Penjualan Produksi Usaha Daerah. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu antara lain,
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman
Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek, dan Retribusi Izin
Usaha Perikanan.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan
otonomi daerah pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab ekonomi, yaitu:
1. Menyediakan pelayanan publik

dasar

kepada

masyarakat,

terutama

pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar


2. Mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan pemahaman pada investor
dan ekspor
3. Menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran, terutama
tenaga kerja lokal tanpa harus menciptakan hambatan terhadap tenaga kerja
daerah lain
4. Memperbaiki pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan dengan
berfokus pada UMKM lokal

5. Ikut mengendalikan inflasi lokal, dari sisi non moneter terutama logistik dan
distribusi (Tim jurnal otonomi daerah, 2008:30)
Hal tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, kita
sebagai masyarakat juga memiliki kewajiban terhadap pencapaian kesejahteraan
dengan sumbangsih pajak yang dibayarkan tepat pada waktunya.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arniyanti
Ayuningtyas (2008), pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah (ABD), baik sebelum maupun
sesudah otonomi. Menurut Ahmad Waluya Jati, peranan pajak dan retribusi
daerah terhadap PAD kabupaten/kota di Jawa Timur cukup dominan. Menurut
Dian Maya sari , pajak daerah kabupaten dan kota masih tergolong sangat rendah
selain itu kontribusi pajak daerah terhadap PAD untuk kabupaten dan kota di
Jawa Timur masih tergolong sangat rendah. Hal itu menjadi acuan penulis untuk
melakukan penelitian pada Propinsi Bengkulu dengan data yang diambil dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.
Alasan penulis memilih propinsi Bengkulu sebagai objek penelitian adalah,
jika dilihat dari potensi perekonomian baik dari sektor pertanian, perkebunan
maupun hasil laut serta sektor-sektor lainnya Propinsi Bengkulu dapat
menghasilkan pendapatan daerah yang cukup tinggi. Pada tahun 2007 terdapat 6
sektor pertumbuhan ekonomi yang punya andil besar di atas 4 persen, sektor
pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi.
Selain hasil produksi di atas, sektor industri kini merupakan sektor andalan dalam
5

perekonomian di Bengkulu. Setiap sektor tersebut berpotensi menghasilkan pajak


daerah dan retribusi daerah yang cukup besar.
Bengkulu adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki dataran
rendah berupa daerah pantai dan dataran tinggi berupa perbukitan pada satu
wilayah propinsi. Hal ini menjadikan Bengkulu memiliki banyak kawasan wisata
yang berpotensi menghasilkan pajak daerah dan retribusi daerah cukup besar yang
bersumber dari sektor perdagangan, hotel, restoran dan penerimaan lainnya.
Menurut data yang diperoleh dari Antara, pada 2009 telah ditargetkan
penerimaan dari PAD sebesar Rp419,315 miliar. Target penerimaan PAD itu
berasal dari empat sumber yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisah serta lain-lain pendapatan daerah yang sah, dari
pajak daerah ditargetkan bisa memberikan kontribusi sebesar Rp242,539 miliar,
retribusi daerah Rp54,159 miliar, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisah
Rp40,548 miliar dan lain-lain pendapatan yang sah Rp82,013 miliar. Dari data di
atas terlihat jelas bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memegang peranan
yang cukup dominan dibandingkan penerimaan lainnya.
Guna merealisasikan target itu, telah disusun beberapa strategi, yakni
melaksanakan intensifikasi sumber penerimaan di antaranya samsat keliling,
menagih langsung pada obyek pajak. Untuk meningkatkan retribusi daerah,
dilakukan koordinasi antar instansi pemungut terutama yang pendapatannya
sangat dominan seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus, Rumah
Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat (RSJ&KO) Suprapto serta pemakaian
6

kekayaan daerah. Sedangkan hasil pengelolaan kekayaan daerah, diantaranya


berasal dari laba Bank Bengkulu yang pada 2009 mencapai Rp33,047 miliar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan komponen penting dalam penerimaan PAD. Oleh sebab itu
penulis mencoba meneliti hal tersebut, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) pada Propinsi Bengkulu.

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap peningkatan PAD
pada Propinsi Bengkulu?
2. Apakah penerimaan retribusi daerah berpengaruh terhadap peningkatan PAD
pada Propinsi Bengkulu?
3. Apakah penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh secara
bersama-sama terhadap PAD?

C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan dan menyederhanakan masalah agar tidak terlalu
melebar dan menyimpang dari tema, maka penulis hanya menitikberatkan pada
data Realisasi APBD pada tahun 2004 sampai tahun 2008.

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap peningkatan
PAD pada Propinsi Bengkulu
2. Untuk

mengetahui

pengaruh

penerimaan

retribusi

daerah

terhadap

peningkatan PAD pada Propinsi Bengkulu


3. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah
secara bersama-sama terhadap PAD Propinsi Bengkulu

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Pemerintah
Dapat diketahui upaya-upaya dan kebijakan yang seharusnya dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dalam pemungutan pajak untuk menambah jumlah
pajak daerah dan retribusi daerah Propinsi Bengkulu. Dengan bertambahnya
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara tidak langsung akan
menambah penerimaan PAD, sehingga dapat digunakan untuk menunjang
peningkatan

perekonomian

daerah

guna

tercapainya

kesejahteraan

masyarakat.
2. Bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain baik
mahasiswa UIN sendiri maupun mahasiswa dari kampus lainnya yang ingin
mengulas masalah pajak dan retribusi daerah dengan objek penelitian yang
sama. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang pajak di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bagi penulis dan para pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan penulis maupun yang membaca hasil penelitian ini.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi dan Ruang Lingkup Hukum Pajak


1. Definisi Pajak
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah:
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat
timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Definisi pajak menurut beberapa ahli, antara lain:
a. Prof. Dr. P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
b. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai
berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

10

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public


investment.

c. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R.


Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat
imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro:
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan
sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan
untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan.
Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut
harus berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian
hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak
sebagai pembayar pajak.
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan
gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah.
Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya
untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya
kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang
merupakan kebutuhan masyarakat.

11

2. Ciri Pajak
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian
secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang
dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat
pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya
dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila
wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
12

e. Selain

fungsi

budgetair

(anggaran)

yaitu

fungsi

mengisi

Kas

Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan


penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur/regulatif).

3. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi Penganggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya.
Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang,

pemeliharaan,

dan

lain

sebagainya.

Untuk

pembiayaan

pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni


penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
13

pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama


diharapkan dari sektor pajak.

b. Fungsi Pengaturan (Regulerend)


Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

14

4. Syarat Pemungutan Pajak


Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila
terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu
rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang.
Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus
memenuhi persyaratan yaitu:
a. Pemungutan pajak harus adil
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan
yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang
pajak, yaitu: Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang
berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya; Jaminan hukum
bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum; Jaminan
hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.
c. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan,
maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan
15

masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak,


terutama masyarakat kecil dan menengah.

d. Pemungutan pajak harus efisien


Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada
biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan
pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian,
wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik
dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam
pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak
dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan
memberikan dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan
kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan
pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

5. Teori Pemungutan
Ada beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak, yaitu:
a. Teori asuransi, menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk
melindungi warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan
16

jiwanya maupun keselamatan harta bendanya. Untuk perlindungan


tersebut diperlukan biaya seperti layaknya dalam perjanjian asuransi
deiperlukan adanya pembayaran premi. Pembayaran pajak ini dianggap
sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyak ditentang
karena negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi.
b. Teori kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah
adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk
kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat
kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus
dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena pada kenyataannya bahwa
tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada
orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain.
Bahkan orang yang miskin justru dibebaskan dari beban pajak.

6. Asas Pengenaan Pajak


Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas
dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk
pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh
negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:
a. Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence
principle), berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan,
17

apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan


penduduk (resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang
bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak
dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu
berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem
pengenaan pajak terhadap penduduknya akan menggabungkan asas
domisili

(kependudukan)

dengan

konsep

pengenaan

pajak

atas

penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang


diperoleh di luar negeri (world-wide income concept).
b. Asas sumber, Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak
atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh
atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari
sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi
persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang
memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan pengenaan
pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu.
c. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas
kewarganegaraan (nationality/citizenship principle). Dalam asas ini, yang
menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari
orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini,
tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan
18

pajak berasal. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem pengenaan pajak
berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara menggabungkan
asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world wide income.

7. Tarif Pajak
Tujuan pemungutan pajak adalah untuk mencapai keadilan dalam
pemungutannya. Salah satu cara untuk mewujudkan keadilan dapat ditempuh
melalui sistem tarif. Tarif pajak dapat dibedakan atas:
a. Tarif Tetap
b. Tarif Progresif
1) Tarif Progresif Proporsional
2) Tarif Progresif Progresif
3) Tarif Progresif Degresif
c. Tarif Degresif
d. Tarif Proporsional
Tarif mana yang ditetapkan dalam Undang-undang Pajak, tergantung
kebijakan dan keputusan politik yang diputuskan oleh pembuat undangundang pajak.

8. Kedudukan Hukum Pajak


Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik, yaitu mengatur
hubungan antara penguasa sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai
19

pembayar pajak (wajib pajak). Namun menurut Santoso Brotodiharjo yang


termasuk ke dalam hukum publik ini ialah: hukum tata negara, hukum pidana,
dan hukum administratif, sedangkan hukum pajak merupakan anak bagian
dari hukum administratif. Prof. Adriani beranggapan bahwa hukum pajak
semestinya diberikan tempat yang tersendiri disamping hukum administratif
(otonomi hukum pajak) karena hukum pajak mempunyai tugas yang bersifat
lain dari pada hukum administratif pada umumnya, yaitu hukum pajak juga
dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian. Selain itu
hukum pajak juga memiliki tata tertib dan istilah-istilah sendiri untuk
lapangan pekerjaannya.
Hukum pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Hukum pajak formal
Hukum pajak formal memuat ketentuan-ketentuan yang mendukung
ketentuan hukum pajak material, yang diperlukan untuk melaksanakan
ketentuan hukum material.
b. Hukum pajak material
Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat mengenai:
1) Subjek pajak
2) Wajib pajak
3) Objek Pajak
4) Tarif Pajak

20

B. Jenis-jenis Pajak dan Pengelompokannya


1. Pembagian pajak
Pembagian pajak dapat didasarkan pada hal-hal berikut:
a. Pajak berdasarkan golongan
1) Pajak langsung
2) Pajak tidak langsung
b. Pajak berdasarkan wewengan pemungut
1) Pajak pusat/ negara
2) Pajak daerah
c. Pajak berdasarkan sifat
1) Pajak subjektif
2) Pajak objektif

2. Timbul dan Berakhirnya Hutang Pajak Serta Penagihannya


Ajaran material menyatakan bahwa hutang pajak timbul karena undangundang pada saat dipenuhi tatbestand (kejadian, keadaan, peristiwa). Jadi
menurut teori ini apabila tatbestand sudah dipenuhi, maka dengan sendirinya
timbuh hutang pajak, walaupun belum ada surat ketetapan pajaknya.
Sedangkan menurut ajaran formal, hutang pajak timbul karena adanya surat
ketetapan pajak oleh fiskus.

21

Dalam kaitannya dengan sistem self assesment wajib pajak yang


mendaftar sendiri, menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan
sendiri jumlah pajak yang terhutang.
Hutang pajak dapat berakhir karena hal-hal berikut:
a. Pembayaran/pelunasan
b. Kompensasi
c. Penghapusan hutang
d. Daluwarsa
e. Pembebasan.

C. Pengertian Daerah dan Keuangan Daerah


1. Daerah
Menurut undang-undang No 32 tahun 2004 mengenai Pemerintah
Daerah:
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Keuangan Daerah
Pengertian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang

22

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran


dan pendapatan dan belanja daerah (APBD). Oleh karena itu, pengertian
keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian APBD, yaitu;

suatu

rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan.


Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan
publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah
yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dari definisi keuangan daerah
tersebut melekat 4 (empat) dimensi:
a. Adanya dimensi hak dan kewajiban
b. Adanya dimensi tujuan dan perencanaan
c. Adanya dimensi penyelenggaraan dan pelayanan publik
d. Adanya dimensi nilai uang dan barang (investasi dan inventarisasi).

D. Pengertian Pajak Daerah dan Ruang Lingkupnya


1.

Pajak Daerah
Menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 dan terakhir
diubah dengan UU No. 28 Tahun 2009, yang dimaksud dengan pajak daerah:
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

23

2.

Jenis Pajak Daerah


Adapun jenis pajak daerah dibagi menjadi:
a. Jenis Pajak Propinsi terdiri atas:
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Air Permukaan
5) Pajak Rokok
b. Jenis Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet

3. Bagi Hasil Pajak Propinsi

24

Hasil penerimaan Pajak Propinsi sebagian diperuntukkan bagi


kabupaten/kota diwilayah propinsi yang bersangkutan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar 30% (tiga
puluh persen).
b. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan
kepada kabuapten atau kota sebesar 70% (tujuh puluh persen)
c. Hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar
70% (tujuh puluh persen)
d. Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada kabupaten/kota
sebesar 50% (lima puluh persen).
Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang
berbeda pada satu wilayah kabupaten/kota, hasil penerimaan Pajak Air
Permukaan dimaksud diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan
sebesar 80% (delapan puluh persen).

E. Retribusi Daerah
1. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 dan terakhir

25

diubah dengan UU No. 28 Tahun 2009, yang dimaksud dengan Retribusi


Daerah:
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau Badan.

2. Objek dan Subjek Retribusi Daerah


a. Objek Retribusi Daerah
Objek retribusi terdiri atas:
1) Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2) Jasa Usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial.
3) Perizinan Tertentu, yaitu pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah
daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
b. Subjek Reribusi Daerah
Subjek retribusi daerah adalah sebagai berikut:

26

1) Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang


menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum ynag bersangkutan.
2) Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi ataua badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3) Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.

3. Jenis Retribusi Daerah


Jenis retribusi daerah dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
27

12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang


13) Retribusi Pelayanan Pendidikan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
b. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10) Retribusi Penyeberangan di Air
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
c. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.

28

F. Pendapatan Asli Daerah


Menurut UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan
Asli Daerah ( PAD):
Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah menurut UU No.33
Tahun 2004 adalah:
Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
Menurut Pasal 6 ayat (1) UU No 33 Tahun 2004, PAD dapat bersumber
dari:

1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

29

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

G. Perubahan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia akhirnya menyetujui dan
mengesahkan Rancangan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(RUU PDRD) menjadi Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU
PDRD) Nomor 28 tahun 2009, sebagai pengganti dari Undang-undang Nomor 18
Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Pengesahan UU PDRD
ini sangat strategis dan mendasar di bidang desentralisasi fiskal, karena terdapat
perubahan kebijakan yang cukup fundamental dalam penataan kembali hubungan
keuangan antara Pusat dan Daerah. Undang-undang yang baru ini mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 2010. UU PDRD ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan
dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Meningkatkan

akuntabilitas

daerah

dalam

penyediaan

layanan

dan

penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah.


3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan
daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah.

30

Ada beberapa prinsip pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah yang
dipergunakan dalam penyusunan UU ini, yaitu:
1. Pemberian kewenangan pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah tidak
terlalu membebani rakyat dan relatif netral terhadap fiskal nasional
2. Jenis pajak dan rertribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanya ditetapkan
dalam undang-undang
3. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah
dalam batas tarif minimum dan maksimum yang ditatapkan dalam undangundang
4. Pemerintah daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan retribusi yang
tercantum dalam undang-undang sesuai kebijakan pemerintah daerah
5. Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara
preventif dan korektif. Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur pajak dan
retribusi harus mendapat persetujuan pemerintah sebelum ditetapkan menjadi
PERDA.
Materi yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009 ini, antara lain:
1. Penambahan Jenis Pajak Daerah
Terdapat penambahan 4 jenis pajak daerah, yaitu 1 jenis pajak propinsi dan 3
jenis pajak kabupaten/kota. Jenis pajak propinsi yang baru adalah Pajak
Rokok, sedangkan 3 jenis pajak kabupaten/kota yang baru adalah PBB
Pedesaan dan Perkotaan, BPHTB, dan Pajak Sarang Burung Walet. Sebagai

31

catatan, untuk kabupaten/kota ada penambahan 1 jenis pajak yaitu Pajak Air
Tanah yang sebelumnya merupakan pajak propinsi.
a. Pajak Rokok
Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh pemerintah.
Hasil penerimaan Pajak Rokok tersebut sebesar 70% dibagihasilkan
kepada kabupaten/kota di propinsi yang bersangkutan. Walaupun pajak ini
merupakan jenis pajak baru, namun diperkirakan pengenaan Pajak Rokok
tidak terlalu membebani masyarakat karena rokok bukan merupakan
barang kebutuhan pokok dan bahkan pada tingkat tertentu konsumsinya
perlu dikendalikan. Di pihak lain, pengenaan pajak ini tidak terlalu
berdampak pada industri rokok karena beban Pajak Rokok akan
disesuaikan dengan kebijakan strategis di bidang cukai nasional dan
besarnya disesuaikan dengan daya pikul industri rokok mengikuti natural
growth (pertumbuhan alamiah) dari industri tersebut. Selain itu,
penerimaan Pajak Rokok dialokasikan minimal 50% untuk mendanai
pelayanan kesehatan (pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang
memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan
tentang bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya
merokok) serta penegakan hukum (pemberantasan peredaran rokok ilegal
dan penegakan aturan mengenai larangan merokok).
b. PBB Pedesaan dan Perkotaan
32

Selama ini PBB merupakan pajak pusat, namun hampir seluruh


penerimaannya

diserahkan

kepada

daerah.

Untuk

meningkatkan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, khusus PBB sektor Perdesaan


dan Perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah. Sedangkan PBB sektor
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih merupakan pajak pusat.
Dengan dijadikannya PBB Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah,
maka penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai PAD.
c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, namun seluruh hasilnya
diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah. Penetapan
BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan PAD.

d. Pajak Sarang Burung Walet


Pajak Sarang Burung Walet merupakan jenis pajak daerah baru, yang
dapat dipungut oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dari
keberadaan dan perkembangan sarang burung walet di wilayahnya. Bagi
daerah yang memiliki potensi sarang burung walet yang besar akan dapat
meningkatkan PAD.
2. Penambahan Jenis Retribusi Daerah

33

Terdapat penambahan 4 jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera


Ulang, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, Retribusi Pelayanan
Pendidikan, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.
a. Retribusi Tera/Tera Ulang
Pengenaan Retribusi Tera/Tera Ulang dimaksudkan untuk membiayai
fungsi pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapan oleh masyarakat. Dengan pengendalian tersebut, alat ukur,
takar, dan timbang akan berfungsi dengan baik, sehingga penggunaannya
tidak merugikan masyarakat.
b. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditujukan
untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian daerah
pembangunan

dan pemeliharaan

menara

telekomunikasi.

terhadap
Dengan

pengendalian ini, keberadaan menara telekomunikasi akan memenuhi


aspek tata ruang, keamanan dan keselamatan, keindahan dan sekaligus
memberikan kepastian bagi pengusaha. Untuk menjamin agar pungutan
daerah

tidak

berlebihan,

tarif

retribusi

pengendalian

menara

telekomunikasi dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak melampaui


2% dari Nilai Jual Objek Pajak PBB menara telekomunikasi.
c. Retribusi Pelayanan Pendidikan
Pengenaan retribusi pelayanan pendidikan dimaksudkan agar pelayanan
pendidikan, di luar pendidikan dasar dan menengah, seperti pendidikan
34

dan pelatihan untuk keahlian khusus yang diselenggarakan oleh


pemerintah daerah dapat dikenakan pungutan dan hasilnya digunakan
untuk membiayai kesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan
dan pelatihan dimaksud.
d. Retribusi Izin Usaha Perikanan
Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban
tambahan bagi masyarakat, karena selama ini jenis retribusi tersebut telah
dipungut sejumlah daerah sesuai dengan kewenangannya. Sebagaimana
halnya dengan jenis retribusi lainnya, pemungutan Retribusi Izin Usaha
Perikanan dimaksudkan agar pelayanan dan pengendalian kegiatan di
bidang perikanan dapat terlaksanakan secara terus menerus dengan
kualitas yang lebih baik.
3. Perluasan Basis Pajak Daerah
Perluasan basis pajak daerah, antara lain adalah:
a. PKB dan BBNKB, termasuk kendaraan pemerintah
b. Pajak Hotel, mencakup seluruh persewaan di hotel, dan
c. Pajak Restoran, termasuk katering/jasa boga
4. Perluasan Basis Retribusi Daerah
Perluasan basis retribusi daerah dilakukan dengan mengoptimalkan pengenaan
Retribusi Izin Gangguan, sehingga mencakup berbagai retribusi yang
berkaitan dengan lingkungan yang selama ini dipungut, seperti Retribusi Izin

35

Pembuangan Limbah Cair, Retribusi AMDAL, serta Retribusi Pemeriksaan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
5. Kenaikan Tarif Maksimum Pajak Daerah
Untuk memberi ruang gerak bagi daerah mengatur sistem perpajakan dalam
rangka peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas pelayanan,
penghematan energi, dan pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif maksimum
beberapa jenis pajak daerah dinaikkan, antara lain:
a. Tarif maksimum Pajak kendaraan bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi
10% khusus untuk kendaraan pribadi dapat dikenakan tarif progresif.
b. Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari
10% menjadi 20%.
c. Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari
5% menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan angkutan umum, tarif dapat
ditetapkan lebih rendah.
d. Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20% menjadi 30%
e. Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (sebelumnya
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C), dinaikkan dari 20%
menjadi 25%.
6. Bagi Hasil Pajak Propinsi
Dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan
keuangan kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada

36

masyarakat, pajak propinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dengan


proporsi sebagai berikut:
a. Pajak Kendaraan Bermotor, 70% untuk propinsi dan 30% untuk
kabupaten/kota
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, 70% untuk Propinsi dan 30%
untuk kabupaten/kota
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, 30% untuk propinsi dan 70%
untuk kabupaten/kota
d. Pajak Air Permukaan, 50% untuk propinsi dan 50% untuk kabupaten/kota
e. Pajak Rokok, 30% untuk propinsi dan 70% untuk kabupaten/kota.
7. Earmarking (Pengalokasian Pajak)
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus-menerus
dan sekaligus menciptakan good governance dan clean government,
penerimaan beberapa jenis pajak daerah wajib dialokasikan (di-earmark)
untuk mendanai pembangunan sarana dan prasarana yang secara langsung
dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat. Pengaturan
earmarking tersebut adalah:
a. 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan
untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan, serta peningkatan sarana
transportasi umum
b. 50% dari penerimaan Pajak Rokok dialokasikan untuk mendanai
pelayanan kesehatan dan penegakan hukum
37

c. Sebagian

penerimaan

Pajak

Penerangan

Jalan

digunakan

untuk

penyediaan penerangan jalan.


Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan struktur APBD menjadi lebih
baik, iklim investasi di daerah menjadi lebih kondusif karena PERDA pungutan
daerah yang membebani masyarakat secara berlebihan dapat dihindari, serta
memberikan kepastian hukum bagi semua pihak.

H. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No

Peneliti

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

1.

Arniyanti Ayuningtyas

Analisis

(2008)

Pendapatan Pajak Daerah

daerah

terhadap Anggaran Belanja

pengaruh yang signifikan

Daerah (Studi Kasus pada

terhadap Anggran belanja

Seluruh

Daerah

Pengaruh a.

Kabupaten

di

Propinsi Jawa Tengah)

Pajak daerah dan retribusi


memiliki

(ABD),

baik

sebelum maupun sesudah


otonomi.
b.

Pajak daerah dan retribusi


daerah

berpengaruh

terhadap ABD dengan


tingkat signifikan sebesar
0,000,

baik

sebelum

maupun

sesudah

otonomi.

2.

Ahmad Waluya Jati

Peranan Pajak dan Retribusi a.

Peranan

Daerah

terhadap

retribusi daerah terhadap

Daerah

PAD kabupaten/kota di

Pendapatan

Asli

pajak

dan

38

(PAD) (Studi pada daerah

Jawa

Tingkat II di Jawa Timur)

dominan
b.

Timur

cukup

Menurut

hasil

analisis

data

dari
yang

menggunakan one way


ANOVA

disebutkan

bahwa

tidak

perbedaan

terdapat
signifikan

antara kelima wilayah di


Jawa Timur.

3.

Dian Maya Sari

Kontribusi
Pajak

Penerimaan a.

Daerah

Pendapatan
(Analisis

Asli

terhadap

deskriptif

Daerah

daerah

terhadap

bahwa pajak

kabupaten

kota masih

Kabupaten dan Kota di


jawa Timur)

Menurut analisis statistik

dan

tergolong

sangat rendah
b.

Menurut analisis statistik


deskriptif,
pajak

daerah

PAD

untuk

kontribusi
terhadap
kabupaten

dan kota di Jawa Timur


masih tergolong sangat
rendah.

Sumber: Jurnal dan skripsi

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:


1. Waktu penelitian dalam rentang waktu 2004 sampai dengan 2008.
2. Objek penelitian yang diambil adalah Propinsi Bengkulu
3. Penelitian ini memberikan informasi mengenai UU PDRD terbaru, yaitu UU
Nomor 28 Tahun 2009, yang mulai berlaku tanggal 1 januari 2010.

39

4. Model penelitan ini merupakan hasil penggabungan dari beberapa model


penelitian sebelumnya.

I. Kerangka Pemikiran

Pajak Daerah
Pendapatan Asli
Daerah
Retribusi Daerah

Gambar 2.1
Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Dari gambar di atas, penulis ingin mengkaji dan menguji apakah


penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk mengujinya penelitian ini
menggunakan analisis regresi.

J. Hipotesis
Mengacu pada landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut:
HA1: Penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap peningkatan PAD Propinsi
Bengkulu

40

HA2: Penerimaan retribusi daerah berpengaruh terhadap peningkatan PAD


Propinsi Bengkulu
HA3: Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap peningkatan PAD Propinsi Bengkulu
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda.

41

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Data dan Variabel


Pengertian data dari sudut sistem informasi sebagai fakta-fakta maupun
angka-angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai. Data ini harus diolah
terlebih dahulu agar menjadi informasi yang memiliki arti bagi pemakai. Adapun
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul
data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagramdiagram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut.
Sugiyono (1997) menyatakan, bahwa variabel di dalam penelitian
merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai
variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut (Umar, 2008:47-48)
Variabel mempunyai bermacam-macam bentuk menurut hubungan satu
variabel dengan variabel yang lain, Adapaun variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel

independen,

yaitu

variabel

yang

menjadi

sebab

terjadinya/terpengaruhnya variabel dependen.


Dalam hal ini Pajak daerah dan retribusi daerah mempengaruhi PAD,
sehingga Pajak daerah dan retribusi daerah menjadi variabel independen
dalam penelitian ini
33

2. Variabel dependen, yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel


independen.
PAD menjadi variabel dependen, karena dipengaruhi oleh variabel
independen, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah.

B. Teknik Pengumpulan data


Ada dua macam teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Studi Lapangan
Penulis berusaha untuk melakukan penelitian lapangan guna mengumpulkan
data-data mengenai pajak daerah, retribusi daerah dan PAD yang dapat dilihat
pada laporan realisasi APBD.
2. Studi Pustaka
Dalam melakukan studi pustaka, penulis berusaha untuk memperoleh
gambaran

yang

lebih

jelas,

komprehensif,

mengenai

peraturan

perundangundangan dan peraturan pelaksanaannya, serta referensi-referensi


lain yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diangkat dalam penulisan
penelitian ini.
3. Time Series Analysis
Analisis ini pada hakekatnya adalah melihat pengukuran dari waktu ke waktu
tertentu. Pengukuran dapat dilihat dari berbagai cara dan yang paling sering
adalah dengan cara frekuensi, persentase, atau dengan cara melihat pusat
34

kecenderungan (central tendency) dari suatu gejala atau kejadian. Data yang
akan dianalisa dalam metode time series ini adalah data-data mengenai PAD
Propinsi Bengkulu, meliputi data-data Pajak Daerah dan Retribusi tiap
kabupaten/kota yang ada di propinsi Bengkulu.

C. Alat Analisis
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan:
1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi dan
sampel kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu. Data dalam penelitian ini
bersumber dari laporan APBD pemerintah daerah Propinsi bengkulu yakni
data PAD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Penerimaan lain-lain yang
diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia.
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran secara
umum mengenai data, sehingga dapat dilihat nilai maksimum, minimum,
rata-rata, serta standar deviasinya.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penggangu atau residual memilki distribusi normal. Jika terdapat
normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen,
yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau
error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol
35

(Ghozali, 2005:27). Untuk uji normalitas data, penulis menggunakan uji


Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi

0,05 (5%).

Apabila

signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data


terdistribusi secara normal.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Menurut Santoso (2001), pada umumnya jika VIF lebih besar
dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas
dengan variabel bebas lainnya.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi (Priyatno, 2008:47). Dalam penelitian ini uji autokorelasi yang
digunakan adalah uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

36

2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis diterima, yang


berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL),
maka tidak mengahsilkan kesimpulan yang pasti.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksinya dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel dependen ZPRED dengan residualnya SRESID (Ghozali,
2005:105).
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara
serentak terhadap variabel dependen. Analisis regresi linear berganda
adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen
dengan satu variabel dependen (Priyatno, 2008:73). Dalam hal ini penulis
ingin melihat seberapa besar pengaruh penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap peningkatan PAD Propinsi Bengkulu.

37

b. Uji F (Fisher)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independennya yang dimaksudkan dalam model regresi secara bersamasama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05
(5%). Kriteria pengujian uji F adalah, apabila nilai signifikan F hitung
lebih rendah dari 0,05 (5%), maka dapat disimpulakan bahwa semua
variabel independen yang diteliti secara bersama-sama mempengaruhi
variabel independen.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (5%). Untuk uji t,
penelitian ini membandingakan antara t hitung dengan t tabel dengan taraf
signifikansi 0,05 (5%). Apabila t hitung lebih besar dari t tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen secara
individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

D. Operasional Variabel Penelitian


Operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pajak Daerah
Menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah
38

dengan UU No. 28 Tahun 2009, pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak,
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Retribusi Daerah
Menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah
dengan UU No. 28 Tahun 2009, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut
Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
3. Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, Pendapatan Asli Daerah,
selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan.

39

BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian skripsi ini adalah seluruh kabupaten/kota di
Propinsi Bengkulu, yang meliputi data pajak daerah, retribusi daerah, dan
pendapatan asli daerah selama kurun waktu 5 tahun (tahun 2004-2008).
Data-data yang menyangkut objek penelitian ini diperoleh dari BPS
(Badan Pusat Statistik) Republik Indonesia yang terletak di kawasan Pasar
Baru, Jakarta Pusat.
Waktu pegumpulan data dilakukan mulai dari tanggal 13 Agustus
2010 sampai dengan 16 Agustus yang dilakukan pada waktu-waktu
tertentu yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi penulis serta jam
buka BPS.
2. Profil Propinsi Bengkulu
Dari sisi geografis Propinsi Bengkulu terletak di antara 2o 16 3o 31
Lintang Selatan dan 101o 01 103o 41 Bujur Timur. Propinsi Bengkulu
terletak di sebelah Barat pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah
Propinsi Bengkulu mencapai kurang lebih 1.978,7 Km2. Kabupaten
Bengkulu Utara mempunyai luas terbesar dengan 5.548,54 Km2 (28,04%)
dan Kota Bengkulu mempunyai luas terkecil dengan 144,52 Km2 (0,73%).
40

Wilayah Propinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Propinsi


Sumatera Barat sampai ke perbatasan Propinsi Lampung. Batas wilayah
Propinsi Bengkulu di sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera
Barat, di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan
Propinsi Lampung, di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia dan di sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Jambi dan
Sumatera Selatan. Propinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan
Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525
kilometer. Bagian Timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang
subur, sedangkan bagian Barat merupakan dataran rendah yang relatif
sempit, memanjang dari Utara ke Selatan serta diselang-selangi daerah
yang bergelombang.
Komoditi unggulan Propinsi Bengkulu yaitu sektor pertanian dan
sektor jasa. Sektor pertanian komoditi yang diunggulkan yaitu sub sektor
tanaman perkebunan dengan komoditi berupa kelapa sawit, kelapa, kakao,
lada, kopi dan karet. Sedangkan sub sektor perikanan yaitu perikanan
tangkap. Sementara untuk komoditi penunjang pada sektor pertanian yaitu
sub sektor perikanan, meliputi budidaya tambak, budidaya kolam dan
budidaya sawah. Sektor jasa komoditi yang diunggulkan yaitu bidang
pariwisata, berupa wisata alam maupun wisata bahari. Sedangkan
komoditi penunjang lainnya terdapat di sektor pertambangan dengan hasil
tambang berupa batu bara.
41

Untuk menunjang kegiatan perekonomian, Propinsi Bengkulu


memiliki 2 kawasan industri yaitu Salau dan Sekunyit yang keduanya
terletak di Kabupaten Bengkulu Selatan. Propinsi ini juga memiliki 3
pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Bintuhan/Linau yang terletak di
Kabupaten Muko Muko, Pelabuhan Malakoni Enggano di Kota Bengkulu
dan Pelabuhan Pulau Baai di Kabupaten Bengkulu Utara. Untuk
transportasi udara, propinsi ini memiliki 2 bandar udara yaitu Bandara
Fatmawati yang mampu menampung pesawat ukuran kecil hingga sedang,
terletak di Kota Bengkulu dan Bandara Muko Muko yang hanya untuk
melayani jenis pesawat kecil, terletak di Kabupetan Muko Muko.
Hutan tropis Propinsi Bengkulu memiliki sumber kekayaan flora dan
fauna yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata. Kekayaan flora
hutan tropis Propinsi Bengkulu yang sudah terkenal dan telah menjadi
objek wisata hutan adalah bunga Rafflesia Arnoldi yang terdapat di hutan
Propinsi Bengkulu.
Kekayaan flora lain yang juga cukup menarik dan berpotensi untuk
dijadikan objek wisata hutan karena kelangkaannya, yaitu: bunga anggrek
Vanda, bunga Bangkai, dan kayu Merbabu. Sementara itu, kekayaan fauna
yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata adalah
harimau sumatera, siamang, tapir, kerbau liar, rusa, serta penangkaran
gajah sumatera.

42

Adapun sumber-sumber pendapatan Propinsi Bengkulu antara lain


terdiri atas:
a. Pajak Daerah, terdiri dari:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian GolongaN C
7) Pajak Parkir
8) Tunggakan Pajak, dan
9) Denda Pajak
b. Retribusi Daerah, teridiri dari:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Kebersihan Pelayanan Persampahan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
4) Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum
5) Retribusi Pelayanan Pasar
6) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
7) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
8) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
9) Retribusi Terminal
43

10) Retribusi Rumah Potong Hewan


11) Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
12) Retribusi Ijin Gangguan (IG)
13) Retribusi Ijin Bidang Industri
14) REtribusi Ijin Angkutan Umum
15) Retribusi Ijin Bidang Kesehatan
16) Retribusi Tempat pendaratan Kapal
17) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
18) Retribusi Pembuangan Limbah Cair
19) Retribusi Pelayanan Kesehatan Hewan
20) Retribusi Ijin Usaha Konstruksi
21) Retribusi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
22) Retribusi Ijin Usaha Perdagangan (IUP)
c. Bagian Laba BUMD
Bank Pembangunan Daerah (BPD), Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), Perusahaan Daerah, Penyertaan Modal kepada BPD Propinsi
Bengkulu.
d. Lain-lain Pendapatan Daerah
Lain-lain Pendapatan Daerah terdiri dari Hasil Penjualan Milik
Daerah, Penerimaan Jasa Giro, Bunga Deposito, Sumbangan Pihak
Ketiga, Angsuran/Cicilan Kendaraan Bermotor, Angsuran/Cicilan

44

Rumah Dinas, Penggunaan Mobil Tinja, Tak Terduga Penambahan


UUDP Rekening Listrik Pasar dan Sewa Mesin Listrik.
e. Bagian Bagi Hasil Pajak
Bagian Bagi Hasil Pajak terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan atas Tanah dan Bangunan (B.P.H.T.B), dan Bagi Hasil PPh
Pasal 21, Pajak Bahan Bakar Kendaraan, PKB/BBNKB dan Pajak
Pemanfaatan Air Tanah dan Air Permukaan.
f. Bagi Hasil Bukan Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak terdiri dari Iuran Hasil Hutan (IHH), Iuran
Tetap (Landrent), Penerimaan dari Iuran Eksplorasi/Eksploitasi,
Pungutan Hasil Perikanan, Minyak Bumi dan Gas, serta Pemberian
Hak atas Tanah Negara.
g. Dana Alokasi Umum (DAU)
h. Dana Alokasi Khusus (DAK)
i.

Dana Perimbangan Propinsi


Dana Perimbangan Propinsi antara lain, Penerimaan Subsidi dari
Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur, Terdiri dari Bantuan
Pendidikan Menengah, Stadion Bengkulu, Penanggulangan Banjir,
Pengembangan Fasilitas Olahraga, Bantuan Kesehatan Penduduk
Miskin, Pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain, Penyelesaian
Gedung Pon, DED Outer Ring Road III, Pengembangan STT MIgas
Bengkulu, Dana Bergulir Gakin, Dana Kompensasi Penghapusan
45

Iuran SPP/BP3, Normalitas Sungai Ampal, Normalitas Sungai


Batakan, Pembenahan Tugu Adipura, Lanjutan Pemb. Kampus
Poltekba, Lanjutan Pemb. Graha Pemuda, Lanjutan Pemb. SMK 6,
Lanjutan Pemb, SMA 9 dan Pengembangan Karet Rakyat di DAS
Manggar Bengkulu.
j.

Dana Penyeimbangan
Menurut

penelitian yang dilakukan Erick (2010),

perkembangan

pendapatan Asli daerah meningkat dari tahun ke tahun dengan share terbesar dari
sektor penerimaan pajak daerah

(rata-rata 66,42% dari total PAD), sektor

retribusi daerah (rata-rata 16,48% dari PAD), lain-lain pendapatan yang sah
(rata-rata 15,42% dari total PAD), dan sektor hasil perusahaan daerah (1,65%
dari total PAD).

B. Hasil Analisis dan Pembahasan


1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif keseluruhan variabel penelitian yang mencakup nilai
minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi adalah seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif
Dalam (000)
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

46

Pendapatan Asli Daerah

35

5.36E5

2.46E7 8.7206E6

6.22914E6

Pajak Daerah

35

1.14E5

9.71E6 2.4427E6

2.66302E6

Retribusi Daerah

35

1.92E5

1.28E7 3.3578E6

3.00339E6

Valid N (listwise)

35

Sumber Output SPSS

Dari tabel 4.1 dijelaskan bahwa jumlah data (N) yang diuji sebanyak 35.
Selain itu diperoleh gambaran nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata, serta
standar deviasi masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah
Selama kurun waktu 5 tahun dapat diketahui bahwa jumlah PAD terbesar
yaitu Rp24,6 miliar yang dihasilkan pada tahun 2008 oleh Kota Bengkulu.
Sedangkan jumlah PAD terkecil, yaitu Rp536 juta dihasilkan oleh
Kabubaten Kaur pada tahun 2004. Kabupaten Kaur merupakan salah satu
kabupaten baru, pemekaran dari wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. Hal
ini menjadi salah satu penyebab kecilnya jumlah PAD yang diperoleh.
Rata-rata PAD yang diterima selama 5 tahun (tahun 2004 - 2008) adalah
sebesar Rp8,72 miliar dengan standar deviasi sebesar Rp6,22 miliar.
b. Pajak Daerah
Dari hasil statistik deskriptif diketahui bahwa penerimaan pajak terbesar,
yaitu Rp9,71 miliar yang dihasilkan pada tahun 2008 oleh Kota Bengkulu.
Penerimaan pajak daerah terkecil Rp114 juta oleh Kabupaten Muko-muko
pada tahun 2004. Rata-rata penerimaan pajak daerah adalah sebesar
Rp2,44 miliar dengan standar deviasi Rp2,66 miliar.
47

c. Retribusi Daerah
Penerimaan retribusi daerah terbesar, yaitu sebesar Rp12,8 miliar oleh
Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2008. Sedangkan penerimaan
retribusi daerah terkecil adalah sebesar Rp192 juta oleh Kabuapten Kaur
pada tahun 2004. Rata-rata penerimaan retribusi daerah adalah sebesar
Rp3,35 miliar dengan standar deviasi Rp3 miliar.
Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa penerimaan retribusi daerah
memberikan kontribusi yang lebih besar bagi PAD dibandingkan dengan
penerimaan yang diperoleh dari pajak daerah.

2. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan uji
statistik. Hasil uji normalitas dengan Kolomogorov-Smirnov seperti terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik dengan Kolomogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N
Normal Parameters

35
a

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

.0000000
1.64158718E6

Absolute

.170

Positive

.170

48

Negative

-.103

Kolmogorov-Smirnov Z

1.007

Asymp. Sig. (2-tailed)

.263

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Output SPSS

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya sebesar


0,263, lebih besar dari 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa data pada
variabel di atas terdistribusi secara normal karena nilai signifikansinya di atas
0,05.

3. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghindari terjadi estimasi yang
bias, mengingat tidak semua data dapat diterapkan pada analisis regresi.
Untuk itu diperlukan beberapa pengujian terhadap data, pengujian yang
dilakukan antara lain, uji multikoliniearitas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedasititas.
a. Uji Multikolinieritas
Model penelitian yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen, oleh sebab itu dilakukan uji multikolinieritas. Hasil
uji multikolinieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
a

Coefficients

49

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model

Std. Error

1 (Constant)

1.553E6 450064.686

Coefficients

Collinearity Statistics

Beta

Sig.

3.450

.002

Tolerance

VIF

Pajak Daerah

1.131

.125

.484

9.078

.000

.765

1.307

Retribusi Daerah

1.312

.110

.632 11.874

.000

.765

1.307

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Output SPSS

Dari hasil di atas dapat diketahui nilai Variance Inflation Factor


(VIF) kedua variabel, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah adalah 1,307
lebih kecil dari 5, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa antar variabel
independen tidak terjadi persoalan multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Salah satu syarat pada model regresi adalah tidak adanya
autokorelasi. Uji Autokorelasi yang digunakan adalah dengan uji DurbinWatson(DW) dengan hasil output:

Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
b

Model Summary

Model
1

R Square
a

.965

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.931

.926

1.69211E6

Durbin-Watson
1.790

a. Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah


b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

50

Sumber: Output SPSS

Dari hasil output di atas nilai DW yang dihasilkan adalah 1,790.


sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 (5%) dan jumlah data
(n) = 35, serta jumlah variabel independen (k) = 2 diperoleh nilai dL
sebesar 1,34 dan dU sebesar 1,58. DW terletak antara dU dan (4-dU),
dimana 1,790 berada antara 1,58 dan 2,42, yang berarti tidak terjadi
autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Oleh sebab itu diperlukan pengujian heteroskedastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi. Di
bawah

ini

adalah

gambar

hasil

uji

heteroskedastisitas

dengan

menggunakan scatterplot:

51

Sumber: Output SPSS


Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak, baik di


atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak digunakan untuk memprediksi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) berdasarkan masukan variabel independen pajak daerah dan
retribusi daerah.

52

4. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Uji Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Model

.965a

R Square
.931

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.926

1.69211E6

Durbin-Watson
1.790

a. Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah


b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Output SPSS

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa hasil adjusted R square adalah 0,926
atau 92,6%. Hal ini menunjukkan bahwa PAD dapat dijelaskan oleh
variabel pajak daerah dan retribusi daerah sebesar 92,6%, sedangkan
sisanya 7,4% (100%-92,4%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti, seperti hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan yang sah (hasil
penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro,
penerimaan bunga, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, komisi,
potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah, denda keterlambatan

53

pelaksanaan pekerjaan, denda pajak, denda retribusi, hasil eksekusi atas


jaminan, dan lain-lain).
b. Uji F
Hasil uji F untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

1.228E15

Residual

9.162E13

32

Total

1.319E15

34

Sig.
.000a

6.138E14 214.382
2.863E12

a. Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah


b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Output SPSS

Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji F sebesar 214,382 dengan tingkat


signifikansi 0,000. Karena nilai probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05
dapat dikatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah secara bersamasama mempengaruhi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dengan

demikian

hipotesis

HA3

diterima,

sehingga

dapat

disimpulkan bahwa penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara


bersama-sama

berpengaruh terhadap

peningakatan PAD

Propinsi

Bengkulu.

54

c. Uji t
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized

Standardized

Collinearity

Coefficients

Coefficients

Statistics
Toleranc

Model

1 (Constant)

Std. Error

Beta

1.553E6 450064.686

Sig.

3.450

.002

VIF

Pajak Daerah

1.131

.125

.484

9.078

.000

.765

1.307

Retribusi Daerah

1.312

.110

.632 11.874

.000

.765

1.307

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Output SPSS

Uji t dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut, mana diantara


variabel independen yang berpengaruh terhadap PAD. Uji t dilakukan
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, taraf signifikansi 5%:2 =
2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) = n-k-1 atau 35-2-1 = 32
(n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen).
Dengan pengujian 2 sisi (signifikan = 0,025), maka hasil diperoleh untuk t
tabel sebesar 2,0369. Sehingga didapat hasil pengujian sebagai berikut:
1) Variabel pajak daerah memiliki t hitung sebesar 9,078 dengan taraf
signifikan 0,000 dibawah signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian t
hitung > t tabel atau 9,078 > 2,0369. Sehingga dapat disimpulkan
55

bahwa pajak daerah mempengaruhi PAD. Hasil ini membuktikan


bahwa hipotesis HA1 diterima, penerimaan pajak daerah berpengaruh
terhadap peningkatan PAD Propinsi Bengkulu
2) Variabel retribusi daerah memiliki t hitung 11,874 dengan taraf
signifikansi 0,000 dibawah signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian t
hitung > t tabel atau 11,874 > 2,0369. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa

retribusi

daerah

mempengaruhi

PAD.

Hasil

tersebut

membuktikan bahwa hipotesis HA2 diterima, penerimaan retribusi


daerah berpengaruh terhadap peningkatan PAD Propinsi Bengkulu.
Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Waluya dengan hasil peranan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD
cukup dominan.
Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah mempengaruhi PAD.

56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data-data yang
menyangkut penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Republik
Indonesia yang berada di Pasar Baru, Jakarta. Sampel penelitian adalah 7
kabupaten/kota yang ada di Propinsi Bengkulu dengan data yang diteliti selama 5
tahun (tahun 2004-2008).
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pajak Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
2. Retribusi Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD).
3. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama berpengaruh
terhadap PAD
Tiga kesimpulan di atas mendukung serta memperkuat penelitian sebelumnya
oleh Waluya yang menyatakan bahwa peranan pajak dan retribusi daerah terhadap
PAD cukup dominan.

57

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu
Pemerintah daerah Propinsi Bengkulu sebaiknya berkonsentrasi untuk
meningkatkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah karena dengan
peningkatan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah akan berpengaruh
pada peningkatan PAD.
Dengan meningkatnya PAD pemerintah akan semakin mudah mebiayai
kegiatan-kegiatan dan keperluan daerah yang nantinya akan meningkatkan
kinerja pemerintah daerah. Selain itu, dengan peningkatan PAD akan
berpengaruh terhadap peningkatan fasilitas-fasilitas bagi masyarakat Propinsi
Bengkulu. Dengan kata lain, adanya peningkatan PAD diharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan penduduknya.
Peningkatan PAD harus didukung pula oleh peningkatan kualitas dari
para pejabat pemerintahan propinsi maupun kabupaten/kota yang ada di
Propinsi Bengkulu. Dengan demikian pajak dan retribusi daerah yang diterima
dapat disalurkan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, bukan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok
tertentu.

58

Selain itu perlu diadakan sosialisasi mengenai potensi daerah yang


dimiliki oleh Propinsi Bengkulu, sehingga masyarakat dapat lebih mengetahui
dan investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya. Contohnya,
sosialisasi mengenai potensi daerah wisata, potensi daerah perkebunan,
potensi perikanan air laut maupun air tawar, potensi industri kecil dan
menengah yang ada di Propinsi Bengkulu.
2. Bagi peneliti lain
Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini, baik
dari segi jumlah sampel yang hanya meliputi 7 kabupaten/kota pada Propinsi
Bengkulu, tahun penelitian yang hanya terbatas sampai 5 tahun, serta
pembahasan mengenai pendapatan daerah yang hanya berfokus pada pajak
daerah dan retribusi daerah.
Oleh sebab itu diperlukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih
luas, karena hasil yang diperoleh bisa saja berbeda apabila dilakukan pada
daerah lain di Indonesia. Agar penelitian ini lebih baik, penelitian lebih lanjut
sebaiknya dilakukan dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun. Agar penelitian
lebih jelas dan lengkap sebaiknya penerimaan daerah lainnya selain pajak
daerah dan retribusi daerah juga dijabarkan sehingga dapat dilihat bagaimana
pengaruhnya pada PAD.

59

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Bahrullah. 2010. Fungsi manajemen Keuangan daerah. www.osun.org

Ayuningtyas, Arniyanti. 2008. Analisis Pengaruh Pendapatan Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanaja Daerah (Studi kasus pada
Seluruh Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah). Skripsi pada FEIS UIN Jakarta
D. Lewis, Blane. 2003. Some Empirical Evidence on New Regional Taxes and
Charges in Indonesia. Page 1-16.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi dan Analisis Multivariate dengan proses SPSS.
Universitas Diponegoro: Semarang
Mardiasmo.2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Penerbit Andi: Yogyakarta
Mayasari, Dian. 2009. Kontibusi Penerimaan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (Analisis Terhadap Kabuapaten dan Kota di Jawa Timur). Skripsi
Pada FE UMM.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom: Yogyakarta.
Rafflesia, Putra. 2009. Pendapatan
www.putrarafflesia.wordpress.com

daerah

Bengkulu

Rp4.933

triliun.

Republik Indonesia. Profil Propinsi Bengkulu


Republik Indonesia. Pokok-pokok Pengaturan Undang-undang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
Republik Indonesia. Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Republik Indonesia. Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintas Pusat dan Pemerintah Daerah
Republik Indonesia. Undang-undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan

60

Republik Indonesia. Undang-undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah
Riduansyah, Mohammad. 2003. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah
(Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor). Makara, Sosial Humaniora,
Vol. 7, No. 2
Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam
rangka Meningkatkan Kemampaun Keuangan Daerah. MEP FEB UGM :
Yogyakarta
Suandy, Erly. 2005. Hukum Pajak. Edisi ke 3. Penerbit Salemba Empat: Jakarta
Setiawan, Nugraha. 2010. Pengolahan dan Analisis Data. pustaka.unpad.ac.id

Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2009. Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Nuansa Aulia: Bandung
Tim Indonesian Tax Review. 2002. Retribusi, Tempat Belanja Ibu-ibu. Vol.1. Edisi
35. Hal. 39-40
Tim Jurnal Otonomi Daerah. 2008. Dampak Desentralisai Fiskal terhadap
Pembangunan Ekonomi Daerah. Vol. VIII. No. 4. Hal. 28-30

Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT
RajaGrafindo Persada: Jakarta
Waluya Jati, Ahmad. 2010. Peranan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD), (Studi Pada Daerah Tingkat II Di Jawa
Timur). Jurnal Balance. Vol.3.

61

62

REKAPITULASI REALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH,


RETRIBUSI DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PROPINSI BENGKULU TAHUN 2004 2008
(000 RUPIAH)

63

OUTPUT SPSS
Descriptives

Kabuapten

Tahun

Bengkulu Selatan

2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008

Rejang Lebong

Bengkulu Utara

Kaur

Seluma

Mukomuko

Bengkulu

Pajak Daerah
1.041.165
1.047.556
1.398.080
1.700.270
2.258.735
1.878.020
1.850.218
2.554.349
2.388.018
2.979.412
1.609.769
1.734.595
2.038.779
2.441.000
3.042.721
207.750
316.005
406.138
761.727
908.522
951.500
995.364
1.102.950
1.539.830
1.728.428
113.811
405.894
930.400
1.062.771
1.288.079
9.397.765
7.344.496
7.726.974
8.635.469
9.707.985

Retribusi Daerah
1.902.705
2.757.541
4.868.120
4.228.667
5.318.180
4.248.644
5.505.384
7.915.142
10.426.694
12.782.960
2.389.665
1.156.753
1.522.310
5.070.312
5.674.281
191.520
512.150
479.739
1.206.477
1.532.483
826.780
864.895
458.230
645.741
712.052
930.413
1.162.221
1.429.990
1.464.786
1.780.582
4.451.119
5.598.930
5.713.633
5.906.041
5.886.344

PAD
4.106.788
5.359.778
10.865.050
8.491.375
12.773.550
7.748.221
8.858.512
13.710.128
18.490.305
20.477.137
8.341.047
6.318.158
5.323.783
12.557.612
15.778.628
536.070
1.067.655
2.253.900
5.966.083
5.753.453
3.028.537
3.168.154
3.976.950
5.771.879
4.151.633
1.071.754
2.073.708
3.990.330
6.316.354
6.669.952
15.163.932
16.703.426
16.702.354
17.091.563
24.562.456 64

Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Pendapatan Asli Daerah

35

5.36E5

2.46E7

8.7206E6

6.22914E6

Pajak Daerah

35

1.14E5

9.71E6

2.4427E6

2.66302E6

Retribusi Daerah

35

1.92E5

1.28E7

3.3578E6

3.00339E6

Valid N (listwise)

35

Regression
Variables Entered/Removedb
Variables
Model

Variables Entered

Retribusi Daerah,

Removed

Method
. Enter

Pajak Daeraha
a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Model Summary

Model
1

R Square
.965a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.931

.926

1.69211E6

Durbin-Watson
1.790

a. Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah


b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

ANOVA

65

Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

1.228E15

6.138E14

Residual

9.162E13

32

2.863E12

Total

1.319E15

34

Sig.
.000a

214.382

a. Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah


b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Coefficientsa

Model
1

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)

Std. Error

Beta

1.553E6

450064.686

Pajak Daerah

1.131

.125

Retribusi Daerah

1.312

.110

Collinearity Statistics
t

Sig.

Tolerance

3.450

.002

.484

9.078

.000

.765

1.307

.632

11.874

.000

.765

1.307

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Coefficient Correlations
Model
1

Retribusi Daerah
Correlations

Covariances

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

1.000

-.485

Pajak Daerah

-.485

1.000

.012

-.007

-.007

.016

Retribusi Daerah
Pajak Daerah

VIF

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

66

Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions

Dimensi
Model

on

Eigenvalue

Condition Index

(Constant)

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

2.452

1.000

.05

.05

.05

.319

2.773

.61

.66

.00

.229

3.270

.33

.28

.95

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Residuals Statisticsa
Minimum
Predicted Value

Maximum

Mean

Std. Deviation

2.0389E6

2.1692E7

8.7206E6

6.00895E6

35

-1.112

2.159

.000

1.000

35

3.054E5

1.050E6

4.588E5

189519.460

35

2.1441E6

2.2453E7

8.7460E6

6.05111E6

35

-2.85830E6

4.30655E6

.00000

1.64159E6

35

Std. Residual

-1.689

2.545

.000

.970

35

Stud. Residual

-1.964

2.951

-.007

1.044

35

5.79137E6 -2.53926E4

1.91530E6

35

Std. Predicted Value


Standard Error of Predicted
Value
Adjusted Predicted Value
Residual

Deleted Residual
Stud. Deleted Residual

-3.86522E6
-2.062

3.405

.007

1.095

35

Mahal. Distance

.136

12.127

1.943

2.817

35

Cook's Distance

.001

1.001

.062

.182

35

Centered Leverage Value

.004

.357

.057

.083

35

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

67

Charts

68

69

70

NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa

35
Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

.0000000
1.64158718E6

Absolute

.170

Positive

.170

Negative

-.103
1.007
.263

a. Test distribution is Normal.

71

Anda mungkin juga menyukai