TESIS
RINNELYA AGUSTIEN
1006833956
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Magister
Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah
RINNELYA AGUSTIEN
1006833956
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas anugerah, rahmat
dan nikmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya menucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dewi Irawati, M.A., Ph. D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah memberikan kemudahan saya selama
proses pembelajaran dan penyusunan tesis ini
2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N sebagai Ketua Program Studi
Magister dan Spesialis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yang telah memberikan kemudahan saya selama proses pembelajaran dan
penyusunan tesis ini
3. Bapak Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D selaku pembimbing 1 dan
pembimbing akademik yang telah membimbing saya dengan penuh
perhatian selama proses kuliah dan penyusunan tesis ini
4. Ibu Lestari Sukmarini, S.Kp., MNS selaku pembimbing 2 yang telah
membimbing dengan penuh perhatian sampai tersusunnya tesis ini
5. Direktur STIKES Muhammadiyah Samarinda yang telah mendukung saya
untuk menyelesaikan tesis ini
6. Kepala Dinas Kesehatan Tangerang yang telah memberikan kesempatan
saya melakukan penelitian.
7. Kepala Puskesmas Cipondoh Tangerang yang telah mendukung dan
memberikan kesempatan saya meneliti ditempatnya
8. Dr Liani dan Ibu Ayu yang telah memudahkan proses pengumpulan
responden sehingga penelitian ini mudah dan cepat terlaksana.
9. Perawat dan seluruh staf Puskesmas Cipondoh, Tangerang yang telah
memudahkan proses pengambilan data sehingga penelitian ini mudah dan
cepat terlaksana.
iv
10. Bapak Rahmat yang penelitiannya menjadi inspirasi judul penelitian ini
11. Kedua orangtua saya tercinta, bapak dan mama. Terimakasih untuk doa,
dukungan dan cintanya. Tesis ini bisa selesai dengan baik berkat doa dan
ridhomu, Ma. Tesis ini kupersembahkan untuk mama. Adik saya tercinta,
Achmad Ryan yang telah memberikan semangat dan doa.
12. Ibu mertua saya yang telah memberikan dorongan dan semangat.
13. Suami saya Muhammad Wahdini yang telah memberikan semangat, cinta,
doa dan segalanya sehingga memperlancar penyelesaian tesis ini.
14. Seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
15. Teman-teman seangkatan Program Keperawatan Medikal Bedah angkatan
2010, yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan
tesis ini
16. Pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan tesis ini
Saya menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, waktu
yang penulis miliki masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Untuk
itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.
vi
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Rinnelya Agustien
: Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
: Efek Hiperglikemia Postprandial Terhadap Kemampuan
Memori Jangka Pendek Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 Di Puskesmas Cipondoh, Tangerang.
vii
Abstract
Name
Study Program
Title
: Rinnelya Agustien
: Magister of Nursing, Faculty of Nursing
: Postprandial Hyperglycemia Effects On Short-Term
Memory Ability In Patients with Diabetes Mellitus Type 2
In Puskesmas Cipondoh, Tangerang.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...................................................... ... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
1. PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ...........................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................
1
1
7
8
8
8
9
10
10
10
11
14
15
17
24
27
32
35
36
47
52
53
53
54
54
57
59
60
60
61
62
63
65
66
68
68
68
6. PEMBAHASAN .................................................................................
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian ............................................
6.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................
6.3 Implikasi Hasil Penelitian ...................................................................
78
78
91
92
93
93
93
95
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
xi
31
37
38
40
41
42
43
46
69
72
73
74
75
76
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1
Skema 4.1
Skema 4.2
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme penurunan kognitif pada pasien DM .................... 19
xiii
DAFTAR SINGKATAN
ADA
ATP
A1C
AGE
CDT
DM
HLA
IG
IL
IMT
NADPH
NO
OHO
ROS
PKC
WHO
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Penjelasan penelitian
Lembar persetujuan
Data responden
Prosedur pengukuran tekanan darah digital
Prosedur pengukuran kadar glukosa darah
Prosedur pengukuran miniCog
Lembar jawaban recall 9 kata
Lebar jawaban CDT
Prosedur digit span forward and backward
Curriculum vitae
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Kota Tangerang pada tahun 2010 sebanyak 14.062 orang, jumlah ini
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 7.359 orang.
Sementara itu jumlah penderita DM di Rumah Sakit berdasarkan laporan dari
23 Rumah Sakit dan Rumah Sakit Ibu dan Anak yang ada di Kota Tangerang
sebanyak 8.485 orang (3,39%), dengan rincian 5.312 orang menderita DM
tidak bergantung pada insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan
3.173 orang DM yang tidak ditentukan (Dinkes Banten, 2010).
kognitif global 2,6 kali lebih besar dari non diabetes. Sedangkan pada
individu lebih dari 60 tahun yang terkena diabetes menunjukkan 2,5-3,6 kali
lebih besar penurunan kognitif daripada individu yang tidak diabetes.
Universitas Indonesia
pembentukan
Universitas Indonesia
Selain itu, penurunan fungsi kognitif juga lebih sering dipicu oleh fluktuatif
kadar gula darah yang berlangsung setiap hari. Fluktuatif gula darah ini
dipicu oleh perubahan gula darah yang cepat dari rendah ke tinggi pada
kondisi setelah makan (postprandial) (Node & Inoue, 2009). Menurut
penelitian Rizzo et al. (2010) yang melibatkan 121 pasien DM tipe 2 lanjut
usia bahwa rata-rata kadar gula darah puasa 153 mg/dl kemudian meningkat
pada kondisi 2 jam setelah makan menjadi 198 mg/dl. Penelitian yang
dilakukan Bonora (2001) dalam Kovatchev, Cox, Summers, GonderFrederick, dan Clarke (2003) yang melibatkan 800 responden DM tipe 2
menyatakan bahwa setelah makan terjadi peningkatan gula darah lebih dari
160 mg/dl. Waspadji (2002) menyatakan pada responden yang diberikan 50
gram glukosa terjadi peningkatan dari kadar gula darah puasa 117,6 mg/dl
menjadi 286 mg/dl setelah 60 menit dan turun menjadi 218,4 mg/dl.
Pada pasien DM
Universitas Indonesia
Fluktuatif gula darah yang berlangsung kronis memiliki efek pemicu stress
oksidatif lebih kuat dari keadaan hiperglikemi kronis (Rizzo et al., 2010).
Pada kondisi ini terjadi penurunan aliran darah ke otak sehingga terjadi
iskemik di serebral. Kondisi iskemik mengakibatkan otak kekurangan
oksigen dan glukosa, yang merupakan substrat penting untuk metabolisme
otak. Keadaaan ini akan mengakibatkan kematian sel syaraf dan penurunan
neurotransmitter, sehingga terjadi penurunan fungsi kognitif (Vijayakumar,
Sirisha, Begam, & Dhanaraju, 2012).
ini
adalah
tempat
fungsi
eksekutif,
mencakup
kemampuan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kronis dan regulasi insulin inadekuat Selain itu, penurunan fungsi kognitif
juga lebih sering dipicu oleh fluktuatif kadar gula darah yang berlangsung
setiap hari. Fluktuatif gula darah ini dipicu oleh perubahan gula darah yang
cepat dari rendah ke tinggi pada kondisi setelah makan (postprandial).
Keadaan gula darah yang tiba-tiba meningkat memicu disfungsi endotel,
reaksi inflamasi dan stres oksidatif. Hal ini akan menyebabkan kematian sel
syaraf sehingga terjadi penurunan kognitif. Hasil penelitian menyatakan
bahwa terjadi peningkatan kesulitan konsentrasi, kesulitan berbicara,
kelambanan berpikir setelah satu jam makan, namun kemudian menurun pada
2-3 jam setelah makan. Fenomena ini harus diperhatikan dengan cara
melakukan skrining rutin kemampuan kognitif pada pasien DM terutama
lanjut usia. Namun belum semua RS, poliklinik, dan puskesmas melakukan
skrining rutin kemampuan kognitif pada pasien DM tipe 2. Selain itu,
berdasarkan dari pengamatan peneliti pada umumnya perawat memberikan
penyuluhan setelah makan. Namun, penentuan waktu yang tepat pemberian
penyuluhan belum pernah dilakukan penelitian. Berdasarkan fenomena yang
telah dipaparkan di atas yakni pada pasien DM tipe 2 terjadi peningkatan
kesulitan konsentrasi, kesulitan berbicara, kelambanan berpikir 1 jam setelah
makan kemudian setelah 2-3 jam kemampuan tersebut menjadi lebih baik.
Namun belum ada penelitian mengenai kemampuan mengingat jangka
pendek setelah makan pada pasien DM tipe 2. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk mengetahui perbedaan kemampuan mengingat jangka pendek antara
satu jam dan dua jam setelah makan pada pasien DM tipe 2.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efek hiperglikemia postprandial terhadap kemampuan
memori jangka pendek pada pasien DM tipe 2.
1.3.2 Tujuan khusus
Penelitian ini untuk :
1.
Universitas Indonesia
2.
Mengidentifikasi perbedaan kadar gula darah satu jam dan dua jam
setelah makan di kelompok perlakuan dan kontrol.
3.
4.
5.
6.
1.4 Manfaat
1.4.1 Pendidikan dan perkembangan ilmu keperawatan.
Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai kemampuan
memori jangka pendek pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini dapat
dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai model
intervensi keperawatan yang perlu dikembangkan terkait dengan
kemampuan memori jangka pendek pada pasien DM tipe 2.
1.4.2 Pelayanan dan masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi instansi
terkait pemberian edukasi kepada pasien DM tipe 2 diberikan dua jam
setelah makan agar proses belajar optimal dan diberikan kontinyu.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi DM
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Schteingart 2003). Gangguan metabolik ini disebabkan karena
adanya disfungsi sel beta pankreas atau ambilan glukosa di jaringan perifer
atau keduanya pada diabetes tipe 2, atau kurang nya insulin pada diabetes tipe
1 (Tjokroprawiro, 2007).
Wild et al
Universitas Indonesia
11
DM
bawah ini :
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasa dikenal juga diabetes tergantung insulin, diabetes saat
remaja. Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara
genetik dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses bertahap
perusakan imunologik se-sel yang memproduksi insulin. Secara genetik
berhubungan dengan HLA (human leukocyte antigens)DR 3, HLA-DR 4.
Bukti
Universitas Indonesia
12
2. Diabetes tipe 2
Terdapat 4 hal yang utama metabolisme abnormal yang berperan pada
perkembangan diabetes tipe 2 yakni ; Faktor pertama adalah resistensi
insulin pada metabolisme glukosa dan lemak yakni dimana reseptor insulin
di jaringan tidak berespon. Hampir kebanyakan reseptor insulin berada di
otot rangka, lemak dan sel hati. Ketika insulin tidak digunakan secara
tepat, maka glukosa yang masuk ke sel akan terhambat sehingga
menyebabkan hiperglikemia. Pada tahap awal resistensi insulin, pankreas
merespons gula darah tinggi dengan memproduksi sejumlah besar insulin
(berlaku jika fungsi sel beta normal). Hal ini menyebabkan fase
hiperinsulin bersamaan dengan kondisi hiperglikemi. Resistensi insulin
juga bisa disebabkan oleh cacat yang diwariskan pada resptor insulin. Hal
ini adalah hal paling umum yang ditemukan pada pasien diabetes tipe 2.
Resistensi insulin akan mengakibatkan peningkatan produksi insulin oleh
sel beta pankreas (Michel, 2011).
Universitas Indonesia
13
akan
meningkat,
karena
itu
sel
beta
akan
berusaha
3. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional terjadi pada kehamilan dan mempengaruhi 4% dari
semua kehamilan. Faktor resiko terjadi diabetes gestasional adalah usia
tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, riwayat diabetes
gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
2.5 Komplikasi DM
Komplikasi
komplikasi kronis :
1. Komplikasi akut
Komplikasi metabolik DM disebabkan oleh perubahan yang relatif akut
dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik akut yang sering
terjadi pada pasien DM tipe 2 adalah sindrom hiperosmolar hiperglikemik
(SHH). Penyebab dari SHH adalah infeksi saluran kemih, pneumonia,
sepsis, dan penyakit akut lainnya. Perbedaan utama antara SHH dengan
diabetes ketasidosis adalah pasien SHH memiliki insulin yang cukup
sehingga tidak terjadi ketoasidosis. Hiperglikemia dapat meningkatkan
osmolalitas serum yang dapat menyebabkan hipovolemia. Dampak dari
hipovolemia
adalah
penurunan
perfusi
ginjal,
hipotensi
dan
Universitas Indonesia
16
2. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis pada DM terbagi menjadi 3 yakni komplikasi
makrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler dan neuropathy (komplikasi
pada syaraf). Komplikasi makrovaskuler menyerang ke pembuluh darah
sedang besar yakni pada jantung koroner, pembuluh darah kaki, pembuluh
darah otak. Hal ini merupakan hal tersering dan merupakan gejala awal
pada pasien DM. Makrovaskuler mencakup kepada pembuluh darah
kepala, pembuluh darah jantung, dan pembuluh darah perifer. Komplikasi
ini akan diperparah bila pasien mengalami obesitas, merokok, hipertensi,
makan banyak lemak. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran
histopatologis berupa aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia
yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis
penyakit vaskuler ini. Gangguan-gangguan ini berupa penimbunan sorbitol
dalam intima vaskuler, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan
darah. Pada akhirnaya makroangipati diabetik ini akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular. Jika mengenai arteri-arteri perifer maka dapat
mengakibatkan insufisiensi vaskuler perifer, jika terkena ke arteri serebral
maka menyebabkan stroke, jika terkena arteri koronaria dan aorta maka
menyebabkan angina dan infark miokardium (Schteingart, 2003).
retinopati.
Manifestasi
dini
retinopati
berupa
Universitas Indonesia
17
Iskemia pada pembuluh darah yang rusak akibat hiperglikemia kronis juga
turut menyebabkan neuropati diabetik. Neuropati diabetik ada dua yakni
neuropati sensori yang mengarah ke sistem syaraf perifer dan neuropati
otonom. Bentuk umum dari neuropati sensori adalah polineuropati simetris
distal yang mengenai tangan dan atau kaki secara bilateral. Manifestasi
klinis adalah kehilangan sensasi, abnormalitas sensasi, nyeri, parastesia.
Nyeri yang dideskripsikan sebagai terbakar dan seperti terobek biasanya di
waktu malam atau sewaktu. Sedangkan neuropati otonom dapat mengenai
seluruh sistem tubuh dan memicu hipoglikemik, inkontinensia bowel,
diare, retensi urine. Gastroparesis adalah komplikasi neuropati otonomik
yang dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, reflux gastroesofageal
(Michel, 2011).
Universitas Indonesia
18
kognitif global 2,6 kali lebih besar dari non diabetes. Sedangkan pada
individu lebih dari 60 tahun yang terkena diabetes menunjukkan 2,5-3,6 kali
lebih besar penurunan kognitif daripada individu yang tidak diabetes.
Universitas Indonesia
19
Hiperglikemia
Hipertensi
dislipidemia
mikroangiopati
Merokok
Diet
Olahraga
Stres
Depresi
Penuaan
Faktor
genetik
Penurunan kognitif
Resistensi insulin
Hipoglikemia
Insulin inadekuat
Defisiensi insulin
Gambar 2.1 Mekanisme penurunan kognitif pada pasien DM (Kawamura et al, 2012).
Menurut
Asimakopoulou
dan
Hampson
(2002)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi fungsi kognitif pada pasien DM tipe 2 adalah usia, durasi DM,
kadar gula darah, dan tekanan darah. Grodstein, Chen, Wilson, dan Manson
(2001) menyatakan pada pasien lansia
penurunan memori verbal dan kelancaran verbal dua kali lebih buruk
daripada lansia non DM. Cukierman-Yaffe et al (2009) juga menyatakan hal
yang sama yakni peningkatan usia mempengaruhi penurunan kognitif pasien
DM tipe 2. Namun, menurut Ruis et al, 2009 penurunan kognitif sudah
dimulai sejak pasien terdiagnosa DM. Bahkan menurut Dey et al. (1997)
pasien DM tipe 2 yang usia muda dengan rata-rata usia 46 tahun telah terjadi
penurunan konsentrasi dan daya ingat. Pada hasil MRI (magnetic resonance
imaging) pasien DM tipe 2 ditemukan lesi white matter yang besar dan atropi
subkortikal, faktor usia turut mempercepat proses ini (Yeung et al, 2009).
Universitas Indonesia
20
tugas dan fungsi eksekutif. Pernyataan yang sama dari penelitian Gatlin
(2012) yang menyatakan bahwa semakin lama durasi seseorang menderita
DM maka kemampuan working memory semakin menurun. Fungsi eksekutif
adalah bagian dari working memory.
Kadar gula darah diidentifikasi dengan nilai gula darah puasa, gula darah 2
jam post prandial, gula darah sewaktu dan nilai A1C. Cukierman-Yaffe et al.
(2009) mengatakan bahwa peningkatan 1 % nilai AIC berhubungan secara
signifikan dengan penurunan 1,7 pada pengukuran DSST (Digit Simbol
Substitution Test), penurunan 0,2 pada pengukuran MMSE (Mini Mental
State Examination), penurunan 0,11 pada pengukuran mengingat. Sedangkan
pada penelitian Ruis et al. (2009) menyatakan bahwa AIC tidak berhubungan
terhadap kemampuan kognitif pasien DM tipe 2. Penelitian Ba-tin et al.
(2011) nilai A1C tidak signifikan berbeda antara kelompok DM tanpa
komplikasi dengan kelompok DM dengan komplikasi terhadap kemampuan
kognitif.
Universitas Indonesia
21
dilakukan satu jam rutin 3 kali seminggu selama 12 minggu dan diet
pengaturan lemak (<7% lemak jenuh) dapat memperbaiki kemampuan
memori. Hal ini disebabkan karena faktor neurotrophic dan plastisitas di otak
yang secara langsung mempengaruhi kemampuan mengingat.
Penelitian lainnya dari Maiorana et al. (2001) bahwa aktifitas fisik yang
dilakukan rutin selama 8 minggu dapat memperbaiki kadar gula darah,
toleransi latihan aerobik dan resistensi fungsi endotel pada pembuluh darah.
Sedangkan menurut penelitian Perisee (2009) efek akut dari latihan jalan
treadmill yang dilakukan 60 menit sebelum sarapan, 4 jam sebelum makan
siang dan 8 jam sebelum makan malam tidak memperbaiki glukosa plasma,
trigliserida, caroten, dan tanda inflamasi (C-reactive protein) dan stress
oksidasi. Hasil ini dirancukan dengan variabel jumlah kalori makan yang
berbeda, tingkat glukosa plasma dan tingkat trigliserida yang berbeda.
Universitas Indonesia
22
merusak sel syaraf. Kondisi ini memicu stress oksidatif intraseluler (Giacco
& Brownlee, 2010). Mekanisme polyol berfokus kepada enzim aldose
reduktase, yang berfungsi untuk menurunkan toxic aldehydes menjadi alkohol
inaktif dalam sel. Enzim aldose reduktase ditemukan di syaraf, retina, lensa,
glomerulus dan sel pembuluh darah. Ketika terjadi peningkatan glukosa
dalam sel, aldose reduktase juga berfungsi untuk menurunkan glukosa
menjadi sorbitol. Kemudian sorbitol akan dioksidasi menjadi fruktosa. Pada
saat proses penurunan glukosa dalam intrasel menjadi sorbitol, aldose
reduktase
mengkonsumsi
kofaktor
NADPH
(nicotinamide
adenine
Universitas Indonesia
23
Selain itu
protein,
Interleukin
(IL)-6,
-1-antichymotripsin
dan
yang mengalami
dan
Universitas Indonesia
24
yang membentuk plak yang matang, padat, tidak dapat larut dan meracuni
neuron yang utuh. -amyloid mengganggu hubungan interseluler dan
menurunkan respons pembuluh darah sehingga menyebabkan makin
rentannya neuron-neuron terhadap stressor (iskemik). Adanya mikroglia
dalam plak menunjukkan bahwa peradangan masih berjalan terlibat dalam
menyebabkan kerusakan neuronal (Hartwig, 2003).
Mekanisme yang terjadi setelah makan pada orang normal adalah terjadi
peningkatan konsentrasi insulin sebelum peningkatan kadar gula darah di
arteri. Peningkatan konsentrasi insulin ini untuk mencegah hiperglikemia.
Namun, pada pasien DM terjadi defisiensi insulin dan resistensi insulin
sehingga terjadi hiperglikemia postprandial (Giugliano, Ceriello, & Esposito,
2008).
Universitas Indonesia
25
Kadar gula darah mencapai puncaknya pada 60 menit setelah makan dan
kemudian turun kembali 120 menit setelah makan, meskipun masih tinggi
dari kadar gula darah puasa (Waspadji, 2002). Pernyataan sama dari
Giugliano, et al. (2008) bahwa peningkatan kadar gula darah mencapai
puncak antara 30-60 menit setelah makan.
Universitas Indonesia
26
Endotel adalah lapisan tunggal sel epitel khusus yang membatasi lumen
semua pembuluh darah, mengeluarkan mediator-mediator kimiawi yang
berperan penting dalam pengaturan lokal arteriol. Fungsi sel endotel adalah
(Sheerwood, 2001) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
akan
27
Keadaan peningkatan gula darah yang cepat setelah makan pada pasien DM
berlangsung kronis. Kondisi ini memicu produksi berlebih superoksidasi oleh
rantai transport mitokondria elektron. Superoksidasi juga dibarengi dengan
peningkatan NO yang akan merusak DNA. Kerusakan DNA akan
memperlambat glikolisis, transport elektron dan pembentukan ATP. Kondisi
ini akan mengakibatkan disfungsi endotel akut pada pembuluh darah pasien
DM (Ceriello, 2006).
Penderita diabetes pada umumnya mengalami fluktuasi gula darah, yang akan
merusak hubungan sinaps antar sel syaraf yakni neurotransmitter sehingga
tidak terjadi sinyal-sinyal dari sel syaraf ke sel syaraf lainnya. Kondisi ini
akan mengakibatkan penurunan fungsi hipokampus yang berdampak kepada
kesulitan konsentrasi, penurunan kemampuan berhitung, ketidakmampuan
mengingat hal baru dalam jangka panjang dan penurunan kemampuan
mengingat jangka pendek ( Vijayakumar et al, 2012).
Hasil penelitian Kovatchev et al. (2003) menyatakan bahwa terjadi
peningkatan kesulitan konsentrasi, kesulitan berbicara, kelambanan berpikir
setelah satu jam makan, namun kemudian menurun pada 2-3 jam setelah
makan. Sommerfield et al. (2004) mengatakan selama kondisi hiperglikemia
akut, fungsi kognitif mengalami penurunan, khususnya pada proses kecepatan
pemahaman informasi, working memory dan konsentrasi. Cox et al. (2007)
juga mengatakan bahwa satu jam setelah sarapan terjadi gejala penurunan
kognitif berupa sulit konsentrasi dan lamban berpikir. Greenwood et al.
(2003) dalam penelitiannya, menyatakan pada pasien DM yang diberikan
asupan karbohidrat
ketika tes dilakukan 15 menit setelah makan. Namun tidak memiliki efek
ketika tes dimulai 22 menit setelah makan.
(learning)
adalah
sebuah
proses
dimana
individu
Universitas Indonesia
28
zat-zat
kimia
ini
menimbulkan
serangkaian
reaksi
yang
Universitas Indonesia
29
Data sensoris yang tidak hilang atau tidak dibuang, berpindah dari thalamus
menuju area pemrosesan sensoris pada korteks dan melewati memori
temporer pertama yang disebut memori segera (immediate memory). Memori
segera beroperasi secara sadar dan bawah sadar menyimpan data selama
sekitar 30 detik (Sousa, 2012).
Informasi akan masuk ke otak sebagai register sensorik. Setelah itu, akan
berpindah ke memori segera yang selanjutnya ke working memory untuk
pemrosesan secara sadar. Working memory adalah tempat dimana
pemrosesan-pemrosesan secara sadar terjadi. Model pemrosesan informasi
mempresentasikan working memory sebagai meja kerja, tempat dengan
kapasitas terbatas dimana individu dapat membentuk, mengambil sebagian,
Universitas Indonesia
30
atau mengubah ide-ide yang akhirnya akan disimpan di satu tempat lain.
Informasi yang berada dalam working memory berasal dari memori-memori
sensoris ataupun memori-memori segera ataupun diambil dari memori jangka
panjang (Sousa, 2012). Kemampuan kapasitas memori kerja menangani
informasi pada dewasa rata-rata lima sampai sembilan dengan rata-rata tujuh
informasi (Sousa, 2012)
Fungsi eksekutif adalah proses dan perilaku kognitif secara luas. Fungsi
eksekutif menggambarkan apa yang dilakukan oleh lobus frontal. Lobus
frontal berhubungan dengan kemampuan merencanakan dan berpikir. Bagian
ini meliputi pusat kontrol eksekutif dan rasional otak, tempat terjadinya
proses berpikir tingkat tinggi, mengarahkan pemecahan masalah, dan
meregulasi sisa-sisa sistem emosional. Lobus frontal juga menentukan
kepribadian. Di lobus frontal, hampir semua memori kerja berlokasi disini.
Pada beberapa kemampuan fungsi eksekutif berada di luar lobus frontal,
seperti lobus parietal atau basal ganglia (Sousa, 2012)
Universitas Indonesia
31
tiap uji tidak selalu berkaitan satu sama lain. Uji-uji ini mengukur aspek yang
berbeda dari fungsi eksekutif (Tanner, 2009).
Maksimum
Dewasa
Di bawah 5 tahun
Pada umumnya individu yang lebih tua menunjukkan penurunan yang nyata
dalam kemampuan working memory (Gamon & Bragdon, 2005). Maineri,
Xavier, Berleze, & Moriguchi (2007) menyatakan bahwa merokok, diabetes,
tekanan darah dan usia berpengaruh terhadap penurunan kemampuan kognitif
terutama pada penurunan fungsi memori.
32
semantik berdasarkan
2.8 MiniCog
MiniCog merupakan skrining kognitif yang digunakan untuk mendeteksi
penurunan kemampuan daya ingat dengan cepat, mudah, dan bisa dikerjakan
di berbagai tempat (rumahsakit, homevisit). MiniCog untuk mengkaji
kemampuan recall daya ingat dan fungsi eksekutif. MiniCog terdiri dari dua
uji yakni recall 3 kata dan uji CDT (Clock Drawing Test). MiniCog
diperuntukkan pada orang lanjut usia tanpa membedakan bahasa, budaya dan
pendidikan (Doerflinger, 2007). MiniCog memiliki rentang sensitifitas dari
76-99% dan rentang spesifisitas 89-93% dengan 95% confidence interval
(CI). Uji test-retest reliabilitas dilakukan dengan nilai r = 0.85, P < 0.01
(Doerflinger, 2007).
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
kemampuan
Nilai CDT dan nilai kelancaran verbal yang buruk berhubungan dengan
kemampuan kontrol gula darah yang buruk. Nilai CDT menggambarkan
kemampuan fungsi eksekutif ( Munshi, Hayes, Iwata, Lee, & Weinger, 2012).
Mittal, Gorthi, & Rohatgi (2009) mengatakan bahwa uji CDT mencakup
kemampuan
persepsi,
pemahaman,
memori,
fungsi
motorik
kasar,
konsentrasi, pengetahuan angka, dan konsep waktu. Mittal et al. (2009) juga
menyatakn bahwa gangguan fungsi eksekutif sering mendahului penurunan
memori dan menyebabkan masalah pada aktifitas sehari-hari.
Penilaian penuh dengan nilai 10 bila jam yang digambar responden sesuai
dengan perintah. Nilai berkisar 1-10, dengan prosedur penilaian yakni
(Korner, et al, 2012) :
Penilaian 1-5 yakni menggambar jam namun lingkaran dan angka tidak tepat
1: tidak digambar, hanya berupa garis dan titik
2: sudah menggambar lingkaran, berupa garis dan titik
3: jarum dan angka tidak koheren, jarum tidak ada
4: menempatkan angka melingkar di jam namun tidak tepat
5: menempatkan angka melingkar di jam namun tidak tepat, sudah ada jarum
namun salah
Penilaian 6-10 yakni menggambar jam dengan lingkaran dan penulisan angka
sesuai urutan.
6: angka ditempatkan melingkar dan sesuai urutan, tidak ada jarum
7: menempatkan jarum tidak sesuai
8: terdapat kesalahan dalam menempatkan jarum
9: terdapat kesalahan kecil
10: sesuai dengan perintah.
Universitas Indonesia
35
Terdapat 3 tes yang digunakan untuk mengukur working memory pada WAIS
yakni Digit span forward and backward, letter-number sequencing dan
arithmatic. Reliabilitas WAIS 0,93 dan telah banyak digunakan pada
berbagai pengukuran termasuk pada pengukuran working memory (Gatlin,
2012). Menurut Qui et al. (2006) pasien DM memiliki nilai signifikan lebih
buruk daripada pasien tidak DM pada uji Digit span forward and backward
(Gatlin, 2012).
Universitas Indonesia
36
Terdapat 12 soal untuk digit span forward dan 12 soal untuk digit span
backward. Pada digit span forward dimulai dengan 3 angka hingga 8 angka.
Sedangkan pada digit span backward dimulai dengan 2 angka hingga 7
angka. Bila ada kesalahan responden saat pengukuran maka diulang kembali,
namun bila diulang kembali tetap salah maka pengukuran dihentikan. Bila
benar bernilai 1 namun bila salah bernilai 0. Maksimum skor adalah 24 dan
minimum skor 0 (Gatlin, 2012). Pengukuran digit span forward and
backward mampu mengidentifikasi penurunan kognitif yang tidak mampu
dideteksi oleh CDT (Lortie, Remington, Hoffman, & Shea, 2012).
mengelola
DM
untuk
jangka
pendek
tujuannya
adalah
Perencanaan makan
2.
Latihan jasmani
3.
Penyuluhan
4.
37
umur,
stres
akut
dan
kegiatan
jasmani
untuk
mencapai
dan
Nilai
(TB(cm)
Berat badan kurang
<18,5
18,5-22,9
23,0
Dengan resiko
23,0-24,9
Obesitas I
25,0-29,9
Obesitas II
30,0
Universitas Indonesia
38
Kerja santai
Sedang
Berat
Gemuk
25
30
35
Normal
30
35
40
Kurus
35
40
40-50
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Bahan makanan
satuan
Berat (gram)
Nasi
gelas
100
bihun
gelas
50
Havermout
5 sdm
50
kentang
2 biji sedang
210
makaroni
gelas
50
Roti putih
3 potong
70
Mi kering
1 gelas
50
krakers
5 buah
50
Tepung terigu
5 sendok makan
50
singkong
1 potong
120
Ubi putih
1 biji
135
Ubi merah
1 biji
135
Universitas Indonesia
41
IG (%)
IG < 60%
Ketela rambat
54
Kacang hijau
55
Beras merah
55
Kentang rebus
56
59
IG > 60%
Beras putih pulen
88
Kentang panggang
85
Roti terigu
70
Tapioka kukus
70
Tapioka jagung
68
23
IG>60%
Maltosa
105
Madu
73
65
Universitas Indonesia
42
e. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan
untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 2035 gram serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di
Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25g/hari dengan mengutamakan
serat larut.
f. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk
biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita
hipertensi ringan sampai sedang dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
Tabel 2.6 Standar diet diabetes mellitus (dalam satuan penukar versi
1997) (Sukardji, 2009)
Energi
1100
1300
1500
1700
1900
2100
2300
2500
Nasi
Ikan
Nabati
Sayur A
Minyak
Buah
Susu
Nasi
Daging
Nabati
Sayur A
Sayur B
Buah
Minyak
(kalori)
Pagi:
10.00
Siang
Universitas Indonesia
43
16.00
buah
Nasi
Ikan
Nabati
Sayur A
Sayur B
Buah
minyak
Malam :
Keterangan S = sekehendak.
Tabel 2.7 Contoh menu DM 1700 kalori (Sukardji, 2009)
Waktu
pagi
Makanan
Kebutuhan
Contoh menu
penukar
bahan
Roti
Iris
1P
Roti panggang
Margarin
sdm
1P
Margarin
Telur
1 butir
1P
Telur rebus
Teh panas
10.00
pisang
1 buah
1P
Pisang
Siang
Nasi
1 gelas
2P
Nasi
Udang
5 ekor
1P
Oseng-oseng
Tahu
1 potong
1P
Udang, tahu,
Minyak
1 sdm
2P
cabe ijo
Sayuran
1 gelas
1P
Urap sayuran
Kelapa
5 sdm
1P
Jeruk
1 buah
1P
Jeruk
16.00
Duku
16 buah
1P
Duku
malam
Nasi
1 gelas
2P
Nasi
Ayam
1 potong
1P
Sop
Kacang merah
2 sdm
1P
ayam+kacang
Sayuran
1 gelas
1P
merah
Minyak
sdm
1P
Tumis sayuran
Apel malang
1 buah
1P
apel
Universitas Indonesia
44
2. Latihan jasmani
Prinsip olahraga pada diabetisi sama saja dengan prinsip olahraga secara
umum, yaitu memenuhi hal berikut ini : frekuensi, intensitas, durasi dan
jenis. Pada diabetisi olahraga yang dipilih sebaiknya olahraga yang
disenangi dan yang mungkin untuk dilakukan oleh diabetisi di samping
itu selain dapat meningkatkan kesehatan juga dapat meningkatkan
kebugaran diabetisi (Ilyas, 2009). Olahraga yang dilakukan hendaknya
melibatkan otot-otot besar dan sesuai dengan keinginan agar manfaat
olahraga dapat dirasakan secara terus-menerus.
Secara ringkas perlu diperhatikan FITT yaitu (Ilyas, 2009) :
1. Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan secara
teratur 3-5 kali perminggu
2. Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60%-70% maximum heart rate
(MHR). Cara menghitung MHR adalah : 220- umur.
3. Time (durasi) : 30-60 menit
4. Tipe (jenis) : olahraga aerobik untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
3. Penyuluhan
Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes adalah penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup. Informasi yang diberikan kepada
penyandang DM adalah mencakup pengetahuan dasar tentang diabetes,
pemantauan mandiri, sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah, OHO,
perencanaan makan, perawatan kaki, kegiatan jasmani, tanda-tanda
hipoglikemik dan komplikasi (Basuki, 2009).
Universitas Indonesia
45
glimepiride
menstimulasi
(Amaryl).
pelepasan
Mekanisme
insulin
dari
kerjanya
pankreas,
dengan
menurunkan
obat
Thiazolidinediones
adalah
pioglitazone
(actos),
sampingnya
adalah
peningkatan
berat
badan,
edema,
fortamet,
glumetza)
dengan
mekanisme
kerja
yakni
Universitas Indonesia
46
Sedang
Buruk
80-109
110-125
>126
110-144
145-179
>180
A1C (%)
<6,5
6,5-8
>8
IMT (kg/m)
18,5-22,9
23-25
>25
<130/80
130-140/
>140/90
80-90
Universitas Indonesia
47
meningkatkan
2.
3.
4.
Universitas Indonesia
48
5.
6.
7.
8.
c. Data objektif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia
50
Pada pasien lanjut usia terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan yakni:
ketidakmampuan
fisik,
depresi,
penurunan
kognitif,
resiko
jatuh,
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
2.12
Kerangka teori
Kondisi hiperglikemia DM tipe 2
makan
Hiperglikemia postprandial
Mekanisme
polyol
Peningkatan
pembentukan
AGEs
(advanced
glycation end
products)
peningkatan
glucose
shunting
pada jalur
hexosamine
.
pembentukan
diacylglycerol
pada protein
kinase C
Resistensi
insulin
Peningkatan ROS
Terjadi aterosklerosis
Faktor yang turut
mempengaruhi
penurunan kognitif
adalah :
1. Usia
2. Hipertensi
3. Dislipidemia
4. Merokok
5. Diet
6. Olahraga
7. Depresi
8. Stres
9. Faktor genetik
10. Durasi DM yang
lama
11. Medikasi
Akumulasi glutamat
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS,
DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel terikat
Variabel perancu
Usia
Tekanan darah
Aktifitas fisik
53
Universitas Indonesia
54
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Hasil Ukur
Operasional
Skala
Ukur
Independen
Hiperglikemia
Pengukuran
dinyatakan
postprandial
dilakukan dengan
dalam mg/dl
mg/dl setelah
glukotest strip
pemberian sarapan
rasio
Kelompok dengan
sarapan 40
gram
nasi (40gr
karbohidrat
karbohidrat), telor
Diberikan peneliti
1= kelompok
kontrol
dadar, oseng-oseng
buncis dan wortel
Kelompok
Kelompok dengan
sarapan 50
Diberikan peneliti
2 = kelompok
perlakuan
Universitas Indonesia
55
gram
karbohidrat
(50gr karbohidrat),
telor dadar, osengoseng buncis dan
wortel
Dependent
Kemampuan
1. Lembar
Kemampuan
mengulang kembali 9
jawaban
dinyatakan
memori jangka
modifikasi
dalam
rentang
pendek
mini Cog
0-9
dengan
perintah
terdiri dari
skoring :
dan
recall 9 kata
0 : kata tidak
angka
dan lingkaran
sesuai
1: kata sesuai
dengan
benar
mengurutkan
Uji
CDT
dinyatakan
dalam
rentang
1-10
2. Digit Span
Interval
Dinyatakan
Forward dan
dalam rentang
Bacward
0-24
dengan
Ditanyakan
skoring :
langsung ke
0 : tidak sesuai
responden
1: sesuai
total
jumlah
penilaian : 43
Variabel
Perancu
Usia
Usia responden
wawancara
dihitung sesuai
dengan
dengan tahun
menanyakan
kelahiran
umur
Tahun
rasio
responden
terakhir.
Universitas Indonesia
56
Tekanan darah
Tekanan maksimum
Pengukuran
yang ditimbulkan di
sarapan di lengan
masuk ke arteri
kiri
posisi
minimum di dalam
menggunakan
tensimeter digital
mengalir ke luar ke
terkalibrasi. yang
pembuluh di hilir
disediakan
(diastolik)
peneliti
atas,
Dinyatakan
interval
pada
berbaring
(Sheerwood, 2001)
Aktifitas fisik
Latihan
jalan,
berupa Berupa
jogging, wawancara
Dinyatakan
dalam
1 = ya
yang
2= tidak
dilakukan responden
nominal
ment
et
al,
2009)
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
Kelompok kontrol
Sarapan
40 gram
karbohidrat
Subyek yang
memenuhi
kriteria
inklusi
Kemampuan
memori jangka
pendek 60
Kemampuan
memori jangka
pendek 120
Kelompok perlakuan
Sarapan 50 gram
karbohidrat
Kemampuan
memori jangka
pendek 60
Kemampuan
memori jangka
pendek 120
2 yang
berobat ke
57
Universitas Indonesia
58
Pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria ekslusi yang telah ditetapkan sebagai subjek
penelitian. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus
dipenuhi oleh responden agar dapat diikutsertakan ke dalam penelitian
(Sastroasmoro&Ismael,
2008).
Kriteria
inklusi
responden
pada
Universitas Indonesia
59
n= 2
(Z +Z) SD
(x1-x2)
n= 2
(1,96 + 1,282) 10
(30-20)
n = 21
Keterangan :
: tingkat kemaknaan 5% (ditetapkan oleh peneliti)
: kekuatan uji 90% (ditetapkan oleh peneliti)
x1-x2 : beda rerata
SD : standar deviasi
60
penelitian
penelitian terdiri
dari
Universitas Indonesia
61
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
63
kata menyebabkan uji recall kata dan CDT terpisah. Nilai minimal recall
kata adalah 0 dan nilai maksimal 9. Nilai minimal CDT adalah 1 dan nilai
maksimal 10.
Uji CDT memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas sebesar 86% dan 87%
dengan nilai prediksi positif berkisar 93%-97% ( Korner et al, 2012). Uji
interrater reliabilitas 0,88-0,97 dan uji tes-retes reliabilitas 0,94 (Pinto &
Peters, 2009)
Reliabilitas
Universitas Indonesia
64
2. Prosedur Intervensi
Prosedur intervensi dimulai dari :
1. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Dinkes Tangerang, peneliti
datang
Universitas Indonesia
65
66
3. Tabulating
Data dikelompokkan menurut kategori yang telah ditentukan oleh peneliti
untuk selanjutnya ditabulasi untuk keperluan statistik.
4. Entry data
Memasukan data dengan lengkap dan sesuai dengan coding dan tabulating
kemudian dilakukan analisis sesuai tujuan penelitian.
5. Cleaning data
Data yang telah dientry dilakukan pembersihan agar seluruh data yang
diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis.
4.10
Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini ada dua yakni :
1. Analisis Univariat
Tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel yang diteliti. Untuk data numerik yakni tekanan darah dan usia
digunakan nilai mean, median, simpangan baku, nilai minimal dan
maksimal dan 95% CI (confident interval). Sedangkan, aktifitas fisik
termasuk data kategorik yakni
Universitas Indonesia
67
2. Kadar gula darah satu jam setelah makan antara kelompok perlakuan
dan kontrol dan kadar gula darah dua jam setelah makan antara
kelompok perlakuan dan kontrol dengan uji independent T test.
3. Kemampuan memori jangka pendek satu jam setelah makan antara
kelompok perlakuan dan kontrol dan kemampuan memori jangka
pendek dua jam setelah makan antara kelompok perlakuan dan kontrol
dengan uji independent T test.
4. Untuk variabel perancu yakni aktifitas fisik terhadap kemampuan
memori jangka pendek maka uji yang dilakukan adalah independent T
test. Variabel usia dan tekanan darah (numerik) terhadap kemampuan
memori jangka pendek (numerik) dengan uji korelasi Pearson.
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
analisis
univariat
menggambarkan
karakteristik
responden
68
Universitas Indonesia
69
No
Variabel
Mean
Minimal-
SD
95%CI
Maksimal
1
Umur
Perlakuan
17
53,59
40-64
6,53
50,23-56,96
Kontrol
18
56,33
47-69
6,13
53,28-59,39
Perlakuan
17
136,05
100-168
20,53
125,50-146,61
Kontrol
18
148,67
117-190
22,44
137,50-159,82
Perlakuan
17
82,17
68-82,17
10,03
77,01-87,33
Kontrol
18
89,27
70-112
10,24
84,19-94,37
Perlakuan
17
279,82
122-436
76,13
240,67-318,96
Kontrol
18
267,72
154-407
76,29
229,78-305,66
Perlakuan
17
252,58
112-407
74,68
214,18-290,98
Kontrol
18
237,11
127-384
76,39
199,11-275,10
Perlakuan
17
20,00
12-26
3,96
17,95-22,04
Kontrol
18
21,28
13-32
4,84
18,86-23,68
Perlakuan
17
23,47
11-31
5,37
20,70-26,23
Kontrol
18
24,67
15-33
4,98
22,18-27,14
Gula
darah
satu
jam
setelah makan
Gula
darah
dua
jam
setelah makan
Universitas Indonesia
70
Berdasarkan tabel 5.1, rata-rata kadar gula darah satu jam setelah makan
di kelompok perlakuan adalah 279,82 mg/dl (SD=76,13). Nilai minimum
122 mg/dl dan maksimum 436 mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata gula darah satu jam
setelah makan responden diantara 240,67 sampai dengan 318,96 mg/dl.
Kemudian pada dua jam setelah makan rata-rata kadar gula darah setelah
makan 252,58 mg/dl (SD=74,68). Nilai minimum 112 mg/dl dan nilai
maksimum 407 mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata gula darah dua jam setelah makan
responden diantara 214,18 sampai dengan 290,98 mg/dl.
Universitas Indonesia
71
Rata-rata kadar gula darah satu jam setelah makan pada kelompok
kontrol adalah 267,72 mg/dl (SD=76,29). Nilai minimum 154 mg/dl dan
nilai maksimum 407 mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata gula darah satu jam
setelah makan responden diantara 229,78 sampai dengan 305,66 mg/dl.
Kemudian rata-rata gula darah dua jam setelah makan adalah 237,11
mg/dl (SD= 76,39). Nilai minimum 127 mg/dl dan nilai maksimum 384
mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata-rata gula darah dua jam setelah makan responden
diantara 199,11 sampai dengan 275,10 mg/dl.
Berdasarkan tabel 5.1, rata-rata nilai memori jangka pendek satu jam
setelah makan pada kelompok perlakuan adalah 20 (SD=3,96) dengan
nilai minimum 12 dan maksimum 26. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata memori jangka pendek
satu jam setelah makan responden diantara 17,95 sampai dengan 22,04.
Kemudian pada dua jam setelah makan, rata-rata nilai memori jangka
pendek dua jam setelah makan 23,47 (SD=5,37) dengan nilai minimum
11 dan maksimum 31. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata memori jangka pendek satu jam
setelah makan responden diantara 20,70 sampai dengan 26,23. Pada
kelompok kontrol, rata-rata nilai memori jangka pendek satu jam setelah
makan 21,28 (SD= 4,84) dengan nilai minimum 13 dan maksimum 32.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata-rata memori jangka pendek satu jam setelah makan
responden diantara 18,86 sampai dengan 23,68. Kemudian pada 2 jam
setelah makan, rata-rata nilai memori jangka pendek 24,67 (SD= 4,98)
dengan nilai minimum 15 dan maksimum 33. Dari hasil estimasi interval
dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata memori jangka
pendek dua jam setelah makan responden diantara 22,18 sampai dengan
27,14.
Universitas Indonesia
72
No
1
Variabel
Total
Ya
23,5
Tidak
13
76,5
Ya
38,9
Tidak
11
61,1
Universitas Indonesia
73
Tabel 5.3 Perbedaan rerata nilai gula darah dan kemampuan memori jangka
pendek satu jam setelah makan dan dua jam setelah makan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di Puskesmas Cipondoh 26 November-7
Desember 2012.
No
1
Variabel
Mean
SD
SE
1 Jam
17
279,82
76,13
18,46
2 jam
17
252,58
76,68
18,11
1 jam
18
267,72
76,29
17,98
2 jam
18
237,11
76,39
18,00
1 jam
17
20,00
3,96
0,96
2 jam
17
23,47
5,37
1,30
1 jam
18
21,28
4,84
1,14
2 jam
18
24,67
4,98
1,17
P value
0,001
74
pada
dan
kemampuan memori jangka pendek satu jam dan dua jam setelah
makan antara kelompok perlakuan dan kontrol.
Tabel 5.4 Perbedaan kadar gula darah dan kemampuan memori jangka pendek
satu jam dan dua jam setelah makan antara kelompok perlakuan dan kontrol di
Puskesmas Cipondoh 26 November-7 Desember 2012 (N=35).
No
1
Variabel
Mean
SD
SE
Perlakuan
17
279,82
76,13
18,46
Kontrol
18
267,72
76,29
17,98
Perlakuan
17
252,58
74,68
18,11
Kontrol
18
237,11
76,39
18,00
P value
Universitas Indonesia
75
Variabel
N Mean
SD
SE
Perlakuan
17 20,00
3,96
0,96
Kontrol
18 21,27
4,84
1,14
Perlakuan
17 23,47
5,37
1,30
Kontrol
18 24,67
4,98
1,17
P value
0,33
Hasil analisis didapatkan, tidak ada perbedaan kadar gula darah satu
jam dan dua jam setelah makan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol (p=0,64, =0,05) (p=0,54,=0,05). Tidak ada
perbedaan kemampuan memori jangka pendek satu jam dan dua jam
setelah makan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,33, =0,05)
(p=0,49, =0,05).
Tabel 5.5 Analisis korelasi umur dan tekanan darah terhadap kemampuan memori
jangka pendek satu jam dan dua jam setelah makan di Puskesmas Cipondoh 26
November-7 Desember tahun 2012.
Variabel
P value
Umur
1jam
35
0,157
0,368
2 jam
35
0,007
0,967
1jam
35
0,092
0,599
2 jam
35
0,01
0,954
Tekanan darah
Universitas Indonesia
76
Tabel 5.6 Analisis aktifitas fisik terhadap kemampuan memori jangka pendek
satu jam dan dua jam setelah makan di Puskesmas Cipondoh 26 November-7
Desember 2012
Variabel
Mean
SD
SE
P value
11 22,63
4,47
1,35
Tidak rutin
24 19,75
4,18
0,85
Rutin aktifitas
11 26,72
4,64
1,40
Tidak rutin
24 22,87
4,97
1,01
0,07
Rata-rata kemampuan memori jangka pendek satu jam setelah makan pada
responden yang melakukan aktifitas fisik adalah 22,63 dengan standar deviasi
4,47, sedangkan untuk responden yang tidak melakukan aktifitas fisik adalah
19,75 dengan standar deviasi 4,18. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,07,
berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan
kemampuan memori jangka pendek satu jam setelah makan responden yang
melakukan aktifitas fisik dengan yang tidak.
Universitas Indonesia
77
Rata-rata kemampuan memori jangka pendek dua jam setelah makan pada
responden yang melakukan aktifitas fisik adalah 26,72 dengan standar deviasi
4,64, sedangkan untuk responden yang tidak melakukan aktifitas fisik adalah
22,87 dengan standar deviasi 4,97. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,04,
berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan kemampuan memori jangka
pendek dua jam setelah makan antara responden yang melakukan aktifitas
fisik dengan yang tidak.
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN PENELITIAN
Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi: interpretasi dan diskusi hasil
penelitian yang telah dipaparkan dalam bab 5, keterbatasan penelitian serta
implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan keperawatan dan pengembangan
pengetahuan dan penelitian berikutnya.
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek hiperglikemia postprandial
terhadap kemampuan memori jangka pendek pada pasien DM tipe 2 di
Puskesmas Cipondoh Tangerang. Kemampuan memori jangka pendek pasien
DM tipe 2 satu jam setelah makan dibandingkan dengan dua jam setelah
makan. Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok yakni
kelompok perlakuan mendapatkan sarapan 50 gram karbohidrat sedangkan
kelompok kontrol mendapatkan sarapan 40 gram karbohidrat. Kedua
kelompok diukur kemampuan memori jangka pendek satu jam dan dua jam
setelah makan. Faktor usia, tekanan darah dan aktifitas fisik dihubungkan
dengan kemampuan memori jangka pendek satu dan dua jam setelah makan.
Berikut ini akan diuraikan interpretasi hasil penelitian dari semua variabel.
1. Karakteristik sampel
a. Usia
Menurut Soegondo (2009) penurunan fungsi sel beta pankreas pada DM
tipe 2 biasanya dimulai pada umur > 45 tahun. Namun hasil penelitian
menyatakan bahwa mayoritas responden menderita DM tipe 2 saat
berusia > 40 tahun. Penelitian Koopman, Mainous, Diaz, dan Gessey
(2005) menyatakan terjadi penurunan usia pasien saat didiagnosa DM
di Amerika Serikat dari 52 tahun menjadi 46 tahun. Penurunan usia ini
bisa disebabkan karena
terkontrol
sehingga
menyebabkan
obesitas.
Thevenod
(2008)
Universitas Indonesia
79
b. Tekanan darah
Berdasarkan hasil penelitian,
Universitas Indonesia
80
c. Aktifitas fisik
Berdasarkan hasil penelitian ini hampir sebagian besar belum
menjalankan aktifitas fisik secara rutin. Hanya 11 responden yang rutin
melakukan aktifitas fisik.
merupakan satu dari empat pilar pengelolaan DM. Aktifitas fisik yang
dipilih oleh pasien DM sebaiknya olahraga yang disenangi dan yang
mungkin dilakukan oleh pasien DM (Ilyas, 2009). Olahraga yang
dilakukan hendaknya melibatkan otot-otot besar dan sesuai dengan
keinginan agar manfaat olahraga dapat dirasakan secara terus-menerus.
Dalam berolahraga perlu diperhatian yakni olahraga dilakukan teratur
3-5 kali perminggu, intensitas ringan dan sedang (60%-70%MHR),
Universitas Indonesia
81
durasi 30-60 menit dan jenis olahraga aerobik seperti jalan, joging,
berenang dan bersepeda (Ilyas, 2009).
2. Perbedaan nilai gula darah dan kemampuan memori jangka pendek satu
jam dan dua jam setelah makan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan gula darah
mulai dari jam pertama ke jam kedua setelah makan baik pada kelompok
perlakuan maupun pada kelompok kontrol. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Waspadji (2002) yang menyatakan bahwa kadar gula darah
mencapai puncaknya pada 60 menit setelah makan dan kemudian turun
Universitas Indonesia
82
kembali 120 menit setelah makan, meskipun masih tinggi dari kadar gula
darah puasa. Menurut ADA (American Diabetes Association) (2001),
peningkatan kadar gula darah mencapai puncak terjadi pada satu jam
setelah makan dengan nilai > 140 mg/dl, kemudian kadar gula darah
menurun pada 2-3 jam setelah makan.
Mekanisme yang terjadi setelah makan pada orang normal adalah terjadi
peningkatan konsentrasi insulin sebelum peningkatan kadar gula darah di
arteri. Peningkatan konsentrasi insulin ini untuk mencegah hiperglikemia.
Namun, pada pasien DM terjadi defisiensi insulin dan resistensi insulin
sehingga terjadi kondisi hiperglikemia postprandial (Giugliano et al.,
Universitas Indonesia
83
2008). Kondisi ini ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang
cepat dari rendah ke tinggi setelah makan.
pendek
Universitas Indonesia
84
hampir sebagian
Universitas Indonesia
85
Uji lain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah CDT, yakni
menggambar jam. Kemampuan yang ingin dilihat adalah kemampuan
fungsi eksekutif,
5 tahun.
Universitas Indonesia
86
Universitas Indonesia
87
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada hal yang harus diperhatikan perawat
sebelum memberikan edukasi ke pasien DM yakni mengkaji kemampuan
kognitif pasien. Sehingga metode intervensi edukasi yang diberikan sesuai
dengan kemampuan kognitif pasien. Pengkajian kognitif yang bisa
digunakan adalah miniCog, MMSE (mini mental state examination),
interaksi dengan pasien melalui observasi dan wawancara (Braes,
Milisen&Foreman, 2012). Pengkajian kognitif lebih lengkap dapat dikaji
melalui Nurses Observation Scale for Cognitive Abilities (NOSCA),
namun NOSCA lebih ditujukan ke pasien rawat inap. Hasil penelitian ini
menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan memori jangka pendek di
dua jam setelah makan, maka dalam pemberian edukasi
sebaiknya
dilakukan di dua jam setelah makan ketika kadar gula darah mengalami
penurunan.
medikasi.
Responden
dalam
penelitian
ini
rutin
Universitas Indonesia
88
3. Perbedaan kadar gula darah dan kemampuan memori jangka pendek satu
jam dan dua jam setelah makan antara kelompok perlakuan dan kontrol.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kadar gula
darah dan kemampuan memori jangka pendek satu jam dan dua jam
setelah makan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Pada penelitian
ini, kelompok perlakuan mendapatkan sarapan dengan jumlah karbohidrat
sebanyak 50 gram sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 40 gram
karbohidrat, dimana sebelumnya responden diukur kadar gula darah puasa
untuk memastikan tidak ada responden yang mengalami hipoglikemik.
Pada uji homogenitas, kadar gula darah responden memiliki varians sama.
Universitas Indonesia
89
4. Aktifitas fisik terhadap kemampuan memori jangka pendek satu jam dan
dua jam setelah makan pada kelompok perlakuan dan kontrol.
Berdasarkan hasil penilitian, didapatkan bahwa hanya aktifitas fisik yang
berpengaruh terhadap kemampuan memori jangka pendek. Aktifitas fisik
memperbaiki regulasi insulin sehingga menurunkan kadar gula darah
(Watson et al., 2006). Hasil penelitian ini sesuai dengan Ilyas (2009) yang
Universitas Indonesia
90
Berdasarkan
Universitas Indonesia
91
postprandial
dapat
diketahui
dengan
cepat
bila
2. Sampel penelitian
Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 35 responden. Jumlah
ini
Universitas Indonesia
92
Edukasi
diberikan secara berulang dalam rentang waktu yang dekat, kontinyu dan
terjadwal. Pasien mengetahui bahwa kemampuan konsentrasi meningkat
di dua jam setelah makan. Sehingga proses pembelajaran mandiri
sebaiknya dilakukan pasien di dua jam setelah makan.
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini telah mengidentifikasi 35 responden. Kelompok perlakuan
terdiri dari 17 responden memiliki usia 53,59 tahun, tekanan darah
136,05/82,17 mmHg, responden yang rutin melakukan aktifitas fisik
sebanyak 4 orang (23,5%) sedangkan yang tidak rutin sebanyak 13 orang
(76,5%). Kelompok kontrol berjumlah 18 orang memiliki usia 56,33 tahun,
tekanan darah adalah 148,67/89,27 mmHg, responden
yang rutin
7.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah :
1. Perawat di tatanan pelayanan kesehatan perlu melakukan skrining kognitif
secara dini kepada pasien DM. Skrining dilakukan sejak pasien didiagnosa
DM, kemudian rutin dilakukan enam bulan sekali. Program ini dievaluasi
dengan melihat fluktuatif kadar gula darah pasien DM
93
Universitas Indonesia
94
Universitas Indonesia
95
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2002). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok:
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Arvanitakis, Z., Wilson, R.S., Li, Y., Aggarwal, N.T., & Bennet, D.A. (2006).
Diabetes and function in different cognitive systems in older individuals
without
dementia.
Diabetes
Care,
29(3).
http://www.care.diabetesjournal.org
Asimakopoulou, K., & Hampson, S. (2002). Cognitive functioning and self
management in older people with diabetes. Diabetes Spectrum, 15(2).
http://spectrum.diabetesjournal.org/
Ba-tin, L., Strike, P., & Tabet, N. (2011). Diabetic peripheral microvascular
complication relationship to cognitive function. Hindawi Publishing
Corporation Cardiovascular Psychiatry and Neurology, 2011.
http://www.hindawi.com/journals/cpn/2011/723434/
Basuki, E. (2009). Teknik penyuluhan diabetes mellitus. Dalam S. Soegondo, P.
Soewondo, & I.Subekti (Editor), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpadu : Panduan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus bagi Dokter dan
Edukator
( hal 135-150). Jakarta: FKUI.
Bent, N., Rabbitt, P., & Metcalfe, D. (2000). Diabetes mellitus and the rate of
cognitive ageing. British Journal of Clinical Psychology, 39, 349-362.
http://www.search.proquest.com/
Braes, T., Milisen, K., & Foreman, M.D. (2008). Asessing cognitive function.
Dalam Capezuti E, Zwicker D, Mezey M, & Fulmer T (Editor). Evidencebased geriatric nursing protocols for best practice. 3rd ed. (hal 41-56).
New
York
(NY):
Springer
Publishing
Company.
http://guideline.gov/content.aspx?id=12266&search=Senile+dementia+wit
h+delirium
Brands, AMA et.al. (2007). Cognitive functioning and brain MRI in patients with
type 1 and type 2 diabetes mellitus : a comparative study. Dementia and
Geriatric Cognitive Disorders 23 : 343-345. www.karger.com/dem
Borson,S., Scanlan,J., Brush,M., Vitaliano,P., & Dokmak, A. (2000) The minicog: a cognitive 'vital signs' measure for dementia screening in multilingual elderly. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11113982
Bruce, D.G., Davis, W.E., Casey, G.P., Starkstein, S.E., Clarnette, R.M., Almeida,
O.P., & Davis, T.M.E. (2008). Predictors of cognitive decline in older
Universitas Indonesia
96
individual
with
diabetes.
http://www.search.proquest.com/
Diabetes
Care,
31(11).
kota
Tangerang
2010.
De groot, M., Anderson, R., Freedland, K.E., Clouse, R.E., Lustman, P.J. (2001).
Association of depression and diabetes complication : a meta-analysis.
Psychosom Med, 63(4), 619-630. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
Dey, J., Misra, A., Desai, N.G., Mahapatra, A.K., & Padma, M.V. (1997).
Cognitive function in younger type II diabetes. Diabetes Care, 20(1).
http://www.search.proquest.com/
Doerflinger, D. (2007). How to try this : the miniCog. American Journal of
Nursing, 107(12),62-71. http://www.nursingcenter.com.
Gamon, D., & Bragdon, A. (2005). Cara baru mengasah otak dengan asyik:
temuan-temuan mutakhir tentang kinerja dan struktur otak plus
permainan-permainan heboh untuk mengasah 6 zona kecerdasan.
Jakarta:PT Mizan Pustaka
Gatlin, P.K. (2012). Severity of type 2 diabetes mellitus, working memory and
self care (Doctoral Dissertation, The University of Arizona).
http://www.search.proquest.com/
Universitas Indonesia
97
Giacco, F., & Brownlee, M. (2010). Oxidative stress and diabetic compilation.
Circulation
Research,
107,
579-591.
http://circres.ahajournals.org/content/107/9/1058.
Giugliano, D., Ceriello, A., & Esposito, K. (2008). Glucose metabolism and
hyperglicemia. The American Journal of Clinical Nutrition, 87, 21782228. http://ajcn.nutrition.org/
Goldin, A., Beckman, J., Schmidt, A., & Creager, M. (2006). Advance glycation
end product: sparking the development of diabetic vascular injury.
Circulation. http://circ.ahajournals.org/content/114/6/597.
Greenwood, C.E., Kaplan, R.J., Hebblethwaite, S., & Jenkins, D.J.A. (2003).
Carbohidrat-induced memory impairment in adult with type 2 diabetes.
Diabetes Care, 26, 1961-1966. http://www.care.diabetesjournal.org/
Grodstein, F., Chen, J., Wilson, R.S., & Manson, J.E. (2001). Type 2 diabetes and
cognitive function in community-dwelling elerly women. Diabetes Care,
24 (6). http://www.search.proquest.com/
Haas, L. (2007). Functional decline in older adults with diabetes. American
Journal Nursing, 107(6). http://www.nursingcenter.com/ajndiabetes
Hartono, A. (2006). Terapi gizi dan diet rumah sakit edisi kedua. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC.
Hartwig, M. (2003). Gangguan neurologis dengan simtomatologi generalisata.
Dalam S. Price & L. Wilson (Editor) Patofisiologi Edisi 6 Volume 2 bab
54 (hal 1134-1137). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EG
Hastono, S., & Sabri, L. (2006). Statistik kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo persada
Hotting, K., Reich, B., Holzschneider, K., Kauschke, K., Schmidt, T., Braumann,
K, M., & Roder, B. (2012). Differential cognitive effects of cycling versus
stretching/coordination training in middle-aged adults. Health Psychology,
31(2), 145-55. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21895371
Ilyas, E. (2009). Olahraga bagi diabetisi. Dalam S. Soegondo, P. Soewondo, &
I.Subekti (Editor), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu : Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus bagi Dokter dan Edukator ( hal 6982). Jakarta: FKUI.
Institute Diabetes Older People. (n.d). Cognitive screening in diabetes-a
summary. http://www.diabetes.nhs.uk/document.php
Karakurt, P., & Kasikci, M. (2012). The effect of education given to patient with
type 2 diabetes mellitus on self care. International Journal of Nursing
Universitas Indonesia
98
99
Universitas Indonesia
100
101
Universitas Indonesia
102
Vertesi, A., Lever, J., Molloy,W., Sanderson, B., Tuttle, I., Pokoradi, L., &
Principi, E.(2001). Standardized mini-mental state examination use and
interpretation.
Canadian
Family
Physician
vol
47.
http://www.cfp.ca/content/47/10/2018full.pdf.
Vijayakumar, T.M., Sirisha, G.B.N., Begam, F., & Dhanaraju, M.D. (2012).
Mechanism linking cognitive impairment and diabetes mellitus. European
Journal of Applied Science 4 (1), 01-05
Waspadji, S. (2002). Glycemic indices of enteral feeding formula in diabetic at
the Dr. Cipto Mangunkusumo general central nasional hospital Jakarta.
Acta Medica Indonesia, XXXIV(1)
Waspadji, S. (2009). Diabetes mellitus : Mekanisme dasar dan pengelolaannya
yang rasional. Dalam S. Soegondo, P. Soewondo, & I.Subekti (Editor),
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu : Panduan Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus bagi Dokter dan Edukator ( hal 31-45). Jakarta: FKUI.
Watson, S., Reger, M., Baker, L., McNelly, M., Fujimoto, W., Kahn, S., Boyko,
E., & Leonetti, D. (2006). Effect of exercise and nutrition on memory in
Japanese Americans with impaired glucose tolerance. Diabetes Care,
29(1). http://www.search.proquest.com/
WHO. (2012). Diabetes. www.who.int?mediacentre/factsheets/f3312/en/
Wiyono, P. (2003). Peranan hiperglikemia terhadap terjadinya komplikasi kronik
diabetes mellitus. Berkala Ilmu Kedokteran, 35 (1).
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., & King, H. (2004). Global prevalence
of diabetes. Diabetes Care, 27(5). http://www.care.diabetesjournal.org/
Yeung, S.E., Fischer, A.L., & Dixon, R.A. (2009). Exploring effect of type 2
dabetes on cognitive functioning in older adults. Neuropsychology ,23 (1),
1-9
Universitas Indonesia
Lampiran 1
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA
PENJELASAN PENELITIAN
Efek Hiperglikemia Postprandial terhadap Kemampuan Memori Jangka Pendek pada
Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Cipondoh, Tangerang
Selamat pagi Bapak/Ibu
Nama saya Rinnelya Agustien (1006833956). Saya, mahasiswa Program Pascasarjana
Ilmu Keperawatan Kekhususuan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia,
yang beralamat di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia kampus Depok 16424.
Saya dapat dihubungi di nomer telpon 081330682552. Penelitian ini merupakan bagian
dari persyaratan untuk program Magister saya di Universitas Indonesia. Pembimbing
saya adalah Agung Waluyo, S.Kp, M.Sc, Ph.D dari Fakultas Keperawatan Universitas
Indonesia
Lanjutan lampiran 1
maka bapak/ ibu mempunyai hak untuk berhenti dan mendapatkan intervensi
keperawatan yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Peneliti berjanji akan
menjunjung tinggi hak-hak bapak/ibu dengan cara menjaga kerahasiaan data yang
diperoleh, baik dalam proses pengumpulan, pengolahan maupun penyajian data. Nama
Bapak/Ibu tidak akan dicatat dimanapun. Semua lembar pengukuran yang telah terisi
hanya akan diberikan nomer kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi
identitas Bapak/Ibu. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satu
identifikasi yang berkaitan dengan Bapak/Ibu akan ditampilkan dalam publikasi
tersebut.
Peneliti juga menghargai keinginan bapak/ ibu untuk tidak berpartisipasi atau keluar
kapan saja dalam penelitian ini. Bila terdapat hal-hal yang kurang jelas mengenai
prosedur penelitian maka bapak/ ibu dapat menanyakannya langsung pada peneliti di
nomer telepon atau sms di 081330682552. Melalui penjelasan ini, peneliti
mengharapkan partisipasi bapak/ ibu dalam penelitian ini dan peneliti ucapkan terima
kasih atas kesediaan dan partisipasinya.
Tangerang, 2012
Peneliti
Lampiran 2
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Efek hiperglikemia postprandial terhadap kemampuan memori jangka
pendek pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Cipondoh, Tangerang
Peneliti : Rinnelya Agustien
NPM : 1006833956
Peneliti telah memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya
mengerti bahwa tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan mengingat jangka
pendek setelah makan pada pasien DM tipe 2. Saya mengerti bahwa partisipasi saya
dalam penelitian ini bermanfaat bagi saya agar selalu menjaga kadar gula darah tidak
meningkat terlalu tinggi terutama setelah makan dan meningkatkan motivasi saya dalam
usaha mengontrol glukosa darah dengan mematuhi diet DM.
Saya mengerti risiko yang mungkin terjadi selama penelitian ini sangat kecil. Saya juga
berhak untuk menghentikan keikutsertaan dalam penelitian ini kapan saja dan berhak
mendapatkan jawaban yang jelas mengenai prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Saya mengerti bahwa identitas dan catatan data dalam penelitian ini akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun. Saya bersedia
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Tangerang, .2012
Responden
(..)
Peneliti
(Rinnelya Agustien)
Lampiran 3
DATA RESPONDEN
1. Nomor responden
:.....
2. Usia
: ............. tahun
3. Tekanan darah
:.............. mm/Hg
4. Melakukan aktifitas fisik : 1. Ya
2. tidak
Lampiran 4
PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN DARAH DIGITAL
1. Pasien duduk di kursi, posisi santai, kaki tidak menggantung. Tangan yang
akan diukur tekanan darahnya diletakkan di atas meja yang berada di depan
pasien.
2. Raba denyutan arteri di lipat siku (arteri brakialis)
3. Tekan tombol power pada tensimeter digital
4. Pasang manset pada lengan atas , dengan batas bawah manset 2 - 3 cm dari
lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di
atas denyutan arteri di lipat siku ( arteri brakialis)
5. Tekan tombol ON, tensi digital mengukur tekanan darah
6. Angka yang tertera di layar adalah nilai tekanan darah saat itu
Lampiran 5
Lampiran 6
PROSEDUR PENGUKURAN MINICOG
1. Responden diminta membaca 9 kata yakni apel, tangan, air, kapal, batang, tari,
desa, jarum, hijau pada pengukuran pertama (Gamon dan Bragdon, 2005). Pada
pengukuran kedua responden diminta membaca 9 kata yakni jambu, celana,
cermin, sabun, ranting, masjid, merah, sungai, jarum
2. Kemudian responden diminta untuk menggambar sebuah jam di kertas yang telah
disediakan. Setelah responden telah mencantumkan angka-angka di jam tersebut,
peneliti meminta responden untuk menggambarkan jam 11 lebih 10 menit selama
2 menit. Kemudian kertas tersebut dikumpulkan.
3. Setelah itu responden diminta untuk menuliskan kembali 9 kata-kata yang telah
disebutkan peneliti di awal di kertas yang disediakan.
Sumber :
Doerflinger, D. (2007). How to try this : the miniCog. American Journal of Nursing
vol 107 no 12 pg 62-71. http://www.nursingcenter.com.
Gamon, D dan Bragdon, A. (2005). Cara baru mengasah otak dengan asyik: temuantemuan mutakhir tentang kinerja dan struktur otak plus permainanpermainan heboh untuk mengasah 6 zona kecerdasan. Jakarta:PT Mizan
Pustaka
Lampiran 7
LEMBAR JAWABAN RECALL 9 KATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lampiran 8
LEMBAR JAWABAN CDT
Lampiran 9
PROSEDUR DIGIT SPAN FORWARD AND BACKWARD
Peneliti meminta responden untuk mengulangi angka yang diucapkan peneliti dengan
urutan maju. Peneliti mengujicoba responden terlebih dahulu apakah paham dengan
perintah peneliti. Peneliti memberikan perintah tolong ulangi angka yang saya
sebutkan dengan urutan maju 2-5-8. Bila responden mengulang dengan 2-5-8,
maka pengukuran bisa dilakukan. Namun bila responden salah, maka peneliti
mengulangi perintah dengan bahasa yang lebih mudah dipahami tanpa memberi tahu
jawabannya. Hal yang sama juga dilakukan sebelum pengukuran digit span backward.
Peneliti mencoba responden terlebih dahulu. Peneliti memberikan perintah tolong
ulangi angka yang saya sebutkan dengan urutan mundur 2-5-8. Bila responden
mengulang dengan 8-5-2, maka pengukuran bisa dilakukan. Namun bila responden
salah, maka peneliti mengulangi perintah dengan bahasa yang lebih mudah dipahami
tanpa memberi tahu jawaban ke responden.
Terdapat 12 soal untuk digit span forward dan 12 soal untuk digit span backward.
Pada digit span forward dimulai dengan 3 angka hingga 8 angka. Sedangkan pada
digit span backward dimulai dengan 2 angka hingga 7 angka. Bila ada kesalahan
responden saat pengukuran maka diulang kembali, namun bila diulang kembali tetap
salah maka pengukuran dihentikan.
Nilai (0 atau 1)
Soal
1a. 6-2-9
4a. 9-1-8-4-2-7
1b. 3-7-5
4b. 6-3-5-4-8-2
2a. 5-4-7-1
5a. 1-2-8-5-3-4-6
2b. 8-3-9-6
5b. 2-8-1-4-9-7-5
3a. 3-6-9-2-5
6a. 3-8-2-9-5-1-7-4
3b. 6-9-4-7-1
6b. 5-9-1-8-2-6-4-7
Nilai (0 atau 1)
Lanjutan lampiran 9
Soal Digit Span Backward
Soal
Nilai (0 atau 1)
Soal
1a. 5-1
4a.6-2-9-7-2
1b. 3-8
4b. 4-8-5-2-7
2a. 4-9-3
5a. 7-1-5-2-8-6
2b. 5-2-6
5b. 8-3-1-9-6-4
3a. 3-8-1-4
6a. 4-7-3-9-1-2-8
3b. 1-7-9-5
6b. 8-1-2-9-3-6-5
Nilai (0 atau 1)
Sumber :
http://adni.loni.ucla.edu/wp-content/uploads/2010/09/BLCogTestingWorksheet.pdf
Lampiran 10
TTL
Alamat Rumah : Jl. Balita XI/1 Kunciran Mas Permai Tangerang, Banten
Alamat Institusi: Jl. Ahmad Yani Samarinda, Kaltim
Riwayat Pendidikan :
1990 1996
1996 1999
1999 2002
: SMUN 5 Tangerang
2003 2008
Riwayat Pekerjaan :
Oktober 2008 Januari 2010 : Perawat ICU di RS Siloam Lippo Karawaci Tangerang
2012 sekarang