Anda di halaman 1dari 13

A.

Alat Ukur
Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui
terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari
proses produksi massal. Tanpa alat ukur, elemen mesin tidak dapat dibuat cukup
akurat untuk menjadi mampu tukar (interchangeable). Pada waktu merakit,
komponen yang dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat ukur
merupakan alat penting dalam proses pemesinan dari awal pembuatan sampai
dengan kontrol kualitas di akhir produksi.
1. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel mesin. Jangka
sorong berfungsi sebagai alat ukur yang biasa dipakai operator mesin yang
dapat mengukur panjang sampai dengan 200 mm, ketelitian 0,05 mm. Gambar
4.1. berikut adalah gambar jangka sorong yang dapat mengukur panjang dengan
rahangnya, kedalaman dengan ekornya, lebar celah dengan sensor bagian atas.
Jangka sorong tersebut memiliki skala ukur (vernier scale) dengan cara
pembacaan tertentu. Ada
juga jangka sorong yang dilengkapi jam ukur, atau dilengkapi penunjuk ukuran
digital. Pengukuran menggunakan jangka sorong dilakukan dengan cara
menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan diukur, (lihat Gambar
4.1.). Beberapa macam jangka sorong dengan skala penunjuk pembacaan dapat
dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4 1. Sensor jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur


berbagai posisi.

Gambar 4 2. Jangka sorong dengan penunjuk pembacaan nonius, jam


ukur, dan digital
Pembacaan hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam ukur
dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang
ditunjukkan oleh jam ukur. Untuk jangka sorong dengan penunjuk
pembacaan digital, hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada monitor
digitalnya. Jangka sorong yang menggunakan skala nonius, cara pembacaan
ukurannya secara singkat adalah sebagai berikut :

Baca angka mm pada skala utama (pada Gambar 4.3. di bawah : 9


mm)

Baca angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis skala utama
yang segaris lurus dengan skala nonius (Gambar 4.3. di bawah :
0,15)
Sehingga ukuran yang dimaksud 9,15 .

Gambar 4 3. Cara membaca skala jangka sorong ketelitian 0,05 mm.

2. Mikrometer
Hasil pengukuran dengan mengunakan mikrometer (Gambar 4.4.) biasanya
lebih presisi dari pada menggunakan jangka sorong. Akan tetapi jangkauan
ukuran mikrometer lebih kecil, yaitu sekitar 25 mm. Mikrometer memiliki
ketelitian sampai dengan 0,01 mm. Jangkauan ukur mikrometer adalah 0-25
mm, 2550 mm, 50-75 mm, dan seterusnya dengan selang 25 mm. Cara
membaca skala mikrometer secara singkat adalah sebagai
berikut :

Baca angka skala pada skala utama/barrel scale (pada Gambar 4.5.
adalah 8,5 mm)
Baca angka skala pada thimble (pada posisi 0,19 mm)
Jumlahkan ukuran yang diperoleh (pada Gambar 1.6. adalah 8,69
mm).

Gambar 4 5. Cara membaca skala mikrometer.

Beberapa contoh penggunaan mikrometer untuk mengukur benda kerja


dapat dilihat pada Gambar 4.7. Mikrometer dapat mengukur tebal, panjang,
diameter dalam, hampir sama dengan jangka sorong. Untuk
keperluan khusus mikrometer juga dibuat berbagai macam variasi, akan
tetapi kepala mikrometer sebagai alat pengukur dan pembacaan hasil
pengukuran tetap selalu digunakan. Beberapa mikrometer juga dilengkapi
penunjuk pembacaan digital, untuk mengurangi kesalahan pembacaan hasil
pengukuran.

Gambar 4 6. Berbagai macam pengukuran yang bisa dilakukan dengan mikrometer


: pengukuran jarak celah, tebal, diameter dalam, dan diameter

3. Jam Ukur (Dial Indicator)


Jam ukur (dial indicator) adalah alat ukur pembanding (komparator). Alat
ukur pembanding ini (Gambar 4.7.), digunakan oleh operator mesin
perkakas untuk melakukan penyetelan mesin perkakas yaitu : pengecekan
posisi ragum, posisi benda kerja, posisi senter/sumbu mesin perkakas
(Gambar 4.8.), dan pengujian kualitas geometris mesin perkakas. Ketelitian

ukur
jam
ukur
adalah 0,01 mm.

yang

biasa

digunakan

di

bengkel

Gambar 4 7. Jam ukur (Dial Indicator).

Gambar 4 8. Pengecekan sumbu mesin bubut dengan bantuan jam ukur.

a. Mistar Baja
Mistar baja digunakan di bengkel untuk panjang, lebar atau tebal suatu
benda. Mistar baja juga bisa dipakai menggantikan straight edge untuk
memeriksa kerataan, misalnya kerataan kepala silindermotor/mobil.
Permukaan dan bagian sisi rata mistar baja terdapat guratan-guratan
sebagai sisi ukur. Untuk ukuran metrik : 1 cm dibagi dalam 10 bagian
atau 20 bagian yang sama, sedangkanpada ukuran inchi/ dim, 1 inchi
dibagi menjadi 16 atau 32 bagian sehingga berjarak 1/8, 1/16, 1/32.
Selain mistar baja, di bengkel juga sering digunakan mistar gulung untuk
mengukur bagian yang cembung, menyudut, cekung dan benda-benda
yang panjang dan tak bisa diukur dengan mistar baja.

Gambar 4.9. Mistar baja

Metoda Dial Indikator


February 5, 2009 Alignment 57 Comments

Salah satu cara alignment sepasang mesin, dgn cara mengunakan dial
indicator. dan dgn cara apapun, keahlihan tetap diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Maka pemahaman,latihan dan ketrampilan
sangat diperlukan.
Metoda indicator ada 2 cara al:
I. Rim & face dial indicator : kedua poros diputar bersamaan
II. Reverse dial indicator : cukup memutar salah satu poros.
(Dengan Cara kalkulasi : matematis atau grafis)

Reverse
Rim & face
Metode dial indicator adalah metode yang paling banyak di lakukan, karena
ketelitian cukup dapat dipertanggung-jawabkan, terutama jika dilakukan
dengan professional. Dan harga alat relative murah.
# cara lain :
penggaris/mistar, lehih murah, mudah tapi sangat kasar.
optical, laser, lebih akurat, mudak tapi peralatan mahal, sehingga untuk
pabrik dengan banyak mesin menjadi sangat ekonomis.
Keuntungan metode Dial:
1. Metode ini cukup akurat.
2. Cukup efisien untuk poros berdiameter besar maupun kecil
3. Dengan menggambar atau mudah melihat posisi kedua poros
4. Dapat dilakukan untuk kedua poros yang dapat diputar ataupun hanya satu
5. Alat cukup murah dibanding alat lacer atau alat lain,
6. Mudah di gambar, dibuat perhitungan2, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan lebih cepat .
7. Cukup sesuai untuk mesin2 besar, putaran tinggi,
Kerugian2 :
1. Mengerjakanya harus sangat teliti / hati2, pemasangan dial harus kokoh,
sehingga dapat dihindari salah baca / salah penunjukan.
2. Toleransi, run-out, sag harus diketahui atau di chek dulu.
3. Jika permukaan kopling tidak rata atau run-out nya besar, maka
penunjukan dial indicator menjadi tidak sebenarnya, sehingga selanjutnya
perhitungan2 menjadi salah.
4. Aksial clearence sangat mempengaruhi kesalahan.
Membaca dial merupakan hal yang paling dasar yang harus dipahami dan
dimengerti oleh pelaksana, hasil bacaan salah akan mengakibatkan hasil
salah & fatal.
Kesalahan seperti dibahas dihalaman depan banyak sebab mengapa
penunjukan bisa salah.

Kesalahn utama di golongakan sbb :


Pemasangan dial tidak kokoh : kendor, ada sag, tidak sejajar, posisi tidak
tepat
Kesahan pada alat ada histiris, tidak lancar naik-turun plunjer
Pemahaman membaca dial salah, terbalik-balik, pemahaman skala salah
sehingga hasil perhitungan atau penggambaran salah.
Metode Rim & Face
Pasanglah pemegang dial pada mesin yang mudah diputar dan dial-indicator
jarum menunjuk pada face (muka) dan rim (lingkar kopling) pada mesin
yang diam. Semua langkah prealignment ABC ( run-out, soft-foot, sag,
safety,) tsb. diatas sudah dilakukan.
Persiapan.
Untuk perhitungan cara matematis maupun grafis, harus diambil ukuran :
Jarak antara kopling diambil dari titik jarum menunjuk = c
Jarak kaki mesin2, atau jarak baut kaki. = a, b, d, e
Diameter lingkaran kopling yang dilalui jarum dial
Siapkan alat tulis atau kertas-millimeter
Lakukan langkah persiapan seperti tsb. diatas : check soft foot, run out,
sag, pipe strain, dll.
Periksalah semua peralatan yang diperlukan dalam kondisi baik.
Pasanglah pemegang / bracket pada mesin yang mudah diputar, cukup
kokoh tidak goyang atau kendor, agar tidak terjadi salah baca atau salah
tunjuk.
Pemasangan seperti gambar, bracket pada salah satu poros mesin dan dial
ke muka dan lingkaran kopling mesin lain.
Reset pada angka 0 dial-indicator ke posisi jam 12
Jika memungkinkan putar kedua kopling bersamaan, untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat.
Putarlah poros dan bracket dengan pelan ke posisi jam 3, 6 & 9 . catat
pengukuran ini bisa (positif atau negatif)
Kembali ke posisi jam 12 (seharusnya dial akan menunjuk ke 0 lagi), jika
tidak kembali 0 berarti ada kesalahan tertentu.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, pengukuran harus dilakukan 2
s/d 4 kali, kemudian di rata2.
Untuk koreksi posisi. Pilihlah mesin yang mudah digeser, dan yang paling
sedikit ekses teknis, misal : tidak menimbulkan pipe strain.
Perhitungan cara ini ada dua macam, yaitu matematis dan grafis dan akan
dibahas pada bab2 berikut.

Keuntungan cara Rim & Face


1. Cukup satu porosshaft yang perlu di putar, sehingga sangat baik untuk
me-align pasangan mesin dimana salah satunya sulit diputar ataupun mesin
yang tidak memiliki thrust bearing.
2. Baik untuk alignment motor listrik tidak memiliki bearing aksial, tidak
perlu diputar, karena jika diputar dapat menimbulkan kesalahan penunjukan
dial-indicator.
3. Cukup cocok untuk kopling dengan diameter besar, karena ada ruang
untuk penempatan dial-indicator
4. Dengan mudah bisa melihat/menggambarkan posisi poros.
Kerugian
1. Sulit mendapatkan data yang akurat pada muka kopling jika rotor
mempunyai thrust bearing yang hydrodinamis, karena permindahan aksial.
2. Sulit juga untuk motor listrik yang tidak mempunyai thrust bearing,
karena jika di putar akan lari kearah aksial atau maju-mundur.
3. Biasanya memerlukan melepas spool kopling.
4. Agak sulit digambar untuk kalkulasi perpindahan.
Memasang dial ganda.

Dengan memasang dua pasang seperti gambar diatas adalah cara yang
sangat cerdik untuk menghemat waktu. Dengan sekali putar menghasilkan
dua penunjukan kemudian di rata2, sehingga menghasilkan angka yang lebih
teliti, tetapi harus lebih hati2 dalam mencatat dan kalkulasi agar tidak terjadi
A. Formula Matematis Rim & Face
Untuk melakukan alignment dapat dikalkulasi secara matematis. Putarlah

kedua mesin jika memungkinkan tapi jika tidak mungkin sebaiknya


pasanglah dial pada mesin yang mudah diputar, jarum pada mesin yang akan
direposisi

F = Pengukuran diambil pada permukaan kopling di jam 6.


H = Diameter kopling , pengukuran diambil pada permukaan kopling .Y =
setengah nilai dari pembacaan dial, dimana bracket dipasang pada shaft
driver, dan pengukuran diambil dari shaft driven unit
Rumus diatas hanya pilih salah satu ,yaitu mesin yang mudah direposisi :
apakah motor atau pompa.

Contoh perhitungan matematis


Vertical F = (+2 0) = +2 (bawah atas)
Y = (-13 0)/2 = 6 1/2

A = 240 mm jarak dari titik pengukuran dial indicator di hub kopling pompa
kekaki motor OBdr (outboard)
B = 130 mm jarak dari titik pengukuran dial indicator di hub kopling pompa
kekaki motor IBdr (inboard)
C = 30 mm jarak dari hub ke hub kopling (diukur dari titk ke titik dial)
D = 130 mm jarak dari titik pengukuran dial indicator di hub kopling motor
kekaki pompa IBdr (inboard)
E = 240 mm jarak dari titik pengukuran dial indicator di hub kopling motor
kekaki pompa OBdr (outboard)
H = 50 mm diameter hub kopling ( diukur lintasan dial indicator)
Dengan rumus diatas kita masukan harga2 tsb. kita cukup memilih salah satu
mesin yangakan di reposisi, terutama dipilih yang mudah dan tidak ada
hambatan pipe strain, atau hambatan lainnya.
Petunjuk.
Pemasangan dial indicator harus cukup kokoh, tidak goyang atau tidak
berubah saat di kopling diputar.
Pengukuran2 harus diukur secara sangat teliti.
Pengukuran dengan dial indictor perlu dilakukan beberapa kali, kemudian
harga di-rata2
Contoh matematis
horizontal

Catatan : pilihlah salah satu mesin saja yang akan di reposisi


Vertical

Dari hasil tsb. dalam table maka kita melakukan reposisi :


Vertical

Horizontal
Dari hasil tsb. dalam table maka kita melakukan reposisi :
Vertical
Selanjutnya jika kita ingin melakukan vertical reposisi motor sbb:
IBdr (inboard driver =kaki dalam motor) menambah shim = 11,7 mm
OBdr (outboard driver =kaki luar motor) menambah shim = 16,1mm
Jika yang direposisi vertical pompa :
IBdn (inboard driven=kaki dalam pompa) mengurangi shim = 2,5 mm
OBdn (outboard driven =kaki luar pompa) menambah shim = 1,9 mm
Untuk Horizontal reposisi motor :
IBdr (inboard driver =kaki dalam motor) menggeser kekiri = 0,5 mm
OBdr (outboard driver =kaki luar motor) menggeser kekiri = 0,5mm
Horizontal reposisi pompa :

IBdn (inboard driven/ pompa) menggeser kekanan = 0,5mm


OBdn (outboard driven/ pompa) menggeser kekanan = 0,5 mm
Catatan:
cara tsb diatas relative cocok untuk mealignment:
1.dua mesin yang salah satunya sulit/tidak dapat diputar porosnya.
2.dua mesin yang salah satunya tidak dipasang thrust bearing sehingga
jika diputar porosnya bergerak banyak kearah axial (mengacaukan
pembacaan dial)
3. Perlu tahu anatomi mesin, terutama susunan bearing, koneksi mesin, jenis
kopling, clearence beraing&kopling, center-point motor dll.

Anda mungkin juga menyukai