Anda di halaman 1dari 15

ANTIGEN DAN ANTIBODI UNTUK

PENYAKIT
CAMPAK
A. Pendahuluan
Antibodi (bahasa Inggris: antibody, gamma globulin) adalah
glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap
limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma sebagai respon
dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Sistem
imunitas

manusia

ditentukan

oleh

kemampuan

tubuh

untuk

memproduksi antibodi untuk melawan antigen. Antibodi dapat


ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan
digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan
dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus.
Molekul antibodi beredar di dalam pembuluh darah dan memasuki
jaringan tubuh melalui proses peradangan.

Mereka terbuat dari

sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki


dua rantai berat besar dan dua rantai ringan.
Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi, dan
beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan ke dalam
kelas (en:isotype) yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat.
Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh
mamalia dan memainkan peran yang berbeda dan menolong
mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing
berlainan yang masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD
dan IgE, yang mempunyai perbedaan area.
Vaksin adalah bahan antigenik yang

digunakan

untuk

menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga


dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme.
alami atau liar. Berasal dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar

sapi yang ketika diberikan kepada manusia, akan menimbulkan


pengaruh kekebalan terhadap cacar. Vaksin dapat berupa galur
virus

atau

bakteri

yang

telah

dilemahkan

sehingga

tidak

menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati


atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa
virus, dsb.)

Jenis-Jenis Vaksin :
Berdasarkan bahan imun yang digunakan ada dua jenis vaksin, yaitu:
Attenuated whole-agent vaccines:

Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang

Virus yang telah dilemahkan tersebut dapat bereplikasi di


dalam tubuh, meningkatkan dosis asli, dan berperan sebagai
imunisasi ulangan.

Keefektifan dapat mencapai 95%.

Seringkali tidak memerlukan imunisasi ulangan

Tidak disarankan untuk pasien kompromis


Inactivated whole-agent vaccines:

Memakai mikroba yang sudah dibunuh dengan formalin atau


pun fenol

Vaksin

inaktif

infektivitasnya

dihasilkan

sedangkan

dengan

menghancurkan

imunogenitasnya

masih

dipertahankan dengan cara:

Fisik misalnya dengan pemanasan, radiasi

Chemis,

dengan

bahan

kimia

fenol,

betapropiolakton,

formaldehid, etilenimin.
Dengan perlakuan ini virus menjadi inaktif tetapi
imunogenitasnya masih ada. Vaksin ini sangat aman karena
tidak infeksius, namun diperlukan jumlah yang banyak untuk
menimbulkan respon antibodi.
Ada beberap bentuk vaksin yaitu :
i.

Vaksin sub unit


Vaksin sub unit merupakan vaksin yang dibuat dari
komponen virus Teknik yang relatif baru dalam produksi
vaksin adalah dengan melakukan kloning dari gen virus
melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin
antiidiotipe. Atau ada definisi lain dari Vaksin sub unit
merupakan vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dari
mikroorganisme

yang

imunogenik

secara

alamiah

misalnya hepatitis B, atau virus yang dipisahkan dengan


detergen misalnya influensa.
ii.

Vaksin idiotipe
Vaksin

idiotipe

merupakan

vaksin

yang

dibuat

berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding)

dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B


mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe
atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai
antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus
melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor
pre sel B.
iii.

Vaksin rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein
virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan
diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan
baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain
dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen
sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya
gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam
genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan
vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang
baik.

iv.

Vaksin DNA
Vaksin

DNA

(naked

plasmid

DNA)

suatu

pendekatan yang relatif baru dalam teknologi vaksin yang


memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler.
Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon
kedalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk
meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan kedalam sel
mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap

dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam


DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen
yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung
sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang
akan menginduksi imunitas seluler .
Beberapa
kemungkinan

kelemahan
DNA

dalam

vaksin
vektor

DNA

bahwa

plasmid

akan

berintegrasi kedalam genom host/inang, kemungkinan


akan menginduksi tumor atau menginduksi terbentuknya
antibodi terhadap DNA. Selain itu vaksin DNA dapat
menginduksi respon imun seluler yang kuat tidak hanya
terhadap

antigen

mikroba

melainkan

juga

terhadap

antigen inangnya. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan


untuk mengetahui keamanan vaksin DNA yang efektif
terhadap patogen intraseluler.
B. Pembahasan
Virus

campak

merupakan

virus

RNA

untai

tunggal

negatif tidak bersegmen mempunyai selubung, termasuk genus


Morbillivirus dari famili Paramyxoviridae Bentuk virus pleomorfik
dan umumnya berbentuk sferik dengan ukuran diameter 120250 nm. Virus campak diisolasi pertamakali pada tahun 1954
oleh Enders dan Peebles dari darah penderita penyakit campak
akut,

yang

bernama

David

Edmoliston 5

Virus

diisolasi

menggunakan biakan sel ginjal manusia dan biakan ginjal


monyet. Sampai saat ini diperkirakan hanya ada satu tipe virus
campak, walaupun gitemukan sedikit perbedaan secara biologis
dari masing-masing virus campak liar.

Genom virus campak mengkode 6 jenis protein struktural


utama, yaitu 2 buah glikoprotein transmembran, protein fusion
(F) dan hemaglutinin

(H),

1 buah

protein bagian dalam

membran, protein matriks berbasis membran (M), protein


nukleokapsid (N), fosfoprotein (P), dan protein polimerase
besar (L). Protein F bertanggung jawab untuk melakukan fusi
antara

virus

dengan

membran

sel,

penetrasi

virus,

dan

hemolisis. Protein H berfungsi untuk hemaglutinasi, perlekatan


virus, serta berinteraksi dengan reseptor yang ada pada
permukaan

membran

sel

pejamu.

Glikoprotein

dan

bersama-sama berfungsi untuk mengadakan fusi antara virus


dengan membran sel pejamu, dan memfasilitasi masuknya virus
ke dalam sel.
Protein P banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi,
tetapi di dalam virus, protein ini merupakan komponen yang
sangat kecil, dan sangat sensitif terhadap enzim proteolitik.
Gen P virus campak mengkode 3 jenis protein. Dua protein
yaitu, protein P dan protein C dikode oleh mRNA yang sama,
tetapi ditranslasi menggunakan inisiator kodon methionin yang
berbeda dalam reading frame (kerangka baca) yang tumpang
tindih.Protein

dikode

dari

transkrip

yang

terpisah

menggunakan inisiator methionin protein P. Replikasi virus


campak terjadi di dalam sitoplasma sel yang diinfeksi dan tidak
tergantung pada fase nukleus.
Berikut merupakan gambar dari virus campak

Respon Imun Nonspesifik


Infeksi virus campak secara in vitro menginduksi produksi
interferon (IFN)-a, yang dapat mengurangi replikasi virus
campak dan IFN-b dapat meningkatkan ekspresi antigen major
histocompatibility complexes (MHC) kelas I pada sel yang
terinfeksi. Peningkatan kadar interferon dalam serum terjadi 811 hari sesudah imunisasi campak. Sel natural killer (NK) juga
ikut berperan dalam mekanisme pertahanan dini, akan tetapi
studi tentang aktivitas NK menunjukkan bahwa, fungsi sel NK
menurun selama infeksi virus campak.

Respon Imun Spesifik terhadap Virus Campak


a. Respon Imun Humoral
Antibodi

dapat

dideteksi

pertama

kali

pada

saat

munculnya ruam pada kulit. Respon antibodi yang terjadi


diinduksi oleh sebagian besar protein virus. Respon antibodi
spesifik terhadap virus campak dimulai dengan munculnya
IgM, baru diikuti dengan munculnya IgG1 dan IgG4. Antibodi
terhadap masing-masing protein virus dapat diukur dengan
imunopresipitasi, EIA, menggunakan antigen virus yang telah
dipurifikasi. Antibodi yang paling banyak dan paling cepat
diproduksi, adalah antibodi terhadap protein nukleokapsid (N)
dan sebagian besar antibodi dideteksi dengan tes fiksasi
komplemen.' i Oleh karena antibodi terhadap protein N banyak
diproduksi,

maka

antibodi

terhadap

protein

ini

dipakai

sebagai indikator untuk menentukan adanya reaksi serologis


yang negatif atau positif oleh karena terkena infeksi atau

mendapat imunisasi campak. Protein matriks (M) hanya dapat


merangsang antibodi dalam jumlah yang sangat kecil, kecuali
pada virus campak yang tidak khas.
Antibodi terhadap protein Fusion (F) diukur dengan cara
antibodi inhibisi hemolisis (AIH) atau dengan imunopresipitasi.
Antibodi ini mungkin ikut berperan dalam menetralisasi virus
dengan cara mencegah terjadinya fusi antara membran virus
dengan membran sel pe i jar. Antibodi terhadap protein ini tidak
dapat diinduksi oleh vaksin virus yang mati.
terhadap

antigen

protein

hemaglutinin

Titer
(H)

antibodi
diukur

dengan

melakukan tes inhibisi hemaglutinasi (IHA) menggunakan eritrosit


monyet.
Antibodi terhadap protein H juga merupakan antibodi
yang diukur dengan tes netralisasi infektivitas virus dalam
kultur

sel

atau

jaringan.

Netralisasi

antibodi

memegang

peranan penting dalam proses pencegahan penyakit, oleh


karena itu, HAI dan tes netralisasi merupakan tes yang paling
sering digunakan untuk mengevaluasi respon terhadap vaksin
untuk mengetahui kerentanan terhadap CI penyakit campak.
Fakta-fakta menunjukkan bahwa antibodi terhadap virus yang
memegang peranan sangat penting untuk mencegah penyakit
campak adalah antibodi maternal pada tubuh bayi yang berumur
dibawah 8 bulan, sehingga bayi ini sangat jarang terserang
penyakit campak. Disamping itu, dengan memberi gamma
globulin manusia yang mengandung antibodi terhadap virus
campak, dapat dicegah timbulnya penyakit. Pada umumnya
terdapat hubungan antara tingkat kadar antibodi netralisasi
dengan tingkat kemampuan proteksi, kecuali ada kemungkinan
komponen protein antigen lain, yang memberi respon imun
yang sangat penting dalam proses proteksi terhadap penyakit

yang tidak terdeteksi oleh tes yang dilakukan. Antibodi ini juga
dapat menghancurkan sel-selxang terinfeksi oleh virus dengan
memodulasi antigen virus pada permukaan sel , dan dapat
menekan sintesis protein dan RNA virus secara in vitro. Akan
tetapi,

eliminasi

virus

dari

dalam

jaringan

terutama tergantung pada respon sistem imun seluler.

b. Respon Imun Seluler


Sel

sangat

penting

untuk

membantu

dalam

proses

pematangan sel B agar memproduksi antibodi (IgG dan IgA) dan


sebagai sel efektor untuk membunuh virus di dalam sel jaringan.
Sel T CD4+ dan sel T CD8+ kedua-duanya ikut berperan dalam
respon imun. Sel limfosit T CD8 + yang spesifi k terhadap virus
campak dan sel T CD8 + yang berprolifi rasi ditemukan dalam
darah pada saat munculnya ruam pada kulit) Disamping itu,
produksi

sel

T CD8+ juga ditemukan meningkat dalam

darah

setelah terjadi interaksi antara sel sasaran dan sel limfosit T CD8 +.
Sel T CD8+ mengenal antigen virus sesudah peptida yang berasal
dari sintesis protein.
virus bersama-sama dengan molekul MHC kelas I bergerak
menuju ke permukaan sel. b2-microglobulin merupakan komponen
dari MHC kelas I juga meningkat di dalam plasma dalam waktu
yang cukup panjang.(28) Sel limfosit dan monosit ditemukan pada
fase timbulnya ruam pada kulit, akan tetapi, tipe sel ini tidak
diketahui dengan jelas. Diperkirakan bahwa sel T CD8+ merupakan
komponen penting dari infiltrat limfosit yang ditemukan pada lokasi
replikasi virus dan eliminasi sel yang terinfeksi oleh mekanisme
sitotoksik direstriksi MHC kelas I.
Sel CD4+ juga diaktivasi pada respon imun terhadap infeksi
virus campak. Sel T CD4+ juga berprolifirasi selama terjadinya

ruam pada kulit,3 dan akan meningkat dan tetap tinggi sampai
beberapa minggu. Akan tetapi, dua parameter yang sering dipakai
untuk mengetahui imunitas sel T yang tergantung pada CD4, yaitu
respon tes kulit DTH (delayed type Hypersensitivity) dan prolifirasi
in vitro terhadap antigen virus tidak memberikan hasil, atau
memberikan reaksi yang sangat kecil.
Klon sel T CD4+ dapat melisis sel yang mengekspresikan
antigen virus yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II.
Sel T CD4+ ini paling besar pengaruhnya, yaitu melalui sekresi
sitokin

untuk

mengaktivasi

proliferasi

makrofag,

dan

diferensiasi sel B untukymmproduksi antibodi, dan juga untuk


prolifirasi dan diferensiasi sel T sendiri.
Secara

fungsional

tipe

sel

CD4 +

dapat

dibedakan

berdasarkan fase difrensiasi dan tipe sitokin yang diproduksi.


Setelah stimulasi pertama oleh antigen, sel T CD4 + (sel To)
terutama memproduksi interleukin-2 (IL -2). Setelah distimulasi
kembali, baru muncul dua tipe sel memori CD4: sel tipel yang
terutama memproduksi interferon gama (IFN-g), IL -2 dan tumor
necrosis

factor

(TNF-b)

(limphotoxin),

dan

sel

tipe2

yang

terutama memproduksi IL-4, IL -5 dan IL -10 . Sel tipel memproduksi


sitokin yang penting untuk aktivasi makrofag dalam respon DTH
(IFN-g), proliferasi limfosit dan sitotoksisitas direstriksi MHC
kelas II (TNF-b, limphotoxin), sementara sel tipe 2 memproduksi
sitokin yang penting untuk deaktivasi makrofag (IL -4 dan IL -10)
(34;3 dan membantu sel B (IL-4,-5, dan-10).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka infeksi virus campak
alami dapat menimbulkan aktivasi sel T CD8+, yang sangat
berguna untuk mengeliminasi virus, dan mengaktivasi sel T CD4+,
yang sangat berguna untuk merangsang pembentukan antibodi
secara optimal. Akan tetapi, komponen spesifik yang berperan di

dalam proses respon imun untuk mengeliminasi virus dan untuk


mencegah timbulnya infeksi yang berulang, masih belum diketahui
secara pasti.

RESPONS IMUN TERHADAP VAKSIN CAMPAK


Sudah diketahui bahwa virus campak lebih mengaktivasi
sel T CD4+ tipe2, sehingga memproduksi antibodi terhadap
antigen protein F, H, dan N yang cukup tinggi. Akan tetapi,
terjadi

respon

DTH

dan

respon

prolifirasi

yang

kurang

terhadap antigen virus campak, terjadi penekanan sistem imun


sementara dan juga terjadi disregulasi respon imun.

Respons

imun

terhadap

vaksin

campak

hidup

mempunyai gambaran yang hampir sama dengan infeksi


virus secara alami, tetapi kelainan sistem imun yang terjadi
pada respons imun terhadap vaksin lebih singkat. Sebaliknya,
vaksin campak yang mati mengakibatkan respons antibodi
terhadap
1

protein

dan

cukup

baik,

tetapi

respons

terhadap protein N kurang baik, dan sangat sedikit terhadap

protein F dan P, tetapi memberi respons baik terhadap DTH dan


limfoprolifirasi. Hal ini menunjukkan, bahwa sel T CD4+ tipel
memberi

respons

yang

lebih

terhadap

virus

vaksin.

Hasil

pengamatan ini memberi kesan bahwa, dua tipe vaksin (vaksin


hidup dan vaksin mati) mungkin menstimulasi sel T dengan cara
yang

berbeda.

Hal

ini

terjadi

karena

perbedaan

cara

mempresentasikan antigen, yaitu: satu dengan proses antigen


yang

mengalami

replikasi,

dan

yang lain dengan proses antigen yang mengalami replikasi, atau


disebabkan oleh penggunaanbelum sebagai anjuran.
Kegagalan vaksin mungkin juga disebabkan karena kurang
dapat menginduksi imunitas mukosa, dan kurangnya respons sel T
CD8+. Disamping itu, perbedaan di dalam antigen virus itu sendiri
(gagal

memberikan

mengakibatkan tidak

respons
ada

terhadap

protein

F)

juga

keseimbangan dalam pembentukan

antibodi dan induksi respons sel T yang sesuai.

KESIMPULAN DAN SARAN


Respons imun yang ditimbulkan oleh virus campak adalah
sangat pelik. Respons imun yang ditimbulkan oleh virus campak liar
berbeda dengan virus vaksin campak. Juga respons imun yang
ditimbulkan oleh virus vaksin campak hidup yang dilemahkan
berbeda dengan respons imun yang ditimbulkan oleh virus vaksin
campak mati.

MAKALAH BIOTEKNOLOGI
ANTIGEN DAN ANTIBODI UNTUK
PENYAKIT
CAMPAK

O
L
E
H

Nama

: Jimmy M. Taopan

Nim

: 1106072046

Jutrusan

: Kimia

Semester : VII

Jurusan kimia
Fakultas sains dan teknik
Universitas nusa cendana

Kupang
2015

Anda mungkin juga menyukai