Oleh : Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Abrianto Putra H.
Agustin Tri L.
Anggraeni Yatul U.
Azhar Basyir
Dyah Ratna S.
Eka Lestari NH.
Enggi Widya A.
Faizah Eka F.
Fiki An-najahah
19.
20.
21. -B S1 KEPERAWATAN
22. STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
23. TAHUN AJARAN 2014
24.
25.KATA PENGANTAR
26.
1
menyadari
masih
banyak
kekurangan
dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk
membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.
31.
32. Wassalamualaikum. Wr. Wb
33.
34.
Lamongan ,
Desember 2014
35.
36.
37.
Penyusun
38.DAFTAR ISI
39.
40.
60.
3
61.
62. BAB I
63. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
64.
Pankreas memiliki fungsi endokrin maupun eksokrin dan kedua
fungsi ini sangat berhubungan. Fungsi eksokrin adalah memfasilitasi proses
pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum proksimal. Sekretin
dan kolesistokinin pankreozimim merupakan hormon traktus gastrointestinal
yang membantu dalam mencerna makanan dengan mengendalikan sekresi
pankreas. Sekresi enzim pankreas yang normal berkisar 1500-2500ml/hari.
Gangguan pankreas missal pancreatitis dan kanker pankreas terus meningkat sejak
20 tahun hingga 30 tahun lalu sehingga diperlukan pedoman atau strategi
penatalaksanaan yang bertujuan mempermudah pelaksanaan asuhan keperawatan
secara optimal.
65.
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius
pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar dari kelainan realtif ringan
dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang
tidak bereaksi terhadap pengobatan. Terdapat beberapa teori tentang penyebab
dan mekanisme terjadinya pankreatitis umumnya otodigesti pankreas, umumnya
semua teori ini menyatakan bahwa duktus pankreatikus tersumbat yang disertai
hipersekresi enzim-enzim eksokrin dari pankreas tersebut. Enzim-enzim ini
memasuki saluran empedu dan bersama getah empedu mengalir balik (refluks)
kedalam duktus pankreatikus sehingga terjadi pankreatitis.
66.
Kanker berawal dari kerusakan materi genetika atau DNA
(Deoxyribo Nuclead Acid) sel. Satu sel saja yang mengalami kerusakan genetika
sudah cukup untuk menghasilkan suatu jaringan baru, sehingga kanker disebut
juga penyakit seluler (Tjokronegoro, 2001). Kanker dapat tumbuh pada setiap
bagian pankreas (kaput, korpus dan kauda) dengan menimbulkan manifestasi
klinik yang bervariasi menurut lokasi lesinya dan apakah sel-sel pulau langerhans
4
yang mensekresikan insulin itu turut terlibat. Karsinoma pankreas memiliki angak
keberhasilan hidup 5 tahun, palinh rendah bila dibandingkan dengan 60 lokasi
kanker lainnya.
67.
1.2 Rumusan Masalah\
1. Bagaimana definisi penyakit pankreatitis ?
2.
3.
73.
74.
75. BAB II
76. PEMBAHASAN
2.1 Definisi
77.
pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan relatif
ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal
yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
78.
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri
dimana enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestifdari
pankreas (Doengoes, 2000).
79.
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi
akibat alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis (Sandra,
2001).
80.
2.2 Klasifikasi
1. Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreatitis terjadi akibat tercernanya
organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin.
2. Pankrestitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh
kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas.
81.
2.3 Etiologi
1. Batu saluran empedu
2. Infeksi virus atau bakteri
3. Alkoholisme berat
4. Obat seperti steroid, deuretik tiazoid
5. Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
6. Hiperparatiroidisme
7. Asidosis metabolik
8. Uremia
9. Imunologi seperti lupus eritematosus
10. Pankreatitis gestasional karena ketidakseimbangan hormonal
11. Defisiensi protein
12. Toksin
13. Lain-lain seperti gangguan sirkulasi, stimulasi vagal.
82.
2.4 Patofisiologi
7
83.
fase, yaitu :
84.
3. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dna merupakan tanda yang
fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi
peritonitis.
4. Bising usus biasanya menurun sampai hilang
5. Kekauan otot
6. Ekimosis (memar) di daerah pinggang dan sekitar umbilikus merupakan
tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.
7. Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut
8. Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan
hipovolemi
9. Syok akibat hipovolemi
a. Hipovolemia karena eksudasi darah dan protein kedalam ruang
retroperineum (retroperineal burn);
b. Peningkatan pembentukan dan pelepasan
peptide
kinin
yang
hipokalsemia,
hiperglikemia,
dan
koagulopati
89. Pathway
90.
Defisit pengetahuan
penyakit
Eksudasi darah dan protein
Kurangtentang
informasi
dan salah interpretasi
Mengiritasi pankreas
nyeri
Resiko infeksi
Terjadi inflamasi
Meningkatkan metabolisme
Menurunkan ekspansi paru
Dispneu
Mual Muntah
2.7 Penatalaksanaan
1. Tujuan terapi adalah mengurangisekresi pankreas dan mengistirahatkan
pankreas
2. Tindakan konvensional:
a. Pemberian analgetik untuk nyeri
b. Pemberian cairan dan koloid intravena untuk mempertahankan
volume intravaskuler normal
c. Puasa
d. Pengisapan nasogastrik untuk menurunkan pelepasan gastrin oleh
lambung dan mencegah isi lambung masuk ke deudenum
3. Antibiotik untuk infeksi sekunder
4. Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan.
Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam
lambung dan deudenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap
gastriris atau deudenitis
5. Laparotomi dengan drainase pengeluaran jaringan nekrotik jika terapi
konvensional tidak dapat memperbaiki kondisi klien yang memburuk.
6. Pemberian nutrisi secara parenteral
7. Pengobatan bagi klien dengan hipertrigliserida:
a. Penurunan berat badan sampai berat badan ideal
b. Diet rendah lemak
c. Olahraga
d. Menghindari alkohol dan obat yang dapat meningkatkan trigliserida
serum (seperti estrogen, vitamin A, tiazida, dan pengambilan beta)
e. Pengendalian dialisis.
91.
2.8 Komplikasi
1. Timbulnya diabetes miletus
2. Tetani hebat
3. Efusi pleura (khususnya pada hemithorax kiri)
4. Abses pankreas atau psedokista
92.
11
d. Sistem metabolisme
102. Komplikasi metabolik dari pankreatitis akut termasuk
hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan
daerah nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang meradang.
Hiperglikemia dapat timbul dan disebbakan oleh respon terhadap
stress. Kerusakan sel-sel inset langerhans menyebabkan hiperglikemia
refraktori. Asidosis metabolik dapat diakibatkan oleh hipoperfusi dan
aktivasi hipermetabolik anaerob.
e. Sistem urinari
103. Oliguri, azotemia atau trombosis vena renalis bisa
menyebabkan gagal ginjal.
f. Sistem integumen
104. Membran mukosa kering, kulit dinggin dan lembab,
perubahan warna keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau
pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis
hemoragik yang luas.
105.
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual muntah
4. Pola pernafasan yang tidak efektif berhubungan dengan imobilisasi
akibat rasa nyeri yang hebat, infiltrat pulmoner, efusi pleura, dan
atelektasis
5. Resiko infeksi berhubungan dengan imobilisasi, proses inflamasi,
akumulasi cairan
6. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi dan salah interpretasi
terhadap penyakit.
3.3 Perencanaan
106.
107.
108.
Hari
No
/ Tgl
111.
Dx
112.
113.
Tujuan dan
109.
Intervensi
110.
Rasional
Kriteria Hasil
Setelah
di
1. Observasi
13
1. Untuk
1. lakukan
tindakan
TTV,
mengetahui
keperawatan selama
intensitas
intervensi
skala nyeri
dan
hilang.
114. Kriteria hasil:
1. Pasien
frekuensi
nyeri.
2. Posisikan
mengatakan
pasien tirah
nyeri
dalam
akut
dan
batas normal
berikan
115. TD:1
lingkungan
10/70116. S
nyaman.
3. Ajarkan
36,5 37,5 0C
117. N
60 100 x/mnt
118. RR
16 24 x/mnt
2.
Setelah
dilakukan
distraksi dan
relaksasi
121.
dengan
analgesik.
1. Kaji
14
nyeri dengan
n nyeri.
dokter
keperawatan selama
3. Pengalihan
distraksi
an
tindakan
120.
meminimalka
pemberian
123. 124.
darah.
teknik
untuk
122.
peredaran
dapat
relaksasi.
4. Kolaborasik
wajah tenang
dan
pasien
dan
4. Ekspresi
nyeri
teknik
yang
120/80mmHg
mengurangi
selama
serangan
3
3. TTV
baring dapat
memperlanca
baring
berkurang
2. Skala nyeri 0-
selanjutnya.
119.
2. Posisi tirah
4. Analgesik
berguna
untuk
menurunkan
intensitas
nyeri.
1. Mual
abdomen,
muntah
catat
merupakan
atau
adanya/kara
manifestasii
kebetuhan
kter bising
klinis
usus,
pankreatitis, dan
distensi
bisisng
abdomen
biasanya
dan keluhan
menurun
nutrisi
klien terpenuhi.
125. Kriteria
hasil :
1. Klien
mengetahui
mual.
2. Berikan
penyebab
gangguan
fungsi
pada
makannya
mulai
seperti
makanmakanan
yang disukai.
4. Pemasukan
atau
129.
3. Pemberian cairan
pemilihan
dan
koloid
makanan/ca
intravena
untuk
iran
mempertahankan
yang
memenuhi
volume
kebutuhan
intravaskuler
nutrisi dan
normal.
pembatasan
130.
bila
nutrisi
adekuat
nafsu makan.
dalam
sering
kalori
meningkatkan
pasien
makan sedikit
diet
dimulai.
4. Kolaborasik
sesuai
an
program
15
mulut
untuk
pasien.
126.
3. Bantu
meningkat.
3. Klien mulai
128.
2. memperbaiki
hygiene
nafsu
tapi
127.
oral
nutrisi.
2. Klien merasa
atau
hilang.
perawatan
pemenuhan
usus
dalam
131.
4. Membantu fungsi
pencernaan
kebutuhan
pemberian
penggantian
vitamin
seperti
ADEK.
metabolisme
lemak terganggu,
penurunan
absorbsi/
penyimpanan
vitamin
132.
133. 134.
3.
Setelah
dilakukan
1. Observasi
tindakan
dan
larut
dalam lemak.
1. perpindahan
catat
cairan atau
keperawatan selama
edema
edema terjadi
perifer dan
sebagai kibat
kebetuhan
devisit
volume
cairan
deperisen.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
teratasi.
135. Kriteria
hasil :
1. Pasien
mengetahui
penyebab
vaskuler,
retensi
natrium, dan
penurunan
tekanan
2. Timbang
koloid pada
berat badan
sesuai
mengetahui
dengan
cara
indikasi.
149.
mengatasi
defisit cairan
3. Pasien dapat
kompartemen
intravaskuler.
152.
2. penurunan
berat badan
150.
menunjukkan
3. Ukur
hipovolemia.
153.
154.
masukan
cara
dan
mengatasi
haluaran
defisit cairan
4. Mempertahan
kan
permeabilitas
148.
devisit cairan
2. Pasien
melakukan
peningkatan
cairan
Hidrasi
termasuk
kuat.
muntah atau
16
3.
indikator
kebutuhan
penggantian/
keefektifan
136.
TTV
aspirasi
normal
gaster,
137. TD:1
10/70 120/80
diare.
151.
4. Kolaborasi
mmHg
138. S
pemberian
:
139. N
140. RR
untuk
indikasi,
60 100 x/mnt
mengikatkan
contoh:
:
mobilisasi
cairan
16 24 x/mnt
garam faal,
albumin,
dan
dekstran.
157.
158.
17
cairan
kembali
kedalam area
produk
darah
albumin
digunakan
sesuai
:
faal dan
dapat
cairan
36,5 37,5 0C
terapi.
155.
156.
4. cairan garam
vaskuler.
159.
BAB IV
160.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
161.
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius
pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan relatif
ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal
yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
162.
Klasifikasinya di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreatitis terjadi akibat
tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh
tripsin.
2. Pankrestitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh
kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas.
163.
Etiologi dari pankreatitis adalah :
1. Batu saluran empedu
2. Infeksi virus atau bakteri
3. Alkoholisme berat
4. Obat seperti steroid, deuretik tiazoid
5. Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
6. Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
7. Hiperparatiroidisme
8. Asidosis metabolik
9. Uremia
10. Lain-lain seperti gangguan sirkulasi, stimulasi vagal.
164.
Adapun diagnosa Keperawatan, sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual muntah
165.
4.2 Saran
166.
berharap, setelah membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui bagaimana
atau tindakan apa saja yang harus kita berikan kepada klien dengan penyakit
pankreatitis sesuai dengan proses keperawatan yang benar.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
19
185.
DAFTAR PUSTAKA
186.
187. Doenges, marhlyan E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta
: EGC
188. Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC
20