LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. E
Umur
: 22 tahun
Alamat
Agama
: Kristen
Pekerjaan
Suku
: Batak
Nama Suami
: Tn. H
Umur
: 25 tahun
: Kristen
Suku
: Batak
ANAMNESIS
Pasien datang UGD RSUD Embung Fatimah tanggal 28 oktober 2014 rujukan
dari klinik BIP dengan G2P1A0H1 gravida 42-43 minggu
Keluhan utama
: mules-mules
Perjalanan Penyakit :
Pasien G2P1A0H1 datang dengan keluhan mules-mules yang hilang timbul
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi mules jarang dan waktu
mules sebentar. Gerakan janin masih dirasakan ada. Pasien juga menyangkal
ada keluar lendir, darah , dan air- air dari kemaluan. Buang air besar dan
buang air kecil juga tidak ada gangguan.
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengaku keluar sedikit flek-flek
hitam dari kemaluan. Pasien menyangkal adanya penyakit hipertensi, diabetes
melitus, dan Asma.Riwayat penyakit dikeluarga (-), dan riwayat alergi obat(-).
: 5 Januari 2014
TP
: 27 Oktober 2014
HAID
Menarche
: 14 tahun
Siklus
Lama
Sifat
PEMERIKSAN FISIK
STATUS PRESENT
KU
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
: T : 120/80 mmHg
R : 20x menit
N: 82x/menit
S : 36,4 oC
STATUS GENERALIS
Kepala
:
Mata : anemi (-/-) ikterik (-/-) oedem pelpebra (-/-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
JVP tidak meningkat
Kelenjar thyroid tidak teraba membesar
Thoraks
Paru
:
: inspeksi
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Hepar
: sulit dinilai
Lien
: sulit dinilai
: Edema
: +/+
Akral
: hangat
STATUS OBSTRETRIKUS
Pemeriksaan Luar
TFU
: 30 cm
TBJ
: 2790 gram
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
His
:-
Pemeriksaan Dalam
Inspeksi
Vagina toucher
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Darah Lengkap (Pre Operasi)
Hb
: 9,7 gr/dl
Ht
: 35%
Leukosit
: 7700/ul
Eritrosit
: 4,4 juta/ul
Trombosit
: 276 ribu/ul
BT
: 3'
CT
: 8'
GDS
: 63 mg/dl
HIV
: Negatif
HbSAg
: Negatif
Urin
: Tidak diperiksa
DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0H1 Gravida 42-43 minggu janin hidup tunggal intrauterin
RENCANA PENGELOLAAN
Konsultasi dr. Sp.OG
Umum :
Amoxcylin 3x1
Khusus :
28/10/2014
S : Mules hilang timbul, Keluar lendir (-) BAK (+) Normal BAB (+)
Pukul 20.45
Normal
O : KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
T : 120/80 mmHg
N : 82x/i
R : 20x/i
S : 36,4 oC
Pemeriksaan Dalam
Inspeksi
Vagina toucher
Pukul 05.00
v)
Jam
Tetesan
DJJ
HIS
keterangan
05.00
10
143x/i
(-)
VT : pembukaan (-)
05.30
15
148
(-)
06.00
20
150
(-)
06.30
25
146
(-)
07.00
30
140
(-)
07.30
35
145
(-)
08.00
40
149
(-)
08.30
45
153
(-)
09.00
50
149
(-)
09.30
55
152
(-)
10.00
60
150
(+) jarang
VT :Pembukaan (-)
10.35
LAPORAN PERSALINAN
Tanggal Persalinan
: 29 oktober 2014
Keadaan Bayi
: Langsung Menangis
Jenis Kelamin
BBL
: 2.900 gram
Panjang Badan
: 50 cm
Lingkar Kepala
: 31 cm
Lingkar Dada
: 29 cm
Apgar Score
: 7/8
Ketuban
: Hijau
TERAPI
(Sesudah tindakan operasi)
Infus Metronidazole 2 x 1
Ciprofloxacin tab 2 x 1
Metronidazole tab 3 x 1
30/10/2014
31/10/2014
S: nyeri bekas jahitan (+), flatus (+), BAB (-) 2 hari, BAK (+) via
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
A. Definisi Serotinus
Kehamilan
adalah :
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung
dari hari pertama haid hari terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid
rata-rata 28 hari .1
B. Etiologi
Secara umum teori-teori menyatakan serotinus terjadi karena adanya
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Menjelang persalinan terjadi
penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitosin serta peningkatan
reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi
prostaglandin yang menyebabkan his adekuat.
Secara garis besar penyebab terjadinya serotinus dari beberapa teori
tersebut di atas dapat dirangkum:
1. HPHT tidak jelas terutama pada ibu-ibu yang tidak melakukan
pemeriksaan antenatal yang teratur dan berpendidikan rendah.
2. Ovulasi yang tidak teratur dan adanya variasi waktu ovulasi oleh karena
sebab apapun.
3. Kehamilan ekstrauterin.
4.
5.
Kurangnya
produksi
16-a-hidroksidehidroeplandrosteron-sulfat
(prekursor
estrogen)
janin,
yang
sering
ditemukan
pada
anensefalus.
10
6.
7.
8.
9.
C. Patofisiologi 3
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian
dalam rahim.
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas,
tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua,
kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus
mengalami penurunan. Pada kehamilan postterm dapat terjadi penurunan
fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin. Bila keadaan
plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh terus
namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan
distosia bahu.
Sebab Terjadinya Kehamilan Postterm
11
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
12
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan
pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham,
menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya
akan mengalami kehamilan postterm
D. Manifestasi Klinis
E. Diagnosis1
Untuk menegakkan diagnosis Serotinus, perlu dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan yang teliti, dapat dilakukan saat antenatal maupun postnatal.
Anamnesis dan pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam menegakkan
diagnosis serotinus antara lain:
1. Riwayat Haid
Pada dasarnya diagnosis kehamilan postterm tidaklah sulit ditegakkan
apabila keakuratan HPHT ibu bisa dipercaya. Diagnosis kehamilan postterm
berdasarkan HPHT dapat ditegakkan sesuai dengan definisi yang dirumuskan
oleh American College of Obstetrician and Gynecologist (2004), yaitu
13
kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung
sejak hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain :
kehamilan.
Bila
pasien
melakukan
pemeriksaean
tes
14
berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering
berkaitan dengan kehamilan serotinus, tetapi sukar untuk memastikan usia
kehamilan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan.
Gambaran epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada
kehamilan 32 minggu, efipisis tibia proximal terlihat setelah umur
kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu.
Cara ini sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat
penulangan seringkali sulit, juga pengaruh radiologik yang kurang baik
terhadap janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
a.
berhasil
membuktikan
bahwa
cairan
amnion
cairan amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10%,
maka kehamilan diperkirakan 36 minggu san apabila 50% atau lebih,
maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
c.
Sitologi vagina
Pemeriksaan
sitologi
vagina
(indeks
kariopiknotik>20%)
16
Pengelolaan ekspektatif/konservatif/pasif
Pengelolaan aktif
dimana resiko kematian janin dapat terjadi setiap saat antepartum, intrapartum
maupun pasca persalinan, maka dianjurkan pengelolaan secara aktif dengan
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1. Terjadinya oligohidramnion tidak dapat diramalkan, bahkan dapat terjadi
dalam 24 jam setelah dilakukan pemeriksaan, dimana ditemukan indeks
cairan amnion cukup.
2. Induksi persalinan tidak meningkatkan angka bedah Caesar.
3. Resiko morbiditas dan mortalitas yang dihadapi janin cukup besar, dengan
makin lamanya kehamilan berlangsung.
1. Pengelolaan ekspektatif
Kehamilan dibiarkan berlangsung sampai 42 minggu dan seterusnya
sampai terjadi persalinan spontan sepanjang hasil uji kesejahteraan janin masih
baik. Induksi dilakukan bila terjadi: skor Bishop >5 (matang) atau terdapat
indikasi obstetri untuk mengakhiri kehamilan antara lain bila tes tanpa tekanan
hasilnya abnormal.
17
18
Amniotomi
19
Stimulasi listrik
Tetes oksitosin
Pemakaian prostaglandin
20
BAB III
21
PEMBAHASAN
Teori
Kasus
Etiologi serotinus
Penyebab pasti belum diketahui, faktor
yaitu
kadar
pasien
ini
dapat
diduga karena
Pada
kehamilan
telah
terhadap
oksitosin
berkurang.
2. Herediter, karena post maturitas
sering
dijumpai
pada
suatu
keluarga tertentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi
yang
rendah
sehingga
22
yaitu
dari
tidak
persalinan,
menjadi
ada
kemudian
ada
dengan
ditandai
adnya
keluarnya
lendir
medis
keluarnya
untuk
bayi
dari
mempermudah
rahim
secara
normal.
Sehingga
disarankan
untuk
dilakukan
induksi.
Indikasi induksi persalinan bisa berasal Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa
dari anak atau dari ibu.
indikasi dilakukan induksi adalah memacu
pada indikasi pada janin yang telah lewat
1.Indikasi yang berasal dari ibu adalah : dari tapsiran persalinan dan tidak adanya
Kelainan hipertensi pada kehamilan. tanda inpartu sehingga disarankan untuk
dilakukan
induksi
persalinan
untuk
merangsang
terjadinya
tanda-tanda
Diabetes, Wanita diabetik yang
persalinan.
hamil memiliki risiko mengalami
komplikasi.
Perdarahan Antepartum, Perdarahan
antepartum yang bisa dilakukan
induksi persalinan adalah solusio
plasenta
dan
plasenta
previa
lateralis.
2. Indikasi yang berasal dari janin
antara lain :
Kehamilan lewat waktu .
Ketuban pecah dini, Ketika selaput
ketuban pecah, mikroorganisme dari
vagina dapat masuk ke dalam
kantong amnion
Kematian janin dalam rahim.
Restriksi pertumbuhan intrauteri,
Bila dibiarkan terlalu lama dalam
kandungan diduga akan berisiko/
membahayakan
hidup
janin/kematian janin.
23
Pada
Terhadap Ibu
Kegagalan induksi.
Kelelahan
emosional.
ibu
kasus
mengacu
pada
komplikasi
krisis oksitosin.
serviks.
24
Sehingga
belum
matangnya
uteri
menyebabkan
yang
solusio
pervaginal
mungkin
akan
seimbangan antar ukuran kepala dan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada
panggul )
Disfungsi uterus
Plasenta previa
His lemah / melemah
Rupture uteri mengancam
( Dystasia )
Pada kasus diatas induksi gagal, ditambah
dengan faktor umur janin yang sudah
terlampau matur. Jadi mempertimbangkan
dilakukan SC.
Problema plasenta
Indikasi Sectio Caesaria Pada Anak :
Janin besar
Gawat janin
Janin dalam posisi sungsang atau
melintang
Fetal distress
Kalainan letak
Hydrocephalus
25
26