Anda di halaman 1dari 11

HABITAT Volume XX No.

1 Bulan April 2009


ISSN: 0853-5167

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PADA USAHATANI TEBU


(TECHNICAL EFFICIENCY ANALYSIS OF SUGAR CANE FARMING)
Rosihan Asmara1 Siska Kristin Sugianto 1
1)

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang


E-mail: rosihan@ub.ac.id
ABSTRACT

This research was conducted with the aim to (1) analyze factors affecting
production levels of sugar cane using Stochastic Frontier production function. (2)
analyze the technical efficiency of input use on sugar cane farming. Data analysis
method uses production function analysis by stochastic frontier. The Results showed
that, firstly,, factors that influence the level of real frontier production function of
sugarcane farming in the research area are the area of land and labor, while Phonska
fertilizer, ZA fertilizer, and urea did not have real impact on sugarcane production.
Second, the level of technical efficiency used of inputs achieved by most farmers (50%)
in sugar cane farming, including high, i.e. > 90% of potential production, it
demonstrates that there are still 10% potential can be achieved by farmers. While the
average technical efficiency achieved by sugarcane farmers in the Krajan hamlet,
Banjarejo Village, Pagelaran Sub District, Malang regency is 94.36%.
Keywords: suger cane, stochastic frontier, technical efficiency

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) Menganalisis faktor-faktor


produksi yang berpengaruh terhadap tingkat produksi usahatani tebu dengan
menggunakan fungsi produksi Stochastic Frontier. (2) Menganalisis efisiensi teknis
penggunaan input pada usaha tani tebu. Metode analisis data menggunakan analisis
fungsi produksi stokastik frontier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama,
faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada tingkat fungsi produksi frontier usahatani
tebu di daerah penelitian adalah luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan pupuk
phonska, pupuk ZA, dan pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tebu.
Kedua, tingkat efisiensi teknis penggunaan input yang dicapai sebagian besar petani
(50%) pada usahatani tebu termasuk tinggi, yaitu > 90% dari produksi potensial, hal
ini menunjukkan bahwa masih terdapat 10% potensi yang dapat dicapai oleh petani.
Sedangkan rata-rata efisiensi teknis yang dicapai oleh petani tebu di Dusun Krajan,
Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang ini adalah sebesar 94,36%.
.
Kata kunci: tebu, fungsi produksi frontier, efisiensi teknis

Rosihan Asmara Analisis Efisiensi Teknis pada Usahatani Tebu

63

PENDAHULUAN

Tebu merupakan salah satu hasil produk pertanian yang memiliki potensi untuk
dikembangkan hal ini dikarenakan tebu memiliki nilai ekonomis tinggi dan gula
sebagai produk utama dari bahan baku tebu merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia, termasuk bagi penduduk Indonesia. Gula merupakan bahan makanan pokok
sebagai salah satu sumber kalori dan rasa manis, sehingga umumnya digunakan
sebagai bahan baku industri makanan dan minuman, disamping industri farmasi
(Subiyono dan Rudi, 2005). Komoditas tebu ini memiliki banyak kegunaan, selain
dapat diambil batang tanaman sebagai sumber gula, daun pucuknya juga dapat
dimanfaatkan. Setiap batang dari tanaman tebu akan dihasilkan rendemen atau
prosentase gula berkisar 10-15% (Ismail, 2006 dalam Wijayanti, 2008). Sisa dari
pengolahan tebu yang berupa tetes tebu (mola-se) dimanfaatkan sebagai bahan baku
bumbu masak, MSG, gula cair, dan arak. Ampas tebu hasil samping dari proses
ekstraksi cairan tebu dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik, bahan industri kertas,
particle board dan media untuk budidaya tanaman jamur dan pupuk. Pucuk daun tebu
pada tahap penebangan dimanfaatkan untuk pakan ternak dalam bentuk silase, pelet,
dan wafer. Oleh karenanya, tanaman tebu sangat menguntungkan jika dibudidayakan
dan berpotensi untuk dikembangkan (Trubus, 2007 dalam Wijayanti, 2008).
Menurunnya luas areal dan jumlah produksi tebu yang berfluktuatif dapat
dikarenakan ketidakefisienan penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktorfaktor produksi yang tidak sesuai dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang pada
akhirnya akan mempengaruhi produksi tebu. Dalam mengelola usahatani tebu, maka
perlu diperhatikan mengenai penggunaan faktor-faktor produksi, karena hal tersebut
akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh petani. Tersedianya faktorfaktor produksi atau input belum berarti produktivitas yang diperoleh akan tinggi.
Namun, bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang
sangat penting (Soekartawi, 1994). Belum efisiensinya penggunaan faktor-faktor
produksi disebabkan oleh cara pengalokasiannya yang kurang baik, ketidaktahuan
petani mengenai pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi serta keinginan petani
untuk memperoleh keuntungan yang tinggi dengan cara menekan biaya produksi yang
berdampak pada penggunaan faktor-faktor produksi. Petani tidak mengetahui
bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan jika dilakukan pengurangan maupun
penambahan penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak sesuai, padahal jika petani
mampu mencapai efisiensi produksi secara maksimal maka kemungkinan produksi
yang dicapai juga tinggi sehingga pendapatan petani juga meningkat. Efisiensi
produksi yang dimaksudkan akan tercapai jika efisiensi teknis tercapai atau mampu
dialokasikan dengan baik oleh petani (Utama, 2005).
Dalam memaksimalkan keuntungan selain pemilihan komoditas yang benar
terdapat beberapa cara lain menurut Kumbhakar dan Lovell (2000) dalam Sukiyono,
2005 yang mengemukakan bahwa ada tiga cara untuk memaksimumkan keuntungan
dari suatu usahatani, yaitu: memaksimumkan keluaran (produksi) pada penggunaan
masukan tertentu atau efisiensi teknis, mengkombinasikan masukan yang sesuai pada

HABITAT Volume XX No. 1 Bulan April 2009

64

tingkat harga masukan tertentu (efisiensi alokatif masukan), dan menghasilkan


kombinasi produksi tepat harga produksi (efisiensi alokatif produksi). Masalah
efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan perlu mendapat perhatian
dikarenakan masalah ini dapat menyebabkan keuntungan maksimal petani. Jika
alokasi penggunaan faktor produksi dapat dilakukan secara efisien maka keuntungan
petani dapat meningkat dan sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Penelitian ini akan mengkaji tentang efisiensi teknis pada usaha tani tebu dengan
menggunakan fungsi produksi frontier. Fungsi produksi frontier digunakan untuk
mengetahui potensi produksi tertinggi yang dapat dicapai usahatani tebu dari setiap
kombinasi input yang dilakukan petani. Berdasarkan uraian tersebut, sangat penting
dilakukan penelitian mengenai seberapa jauh petani tebu mampu mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki untuk memperoleh produksi yang optimal sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani dengan fungsi produksi frontier.
.
METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Dusun Krajan, Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran,


Kabupaten Malang pada bulan November-Desember 2009.
Penentuan faktor-faktor produksi yang dominan dan efisiensi atas faktor-faktor
produksi yang diamati digunakan Stochastic frontier production function. Dari telaah
konsep penelitian diketahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap output
usahatani, yaitu: faktor lahan, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan lama usahatani
berpengaruh terhadap produksi tebu yang secara sistematis dapat ditulis sebagai
berikut:

Dimana:
Y = Jumlah total produksi (Kw/Ha)
0 = Konstanta
i = Elastisitas produksi faktor produksi tebu ke-i (i = 1,2,3,4,5)
X1 = Luas lahan yang digunakan (Ha)
X2 = Penggunaan pupuk phonska (Kw)
X3 = Penggunaan pupuk ZA (Kw)
X4 = Penggunaan pupuk urea (Kw)
X5 = Penggunaan tenaga kerja (HOK)
e(g) = Error, dimana e(g) = vj - uj
vj = a symmetric, normally distributed randim error atau kesalahan acak
model
uj = one-side error term (uj 0) atau peubah acak
(uj merepresentasikan inefisiensi teknis dari contoh usahatani)
Untuk dapat menaksir fungsi produksi ini, maka persamaan tersebut perlu
ditransformasikan kedalam bentuk lineras logaritma natural ekonometrika sebagai
berikut:
Ln Y = 0 + 1 ln X1 + 2 ln X2 + 3 ln X3 + 4 ln X4 + 5 ln X5 + Vi - Ui

Rosihan Asmara Analisis Efisiensi Teknis pada Usahatani Tebu

65

Efisiensi atau inefisiensi teknis usahatani tebu diduga dengan menggunakan


persamaan yang dirumuskan sebagai berikut:
TEi = exp (-ui)
Hipotesis yang menyatakan bahwa usahatani tebu telah efisien perlu diuji
dengan menggunakan uji Likelihood Ratio Test sebagai berikut:
H0 :

=0

H1 : > 0
Hipotesis ini menyatakan bahwa

= 0 berarti

= 0 dan nedf = 0. Rumus LR

test adalah sebagai berikut:


LR = -2
r) ln (Lu
Selanjutnya nilai LR akan dibandingkan dengan nilai kritis
Model tersebut diduga dengan menggunakan metode maksimum likelihood
(MLE = Maximum Likelihood Estimation). Yang selanjutnya dilakukan pengujian
ketepatan model yang meliputi:
1. Uji keragaman (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji hipotesis yang bersifat bersama-sama (simultan).
Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
H0 : bi = 0
H1 : paling tidak , ada satu bi 0
Kaidah uji F yang digunakan adalah sebagai berikut:
Fhitung Ftabel, (k, n-k-1) maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya semua variabel
independent (X) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent (Y) dan
persamaan tersebut tidak dapat diterima sebagai penduga.
Fhitung > Ftabel, (k,n-k-1) maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya salah satu atau
semua variabel independent (X) berpengaruh nyata terhadap variabel dependent
(Y) dan persamaan tersebut dapat diterima sebagai penduga. Untuk menguji
kebenaran hipotesis alternatif dilakukan uji F dengan rumus sebagai berikut
(Gujarati, 1978):
R2 / (k -1)
Fhitung = (1 R2) / (N k)
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar varians variabel
terikat dipengaruhi oleh varians variabel bebas, atau dengan kata lain seberapa
besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan
melihat besarnya nilai koefisien determinasi. R2 meru-pakan besaran non negatif
dan besarnya koefisien determinasi adalah antara angka nol sampai dengan angka
satu (0 R2 1).
Koefisien determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya nilai koefisien determi-nasi 1 berarti
suatu kecocokan sempurna dari ketepatan model.

66

HABITAT Volume XX No. 1 Bulan April 2009

3. Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dengan uji-t untuk membandingkan
nilai P (probabilitas) dengan nilai pada taraf nyata 95% dan = 0,05. Kriteria
pengujian adalah:
a. Ho : bi = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
b. Ha : bi 0, artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Untuk mengkaji hipotesis tersebut digunakan statistik t yang dihitung dengan cara
sebagai berikut:

Dimana b adalah nilai parameter dan Sb adalah standar error dari b. Standar error
dari masing-masing parameter dihitung dari akar varians masing-masing.
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan derajat keyakinan yang digunakan sebesar =
1%, = 5%, = 10%, begitu pula sebaliknya bila t hitung < t tabel maka
menerima Ho dan menolak Ha artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas
dan veriabel terikat.
Kemudian model persamaan frontier diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least
Square (OLS) dan Maximum Likelihood Estimation (MLE).
a. Ordinary Least Square (OLS)
Metode kuadrat terkecil adalah suatu metode pemberian koreksi terhadap hasil
ukuran yang didasarkan pada prinsip bahwa jumlah kuadrat residual
pengukuran harus minimum. Metode Least Square atau Metode Kuadrat
Terkecil digunakan untuk mendapatkan penaksir koefisien regresi linier.
Untuk menjelaskan metode ini maka akan dijelaskan mengenai prinsip kuadrat
terkecil. Bentuk dari persamaan fungsi regresi populasi (Popu-ation Regression
Function / PRF) adalah sebagai berikut:
Yi = B1 + B 2 Xi + ui
Dimana: Yi adalah variabel terikat (dependent), Xi adalah variabel tak terikat
(independent), B1 dan B2 adalah parameter, dan ui adalah error term. Dan
karena PRF tidak dapat diamati langsung maka ditaksir berdasarkan fungsi
regresi sampel (Sample Regression Function / SRF), sebagai berikut:
Yi = b1 + b2 X1 +ei
Yang dapat dituliskan sebagai berikut:
ei = Yi aktual Yi ramalan
= Yi i
= Yi b1 b2 Xi
Cara terbaik untuk menaksir PRF adalah dengan memilih b1 dan b2, yakni
penaksir dari B1 dan B2, sedemikian rupa sehingga residu memiliki nilai yang
sekecil mungkin. Metode kuadrat terkecil biasa (OLS) menyatakan bahwa b1

Rosihan Asmara Analisis Efisiensi Teknis pada Usahatani Tebu

67

dan b2 harus dipilih sedemikian rupa sehingga jumlah kuadrat residu (RSS)
mempunyai nilai sekecil mungkin (Gujarati,2006). Secara aljabar, prinsip
kuadrat terkecil menyatakan:
Meminimalkan
= (Yi )2
= (Yi b1 b2 Xi)2
Metode ini hanya menunjukkan pada tingkat satu residual yaitu hanya pada
model sehingga estimasi atau prediksi output yang akan dihasilkan belum bisa
ditampilkan dalam model OLS.
b. Maximum Likelihood Estimation (MLE)
MLE digunakan untuk suatu parameter secara bersama-sama
(keseluruhan) baik dengan restricted maupu yang non-restricted. Metode
estimasi MLE ini untuk menunjukkan tingkat residual yang dicapai dalam
model dan efisiensi maupun inefisiensi dari persamaan model yang dipakai dan
tingkat signifikannya lebih tinggi dibanding dengan metode OLS. Persamaan
umum MLE dituliskan sebagai berikut:
Yi = 0 + 1 X1 + 1 + v1
Dimana residual tersebut menunjukkan nilai error term dan inefisiensi teknik.
Pada model frontier pendekatan MLE, output yang dihasilkan menunjukkan
nilai gamma square yang merupakan nilai variasi produk yang dihasilkan oleh
efisiensi produksi. Model ini juga mengansumsi bahwa pencapaian residual
yang diperoleh menunjukkan nilai seminimal mungkin dan menyatakan bahwa
model ini akan lebih signifikan dibandingkan dengan OLS (Coelli, 1995).
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode OLS
dan MLE, yaitu pada metode OLS hanya menunjukkan nilai residual terkecil pada
persamaan model yang digunakan, sedangkan pada metode MLE juga menunjukkan
efisiensi dari persamaan model yang dipakai. Pada metode MLE menunjukkan nilai
gamma untuk mengetahui variasi produksi yang disebabkan karena adanya efisiensi
teknis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis fungsi produksi frontier dicantumkan dengan menggunakan


pendekatan OLS dan pendekatan MLE dapat dilihat pada tabel berikut.

HABITAT Volume XX No. 1 Bulan April 2009

68

Tabel 1. Hasil Estimasi Stokastik Frontier pada Usahatani Tebu dengan Pendekatan
OLS dan MLE di Dusun Krajan, Desa Banjarejo, Kec. Pagelaran, Kab.
Malang.
Variabel

OLS
Koefisien
1,32807
0,34067
0,06621
-0,03085
0,00673
0,59264

Sd. Error
T hitung
0,41494
3,20067***
0,16438
2,07241**
0,04956
1,33584
0,06547
-0,47117
0,00826
0,81464
0,13435
4,41123***
0,973
290,544
0,00318

Intersep
Luas lahan
Pupuk phonska
Pupuk ZA
Pupuk Urea
Tenaga Kerja
R2
F hitung
Sigma-squared
Gamma
70,19836
Log Likelihood
**,*** berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%, 99%
T tabel 0,01 = 2,704 dan T tabel 0,05 = 2,021
F tabel 0,01 = 3,51 dan F tabel 0,05 = 2,45

MLE
Koefisien Sd. Error
1,67347
0,34902
0,47878
0,14168
0,03814
0,04692
-0,05041
0,05399
0,00445
0,00574
0,51193
0,11150
0,973
290,544
0,00634
0,95341
76,14047

T hitung
4,79470***
3,37939***
0,81282
-0,93373
0,77487
4,59123***

3,84255***
21,40907***

Sumber: Data primer diolah (2009)


Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari kelima variabel independent terdapat
dua variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 99% atau =
0,01, yaitu luas lahan dan tenaga kerja. Hasil estimasi stokastik frontier dengan
menggunakan pendekatan MLE dirasa lebih baik dibandingkan dengan pendekatan
OLS, dikarenakan pada pendekatan MLE menunjukkan estimasi gamma serta nilai
sigma-squared dan nilai log likelihood yang lebih tinggi. Nilai gamma menunjukkan
variasi produksi tebu akibat efisiensi teknis usahatani tebu dan nilai sigma-squared
menunjukkan estimasi variasi dari kesalahan pengganggu atau error term akibat
inefisiensi teknis. Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa efisiensi teknis
masing-masing petani sangat berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan koefisiensi gamma
yang sangat nyata pada taraf kepercayaan 95,34%, yang berarti bahwa variasi produksi
tebu yang disumbangkan akibat efisiensi teknis adalah sebesar 95,34%.
Dari tabel 1 juga dapat diketahui mengenai pengujian ketepatan model persamaan
regresi fungsi produksi frontier usahatani tebu yang dilakukan melalui pengujian F
hitung dan R2 sebagai berikut:
1. Uji F
Nilai F hitung sebesar 290,544, hal ini menunjukkan bahwa F hitung > F tabel
(3,51) yang berbeda nyata pada taraf siginifikansi 99% atau = 0,01 dan berarti
bahwa semua variabel independent yang ada dalam persamaan berpengaruh secara
parsial terhadap produksi tebu.
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Rosihan Asmara Analisis Efisiensi Teknis pada Usahatani Tebu

69

Dari nilai R2 diperoleh nilai sebesar 0,973 atau sebesar 97,30%, hal ini menyatakan
bahwa variasi variabel independent yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel dependent sebesar 97,30% dan 2,70% dijelaskan oleh
faktor lainnya seperti jumlah bibit yang digunakan, irigasi, dll.
Secara garis besar variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini dengan
menggunakan pendekatan MLE sama dengan pendekatan menggunakan OLS, namun
dengan menggunakan pendekatan MLE taraf kepercayaan yang digunakan lebih
tinggi. Pada pendekatan MLE tersebut juga menunjukkan sigma squared dan nilai log
likelihood yang lebih tinggi dibandingkan dengan OLS. Oleh karena itu pada
penelitian ini digunakan pendekatan MLE untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh pada usahatani tebu dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Lahan
Variabel lahan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tebu pada taraf
kepercayaan sebesar 99% atau = 0,01. Faktor produksi lahan mempunyai nilai
koefisien sebesar 0,47878 yang berarti bahwa setiap peningkatan faktor sebesar 1%
akan meningkatkan produksi tebu 47,88%. Pengelolaan lahan oleh petani terkadang
tidak sesuai atau tidak tepat dengan kondisi tanah sehingga mengakibatkan
berkurangnya kesuburan tanah yang akan berdampak pada penurunan produktivitas
tebu.
2. Pupuk Phonska
Dari perhitungan uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 0,81282, hal ini menunjukkan
bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel sehingga faktor pupuk phonska tidak
berpengaruh signifikan terhadap produksi tebu pada taraf kepercayaan sebesar 99%
atau = 0,01.
3. Pupuk ZA
Nilai yang diperoleh dari pengujian t sebesar -0,93373 menunjukkan bahwa nilai t
hitung yang diperoleh lebih kecil dibandingkan t tabel pada taraf kepercayaan
sebesar 99% atau = 0,01, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan
pada produksi tebu.
4. Pupuk urea
Pupuk terakhir yang terdapat dalam persamaan adalah pupuk urea, dari hasil
pengujian uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 0,77487 yang menunjukkan bahwa t
hitung lebih kecil dari t tabel maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap produksi tebu.
5. Tenaga kerja
Variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi tebu, dengan nilai t
hitung sebesar 4,59123 lebih besar daripada t tabel pada taraf kepercayaan 99%
atau = 0,01. Nilai koefisiensi variabel tenaga kerja yang didapat dari pendekatan
MLE adalah sebesar 0,51193 yang berarti bahwa setiap peningkatan faktor tenaga
kerja sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi tebu sebesar 51,19%.
Dari kelima variabel independent tersebut terlihat bahwa ketiga jenis pupuk, yaitu
pupuk phonska, ZA, dan urea tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi tebu.
Salah satu penyebabnya adalah ketidakefisienan penggunaan pupuk oleh petani.

70

HABITAT Volume XX No. 1 Bulan April 2009

Pemakaian pupuk yang berlebihan menyebabkan tidak berpengaruh terhadap produksi


tebu. Untuk mengetahui apakah semua petani telah melakukan usahatani tebu secara
efisien dapat diketahui dengan menggunakan uji Likelihood Ratio Test (LR), dimana
jika nilai LR lebih besar dibandingkan pada
dapat disimpulkan bahwa hampir
semua usahatani tebu yang dilakukan oleh petani tebu di daerah penelitian adalah
100% efisien. Perhitungan dengan menggunakan uji Likelihood Ratio Test adalah
sebagai berikut:
LR = (-2 (70,19836 - 76,14046))
= 11,8842 < = 69,96
Dari perhitungan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai LR lebih besar
dibanding dengan nilai
pada taraf signifikansi 99%, maka hal ini menunjukkan
bahwa terbukti semua usahatani yang dilakukan oleh petani tebu di Dusun Krajan,
Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran telah efisien.
Tingkat Efisiensi Teknis yang Dicapai pada Usahatani Tebu
Tingkat efisiensi teknis pada usahatani tebu dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat efisiensi mayoritas dan efisiensi terendah yang dicapai oleh petani tebu di
Dusun Krajan, Desa Banjarejo yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Efisiensi Teknis yang Dicapai pada Usahatani Tebu di Dusun
Krajan, Desa Banjarejo, Kec. Pagelaran, Kab. Malang.
Usahatani Tebu
Efisiensi Teknis
Jumlah Petani
Persentase (%)
< 0,9 *
5
10,87
0,9 0,95 **
18
39,13
> 0,95 ***
23
50
Jumlah
46
100
Sumber: Data primer diolah (2009)
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi teknis yang
dicapai oleh sebagian besar petani relatif besar berkisar antara 0,78 0,99 dengan ratarata efisiensi teknis secara keseluruhan yang dicapai oleh petani pada usahatani tebu
adalah 0,9436 atau sebesar 94,36%. Nilai ini bermakna bahwa rata-rata petani dapat
mencapai paling tidak 94,36% dari potensial produksi yang diperoleh dari kombinasi
input produksi yang digunakan oleh petani, hal ini juga berarti bahwa petani memiliki
rata-rata peluang sebesar 5,64% untuk meningkatkan produksi tebu. Dari hasil analisis
fungsi produksi frontier dapat diketahui bahwa tingkat efisiensi tertinggi yang dicapai
oleh petani adalah sebesar 0,9924 atau 99,24%, sedangkan tingkat efisiensi terendah
yang dicapai oleh individu petani adalah sebesar 0.77947 atau 77,95%.
Berdasarkan tabel 2 di atas juga diketahui bahwa petani yang memiliki tingkat
efisiensi teknis < 0,9 atau lebih kecil dari 90% sebanyak 5 petani atau sebesar 10,87%,
sedangkan jumlah petani yang berada pada tingkat efisiensi sebesar 0,90 0,95 atau
90% - 95%, yaitu sebanyak 18 petani atau sebesar 39,13%. Tingkat efisiensi paling
tinggi, yaitu > 0,95 atau 95% sebanyak 23 orang atau 50%. Jadi, tingkat efisiensi

Rosihan Asmara Analisis Efisiensi Teknis pada Usahatani Tebu

71

teknis yang paling banyak dimiliki oleh petani tebu di Dusun Krajan, Desa Banjarejo
adalah pada tingkat > 0,95.
Perbedaan tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan dalam tingkat pengusaan, aplikasi teknologi, maupun dalam
pengalaman berusahatani tebu. Perbedaan tingkat pengusaan ini tidak hanya dalam
pengusaan budidaya, namun juga dalam kemampuan modal baik untuk pembelian
sarana produksi dan juga pada penggunaan teknologi. Pengalaman berusahatani
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani dalam proses pengelolaan
usahatani tebu tersebut, hal ini dapat terlihat dari perbedaan keputusan dalam
penggunaan input produksi.
.
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:


1. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani tebu per hektar dalam satu kali
produksi adalah Rp. 14.389.569,08/Ha untuk lahan sawah, dan Rp.
13.528.315,21/Ha pada lahan kering. Pendapatan pada lahan sawah lebih besar
dibanding pada lahan kering dengan selisih sebesar Rp. 861.253,87Ha. Selisih
antara pendapatan petani pada lahan sawah dan lahan kering adalah sebesar Rp.
861.253,87Ha.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada tingkat fungsi produksi frontier
usahatani tebu di daerah penelitian adalah luas lahan dan tenaga kerja.
Sedangkan pupuk phonska, pupuk ZA, dan pupuk urea tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi tebu.
3. Tingkat efisiensi teknis penggunaan input yang dicapai sebagian besar petani
(50%) pada usahatani tebu termasuk tinggi, yaitu > 90% dari produksi potensial,
hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 10% potensi yang dapat dicapai oleh
petani. Sedangkan rata-rata efisiensi teknis yang dicapai oleh petani tebu di
Dusun Krajan, Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang ini
adalah sebesar 94,36%.
Dalam upaya peningkatan usahatani, faktor yang perlu diperhatikan yaitu luas
lahan, pupuk, dan tenaga kerja. Faktor luas lahan dan tenaga kerja memiliki pengaruh
positif sehingga masih bisa ditingkatkan peluang penggunaannya. Sedangkan untuk
pupuk, baik pupuk phonska, ZA, dan urea memberikan pengaruh yang tidak nyata, dan
bahkan pupuk ZA memiliki pengaruh yang negatif juga sehingga perlu dikurangi
dalam penggunaannya. Untuk itu maka penggunaan pupuk organik dapat menjadi
alternatif bagi petani.

72

HABITAT Volume XX No. 1 Bulan April 2009

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga,Witono.1999. Beberapa Alternatif Pendekatan untuk Mengukur Efisiensi


atau In-efisiensi dalam Usahatani.Informatika Pertanian. Vol 8. Hal 488-496
Adiwilaga, Anwas.1982.Ilmu Usahatani. Alumni. Bandung
Asmara, Rosihan. 2000 Analisis Efisiensi Usahatai Padi Menggunakan Sistem
Pengairan Sumur Pompa. Jurnal HABITAT - FP Unibraw, Edisi XV. 3,
September 2004. 190-196.
Badan Pusat Statistika (BPS). 2009. Luas Areal Menurut Jenis Tanaman 1995 2007.
Available at http://www.bps.go.id/ tab_sub/view.php?tabel=1& daftar
=1&idsub-yek=54&notab=1 (Verified 20 Oktober 2009).
Departemen Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang. 2009. Luas Areal dan
Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi Tebu tahun 2005-2009. Data
Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat. DAPERTABUN
Kabupaten Malang. Malang
Farrell, M.J.1957. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of the Royal
Statistical Sosiecy, Series A, Part 3, 120. hlm. 253-581
Gujarati, Damodar.1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta
Mubyarto dan Daryanti.1991. Gula Sosial-Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta
Santoso dan Chairil.1988. Dasar Teori Ekonomi Produksi Pertanian. Adipura.
Yogyakarta
Soekartawi,dkk.1987. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI Press. Jakarta
Subiyono, Rudi.2005. Agribisnis Tebu. PERHEPI.Jakarta
Sukiyono, Ketut.2005.Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Teknik Usahatani Cabai
Merah di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agro
Ekonomi. Volume 23 No. 2. Hal 176-190
Sukiyono.2004. Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Usahatani Cabai Merah di
Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agro
Ekonomi,23:2
Susantun, I. 2000. Fungsi Keuntungan Cobb-Dauglas Dalam Pendugaan Efisiensi
Ekonomi Realtif . Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.5 No.2. hal 149-161
Utama.2003. Kajian Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah pada Petani Peserta
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLHPT) di Sumatra Barat.
Jurnal Akta Agrosia. Vol 6

Anda mungkin juga menyukai