Anda di halaman 1dari 31

Perancangan Water Level Controlle Menggunakan Sensor Probe

Konduktor Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mata kuliah


Komponen Sistem Kontrol

Disusun Oleh:
ANANTO BILOWO
21060111130107

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

ABSTRAK

Feed water tank berfungsi sebagai tangki penampung air yang akan dipompa oleh water
feed pump untuk disuplai ke boiler. Paper ini menjelaskan tentang simulasi sistem kontrol
dengan menggunakan mikrokontroler ATMega8535 dengan program Delphi sebagai media
tampilannya supaya level air dapat dimonitor melalui komputer. Fungsi daripada
mikrokontroler ini adalah sebagai pengatur buka-tutup katup pada level minimum dan
maksimum. Selain itu sistem kontrol ini juga dapat menampilkan gambar dan data pada
komputer. Pembuatan sistem kontrol ini melalui beberapa langkah untuk menyelesaikannya
meliputi, observasi, pembuatan instalasi unit, dan pengujian rangkaian kontrol. Kontroler dapat
bekerja dengan baik pada level 1, 2, 3, dan 4. Mikrokontroler akan bekerja sesuai dengan
urutannya untuk menghidupkan lampu indikator, mengatur pompa, dan dapat dikontrol dengan
menggunakan komputer sesuai dengan levelnya yang telah diprogram.
Kata kunci : Level Air, Feed Water Tank, Mikrokontrller ATMEGA 8535, probe

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan tugas akhir mata kuliah Komponen Sistem Kontrol
ini telah selesai. Laporan ini penulis buat sebagai hasil nyata yang penulis dapatkan berdasarkan
hasil pengamatan, percobaan, dan studi pustaka mengenai Automatic Watering Plant.
Pada kesempatan in penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Keluarga atas doa dan segala dukungannya.
2. Bapak Ir. Agung Warsito, DHET, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro UNDIP.
3. Bapak Sumardi, ST, MT dan bapak Budi Setiyono, ST, MT, selaku dosen pengampu mata
kuliah Komponen Sistem Kontrol.
4. Teman-teman sesama peserta kuliah Komponen Sistem Kontrol Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas laporan tugas akhir mata kuliah
Komponen Sistem Kontrol ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini teknologi industri terus berkembang dalam berbagai aspek salah satunya
dibidang teknologi sistem kendali. Sangat dibutuhkan sistem kendali yang baik untuk dapat
menunjang berjalannya proses industri dengan maksud meningkatkan efisiensi dalam proses
produksi. Sebagai contoh, otomatisasi dalam bidang industri yaitu proses pengaturan level
cairan, pengisian atau pembuangan cairan dalam tangki.
Kendala yang muncul ketika level cairan dalam tangki penampung tidak diketahui,
sehingga sering terjadi keadaan tangki yang meluap atau kosong dikarenakan kurangnya
pengawasan terhadap tangki penampung, sedangkan permasalahan dalam proses industri kimia
yaitu proses pemisahan cairan (destilasi) yang membutuhkan pengaturan level cairan didalam
destilator, sering terjadi perubahan (deviasi) laju aliran masukan yang disebabkan perubahan
tekanan aliran inlet atau juga disebabkan oleh adanya gaya gesek pada pipa saluran maka akan
mengakibatkan perubahan debit masukan yang membuat level cairan dalam tangki menjadi tidak
stabil .
Pada tugas akhir ini dirancang suatu sistem pengendalian level cairan dengan
memanfaatkan mikrokontroler ATmega 8535 sebagai kontroler, dan mn enggunakan probe
sebagai sensor pendeteksi level air. Dengan adanya probe, kita dapat mengetahui tingkat level air
dengan lebih murah dan mudah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah komponen sistem kontrol tahun 2014.
2. Sebagai syarat lulus mata kuliah komponen sistem kontrol tahun 2014.
3. Untuk pengaplikasian sensor LDR sebagai pendeteksi tingkat kejernihan air.
4. Untuk menampilkan kualitas air yg digunakan untuk keperluan sehari hari.

1.3 Batasan Masalah


Dalam pembuatan makalah ini diberikan batasan batasan masalah sebagai berikut :
1. Pengontrolan level air, dan indicator level nya
2. Mikrokontroler ATMega 8535.
3. Probe Konduktor sebagai sensor pendeteksi level air
4. Penggunaan mosfet sebagai saklar pompa.
5. Penggunaan LED sebagai alarm peringatan
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika
pembahasan bagaimana sebenarnya pronsip kerja dari alat penyiram tanaman otomatis berbasis
ATMega8535, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah,
serta sistematika penulisan.
BAB II. DASAR TEORI
Dasar teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk
pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori pendukung tersebut antara lain tentang
mikrokontroler ATMega8535 dan karakteristik dari komponen-komponen pendukung.
BAB III. PERANCANGAN ALAT
Pada bagian ini dibahas perancangan alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik
dari masing-masing rangkaian dan diagram alir program yang diisikan ke mikrokontroler
ATMega8535.

BAB IV. PENGUJIAN ALAT


Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari system secara keseluruhan.
BAB V. PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang
dilakukan dari tugas akhir ini serta saran untuk rangkaian ini agar dapat dibuat lebih efisien dan
dikembangkan perakitannya pada metode lain.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Air
Air adalah zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk yang berada di bumi.
Sekitar 71 persen bumi mengandung air dan tubuh kita sendiri juga mengandung air sekitar 80
persen. Maka dari itu, air adalah barang yang sangat berharga karena air memiliki kegunaan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia.
Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial,
sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Salain untuk
dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan
2.2 Mikrokontroller AVR ATMega 8535
Mikrokontroler yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih
banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil, dapat digunakan untuk membuat suatu
aplikasi. Pada mikrokontroler, program kontrol disimpan dalam ROM ( Read Only Memory )
yang ukurannya relatif lebih besar, sementara RAM ( Random Acces Memory) digunakan
sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada
mikrokontroler yang bersangkutan.
Salah satu keluarga dari mikokontroler 8 bit AVR adalah mikrokontroler ATmega8535.
ATmega8535 inilah yang akan digunakan dalam proyek akhir ini. Mikrokontroler berfungsi
sebagai pusat pengolahan data dan pengendali bagi perangkat lain seperti sensor. Mikrokontroler
AVR (Alf and Vegards Risc Processor) standar memilki arsitektur 8 bit, semua instruksi
dieksekusi dalam 1 (satu) siklus clock. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set
Computing) dikelompokan menjadi 4 kelas, yaitu

keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang
membedakan masing-masing kelas adalah memori, pheripheral, dan fungsinya. Gambar 3 adalah
bentuk blok diagram dari mikrokontroler ATMEGA.
Secara garis besar, arsitektur mikrokontroler ATMEGA8535 terdiri dari :
1. 32 saluran I/O (Port A, Port B, Port C dan Port D)
2. 10 bit 8 Channel ADC (Analog to Digital Converter)
3. 4 Channel PWM
4. 6 Sleep Modes : Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power Down, Standby and
Extended Standby
5. 3 buah timer/counter.
6. Analog Compararator
7. Watchdog timer dengan osilator internal
8. 512 byte SRAM
9. 512 byAVRte EEPROM
10. 8 kb Flash memory dengan kwmampuan Read While Write
11. Unit interupsi (internal dan external)
12. Port antarmuka SPI8535 memory map
13. Port USART untuk komunikasi serial dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps
14. 4,5 V sampai 5,5 V operation, 0 sampai 16 MHz 11

Gambar 2.1 Arsitektur Atmega 8535

Susunan Kaki Mikrokontroller atmega 8535

Penjelasan dari masing-masing kaki ATMega8535 sebagai berikut :


1. VCC (kaki 10) dihubungkan ke Vcc.
2. GND (kaki 31) dihubungkan ke ground.
3. Port A (PA7..PA0) (kaki 33-40) merupakan port I/O 8 bit dua arah (bidirectional). Port
ini berfungsi sebagai ADC atau dapat juga berfungsi sebagai port data/alamat I/O ketika
menggunakan SRAM eksternal.
4. Port B (PB7..PB0) (kaki 1-8) merupakan port I/O 8 bit dua arah (bidirectional), dapat
digunakan untuk berbagai keperluan (multipurpose).
5. Port C (PC7..PC0) (kaki 22-29) adalah port I/O 8 bit dua arah dengan resistor pull-up.
Port C dapat berfungsi sebagai port alamat ketika menggunakan SRAM eksternal.
6. Port D (PD0..PD7) (kaki 14-21) adalah port I/O 8 bit dua arah dengan resistor pull-up.
Port D dapat berfungsi sebagai terminal khusus.
7. Reset (kaki 9), kondisi rendah yang lebih lama dari 50 nS akan mengakibatkan
mikrokontroler mengalami reset.

8. XTAL1 (kaki 13) adalah masukan dari osilator eksternal dan masukan bagi rangkaian
osilator internal.
9. XTAL2 (kaki 12) adalah keluaran dari rangkaian osilator internal. Kaki ini digunakan
apabila dipakai osilator kristal.
10. ICP1 (kaki 20) adalah kaki masukan untuk fungsi Timer/Counter 1 Input Capture.
11. OC1B (kaki 18) adalah kaki keluaran bagi fungsi Output Compare B keluaran
Timer/Counter 1.
12. AVCC adalah pin sumber tegangan untuk port A dan ADC, dan harus dikoneksikan
dengan Vcc walaupun ADC tidak digunakan.
13. AREF adalah referensi analog untuk ADC.
Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler ATMega8535 :

Port A
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up

resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port A dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A (DDRA) harus
disetting terlebih dahulu sebelum Port A digunakan. Bit-bit DDRA diisi 0 jika ingin
memfungsikan pin-pin port A yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output.
Selain itu, kedelapan pin port A juga digunakan untuk masukan sinyal analog bagi A/D
converter.
Port B
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal
pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port B dapat memberi arus 20 mA dan
dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B (DDRB)
harus disetting terlebih dahulu sebelum Port B digunakan. Bit-bit DDRB diisi 0 jika ingin
memfungsikan pin-pin port B yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output.
Pin-pin port B juga memiliki untuk fungsi- fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat
dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Fungsi Pin-pin Port B

Port C
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal

pullup resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port C dapat memberi arus 20 mA dan
dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port C (DDRC)
harus disetting terlebih dahulu sebelum Port C digunakan. Bit-bit DDRC diisi 0 jika ingin
memfungsikan pin-pin port C yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output.
Selain itu, dua pin port C (PC6 dan PC7) juga memiliki fungsi alternatif sebagai oscillator
untuk timer/counter 2.
Port D
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal
pullup resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port D dapat memberi arus 20 mA dan
dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D (DDRD)
harus disetting terlebih dahulu sebelum Port D digunakan. Bit-bit DDRD diisi 0 jika ingin
memfungsikan pin-pin port D yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai
output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk fungsi fungsi alternatif khusus seperti
yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.2 Fungsi Pin-pin Port D

RESET
RST pada pin 9 merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi masukan low
selama minimal 2 machine cycle maka system akan di-reset.

XTAL1
XTAL1 adalah masukan ke inverting oscillator amplifier dan input ke internal
clock operating circuit.

XTAL2
XTAL2 adalah output dari inverting oscillator amplifier.

AVcc
Avcc adalah kaki masukan tegangan bagi A/D Converter. Kaki ini harus secara
eksternal terhubung ke Vcc melalui lowpass filter.

AREF
AREF adalah kaki masukan referensi bagi A/D Converter. Untuk operasionalisasi
ADC, suatu level tegangan antara AGND dan Avcc harus dibeikan ke kaki ini.

AGND
AGND adalah kaki untuk analog ground. Hubungkan kaki ini ke GND, kecuali
jika board memiliki anlaog ground yang terpisah.

2.3 SENSOR
2.3.1 Pengertian Sensor
Secara umum sensor didefenisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika
atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal listrik baik arus listrik ataupun tegangan.
Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor untuk menghasilkan sinyal elektrik meliputi
temperature, tekanan, gaya, medan magnet cahaya, pergerakan dan sebagainya.
Secara garis besar sensor dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

Sensor kimia
Sensor fisika

Sensor fisika adalah alat yang mampu mendeteksi besar (nilai) suatu besaran berdasarkan
hukum-hukum fisika. Ada beberapa jenis sensor fisika yang kita kenal seperti sensor suhu,
sensor cahaya, sensor gerak dan lain- lain. Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk
merubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya.
Karakteristik sensor suhu ditentukan dari sejauh mana sensor tersebut memiliki kemampuan
yang baik dalam mendeteksi setiap perubahan suhu yang ingin dideteksinya. Kemampuan
mendeteksi perubahan suhu meliputi:
1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor terhadap suhu yang dideteksinya.
Sensor yang baik akan mampu mendeteksi perubahan suhu meskipun kenaikan suhu
tersebut sangat sedikit. Sebagai gambaran sebuah inkubator bayi yang dilengkapi dengan
sensor yang memiliki sensitifitas yang tinggi
2. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk
memberikan respon terhadap suhu yang dideteksinya. Semakin cepat waktu respon dan
waktu recovery maka semakin baik sensor tersebut.
3. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten memberikan
sensitifitas yang sama terhadap suhu, serta seberapa lama sensor tersebut dapat terus
digunakan..

2.3.2 Probe Konduktor

Konduktifitas Probe adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi atau mengukur
tingkat ketinggian cairan konduktif dalam suatu tempat. Probe menggunakan konduktivitas
listrik untuk beroperasi, maka dari itu aplikasi yang menggunakan air yang sangat murni
(konduktivitas kurang dari 5 Siemens / cm) tidak cocok.
Terdiri dari satu atau lebih level detector, sebuah relay, dan controller. Ketika larutan
bersentuhan dengan electrode, arus listrik akan mengalir. Arus listrik akan menyalakan relay
yang menyebabkan relay posisi terbuka atau tertutup tergantung proses yang dilibatkan. Relay
akan mempengaruhi alarm, pompa, katup Gontrol, atau ketiga-tiganya. Sistem ini biasanya
mempunyai tiga probe, yaitu low level probe, high level probe, dan high level alarm probe.
Metode Probe Konduktif menggunakan prinsip konduktivitas untuk memberikan titik
pengukuran. Bila tingkat air menyentuh ujung probe maka akan memicu aksi melalui kontroler
terkait. Sistem ini mempunyai tiga probe, yaitu low level probe, high level probe, dan high level
alarm probe.
2.4 LCD (Liquid Crystal Display)
LCD (Liquid Cristal Display ) adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. Dipasaran tampilan LCD sudah
tersedia dalam bentuk modul yaitu tampilan LCD beserta rangkaian pendukungnya termasuk
ROM dll. LCD mempunyai pin data, Gontrol catu daya, dan pengatur kontras tampilan.
Adapun susunan pin serta bentuk dari standard LCD 2x16 adalah seperti pada gambar 4 dibawah

Gambar 2.4 Rangkaian LCD 2x16

BAB III
PERANCANGAN ALAT

3.1 Perancangan dan Pembuatan Hardware


Metode Probe Konduktif menggunakan prinsip konduktivitas untuk memberikan titik
pengukuran. Bila tingkat air menyentuh ujung probe maka akan memicu aksi melalui kontroler
terkait. Sistem ini mempunyai tiga probe, yaitu low level probe, high level probe, dan high level
alarm probe.

Low level probe


Biasanya ini adalah probe yang paling panjang dan akan aktif saat ujung probe tidak

terkena air.
High Level Probe
Terdapat pada probe yang pendek dan akan aktif saat ujung probe terkena air, pada saat

bersamaan juga lampu indicator Led menyala sebagai tanda bahwa tangki sudah terisi penuh.
High Level Alarm Probe
Probe pendek ini merupakan probe terpendek yang aktif saat ujungnya terkena air. Probe
ini digunakan untuk factor keamanan seandainya tingkat air berlebihan,.
Metode ini banyak digunakan untuk aplikasi menyalakan atau menghidupkan pompa otomatis.

Gambar 2.18. Prinsip Kerja Pompa Otomatis

Pada saat air surut dan ujung probe A tidak menyentuh air, maka probe A akan aktif dan
system akan menyalakan pompa sehingga tangki terisi. Pada saat air telah menyentuh ujung
probe B maka probe B akan aktif dan system akan mematikan pompa secara otomatis.

Pada Industri atau perusahaan besar semisal system pengisian tanki bahan bakar maka
dilengkapi dengan probe alarm seperti gambar diatas. Hal ini ditujukan untuk keamanan pada
system. Jika probe yang berfungsi mematikan pompa rusak, maka tangki akan terus menerus
diisi bahan bakar, saat cairan menyentuh probe alarm maka alarm akan menyala sehingga
petugas bisa mengecek agar menghindari tanki bahan bakar meluap dan mengalami kerugian.
Kelebihan :
1.
2.
3.
4.
5.

Praktis
Mudah untuk diaplikasikan
Tak mudah rusak dan tahan lama
Reliability dan repeatability bagus
Direkomendasikan untuk media kental (liquid) atau sampel dengan suspensi
Kekurangan :

1. Harus diterapkan pada system yang menggunakan cairan konduktif


2. Membutuhkan probe yang sangat panjang untuk tangki yang dalam
3. Terjadi polarisasi pada media dengan konduktivitas yang tinggi
3.2 Perancangan Software
3.2.1 Listing Program
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
char buf [16];
int x , y, z;
int Count2, Count3;
#include <stdio.h>
// Alphanumeric LCD Module functions
#asm
.equ __lcd_port=0x18 ;PORTB
#endasm
#include <lcd.h>
#define ADC_VREF_TYPE 0x60
int Count, Aktif;
// Read the 8 most significant bits
// of the AD conversion result
unsigned char read_adc(unsigned char adc_input)

{
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage
delay_us(10);
// Start the AD conversion
ADCSRA|=0x40;
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCH;
}
// Declare your global variables here
void main(void)
{
// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization
// Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0xff;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 0 Stopped

// Mode: Normal top=FFh


// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer1 Stopped
// Mode: Normal top=FFFFh
// OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer2 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// External Interrupt(s) initialization
// INT0: Off
// INT1: Off
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization


TIMSK=0x00;
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 691.200 kHz
// ADC Voltage Reference: AVCC pin
// ADC High Speed Mode: Off
// ADC Auto Trigger Source: None
// Only the 8 most significant bits of
// the AD conversion result are used
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x84;
SFIOR&=0xEF;
// LCD module initialization
lcd_init(16);
while (1)
{
x=read_adc(0);
y=read_adc(1);
z=read_adc(2);
if (x<100 && y<100 && z<100)
{
Aktif=0;
}
else
{
Aktif=1;
}
if (Aktif==0)
{PORTC.0=1; PORTC.1=1; PORTC.2=1; PORTC.3=0; lcd_gotoxy (8,1); lcd_putsf
("FULL");}
if (Aktif==1)
{PORTC.3=1; PORTC.0=0; PORTC.1=0; PORTC.2=0; delay_ms (5000); lcd_clear ();}
lcd_gotoxy(0,0);
sprintf(buf, "1=%3d" , read_adc(0));

lcd_puts(buf);
lcd_gotoxy(8,0);
sprintf(buf, "2=%3d" , read_adc(1));
lcd_puts(buf);
lcd_gotoxy(0,1);
sprintf(buf, "3=%3d" , read_adc(2));
lcd_puts(buf);

};
}

BAB IV
PENGUJIAN ALAT
4.1 Pengujian Alat
Sebelum melakukan pengujian alat, dilakukan terlebih dahulu pengujian nilai ADC
pada saat probe terkena air, hasilnya adalah 327 sebelum terkena air dan 35-98 setelah
terkena air.Sehingga Pemorgraman mikro harus menyesuaikan data yang dibaca oleh
ADC.Sehingga Dapat dibuat Indikator dan controller berdasarkan data yang masuk di mikro.
4.2 Hasil Pengujian
Pengujian Pertama, air Belum Mencapaai Probe High, Semua Led Mati, dan pompa akan
Hidup

Gambar Kedua, air sudah mencapai level high, LED menyala sebagai tanda, dan Pompa
akan mati

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian terhadap alat, diperoleh kesimpulan antara lain :
1 Telah dibuat water level controllee berbasis mikrokontroller ATMega 8535 dengan
2
3

menggunakan single IR.


Prototipe water level hanya berlaku untuk ketinggian tertentu.
Lampu akan menyala sebagai tanda level penuh, dan motor akan berhenti.

5.2 Saran
1

Prototype ini merupakan rancangan awal dari water level controller ,sehingga diharapkan

dapat diaplikasikan pada plant sebenarnya.


Untuk membuat water level yang sebenarnya, sistem mekanis pada probe dapat di buat lebih

sederhana
Pengkabelan pada probe harap lebih diperhatikan agar lebih rapi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bejo,Agus,C & AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroler ATMEGA 8535,Graha
Ilmu,Yogyakarta,2008.

[2] Heryanto,M, Ary & Adi P,Wisnu, Pemrograman Bahasa C untuk Mikrokontroler ATMEGA
8535,Andi,Yogyakarta,2008

[3] http://depokinstruments.com
gerakan-i-dalam-pengembangan/

/2010/08/21/

aplikasi-003-pintu-geser-otomatis-seri-pemantauan-

Anda mungkin juga menyukai