Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS PSIKOTIK

(SKIZOFRENIA PARANOID F20.0)

IDENTITAS PASIEN
NAMA

: Ny. SN

JENIS KELAMIN

: Wanita

UMUR

: 35 tahun

AGAMA

: Islam

SUKU BANGSA

: Bugis

PEKERJAAN

: Tukang Pijat

ALAMAT

: Jl. Kalimantan, Makassar

TANGGAL MASUK RS

: 13 April 2014

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama dan alasan MRSJ/Terapi
Gelisah
B. Riwayat gangguan sekarang
Keluhan dan gejala :
Pasien dibawa ke RSKD Dadi oleh keluarganya yang ketiga
kalinya karena gelisah. Ini dialami sejak + 1 minggu yang lalu, pasien
sering marah-marah tanpa sebab, kadang berbicara sendiri, tertawa
sendiri dan menangis sendiri. Pasien juga kadang tidak bisa tidur
kalau malam dan sering mondar-mandir. Pasien juga sering keluar
rumah (menginap dirumah sahabat-sahabatnya) dan jarang pulang
kerumah. Pasien pulang ke rumah jika gejala-gejala gangguan jiwanya
muncul. Pasien sering mendengar suara-suara ayahnya yang telah

meninggal pada tahun 2004. Pasien juga sering curiga bahwa ada
orang lain yang mau mencuri barangnya dan merasa saudaranya ingin
membunuhnya. Menurut keluarganya, awalnya pasien mengalami
perubahan tingkah laku pada tahun 1994 karena ditinggal suaminya
menikah dengan perempuan lain (pasien istri kedua) setelah 4 tahun
berumah tangga. Pasien kemudian menikah lagi sebanyak 2 kali,
namun pernikahannya degan suami kedua dan ketiga hanya bertahan +
1 tahun. Pasien pertama kali di rawat di RSKD Dadi dengan keluhan
marah-marah (keluarga lupa tahun berapa), yang kedua kalinya pada
tahun 2000 dengan keluhan sering bicara sendiri. Pasien rutin berobat
dan minum obat. Ketika pasien minum obat pasien rajin sholat dan
berhubungan baik dengan keluarga dan tetangga, dan juga pasien
dapat melakukan pekerjaannya yakni sebagai tukang pijat.
Hendaya/disfungsi :
Hendaya sosial
(+)
Hendaya pekerjaan
(+)
Hendaya penggunaan waktu senggang
(+)
Faktor stressor psikososial :
Pasien ditinggal suami pertamanya menikah dengan wanita lain,
dimana pasien merupakan istri kedua.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
Riwayat trauma (-)
Riwayat infeksi (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat NAPZA (-)
D. Riwayat kehidupan pribadi
Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)

Pasien lahir tanggal 30 Desember 1979. Pasien lahir cukup bulan,


lahir normal di Rumah Sakit dan dibantu oleh dokter. Ibu pasien tidak

mengalami masalah selama mengandung pasien.


Riwayat masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien

sama

dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak-anak pada umumnya. Pasien

mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun.


Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien masuk di Sekolah Dasar (SD) di makassar. Prestasi pasien
di sekolah biasa. Pasien dikenal sebagai anak yang rajin ke sekolah.
Pasien merupakan anak yang agak pendiam. Pasien mempunyai

banyak teman sewaktu di sekolah.


Riwayat masa remaja (12-18 tahun)
Setelah tamat Sekolah Dasar, pasien melanjutkan pendidikannya
sampai kelas II SMP dan berhenti sekolah atas keinginannya sendiri
karena mau menikah.

Riwayat masa dewasa (18 tahun sekarang)


Pasien menikah pada usia 16 tahun. Pasien tidak bekerja dan
menjadi ibu rumah tangga selama menikah.
o Riwayat pernikahan
Hubunga pasien dengan suaminya bertahan 4 tahun. Pasien
ditinggal suaminya Karena menikah dengan wanita lain. Pasien
menikah 3 kali. Suami kedua dan ketiganya hanya bertahan kurang
dari 1 tahun. Pasien tidak mempunyai anak.
o Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai tukang pijat saat dia minum obat teratur
dan saat tidak sakit.
o Riwayat kehidupan sosial

Pasien termasuk orang yang mudah bergaul. Hubungan pasien


dengan tetangga baik.
o Riwayat kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama keluarga dan saudaranya
E. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak empat dari 5 bersaudara (,,,,).
Hubungan dengan keluarga baik. Tidak ada riwayat keluarga yang
menderita seperti ini.
F. Situasi sekarang
Pasien tinggal bersama keluarga dan saudaranya. Pasien sering
bergaul dengan lingkungan sekitar.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien tidak sadar kalau dirinya sakit.
II. AUTOANAMNESIS
Autoanamnesis pasien pada tanggal 18 April 2014 di bangsal Kenanga
RSKD Dadi pukul 11.00 WITA.
DM

: Selamat siang, Bu.

: Selamat siang dok.

DM

: Saya Fira, Bu. Tidak apa-apa ji kalau saya tanya-tanya ki bu?

: Iya tanya mi.

DM

: Ibu namanya siapa?

: Siti Nurbaya, kenapa dok?

DM

: Ibu darimana? Ibu orang apa?

: Saya dari Makassar ji, Ujung Pandang. Saya orang Buton bapak,
mama Maros.

DM

: Ibu tau ki sekarang kita lagi dimana ini?

: Saya di rumah sakit jiwa sekarang ini toh?

DM

: Ibu masih ingat ki tanggal lahir ta?

: Saya tahu tanggal lahir saya.

DM

: Ie, tanggal berapa ibu?

: Tanggal di KTP itu ada, pokoknya 15 Mei ada Mei-nya. Tanggal 13


bulan berapa itu ada Mei-nya.

DM

: Tahun berapa ibu?

: Tahun enam, tahun 1967 mei.

DM

: Ibu terakhir sekolah di mana?

: Saya dari PGRI di Sangi 2 kan disitu dari SD, dari TK di Kartika
Candrakirana. SD di jalan Sangir. SMP jalan Sangir sampe kelas 2.

DM

: Ibu tahu kenapa kita bisa dibawa kesini?

: Saya tidak tahu, kakak saya yang bawa kesini bilang mau pergi lihat
mama. Ini saya bawa sarungnya kakak, mau pergi lihat kakak.
Kakak saya kan di operasi di Labuang Baji buat kanker payudara.

DM

: Ibu sudah pernah dirawat disini sebelumnya?

: Pernah, tapi kan saya sudah sembuh ini kenapa dikasi masuk kesini
lagi

DM

: Ibu sudah berapa kali masuk disini?

: Saya perkirakan sudah empat kali. Setiap marah langsung dikasi


masuk kesini, marah lagi dikasi masuk kesini lagi.

DM

: Ibu ingat pertama kali masuk disini tahun berapa?

: hmm tahun delapan, lagunya Evi Tamala yang dokter cintaku.

DM

: Ibu berapa sudah berapa hari disini?

: Mulai hari Minggu sore. Senin, selasa, rabu, kamis. Sudah lima hari.

DM

: Kenapa bisa masuk kesini ibu? Ibu mengamuk?

: Sembarang orang bilang, mba. Saya tahu saya berteriak karena sakit
hatiku saya dituduh buang anak. Saya tahu siapa yang pernah buang
anak. Siapa yang pernah makan tidak bayar. Siapa yang pernah
mencuri. Kakak saya suap dengan informasi dari orang. Saya kalo
tidak suka sama orang itu, saya berantas.

DM

: Apa yang kita rasa saat ini bu?

: Tenggorokan saya ini sudah sakit ini.

DM

: Sudah berapa hari tenggorokannya sakit bu?

: Saya disini dikasi minum obat pagi-pagi sekali. Besoknya langsung


sakit. Saya sudah bilang obatnya saya nda cocok, bukannya saya
sombong saya tidak cocok sama obat disini.

DM

: Ibu waktu pertama kali sakit, ibu minum obat? Dikasi obat apa ibu?

: Waktu pertama kali sakit saya dikasi obat tidur. Terus kasi kakak
kasi bangun mau pergi lihat mama. Ini makanya saya pake daster,
masa saya kesini tidak lengkap, sedangkan tas saya tidak tahu
dimana, di depan situ tas saya hilang. Tas saya didalamnya itu ada
dompet, KTP, dengan make-up dari tanah suci, dengan parfum,
dengan tissue.

DM

: Ibu mendengar ada suara-suara?

: Tidak pernah ada saya dengar suara-suara. Saya ini punya mata
batin. Karena saya sudah pernah mati suri.

: Mata batin seperti apa ibu? Kapan ibu mati suri?

DM

: Saya mati suri waktu saya pergi kampungnya bapakku antar pergi
berobat. Jika ada orang yang mau jahat sama saya, saya mimpi
sebelumnya. Seperti kamu mau datang, saya mimpi baju suster.
Saya bisa tau kejadian yang akan terjadi besok.

DM

: Tapi ibu tidak pernah dengar suara-suara?

: Tidak ada saya dengar suara-suara. Masa saya mau dikasi makan
lewat sini? Nah ini bekas kotoran. Buka dong, saya ambil. Saya nda
lari, untuk apa saya lari. Saya mau kencing, mana tempat kencing?
Saya mau BAB, mana tempat BAB, mana tempat mandi?

DM

: Ibu sudah menikah?

: Sudah sakit ini hati, sudah hancur. Tiga kali kawin ini, saya sudah
ibu-ibu ini, bukan nona-nona. Umur sudah 50 tahun, profesi tukang
pijit. Suami pergi semua.

DM

: Ibu kapan pertama kali menikah? Tahun berapa?

: Tanggal 6 bulan 9 tahun 89.

DM

: Maaf ibu, suaminya ibu sekarang dimana?

: Sekarang saya tidak punya suami. Saya dituduh dulu ganggu


suaminya orang, saya ambil. Sekarang saya tidak mau bersuami.
Cari uang ji yang saya mau.

DM

: Ibu sudah berapa kali menikah?

: Sudah tiga kali.

DM

: Ibu pertama kali menikah umur berapa?

: Umur 13 tahun, langsung ditulis 16.

DM

: Pernikahan pertama ibu bertahan berapa lama?

: 4 tahun.

DM

: Suaminya ibu kenapa?

: Saya kan istri dua, siapa yang mau diambil jaman dulu.

DM

: Kemudian ibu menikah lagi?

: Saya tidak menikah dulu. Nanti tahun 97 baru saya menikah lagi.

DM

: Suami keduanya ibu dimana?

: Saya tidak tahu, karena dia tukang pukul.

DM

: Kemudian ibu menikah ketiga kalinya tahun berapa?

: Itu hanya nikah siri saja. Suaminya orang, saya dituduh juga ambil
suaminya orang.

DM

: Ibu punya anak?

: Tidak ada anak saya. Wajar kalau saya suka anak-anak.

DM

: Ibu tahu hari ini hari apa? Tanggal berapa ibu?

: Hari apa? Hari kamis, tanggal 17.

DM

: Ibu tahu bulan dan tahun berapa sekarang?

: Bulan 4 tahun 2014

DM

: Sekarang ini siang atau malam bu?

: Siang.

DM

: Ibu sudah makan?

: Sudah.

DM

: Ibu sudah mandi?

: Belum, bagaimana mau mandi kalau nda ada air? Coba ada air saya
mandi. Saya itu mauku mandi, ganti seluruh semua. Dari celana

dalam sampai, baju tidur, baju apa saya ganti. Masa mau mandi
pake begini.
DM

: Bagaimana tidurnya ibu?

: Enak.

DM

: Ibu tidak pernah mimpi-mimpi?

: Nda pernah. Untuk apa lagi? Yang tidak enak tidur itu yang bisa
dikasi obat. Saya enak makan, enak tidur, saya memang kalau
marah tidak mau turun nasi. Itu pikiran saya keras itu ya. Nanti
hilang sendiri, baru saya pergi cari nasi. Biar orang saya liat saya
mau pukul bisa. Kalau sudah dituduh begitu orag tuaku, saya tidak
mau.

DM

: Ibu ada pernah pukul orang?

: Saya pukul orang kalo dia bilang kurang ajar. Bagaimana dirumah
sakit, rantaiku dibuka paksa karena marah kakakku. Ini liat ini
diikat, hitam di tangan dan di kaki. Liat ini belakangku tidur disini,
heh keras. Tidak biasa tidur begini. Dari depan sampai sini, dikasi
begini. Untung saya ada akalku saya buka sendiri, saya gigit. Ini
tangan saya bengkak, tidak tau kenapa ada kucing tiba-tiba dia
usap-usap.

DM

: Ibu tinggal sama siapa disini?

: Saya tinggal dengan orang tua. Di asrama POM yang Kalimantan.

DM

: Ibu hanya tinggal bertiga dengan orang tua?

: Tidak, banyak disitu dengan keluarga. Rame dirumah nda pernah


sendiri.

DM

: Ibu berapa saudara?

: Enam.

DM

: Ibu anak ke berapa?

: Anak ke lima. Empat perempuan, dua laki-laki.

DM

: Ibu pekerjaannya apa?

: Saya tukang pijit.

DM

: Ibu punya hobi?

: Hobi saya memang banyak, main voli, main bola oke.

DM

: Ibu tahu Presiden sekarang siapa?

: Bambang SBY. Susilo Bambang.

DM

: Ibu, kalau 100-7 itu berapa?

: Itu seratus ko jumlah mi kurangnya tujuh jadi berapa. Hmm 93.

DM

: Kalau dikurangi lagi 7?

: 90.

DM

: Ibu bisa ulangi yang saya bilang bola, melati, kursi.

: Bola, melati, kursi.

DM

: Ibu ingat tiga kata itu ya, sebentar saya tanyakan lagi.

: Iya.

DM

: Ibu tahu artinya panjang tangan?

: Mencuri.

DM

: Menurut ibu bagus itu mencuri?

: Kenapa mau bagus? Itu tidak baik.

DM

: Kalo ibu ketemu dompet dijalan, apa kita bikin?

: Saya kasi kembali ke orangnya. Asal ada saya dapat KTP. Saya
pernah dapat dompet, saya kasikan dia kembali. Kecuali tidak ada
alamatnya, saya ambil saya taro dimesjid itu uangnya.

DM

: Ibu masih ingat tiga kata yang saya minta ibu ingat tadi?

: Yang mana? Saya sudah tidak ingat. Nda usah terlalu diingat karena
kasi mi generasi muda, kita sudah tua.

DM

: Iya ibu.

: Sudah mi dek yah, saya mau tidur dulu, sudah saya rasa kayak
panas mi.

III.

DM

: Iya ibu, makasih banyak ibu yah.

: Iya dokter, semoga lulus.

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan

Tampak seorang wanita. Wajah sesuai umur. Tidak terlalu tinggi.


Perawakan sedang. Perawatan diri kurang. Memakai daster hitam
bunga-bunga coklat
2. Kesadaran
Berubah.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Gelisah.
4. Verbalisasi
Spontan, lancar, intonasi tinggi.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan afektif, mood, empati :
1. Mood
: Sulit dinilai
2. Afek
: Labil
3. Empati
: Tidak dapat dirabarasakan
4. Keserasian : Tidak serasi
C. Fungsi Intelektual :
1. Taraf pendidikan
: Sesuai taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi
: Cukup.
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) :
Waktu
: Baik
Tempat
: Baik
Orang
: Baik
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera
: Baik
5. Pikiran abstrak
: Cukup
6. Kemampuan menolong diri sendiri : Kurang
7. Bakat kreatif
: Tukang Pijat
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
: Halusinasi auditorik (+), pasien mendengar suara
ayahnya yang memangil pasien.
2. Ilusi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses berpikir
1. Arus pikir
Produktivitas
: Membanjir
Kontinuitas
: Asosiasi longgar
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
10

Pre okupasi
: Tidak ada
Gangguan isi pikir :
- Waham curiga (+), pasien merasa ada orang lain yang mau
mencuri
-

barangnya

dan

merasa

saudaranya

ingin

membunuhnya.
Waham kebesaran (+), pasien yakin memiliki mata batin

dan dapat mengetahui kejadian yang akan terjadi besok.


F. Pengendalian Impuls
: Terganggu
G. Daya nilai
1. Normo Sosial
: Terganggu
2. Uji Daya Nilai
: Terganggu
3. Penilaian Realitas
: Terganggu
H.
Tilikan (Insight)
: Derajat 1 (Pasien tidak merasa dirinya sakit)
I. Taraf dapat dipercaya
: Tidak dapat percaya
IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan fisik
Status internus :
o Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
o Nadi
: 90x / menit
o Pernapasan
: 20x / menit
o Suhu
: 36,5oC
Status neurologis
o GCS
: 15 (E4 V5 M6) fungsi motorik dan sensorik dalam
batas normal dan tidak ditemukan adanya refleks patologis.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien dibawa ke RSKD Dadi oleh keluarganya yang ketiga kalinya
karena gelisah. Ini dialami sejak + 1 minggu yang lalu, pasien sering marahmarah tanpa sebab, kadang berbicara sendiri, tertawa sendiri dan menangis
sendiri. Pasien juga kadang tidak bisa tidur kalau malam dan sering mondarmandir. Pasien juga sering keluar rumah (menginap dirumah sahabatsahabatnya) dan jarang pulang kerumah. Pasien pulang ke rumah jika gejalagejala gangguan jiwanya muncul. Pasien sering mendengar suara-suara

11

ayahnya yang telah meninggal pada tahun 2004. Pasien juga sering curiga
bahwa ada orang lain yang mau mencuri barangnya dan merasa saudaranya
ingin membunuhnya. Menurut keluarganya, awalnya pasien mengalami
perubahan tingkah laku pada tahun 1994 karena ditinggal suaminya menikah
dengan perempuan lain (pasien istri kedua) setelah 4 tahun berumah tangga.
Pasien kemudian menikah lagi sebanyak 2 kali, namun pernikahannya degan
suami kedua dan ketiga hanya bertahan + 1 tahun. Pasien pertama kali di
rawat di RSKD Dadi dengan keluhan marah-marah (keluarga lupa tahun
berapa), yang kedua kalinya pada tahun 2000 dengan keluhan sering bicara
sendiri. Pasien rutin berobat dan minum obat. Ketika pasien minum obat
pasien rajin sholat dan berhubungan baik dengan keluarga dan tetangga, dan
juga pasien dapat melakukan pekerjaannya yakni sebagai tukang pijat.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran berubah,
aktivitas psikomotor gelisah, verbalisasi lancar, spontan, dan intonasi tinggi.
Pasien kooperatif, mood sulit nilai, afek labil, empati tidak dapat
dirabarasakan, keserasian tidak serasi. Fungsi intelektual sesuai taraf
pendidikan, orientasi waktu, tempat, dan orang baik. Daya ingatan jangka
panjang, pendek, dan segera baik. Pikiran abstrak cukup. Gangguan persepsi
(+) yakni halusinasi auditorik, pasien sering mendengar suara ayahnya yang
telah meninggal tahun 2004. Gangguan isi pikir (+) yakni waham curiga
(pasien merasa ada orang lain yang mau mencuri barangnya dan merasa
saudaranya ingin membunuhnya) dan waham kebesaran (pasien yakin

12

memiliki mata batin dan dapat mengetahui kejadian yang akan terjadi besok).
Derajat tilikan yakni derajat 1, karena pasien tidak merasa dirinya sakit.
VI.

EVALUASI MULTI AKSIAL


A. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis serta pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yakni gelisah,
bicara sendiri, menangis sendiri, ketawa sendiri, suka marah-marah tanpa
sebab, dan sering mondar-mandir. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
bagi pasien dan keluarganya. Terdapat hendaya dalam fungsi social,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan hendaya dalam menilai
realita berupa halusinasi audiotorik, waham curiga dan waham kebesaran
sehingga didiagnosis gangguan jiwa psikotik.
Dari status intenus dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
kelainan sehingga kelainan organik dapat disingkirkan dan dikategorikan
sebagai gangguan jiwa psikotik non organik.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan adanya afek labil,
halusinasi auditorik, waham curiga, waham kebesaran, perilaku gelisah
serta perubahan perilaku sejak tahun 1990, sehingga berdasarkan
PPDGJ/III memenuhi kriteria diagnosis, sehingga pasien didiagnosis
gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).
B. Aksis II
Ciri kepribadian pasien tidak khas.
C. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
D. Aksis IV

13

Ditinggal suami pertamanya pada tahun 1990.


E. Aksis V
GAF (Global Assesment Functioning) Scale 50-41, beberapa gejala
berat, disabilitas sedang dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.
VII.

DAFTAR PROBLEM
A. Organobiologik :

Tidak terdapat kelainan yang

spesifik, namun diduga terdapat ketidakseimbangan


neurotransmitter

maka

pasien

memerlukan

farmakoterapi.
B. Psikologi
: Ditemukan adanya hendaya berat
dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang sehingga memerlukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prognosis pasien yaitu :
A. Faktor pendukung :
Tidak terdapat riwayat yanng sama dalam keluarga
Gejala yang muncul adalah gejala positif
B. Faktor penghambat :
Dukungan keluarga kurang
Status sosio-ekonomi bawah
Onset sudah beberapa tahun
Kepatuhan minum obat kurang
IX.

PROGNOSIS
Prognosis Dubia et malam

X. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA


Dari Alloanamnesis dan Autoanamnesis serta pemeriksaan status
mental, maka disimpulkan bahwa pasien didiagonis dengan Skizofrenia YTT

14

(F20.9) sesuai dengan Pedoman Penggolongan Diagnisis Gangguan Jiwa III


(PPDGJ-III).
Skizofrenia merupakan salah satu dari kelompok gangguan psikotik,
yang dikarakteristikan dengan simptom positif atau negatif dan sering
dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam menjalankan fungsinya
sehari-hari. Dalam tahun 1911, Eugen Bleuler memperkenalkan istilah
skizofrenia karena gangguan ini menyebabkan terjadinya perpecahan antara
pikiran, emosi, dan perilaku. Istilah Skizofrenia berasal dari bahasa Jerman,
yaitu Schizo (= Perpecahan/Split) dan Phrenos (= Mind).
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi
ke III (PPDGJ-III), pedoman diagnostik Skizofrenia (F20) yaitu dengan
memenuhi kriteria berikut :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas):
(a) -

thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang

atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), da nisi pikiran


ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
-

thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari


luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);

thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga


orang lain atau umum mengetahuinya;

15

(b) -

delusion

of

control

waham

tentang

dirinya

dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau


-

delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh


suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan


pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus);

delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar,


yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat;

(c) Halusinasi auditorik


-

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap


perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara


berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakikan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

16

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
(a) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism,
mutisme, dan stupor;
(d) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan
menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);

17

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (selfabsorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman diagnostik untuk mendiagnosis Skizofrenia Paranoid (F20.0)

menurut PPDGJ-III adalah sebagai berikut :


Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
(a) suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
(b) halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
(c) waham dapat berupa

hamper

setiap

jenis,

tetapi

waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of


influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan
-

dikejar-kejar beraneka ragam, adalah yang paling khas;


Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.

XI.

RENCANA TERAPI
Farmakoterapi

: Haloperidol 5 mg 3x1
Chlorpromazine 100mg - - 1

Psikoterapi suportif :

18

o Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
pikirannya atau kecemasannya sehingga pasien merasa lega.
o Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami
cara menghadapinya, serta tetap memotivasi pasien agar tetap minum

obat secara teratur.


Sosioterapi
:
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat
pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga tercipta
dukungan moril dan lingkungan yang kondusif sehingga membantu
proses penyembuhan pasien.

XII.

FOLLOW UP
Memantau keadaan dan perkembangan pasien dan menilai efektivitas
dari

pengobatan

serta

kemungkinan

terjadinya

efek

samping

dari

farmakoterapi yang diberikan.

19

Anda mungkin juga menyukai