ZUKESTI EFENDI
Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Tampil bersih, rapi dan menarik sudah menjadi dambaan individu masyarakat
dan kerapian yang menyeluruh dan yang lokal terutama akan terjelas dan terlihat
pada wajah khususnya dan kulit umumnya.
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling pertama terlihat dan terserang
penyakit. Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat merupakan penyakit kulit
yang banyak sekali dijumpai terutama di masyarakat kita Indonesia, penyakit yang
menyerang bagian organ kulit ini terutama ditemui pada usia remaja dan dewasa
muda 15 19 tahun pada wanita dan 17 21 tahun pada pria, tapi sering juga pada
usia lebih muda atau lebih tua, terkena juga penyakit ini.
Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa frekwensi akne
vulgaris pada populasi manusia cukup tinggi, bahkan menurut Kligman penyelidik
terkenal dibidang akne tidak ada seorang manusiapun yang melewati kehidupannya
tanpa sebuah jerawat dikulitnya. Sehingga timbul keraguan apakah akne ini
merupakan penyakit atau hanya suatu tanda kehidupan fisiologis saja. Sama seperti
tumbuhnya kumis jenggot dan lain- lain.
Hal inilah yang menjadi kendala karena walaupun akne vulg aris ini tidak
membahayakan kehidupan tetapi sering menjadi masalah karena akibat kosmetik
yang tidak jarang menjadi keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial
sekelilingnya, bahkan menyebabkan kurang percaya diri pada aindividu tersebut,
malu untuk berkumpul- kumpul dan lain sebagainya.
Akne vulgaris ini menyerang dan mengenai appendages kulit yaitu kelenjar
lemak kulit sehingga daerah kulit yang lebih sering terkena adalah bagian kulit yang
yang banyak mengandung kelenjar lemak yaitu muka, leher, dada, bahu punggung
dan lengan atas bagian atas.
Histologi Kulit dan Turunannya (Integumen)
Kulit merupakan organ yang berfungsi melindungi bahan dan pengaruh
bersama dengan Integumennya (yaitu Kuku, rambut, dan beberapa macam kelenjar)
Kulit terdiri atas 2 (dua) lapisan :
I. Epidemis, suatu epitel yang khusus berasal dari ektodern
Epidermis merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, terdiri
dari empat jenis sel yang berbeda, sel keratisonis, sel melanosit, sel lima
lapis atau stratum:
a. stratum germinativum atau lapisan benih atau stratum basale yang
terletak diatas dermis
b. Startum spinosum atau lapisan taju atau lapis sel duri.
c. Startum granulosum atau lapis berbutir .
d. Startum korneum atau lapisan tanduk paling luar berzat tanduk.
II.
Hipodermis
Hipodermis merupakn lapisan bawah kulit (fasia suberfisialis) sebetulnya
bukan merupakan bagian dari kulit tapi kelihatannya sperti perluasaan bagian dalam
dermis. Pada hypodermis ditemui: sel lemak, panikulus adiposus, jumlah dan
ukurannya berbeda- beda menurut daerah tubuh dan menurut keadaan nutrisi
individu.
Rambut
Rambut merupakan benang keratin elastis yang berkembang dari invaginasi
epitel epidermis. Pertumbuhan rambut dipengaruhi hormon seks khususnya
androgen pada daerah- daerah tertentu seperti pada kulit kepala, wajah dan pubis
juga dipengaruhi oleh hormon adrenal dan tiroid.
Aktivitasmitosis pada folikel rambut dan kelenjar sebasea dibawah pengaruh
androgen. Deramis mengelilingi folikel, lebih pdat membentuk sarung jaringan
penyambung khusus, melekat pada sarung ini dan menghubungkannya dengan
lapisan papiler adalah berkas sel- sel otot polos yang tersusun dengan arah miring,
otot ini disebut muskulus erektor pilli, yang jiak berkontraksi menimbulkan ereksi
batang rambut dalam posisis yang lebih vertikal yang sering pada manusia
dinamakan tegak bulu roma.
Kelenjar- kelenjar kulit, terdiri dari :
- Kelenjar sebasea, atau kelenjar lemak kulit
- Kelenjar keringat
- Kelenjar mamma
Kelenjar sebasea ditemukan tertanam pda dermis pada hampir disemua
bagian tubuh kecuali pada daerah yang tidak mempunyai rambut. Merupakan
kelenjar asiner yang biasanya mempunyai banayak muara asinus dalam duktus yang
pendek, dan biasanya pada bagian atas folikel.
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar holokrin, dengan hasil sekresinya
sebelum dikeluarkan bersama sisa sel mati, hasil ini terdiri atas campuran compleks
lipid yang mengandung trigliserida, asam lemak bebas dan kolertrol beserta esteresternya. Faktor utama yang mnegatur kelenjar sebasea ini pada laki-laki adalah
testostoren testis dan pada wanita merupakan gabungan androgen ovarium dan
adrenal.
Aliran kelenjar sebasea ini adalah kontinyu dan jika terjadi gangguan pada
sekresi dan aliran normal sebem akan merupakan salah satu alasan akan timbulnya
jerawat atau akne vulgaris.
Kelenjar keringat tersebar luas dalam kulit, merupakan kelenjar simpleks
bergelung tubulosa, memepunyai fungsi nekresi, kelenjar merokrin atau apokrin.
Kelenjar mamma , kelenjar yang berfungsi mengsekresi susu.
AKNE VULGARIS
Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit yang menyerang bagian organ
kulit yang disebut satua pilosebasea, merupakan penyakit yang menyerang bagian
kronik, dan ditandai dengan adanya efloresensi komedo, popula pustula, nodus dan
kista pada tempat - tempat predileksinya, dan ditemui didaerah muka, leher, dada,
bahu dan punggung.
Akne merupakan penyakit yang multifaktoral, karena banyak faktor yang
menyebabkan dan mempengaruhi timbulnya akne ini.
Cunnliffe (1975) mengemukan ada 4 (empat) faktor yang saling berkaitan dalam
patogenesa terjadinya akne yaitu :
1. Produksi sebum (lemak) yang meningkat
2. Perubahan dalam komposisi lemak permukaan kulit
3. Penyumbatan saluran kelenjar sebasea
4. Kolonisasi bakteri paa tempat tersebut
Ini merupakan dasar patogenisis yang penting sebagai pengobatan akne. Untuk
mengatasi timbulnya akne vulgaris perlunya kerjasama yang baik antara penderita
dan dokter yang merawatnya.
Secara sistematis Sjarif M Wasitaatmadja (1987) mengemukakan beberapa faktor
baik eksogen maupun endogen yang disangka dapat mempengaruhi terbentuknya
akne vulgaris seperti :
1. Faktor genetik, akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetic akibat
adanya peningkatan kepekaan unit pilosebsea terhadap kadar androgen
yang normal. Adanya menduga bahkan faktor genetik ini berperan dalam
menentukan bentuk dan gambaran klinis, penyebaran lesi dan durasi
penyakit.
Pada lebih 80% penderita mempunyai minimal seorang saudara kandung
mempunyai yang sama dan pada ebih dari 60% penderita mempunyai
minimal salah satu orang tua dengan akne vulgaris juga.
2. Faktor Ras, kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris
diajukan karena melihat kenyataan adnya ras-ras tertenu seperti mongoloid
yang lebih jarang menderita akne dibandingkan dengan Causcasian, orang
kulit hitam pun lebih dikenal dibanding dengan orang kulit putih.
3. Faktor musim, suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar, serta
sinar ultra violet yang lebih banyak menyebabkan akne vulgaris lebih sering
timbul pada musim panas dibandingkan dengan musim dingin.
Pada kulit kenaikan suhu udara 1 derajat celcius mengakibatkan kenaikan
laju ekresi sebum naik sebanyak 10%.
4. Faktor makanan masih diperdebatkan, ada penyelidik yang setuju makanan
berpengaruh pada timbulnya akne, adapula yang kintra.
5.
6.
7.
8.
Semua faktor penyebab ini pengaruhnay tidak sama pada setiap individu penderita
dan umumnya multifaktora, dengan kata lain semua faktor dapat mempengaruhi.
patogenesa terjadinya akne vulgaris.
Pada kulit kelenjar sebasea bermuara pada folikel rambut, membentuk unit
pilosebsea, yaitu folikel rambut dengan satu atau lebih kelenjar, bersama otot polos
yang berhubungan dengan folikel tersebut.
Kadang- kadang kelenjar sebasea bermuara langsung kepermukaan kulit.
Didaerah muka punggung dan kulit kepala terdapat kelenjar sebasea dalam jumlah
yang lebih banyak dan lebih besar. Pada daerah- daerah tersebut terdapat 400 900
Kelenjar/Cm2 sedangkan ditempat lain kurang dari 100 kelenjar/cm2
Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang menghasilkan sebum atau lemak yang
berguna untuk membentuk lemak permukaan kulit yang berfungsi melindungi kulit.
Sebum terdiri dari campuran dari berbagai macam lemak seperti trigliserida, asam
lemak bebas, ester malam kolesterol skualen dan ester kolesterol.
Ada 4 (empat) faktor partogen yang terjadi pada pembentukan lesi akne
vulgaris antara lain :
1. Terjadinya penyumbatan pad saluran kelenjar sebasea dengan keratin dan
sebum yang akan mengeras dimulai siinfra infun dibum. Dengan pengaruh
faktor kertinisasi, hormonal dan susunan lemak sebum maka terjadi proses
ini. Masa penyumbat akan menghalangi pengeluaran produksi sebum dari
kelenjar dan mengundang timbulnya peradangan didinding folikel.
2. Pengaruh hormon testoren dan androgen yang mempengaruhi produksi
sebum, peningkatan hormon ini akan berpengaruh pada berat ringannya
penyakit.
3. Terjadinya perubahan hormonal akan mengakibatkan perubahan susunan
biokimia lemak dan ensim pemecah lemak dari mikroorganisme dikulit.
Hampir semua komponen sebum bersifat komedogenik tetapi yang dianggap
paling komedogenik adalah asam lemak bebas dan skualent, sedang ester
malam, kolesterol trigliserida mempunyai efek lemah.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.