Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui rangsang
haus dan pengeluarannya melalui urin, secara hormonal hal ini diatur oleh Arginin
Vasopresin (AVP) sebagai hormon antidiuretik. AVP adalah hormon antidiuretik
alami pada manusia. AVP disintesis dalam tubuh sel neuron di inti supraoptik dan
paraventrikular dari hipotalamus anterior dan bergerak sepanjang saluran
supraopticohypophyseal ke hipofisis posterior, dimana ia disimpan dalam granula
sekretori dalam hubungan dengan protein pembawanya, yaitu neurophysin.1
SIADH (Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion)
adalah sindrom yang mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena
gagalnya keluaran air bebas melalui urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia,
hipoosmolalitas dan natriuresis. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa SIADH adalah suatu keadaan yang ditandai dengan hiponatremia dimana
kadar natrium serum kurang dari 135 mEq/L.1
Sindrom ini sangat jarang ditemukan. Angka insiden yang pasti sulit
diketahui karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi lain
berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau sistem
saraf.1,2
Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi
cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia
lanjut dengan hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara
SIADH dan usia. Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang
signifikan. Walau bagaimanapun, resiko kejadian SIADH akan meningkat bila
pasien menderita hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 dari pasien anak-anak
rawat inap dengan pneumonia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan
kesembuhannya.1,2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan
pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam
tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001).1
Gangguan produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan terjadinya
retensi garam atau hiponatremia (kadar natrium serum kurang dari 135 mEq/L).1
2. Epidemiologi
Hampir dari 2/3 pasien dengan SIADH mengalami neoplasma. Keganasan
yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru, kanker
duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma. Beberapa zat
kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah menunjukkan
pelepasan ADH yang tidak mencukupi.1
Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi
cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia
lanjut dengan hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara
SIADH dan usia. Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang
signifikan. Walau bagaimanapun, resiko kejadian SIADH akan meningkat bila
pasien menderita hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 dari pasien anak-anak
rawat inap dengan pneumonia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan
kesembuhannya.1,2
3. Faktor Resiko
Adapun beberapa faktor resiko dari SIADH, antara lain :2
- Trauma kepala
- Meningitis
- Ensefalitis
- Neoplasma

- Cedera serebrovaskuler
- Pembedahan
- Penyakit endokrin

DAFTAR PUSTAKA
1. Lee, Kyun Sang, M.D., Kang, Taek Won, M.D, et al. SIADH Associated with
Prostate Cancer. Departements of Internal Medicine and Urology, Chonnam
National University Medical School Gwangju Korea. 2007. p: 5:47-49.
2. Hannon, M. J., Thompson, C.J. The Syndrome of Inappropriate Antidiuretic
Hormone : Prevalence, Causes, and Concequences. European Journal of
Endocrinology. 2010. 165 S5-S12.

Anda mungkin juga menyukai