PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.Hasil ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada
tahun 1882.Penyakit ini mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama
di negara berkembang.Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis.1
Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian
akibat TB diseluruh dunia.Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB
didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.Demikian juga, kematian wanita
akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis
(15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangganya sekitar 20 30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB
juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial sampai dikucilkan oleh
masyarakat.2
Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan
banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan
dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal
tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia
(global emergency).3
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.
Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan.
Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug
resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil
disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi
TB yang sulit ditangani.2
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang.
Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.3
BAB II
PEMBAHASAN
A. LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama
: Ny. R
i. No. Registrasi : 0038211
b. Jenis Kelamin : Perempuan
j. Nama RS : IS
c. Umur
: 43 tahun
d. Agama
: Islam
e. Pekerjaan
: Guru
f. Alamat
: Makassar
g. Tgl. MRS
: 29 Oktober 2013 pukul 20.22 WITA
2
h. Dokter jaga
: dr. KR
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
: Sesak napas
b. Anamnesis Terpimpin :
Sesak napas dialami sekitar 1 jam yang lalu sebelum masuk Rumah
Sakit, terus-menerus, memberat pada malam hari dan berkurang pada saat
istirahat, sesak napas sudah dialami sejak sebulan yang lalu. Batuk (+)
dialami sejak 1 bulan yang lalu disertai lendir berwarna putih dan
kental.Nafsu makan menurun sejak 2 minggu, sehingga pasien
mengalami penurunan berat badan sebesar 5 kg dalam kurun waktu 3
bulan.
c. Anamnesis Sistematis :
Nyeri kepala (-), pusing (-), kejang (-). Nyeri menelan (-), susah menelan
(-).Demam sejak seminggu yang lalu, menggigil (-), keringat malam
(+) sejak seminggu yang lalu. Mual (-), muntah (-), nyeri perut (-). Lemas
(+), nyeri otot (-).BAK: lancar. kuning BAB : biasa, kuning.
d. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
1. Riwayat berobat 6 bulan dengan pengobatan OAT, berhenti pada
bulan ketiga karena terdiagnosis Tuberkulosis Paru sebelumnya.
2. Riwayat penyakit yang sama dalam satu rumah dalam hal ini ibu
3.
4.
5.
6.
kandung(+)
Riwayat kontak dengan penderita TB paru (+)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)
3. PEMERIKSAAN FISIS
a. Status Generalis :
1. Sakit sedang
2. Kesan Gizi Kurang
40
IMT = (1,54)2 = 16,86 kg/m2
3. Compos Mentis
b. Status Vitalis :
1. T : 130/90 mmHg
2. N : 100 x/menit,radialis
3. P : 30x/menit
4. S : 38,2C, axilla
c. Kepala :
1. Konjungtiva anemis +/+
2. Sklera ikterus -/3. Sianosis (+)
d. Leher :
1. Pembesaran kelenjar getah bening (+)
2. Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax :
1. I : simetris (kiri-kanan),bentuk dada (normochest), retraksi subcostal
(+)
2. P : vocal fremitus (kanan>kiri), massa tumor (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-).
3. P :
a. batas paru kanan depan (ICS V dextra anterior)
b. batas paru kanan belakang (vertebra thoracal XI)
c. batas paru kiri belakang (vertebra thoracal X)
4. A : Bunyi Pernafasan : vesicular
Bunyi Tambahan:Rh:Wh :
f. Jantung :
1. I : Ictus Cordis tampak
2. P : Ictus Cordis teraba
3. P : Pekak, batas jantung:
Atas
: ICS II
Kanan
Kiri
B. DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis didapatkan pasien
mengalami sesak nafas sekitar satu jam sebelum masuk rumah sakit dan terusmenerus, memberat pada malam hari dan berkurang saat istirahat. Sesak nafas sudah
dialami sejak satu bulan yang lalu.Didapatkan pula batuk yang dialami sejak satu
bulan yang lalu disertai lendir berwarna putih dan kental.Demam sudah seminggu
yang lalu dan sering keringat malam.Nafsu makan menurun sejak dua minggu yang
lalu dan terjadi penurunan berat badan sekitar 5 kg selama 3 bulan.
Riwayat berobat 6 bulan dengan pengobatan OAT dan berhenti pada bulan
ketiga. Ibu kandung yang satu rumah pernah mengalami gejala yang sama danada
riwayat kontak dengan penderita TB paru.
Dari hasil pemeriksaan vital didapatkan:
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Denyut nadi : 100x/menit
c. Pernapasan : 30x/menit
d. Suhu badan : 38,2o C, axilla
Terapi yang diberikan yaitu tirah baring, O2 via nasal kanul (3-4 LPM) untuk
memenuhi kebutuhan oksigen pasien karena sesak yang dialami, IVFD RL 28 tpm
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang
disebabkan
oleh
basil
Mycobacterium
tuberculosis.
Sebagian
besar
basil
i) Hidung eksternal
Berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini
tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan fibroareolar.5
Gambar 2. Nares5
ii) Faring
Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari
bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus.6
Gambar 3. Faring5
i)
Laring
Trakea
Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan
diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esophagus. Tuba ini
merentang dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area vertebra
toraks kelima tempatnya membela menjadi dua bronkus utama.6
iii)
lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan
trakea bawah ke kanan.6
Setiap bronkus primer bercabang sembilan sampai dua belas kali untuk
membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameternya yang semakin
kecil.Bronki disebut ekstrapulmonar sampai masuk paru-paru, setelah itu
disebut intrapulmonari.6
Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan bronchial
yang selanjutnya: bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus
respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.6
iv)
Paru-paru
Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara,
terletak dalam rongga toraks.Paru kanan memiliki tiga lobus dan paru kiri
memiliki dua lobus. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian
10
atas iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik (bagian dasar) terletak di atas
diafragma, sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah dari paru lain
oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas kerangka iga.
Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan keluarnya
pembuluh darah bronki, pulmonari, dan bronchial dari paru.6
Pleura adalah membran penutup yang membungkus setiap paru.
a. Pleura parietal melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma,
mediastinum).
b. Pleura visceral melapisi paru dan bersambung dengan pleura parietal di
bagian bawah paru.
c. Rongga pleura (ruang intraplueral) adalah ruang potensial antara pleura
parietal dan visceral yang mengandung lapisan cairan pelumas.
d. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak terisi jaringan paru.
4. FISIOLOGI
Respirasi (pernapasan) melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan
pergerakan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel,
serta pergerakan pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme
dari jaringan ke atmosfer. Organ organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi
wicara dan berperan dalam keseimbangan asam-basa, pertahanan tubuh melawan
benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.6
Respirasi terdiri dari respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal
atau seluler mengacu kepada proses metabolisme intrasel.6
Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang
terlibat dalam pertukaran O2dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Respirasi ekternal meliputi empat langkah : Ventilasi, Difusi, Transportasi, dan
Regulasi.Secara fisiologis, Airway meliputi mekanisme Ventilasi yang melibatkan
Jalan Udara Pernafasan.6
a. Ventilasi
11
Gambar 7. Difusi6
Pada orang normal dengan posisi tegak dan dalam keadaan istirahat, ventilasi
dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru. Sirkulasi pulmonal dengan
tekanan dan resistensi rendah mengakibatkan aliran darah di basis paru lebih besar
daripada di bagian apeks, disebabkan pengaruh gaya tarik bumi.6
Oksigen dapat diangkut dari paru ke jaringan-jaringan melalui 2 jalan : secara
fisik larut (sekitar 1,5%) dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb
12
sebagai oksiHb (HbO2 sekitar 98,5%). Transpor CO2 dari jaringan ke paru untuk
dibuang dilakukan dengan tiga cara. Sekitar 10% CO 2 secara fisik larut dalam
plasma, karena tidak sperti O2, CO2 mudah larut dalam plasma. Sekitar 20% CO 2
berikatan dengan gugus amino pada Hb (karbaminohemoglobin) dalam sel darah
merah, dan sekitar 70% diangkut dalam bentuk bikarbonat plasma (HCO 3-). CO2
berikatan dengan air dalam reaksi berikut ini :
(CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-)
c. Regulasi
Regulasi6
Gambar 8. Proses
Otot-otot pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdiri dari neuron
dan reseptor pada pons dan medulla oblongata.Pusat pernapasan merupakan bagian
sistem saraf yang mengatur semua aspek pernapasan. Faktor utama pada pengaturan
pernapasan adalah respons dari pusat kemoreseptor dalam pusat pernapasan terhadap
tekanan parsial (tegangan) karbondioksida (PaCO2) dan pH darah arteri. Peningkatan
PaCO2 atau penurunan pH merangsang pernapasan.6
Penurunan tekanan parsial O2 dalam darah arteri PaO2 dapat juga merangsang
ventilasi. Kemoreseptor perifer yakni badan karotis dan arkus aorta, peka terhadap
penurunan PaO2 dan pH, dan peningkatan PaCO2. Akan tetapi PaO2 harus turun dari
nialin normal kira-kira sebesar 90-100 mmHg hingga mencapi sekitar 60 mmHg
sebelum ventilasi mendapat rangsangan yang cukup berarti.6
Otot polos terdapat pada trakea hingga bronkiolus terminalis dan dikontrol
oleh sistem saraf otonom.Persarafan parasimpatis (kolinergik) (melalui nervus vagus)
memberikan tonus bronkokonstriktor pada jalan napas.Rangsangan parasimpatis
13
14
4) Sel basal (pendek), yaitu sel bulat kecil yang terletak di atas lamina basal
namun tidak meluas sampai permukaan lumen epitel. Sel-sel ini diduga
merupakan sel induk generatif yang mengalami mitosis dan kemudian
berkembang menjadi jenis sel lain.
5) Jenis sel terakhir adalah sel granul kecil, yang mirip sel basal kecuali bahwa sel
ini memiliki banyak granul berdiameter 100-300 nm denganbagian pusat yang
padat.
15
sampai kadangkala hanya ditemukan potongan kecil tulang rawan. Bronkus dengan
diameter kurang dari 1 mm tidak memiliki tulang rawan.7
Di bronkiolus, lumen dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia
dengan adakalanya ditemukan sel goblet. Lumen menunjukkan lipatan mukosa akibat
kontraksi lapisan otot polos. Kelenjar bronkialis dan lempeng tulang rawan sudah
tidak ada, dan bronkiolus dikelilingi oleh adventisia. Pada gambar ini, suatu nodulus
limfoid dan vena dekat adventisia menyertai bronkiolus.7
Bronkiolus terminalis memperlihatkan lipatan mukosa dan dilapisi oleh epitel
silindris bersilia tanpa sel goblet. Lapisan tipis lamina propria dan otot polos serta
adventisia mengelilingi bronkiolus terminalis.7
Bronkiolus repiratorius dengan kantung-kantung alveoli berhubungan langsung
dengan duktus alveolaris dan alveoli. Di bronkiolus respiratorius epitel yang silidris
rendah atau kuboid dan mungkin bersilia di bagian proksimal saluran. Lapisan
jaringan ikat tipis menyokong otot polos, serat elastis di lamina propria, dan
pembuluh darah yang menyertai alveoli di dinding bronkiolus respiratorius tampak
berupa kantung atau evaginasi kecil.7
Setiap bronkiolus repiratorius bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris.
Dinding duktus alveolaris dilapisi oleh alveoli yang langsung bermuara ke dalam
duktus alveolaris. Kelompok alveoli yang mengelilingi dan bermuara ke dalam
duktus alveolaris disebut sakus alveolaris.7
Vena pulmonalis dan arteri pulmonalis juga bercabang sewaktu menyertai
bronkus dan bronkiolus ke dalam paru. Pembuluh darah kecil juga terlihat di jaringan
ikat trabekula yang membagi paru-paru menjadi berbagai segmen.7
Serosa atau pleura visceral mengelilingi paru. Serosa terdiri dari lapisan tipis
jaringan ikat pleura dan epitel selapis gepeng mesotelium pleura.7
C. ETIOLOGI
16
Mycobacterium
tuberculosis
termasuk
salah
satu
dari
limaspecies
17
menyebar
melalui
pembuluh
darahke
seluruh
tubuh.Respons
imun
perjalanan penyakit selanjutnya. Pada kebanyakan kasus, respons imun tubuh dapat
menghentikan multiplikasi kuman, sebagian kecil menjadi kuman dorman. Pada
penderita dengan daya tahan tubuh yang buruk, respons imun tidak dapat
menghentikan multiplikasi kuman sehingga akan menjadi sakit pada beberapa bulan
kemudian. Sehingga kompleks primer akan mengalami salah satu hal sebagai
berikut:3,9,10
i.
Penderita akan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat (restirution ad
ii.
iii.
integrum)
Sembuh dengan meninggalkan bekas (sarang Ghon, fibrotik, perkapuran)
Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum ke jaringan sekitarnya.Sebagai contoh adalah
pembesaran kelenjar limfe di hilus, sehingga menyebabkan penekanan
bronkus lobus medius, berakibat atelektasis. Kuman akan menjalar
sepanjang bronkus yang tersumbat menuju lobus yang atelektasis, hal ini
disebut sebagai epituberkulosis. Pembesaran kelenjar limfe di leher, dapat
menjadi
abses
disebut
scrofuloderma.
Penyebaran
ke
pleura
19
Tuberkulosis post primer dimulai dari sarang dini yang umumnya pada segmen
apical lobus superior atau lobus inferior. Awalnya berbentuk sarang pneumonik kecil.
Sarang ini dapat mengalami salah satu keadaan sebagai berikut :3
1. Diresorbsi dan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat
2. Sarang meluas, tetap segera mengalami penyembuhan berupa jaringan fibrosis
dan perkapuran. Sarang dapat aktif kembali membentuk jaringan keju dan bila
dibatukkan menimbulkan kaviti.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju, yang bila dibatukkan
akan menimbulkan kaviti. Kaviti awalnya berdinding tipis kemudian menjadi
tebal (kaviti sklerotik). Kaviti akan mengalami:3
a. Meluas dan menimbulkan sarang pneumonik baru.
b. Memadat dan membungkus diri disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat
mengapur dan sembuh, tapi dapat aktif kembali dan mencair
menimbulkan kaviti kembali.
c. Menyembuh dan disebut open healed cavity, atau menyembuh dengan
membungkus diri, akhirnya mengecil. Kaviti dapat menciut dan tampak
sebagai bintang (stellate shape).
F. GEJALA KLINIS
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yangtimbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secaraklinik.3,4
1. Respiratorik : batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih,batuk darah,
nyeridada, sesak napas
2. Sistemik
: demam, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise.
Diagnosis TB pada anak berdasarkan sistem skoring yang ditegakkan oleh
dokter.Pada anak, gejala klinik :
1. Respiratorik
2. Sistemik
yang
pasien
tuberkulosis
yang
sebelumnya
pernah
22
Pemeriksaan Laboratorium
23
a) Pemeriksaan Darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik. Pada kasus baru akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih
dibawah normal. LED mulai meningkat.1,3
b) Pemeriksaan Dahak
Pemeriksaan
bakteriologis
sangat
berperan
untuk
menegakkan
dengan
pewarnaan
Gabbet.Interpretasipembacaan
Ziehl-Nielsen
didasarkan
skala
atau
IUATLD
Kinyoun
atau
Hasil
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
b.
24
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Unit Pelayanan
c.
Kesehatan.3
S(Sewaktu):
Dahak dikumpulkan di Unit Pelayanan Kesehatan pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.3
Bila hanya satu spesimen positif, perlu pemeriksaan foto thoraks atau
SPS ulang.bila foto thoraks mendukung TB maka didiagnosis sebagai TB paru
BTA (+). Bila foto thoraks tidak mendukung TB maka perlu dilakukan
pemeriksaan SPS ulang.bila SPS ulang hasilnya negatif berarti bukan penderita
TB. Bila SPS positif berarti penderita TB BTA (+). Bila foto toraks mendukung
TB tetapi pemeriksaan SPS negatif, maka diagnsis adalah TB paruBTA negatif
rontgen positif.3
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak. Secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.Namun
pada kondisi tertentupemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:2
a. Hanya satu dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaanfoto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif.
b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT. (lihat bagan alur)
c. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
25
Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto thoraks tidak
diperlukan lagi. Pada berapa kansus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto
thoraks bila :3
a. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)
b. Hemoptisis berulang atau berat
c. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA(+).
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB aktif/primer :3
a. Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior lobus atas dan
segmen superior lobus bawah paru.
b. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.
c. Bayangan bercak milier
d. Efusi pleura.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB inaktif/laten/lama :3
a. Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau
segmen superior lobus bawah
b. Kalsifikasi
c. Penebalan pleura.
Uji Tuberkulin
26
tuberkulin
digunakan
sebagai
alat
diagnostik
dengan
28
OAT
yang
digunakan
oleh
Program
Nasional
PengendalianTuberkulosis di Indonesia:
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE):
a. Kategori Anak: 2HRZ/4HR
b. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat diIndonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin,Levofloksasin,
Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitupirazinamid and
etambutol.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paketberupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiridari kombinasi 2
atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnyadisesuaikan dengan berat badan pasien.
Paduan ini dikemas dalam satupaket untuk satu pasien.
Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini
disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan
tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan(kontinuitas)
29
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjaminefektifitas
obat dan mengurangi efek samping.
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obatmenjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Paduan OATLini Pertama dan Peruntukannya
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
1) Pasien baru TB paru BTA positif.
2) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
3) Pasien TB ekstra paru
Tabel 1. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 12
Berat Badan
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
Lama
pengobatan
Intensif
Lanjutan
2 bulan
4 bulan
Tablet
Isoniazid
@ 300
mgr
1
2
30
3
-
Tablet
Etambuto
l @250
mgr
3
-
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
56
48
30 37 kg
38 54 kg
56 70 kg
71 kg
Selama 56 hari
2 tab 4KDT
+ 500 mg Sterptomisin inj.
3 tab 4KDT
+ 750 mg Sterptomisin inj.
4 tab 4KDT
+ 1000 mg Sterptomisin
inj.
5 tab 4KDT
+ 1000 mg Sterptomisin
inj.
Selama 26 hari
2 tab 4KDT
3 tab 4KDT
4 tab 4KDT
5 tab 4KDT
Tahap Lanjutan 3
kali seminggu RH
(150/150) + E (400)
Selama 20 minggu
2 tab 2KDT + 2 tab
Etambutol
3 tab 2KDT + 3 tab
Etambutol
4 tab 2KDT + 4 tab
Etambutol
5 tab 2KDT + 5 tab
Etambutol
Lama
Pengobatan
Kaplet
Rifampisin
@450 mgr
2 bulan
1 bulan
Tablet
Isoniazid
@300
mgr
1
1
1
1
Kaplet
Pirazinamid @
500 mgr
3
3
Tahap
Intensif
(dosis
harian)
Tahap
Lanjut :
R/ 3x
per
minggu
4 bulan
untuk
pasien
Paduan
OAT ini
diberikan
Etambutol
Tablet
Tablet
@250
@400
mgr
mgr
3
3
-
Sterpto
-misin
injeksi
0.75 gr
-
Jumlah
hari/x
mnelan
obat
56
28
60
BTA positif
yang
telah
diobatisebelumnya:
1. Pasien kambuh
2. Pasien gagal
3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Catatan:
a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
31
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
Tahap
intensif
(dosis
harian)
Lamanya
Pengobatan
Tablet
Isoniasid
@mgr
Kaplet
Rifampisin
@450mgr
Tablet
Pirazinamid
@500mgr
Tablet
Etambuto
l
@250mgr
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
1 bulan
28
Penggunaan
OAT
lini
kedua
misalnya
golongan
aminoglikosida
32
Beri OAT
selama 2 bulan dan
dievaluasi
Respons (+)
Terapi TB diteruskan
Respons (-)
Teruskan terapi TB sambil mencari
Penyebabnya
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat.
Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan
penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai
keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun
gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap
dihentikan.
33
I. KOMPLIKASI
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi
lanjut :1
a. Komplikasi Dini :
1) Efusi pleura/pleuritis eksudativa
2) Emfisema
3) Laringitis
b. Komplikasi Lanjut
Sindrom
Obstruksi
Pasca
Tuberculosis,
kerusakan
parenkim
sindroma
gagal napas (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.2
Komplikasi berikut sering terjadi pada stadium lanjut: Hemoptisis berat
(perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena
syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. Kolaps dari lobus akibat retraksi
bronkhial. Bronkiektasis dan fibrosis pada paru. Pneumotoraks spontan: kolaps
spontan akibat kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti
otak, tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya. Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio
Pulmonary Insufisiency). Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat
inap di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan yang lebih luas
yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini
sering kali dikeluhkan oleh kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan
OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan
berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.8
J. PENCEGAHAN
Untuk mencegah tuberkulosis, digunakan vaksin BCG di seluruh dunia.
Namun, catatan terakhir penggunaan vaksin BCG tidak direkomendasikan untuk
bayi. Selain penggunaan BCG diharapkan untuk melakukan konsultasi dengan ahli
paru yang ada.8
Program-program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk deteksi dini
dan pengobatan kasus dan sumber infeksi secara dini.Menurut hukum, semua orang
34
mendeteksi
dini
seseorang
dengan
infeksi
TB
adalah
untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Zulkifli, Bahar Asril.Tuberkulosis Paru Ilmu Penyakit DalamJilid III Edisi
V.Indonesia :Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009.
2. Aditama Tjandra Yoga, Kamso Sudijanto, Basri Carmelia, Surya Asik, editors.
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis.Indonesia
Ilmu
Penyakit
:Departemen
Paru
2010.
35
36