Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah


Lautan yang meliputi dua per tiga permukaan bumi, menerima energi

panas yang berasal dari penyinaran matahari. Lautan befungsi sebagai suatu
penampungan yang cukup besar dari energi surya yang mencapai bumi. Kira-kira
seperempat dari daya surya sebesar 1,7 x 1017 watt yang mencapai atmosfer
diserap oleh lautan. Selain itu, air laut juga menerima energi panas yang berasal
dari panas bumi, yaitu magma yang berasal dari bawah laut. Pemanasan dari
permukaan air di daerah tropikal mengakibatkan permukaaan air laut memiliki
suhu kira-kira 27 - 30oC. Bilamana air permukaan yang hangat ini dipakai dalam
kombinasi dengan air yang lebih dingin (5 - 7 oC) pada kedalaman 500 - 600
meter, maka suatu sumber energi panas yang relatif besar akan tersedia.
Dua pertiga (2/3) dari wilayah teritorial Indonesia, terdiri dari lautan atau
sekitar 4.000.000 km2, dan garis pantai sepanjang 80.791 km, sehingga secara
kualitatif menyimpan potensi energi yang besar, namun secara kuantitatif
sekaligus dapat dieksploitasi secara ekonomis masih perlu dilakukan kajian yang
mendalam. Tiga bentuk energi laut yang bisa kita manfaatkan adalah energi
gelombang, pasang surut dan termal laut. Prinsip sederhana dari pemanfaatan
ketiga bentuk energi itu adalah memakai energi kinetik untuk memutar turbin
yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.

Ide pemanfaatan energi dari laut yang terakhir (termal laut), bersumber
dari adanya perbedaan temperatur di dalam laut. Jika kita pernah berenang di laut
dan menyelam ke bawah permukaannya, kita tentu menyadari bahwa semakin
dalam di bawah permukaan, airnya akan semakin dingin. Temperatur di
permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar matahari diserap sebagian
oleh permukaan laut. Tapi di bawah permukaan, temperatur akan turun dengan
cukup drastis. Inilah sebabnya mengapa penyelam menggunakan pakaian khusus
selam ketika menyelam jauh ke dasar laut. Pakaian khusus tersebut dapat
menangkap panas tubuh sehingga menjaga mereka tetap hangat.
Pembangkit listrik dapat memanfaatkan perbedaan temperatur tersebut
untuk menghasilkan energi. Energi termal laut atau yang di dunia internasional
dikenal sebagai OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) mungkin merupakan
sumber energi yang layak disebut sebagai energi biru. Mengingat air laut yang
menjadi sumber energi ini pada saat langit cerah akan terlihat berwarna biru. Bila
2 jenis energi laut lainnya yaitu energi gelombang laut (wave energy) dan energi
pasang surut (tidal energy) memanfaatkan gerakan air laut, maka energi ini
memanfaatkan perbedaan suhu air laut. Perbedaan temperatur antara permukaan
yang hangat dengan air laut dalam yang dingin dibutuhkan minimal sebesar 77
derajat Fahrenheit (25 C) agar dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik
dengan baik. Adapun proyek-proyek demonstrasi dari OTEC sudah terdapat di
Jepang, India, dan Hawaii. Menurut penelitian George Claude yang pertama kali
membangun OTEC di Kuba menghasilkan daya listrik sebesar 22 kW dengan
turbin bertekanan rendah.
Potensi energi termal laut yang baik terletak pada daerah antara 6- 9
lintang selatan dan 104-109 bujur timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang

dari 20 km dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28C dan
didapatkan perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar
22,8C. Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman
lautan (650 m) lebih tinggi dari 20C.
Mayoritas wilayah Indonesia terletak di daerah tersebut. Sehingga potensi
energi termal laut Indonesia tergolong besar. Diperkirakan potensi energi termal
lautan di wilayah Indonesia sekitar 2,5 x 1023 joule. Saat ini efisiensi teknologi
pemanfaatan energi termal laut masih sangat kecil, berkisar antara 1% - 3 % dan
menurut penelitian Putu Yoga Perdana, efisiensi di perairan pulau Simeulue
adalah 0,81, perairan Bali Utara adalah 0,78, perairan Laut Banda adalah 0,76.
Dengan asumsi efisiensi maksimum, maka potensi termal di wilayah laut
Indonesia dapat menghasilkan daya sekitar 240.000 MW per tahun.

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang atau uraian tersebut di atas, maka yang

menjadi perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:


1.

Menentukan efekifitas perpindahan panas dalam shell and tube Heat

Exchanger.
2. Software atau perangkat lunak apa yang digunakan untuk merancang shell
and tube OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) dengan siklus closed
cycle.

1.3.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Menyelesaikan skripsi/tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan


Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Darma Persada.
2. Mengetahui dan memahami nilai efektifitas perpindahan panas pada shell
and tube.
3. Mengetahui potensi pengembangan OTEC di Indonesia.

1.4.

Pembatasan Masalah

Karena luasnya cakupan permasalahan di atas, maka penulis membatasi


bahasan permasalahan sebagai berikut:
1. Pada proses perancangan bentuk 2 dimensi, 3 dimensi dan analisa dari
Shell and Tube penulis menggunakan program perangkat lunak/software
Solidworks.
2. Sistem yang digunakan merupakan sistem siklus tertutup.

1.5.

Metodologi Penelitian

Penulisan skripsi ini dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang objektif agar


kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan baik secara teoritis maupun
pengujiannya.

1.5.1. Jenis Penelitian


Dalam penelitian yang mencakup perancangan Shell and Tube OTEC
(Ocean Thermal Energy Conversion) dengan siklus closed cycle, penulis
menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a) Penelitian

Kepustakaan

(Library

Research)

yaitu

dengan

cara

menghimpun bahan-bahan pengetahuan ilmiah yang bersumber dari buku-

buku, dan tulisan-tulisan ilmiah yang erat kaitannya dengan materi


penulisan.
b) Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu dengan cara mengadakan
pengujian terhadap turbin yang dibuat di laboraturium

1.5.2. Sifat Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan deskriptif yaitu suatu penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau gejala dan objek yang diteliti
dengan mengambil suatu kesimpulan yang bersifat umum.

1.5.3. Pengumpulan Data


Pada penulisan ini pengumpulan data dikelompokkan atas dua jenis data
yaitu:
a) Data Primer
Diperoleh melalui pengujian alat perancangan Shell and Tube
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) dalam kegiatan
operasionalnya dan juga melakukan pengamatan atas hasil peneltian untuk
dapat diambil langkah apa yang harus dilakukan dalam penelitian tersebut.
b) Data Sekunder
Dengan mempelajari teori-teroi yang didapat dari literatur,
dokumen, dan bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan objek
penelitian.

1.5.4. Metode Analisa Data


Data yang diperoleh dari penelitian, dilakukan analisis baik secara teori
maupun melalui perhitungan.

1.6.

Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka dalam hal ini penyusun


membagi dalam beberapa bab, serta memberikan gambaran secara garis besar isi
dari tiap-tiap bab.
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menerangkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penulisan, pembatasan masalah, metodologi penelitian, serta sistematika


penulisan.
BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menerangkan teori-teori tentang pengertian OTEC, sejarah OTEC,


prinsip kerja OTEC, keuntungan dan kerugian OTEC, shell and tube, pengertian
CAD/CAM, dan CFD (Computer Fluid Dynamic).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menerangkan lebih detail mengenai langkah-langkah yang diambil


penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
BAB IV

HASIL DESAIN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menerangkan tentang kontruksi dan pengembangan desain serta


data-data yang diperoleh dalam perancangan shell and Tube.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan serta saran-saran dari tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai