Bab 2 Fix Edit Deasy
Bab 2 Fix Edit Deasy
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya
hayati yang berupa minyak lemak nabati atau lemak hewani. Senyawa utamanya
berup ester. Ester mempunyai rumus bangun sebagai berikut :
O
R
Nama Indonesia
Kelapa sawit
Jarak (kastroli)
Jatropha curcas
Ceiba pentandra
Jarak pagar
Kapok
(Lampung)
Randu (Sunda, Jawa)
Chalopyllum inophyllum
Ximena americana
Nyamplung
Bidaro
Nyamplung
Bidaro
Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, biodiesel harus
mempunyai kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah satu sifat
fisik yang penting adalah viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri
dapat dijadikan bahan bakar. Namun, viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak
memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar mesin diesel. Perbandingan
sifat fisik dan kimia biodiesel dengan minyak solar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dan solar
Biodiesel
Ester alkil
0,8624
5,55
172
62,4
40,1 MJ/kg
Solar
Hidrokarbon
0,8750
4,6
98
53
45,3 MJ/kg
Senyawa emisi
SO2, ppm
NO, ppm
NO2, ppm
CO, ppm
Partikulat, mg/Nm3
Benzen, mg/Nm3
Toluen, mg/Nm3
Xilen, mg/Nm3
Etil benzen, mg/Nm3
Biodiesel
0
37
1
10
0,25
0,3
0,57
0,73
0,3
Solar
78
64
1
40
5,6
5,01
2,31
1,57
0,73
Biodiesel
didefinisikan
sebagai
ester
alkil
(metil,
etil,
isopropil,
bahan terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang
terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas/daur ulang. Bahan baku
biodiesel yang berpotensi besar di Indonesia untuk saat ini adalah minyak mentah
kelapa sawit (Crude Palm Oil atau CPO), dimana produksi kelapa sawit sangat
tinggi di Indonesia.
Biodiesel ini diharapkan dapat menggantikan solar sebagai bahan dasar
mesin diesel.Bila dibandingkan dengan minyak solar yang digunakan pada mesin
diesel, biodiesel lebih menurunkan emisi karbon monoksida, sulfur, hidrokarbon,
dan asap pada keluaran proses. Selanjutnya, pada pembakaran biodiesel tidak
akan menambah tingkat level CO2 pada atmosfer (Setiadi, Budi dan Danu
Bratakusuma. 2010).
Suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang
dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan
berlaku Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel di daerah pemasaran biodiesel
tersebut. Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-047182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional
(BSN) tanggal 22 Februari 2006 (Soerawidjaja,2006). Tabel 4.menyajikan
persyaratan kualitas biodiesel yang diinginkan.
Batas nilai
850 890
2,3 6,0
Min 51
Min 100
Max 18
Max no 3
Metode uji
ASTM D1298
ASTM D445
ASTM D 613
ASTM D 93
ASTM D2500
ASTM D 130
Metode setara
ISO 3675
ISO 3104
ISO 5165
ISO 2710
ISO 2160
ISO 10370
Max 0,05
ASTMD 4530
Max 0,03
Max 0,05
Max 360
Max 0,02
Max 100
ASTMD 2709
ASTMD 1160
ASTMD 874
ASTMD 5453
ISO 3987
prEN ISO
Max 10
Max 0,8
Max 0,02
Max 0,24
Min 96,5
Max 115
Negatif
AOCS Ca 12-55
AOCS Cd3-63
AOCS Ca 14-56
AOCS Ca 14-56
Dihitung
AOCS Cd 1-25
AOCS Cb 1-25
20884
FBI-A05-03
FBI-A01-03
FBI-A02-03
FBI-A02-03
FBI-A03-03
FBI-A04-03
FBI-A06-03
biodiesel
menunjukkan bahwa biodiesel tersebut tidak hanya telah dibuat dari bahan mentah
yang baik, melainkan juga dengan tata cara pemrosesan serta pengolahan yang
baik pula.
2.2. Transesterifikasi
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi lemak atau minyak dengan
alkohol untuk membentuk ester dan gliserol (Fangrui Ma,1999). Reaksi dapat
ditunjukkan oleh gambar di bawah. Sebuah katalis biasanya dipakai untuk
meningkatkan kecepatan reaksi dan hasil. Karena reaksi reversibel, produk yang
diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak
merupakan
reaksi
eksoterm)
Pada reaksi transesterifikasi, alkohol yang biasa digunakan adalah metanol
dan etanol. Namun, metanol lebih sering digunakan karena mempunyai beberapa
keuntungan, seperti bersifat polar serta rantai alkoholnya yang pendek, harganya
yang relatif lebih murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut
metanolisis). Untuk stokiometri transesterifikasi, perbandingan molar antara
alkohol dan trigliserida adalah 3:1. Dalam prakteknya ratio yang dibutuhkan lebih
tinggi untuk mengatur agar hasil ester menjadi maksimum.
H2C
H2C
H2C
O
O
C
C
R
R
O
H2C O C R
H2C O H
CH3O
O
kalor
HC O C R' + 3 CH3OH
HC O H + CH3O
katalis
O
H2C O C R''
H2C O H
CH3O
Trigliserida metanol
gliserol
O
C R
O
C R'
O
C R''
metil ester
pemisahan katalis dari produk akan lebih mahal (Setiadi, Budi dan Danu
Bratakusuma. 2010)
Transesterifikasi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu
gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asamasam lemak ke
dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal
sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya
berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis
yang biasa dipergunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H2SO4, dan katalis
basa NaOH dan KOH.(Indartono., Y.S 2006). Reaksi transesterifikasi merupakan
reaksi utama dalam pembuatan biodiesel. Pada reaksi ini, trigliserida (minyak)
bereaksi dengan metanol dalam katalis basa untuk menghasilkan biodiesel dan
gliserol (gliserin). Sampai tahap ini, pembuatan biodiesel telah selesai dan dapat
digunakan sebagai bahan bakar guna mengurangi pemakaian solar.
2.2.1. Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi
Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu
menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum.
Beberapa kondisireaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel
melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut (Freedman, 1984):
a) Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam
lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan
digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga
jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan
udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
b) Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3
mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkan
konversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum ditunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh
juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang
hidroksida.
e) Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati
refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah dihilangkan
getahnya dan disaring.
f) Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65 C (titik
didih metanol sekitar 65 C). Semakin tinggi temperature reaksinya, maka
konversi yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.
Temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi namun
dengan waktu reaksi yang lebih lama.
g) Water Content
Water content merupakan salah satu sifat fisis yang berpengaruh terhadap
persyaratan pemakaian bahan bakar minyak solar dan minyak diesel atau ketel
uap, karena dapat menyebabkan pembakaran yang kurang sempurna. Dan bila
kontak dengan oksida belerang akan menyebaban korosi terhadap logam-logam
dalam ruang bakar. Water content minyak solar max 500 ppm, sedangkan dalam
metil ester yang dihasilkan dari penelitian, air yang terkandung di dalam metil
ester adalah 825,9 ppm. Nilai ini cukup besar sehingga tidak memenuhi standar
spesifikasi minyak diesel. Semakin kecil kadar air yangdi dapat maka mutu dari
metil ester itu sendiri akan semakin baik. Kadar air dapat dihilangkan dengan
jalan pemanasan di atas titik didih air (100o C). Pemanasan dilakukan di dalam
oven dengan temperatur 105 - 110oC selama waktu 2 jam.
2.3. Katalisator
Fungsi katalis adalah untuk mempercepat reaksi serta apabila dalam reaksi
kimia maka katalis itu sendiri tidak mengalami perubahan yang permanen (Ralph
H. Petruci, 1987). Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk. Berdasarkan fasanya, proses katalisis dapat digolongkan menjadi
katalisis homogen dan katalisis heterogen. Katalisis homogen ialah katalis yang
mempunyai fasa sama dengan fasa campuran reaksinya, sedangkan katalisis
heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan campuran reaksinya. Pada
katalis homogen, kecepatan reaksi lebih tinggi dibanding menggunakan katalis
heterogen. Pada katalisis homogen, katalis akan sukar dipisahkan dari produk dan
sisa reaktannya. Sedangkan pada katalisis heterogen pemisahan antara katalis dan
produknya serta sisa reaktan mudah dipisahkan, karena mudah dipisahkan dari
campuran reaksinya dan kestabilannya terhadap perlakuan panas, katalisis
heterogen lebih banyak digunakan dalam industri kimia. Keuntungan lain dari
katalisis heterogen adalah tidak korosif, ramah terhadap lingkungan, memiliki
waktu hidup yang panjang dan dapat memberikan aktifitas dan selektifitas yang
tinggi.
Katalis yang paling umum digunakan dalam pembuatan biodiesel dari
trigliserida adalah katalis basa. Jenis-jenis katalis basa yang dapat digunakan
antara lain : sodium hidroksida, potassium hidroksida dan sodium metoksida.
Katalis jenis basa ini digunakan untuk produksi biodiesel yang berbahan baku
minyak nabati, terutama dengan nilai asam lemak bebas rendah.
Katalis basa bersifat higroskopis atau mudah menyerap air. Katalis basa
menyerap air ketika dilarutkan kedalam alkohol maupun saat disimpan. Jika
penyerapan air terlalu banyak mengakibatkan katalis tidak bekerja optimal dan
biodiesel yang dihasilkan memiliki kandungan total gliserin yang tidak memenuhi
standar.
2.3.1.Katalis Heterogen
Pada Reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan
reaktan. Proses katalitik menggunakan katalis heterogen dalam industri pertama
kali pada tahun 1857, menggunakan Pt untuk mengoksidasi SO 2 menjadi SO3
dalam larutan asam.
Tabel 5. Beberapa contoh katalis heterogen dalam dunia industri
Reaksi
C4H10 Butena dan C4H6 (butadiena)
Katalis
Cr2O3 - Al2O3
Al2O3
atau
padatan
pendukung Ni-Sulfida.
Logam (seperti Pd) pada zeolit
Hidrocraking
CO + 2H2 CH3OH
Mekanisme dari katalis padat dengan reaktan fasa gas, dimana terjadi
pembentukan kompleks reaktan dengan katalis setelah pembentukan produk
menurut Fessenden,1986 adalah sebagai berikut :
1)
2)
Difusi reaktan dari permukaan luar masuk melalui pori dalam partikel
katalis.
3)
4)
5)
Produk didesorpsi dari katalis keluar melalui pori bagian partikel katalis.
6)
7)
atau larutan diadsorpsi kepermukaan katalis. Tidak semua atom atom permukaan
sama efektifnya sebagai katalis, bagian yang efektif tersebut disebut sisi aktif
katalis. Pada dasarnya, katalis heterogen mencakup:
1) adsorpsi pereaksi
2) difusi pereaksi sepanjang permukaan
3) reaksi pada sisi aktif membentuk hasil reaksi yang diadsorpsi
4) lepasnya (desorpsi) hasil reaksi.
2.4. Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Darah (Anadara granosa)
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang
terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan kedalaman 10 30 m
(Suwignyo et al. 2005). A.granosa dapat hidup di perairan dengan suhu optimum
20-30 C serta salinitas 26-31 ppt (Broom,1985). Berikut klasifikasi kerang darah
menurut Linnaeus (1978) yang diacu dalam Dance,1974.
Filum : Moluska
Kelas : Pelecypoda
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
Disebut kerang darah karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah
merah/hemoglobin yang disebut bloody cockles, sehingga kerang ini dapat hidup
pada kondisi kadar oksigen yang relatif rendah, bahkan setelah dipanen masih bisa
hidup walaupun tanpa air. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika pedagang
menjual kerang dalam keadaan hidup dengan ciri cangkang tertutup rapat bila
terkena sentuhan. Sedangkan kerang yang mati cangkangnya agak terbuka dan
sedikit menganga yang diikuti oleh bau segar yang perlahan-lahan berganti
dengan bau busuk (amoniak) (PKSPL 2004).
Kerang darah termasuk ke dalam kelas Pelcypoda/Bivalvia yang
kebanyakan hidup di laut terutama di daerah litoral, dasar perairan yang
berlumpur atau berpasir. Pada dasarnya tubuh Pelecypoda ini tertutup dua keping
cangkang yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya hinge ligamen, yaitu
semacam pita elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk. Kedua
keping cangkang pada bagian dalam juga ditautkan oleh satu atau dua buah otot
aduktor yang bekerja secara antagonis dengan hinge ligamen (Suwignyo 1998).
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan ciliary feeder (sebagai deposit
feeder atau filter feeder). Sebagai filter feeder kerang menyaring makanannya
menggunakan insang yang berlubang-lubang. Makanan utamanya adalah
plankton, terutama fitoplankton (Suwignyo,1998).
Kerang darah tersebar luas di wilayah Indo-Pasifik Barat, sebelah utara
Jepang, serta bagian selatan, utara, dan timur Australia (FAO,2012). A. granosa
disebut kerang darah karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah merah
atau haemoglobin yang disebut bloody cockles (Nurjanah et al 2005), sehingga
dapat hidup pada kondisi kadar oksigen yang relatif rendah, bahkan setelah
dipanen masih bisa hidup walaupun tanpa air. Ciri-ciri kerang darah, yaitu
mempunyai 2 keping cangkang yang tebal, kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib,
cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan
sampai coklat kehitaman. Ukuran kerang dewasa 6-9 cm.
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan
menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada
bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan,
yaitu
A) periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai
pelindung.
B) lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma
C) lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari
lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang
paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan
cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar,
menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada
yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai
banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada
yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki
kerang berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur/pasir. Kerang bernapas
dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaranlembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan
mantel terdapat rongga mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.
musim. Kerang darah (Anadara granosa ) termasuk kedalam hewan lunak yang
hidup pada perairan berlumpur, hidupnya dengan cara membenamkan diri di
dalam
lumpur
berpasir
di
daerah
pasang
surut.
Biota
ini
mampu
Pengolahan
kerang
darah
dilakukan
dengan
cara
pengawetkan,
mencegah
terjadinya
kerusakan/mempertahankan
mutu, menghindari
Jumlah
313,650
227,800
28,050
31,450
242,250
5,712
2,269
Tembaga (mg)
0,127
Komposisi kimia dari kerang darah dapat dinyatakan dalam presentase dari
unsur-unsur air, abu, protein, dan lemak. Komposisi kimia bahan baku sangat
bervariasi tergantung pada ukuran, jenis kelamin, tingkat kematangan seksual,
maupun waktu penangkapan biota. Komposisi komposisi kimia yang terkandung
didalam kerang dari berbagai hasil penelitian (menurut Nurjanah , Zulhamsyah
dan Kustiyariyah, 2005) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Komposisi kimia kerang
Komposisi kimia
Daluningrum
Nurjanah
et
Kadar air
Kadar protein
Kadar abu
Kadar lemak
Kadar karbohidrat
(2009)
81,81% (bb)
11,84% (bb)
2,00% (bb)
0,6% (bb)
3,75% (bb)
(2005)
74,37 % (bb)
19,48 % (bb)
2,24 % (bb)
2,50 % (bb)
1,41 % (bb)
2.5. Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau
yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar
dan juga sebagai bahan additif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara
alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap
metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol
tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi
karbon dioksida dan air. Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan
membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:
2 CH3OH + 3O2 2 CO2 + 4H2O
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera
akibat api yang tak terlihat. Karena sifatnya yang beracun, metanol sering
Massa molar
Wujud cairan
Specific gravity
Titik leleh
Titik didih
Kelarutan dalam air
Keasaman (p Ka)
32.04 g/mol
tidak berwarna
0.7918
-97 C, -142.9 F (176 K)
64.7 C, 148.4 F (337.8 K)
sangat larut
~ 15.5
2.5.2.Kegunaan Metanol
Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam,
dikarenakan metanol tidak mudah terbakar dibandingkan dengan bensin.Metanol
campuran merupakan bahan bakar dalam model radio kontrol.Salah satu
kelemahan metanol sebagai bahan bakar adalah sifat korosi terhadap beberapa
gamping. CaOmerupakan oksida basa yang didapat dari batuan gamping dimana
terkandung kalsium oksida sedikitnya 90% dan magnesia 0-5%, kalsium karbonat,
silika, alumina, feri oksida terdapat sedikit sebagai ketidakmurnian.
Ditinjau dari komposisinya, ada beberapa jenis gamping. Gamping hidraulik
didapat dari pembakaran batu gamping yang mengandung lempung, gamping
berkadar kalsium tinggi lebih dimanfaatkan didalam reaksi kimia. Gamping
dolomit yang biasanya 35-45% CaO dan 10-25% MgO. Kalsium karbonat dan
juga magnesium didapat dari endapan batu gamping marmer, kapur (chalk),
dolomit atau kulit kerang. Untuk tujuan penggunaan kimia, biasanya batu
gamping yang agak murni lebih disukai sebagai bahan awal, karena dapat
menghasilkan gamping berkadar kalsium tinggi.
CaO (Massa relatif 56,08 g/mol) memilki sifat higroskopis, titik lelehnya
2600oC dan titik didihnya 2850oC, tidak larut dalam HCl, struktur kristalnya
oktahedral, memiliki luas permukaannya 0,56 m2/g (West, 1984). CaO biasanya
digunakan sebagai mortar, industri pupuk, industri kertas, industri semen, pemutih
(bleaching) dan sebagai katalis (Austin, 1984 ; Liu, 2008). CaO memiliki sisi-sisi
yang bersifat basa dan CaO telah diteliti sebagai katalis basa yang kuat dimana
untuk menghasilkan biodiesel menggunakan CaO sebagai katalis basa mempunyai
banyak manfaat, misalnya aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang rendah, masa
katalis yang lama, serta biaya katalis yang rendah. Reddy menghasilkan biodiesel
dengan menggunakan nano kalsium oksida dalam kondisi suhu kamar.
Tetapi kecepatan reaksi begitu lambat dan membutuhkan 6-24 jam untuk
memperoleh konversi (hasil) yang tinggi. Dia juga telah meneliti deaktivitasi
setelah tiga kali siklus dengan asam lemak. Zhu memperoleh 93% hasil dari
minyak jarak pagar menggunakan CaO sebagai katalis tetapi katalis tersebut harus
direaksikan dengan larutan amonium karbonat dan dikalsinasi pada suhu yang
tinggi (Liu, 2008).
Air menyebabkan peningkatan aktivitas dan selektivitas alkohol aseton
ketika MgO digunakan sebagai basa (Zhang et al,1988). Mereka menduga bahwa
ion OH- merupakan sisi aktif dalam adisi aldol pada aseton. Baru baru ini aktivitas
katalitik CaO dalam reaksi transesterifikasi minyak kedelai menjadi biodiesel
meningkat dengan penambahan sedikit air dalam metanol .
Mekanisme reaksi transesterifikasi padat dengan katalis basa CaO di dalam
penambahan sedikit air menurut (Fanny, Widdy Andya, Subagjo, dan Prakoso,
Tirto tahun 2012) CaO sebagai katalisis heterogen, dimana O2- bereaksi dengan H+
dari H2O untuk membentuk OH-, direaksikan lebih mudah oleh reaktan pada
2.7. Penyangga
Fungsi yang paling penting dari penyangga adalah menjaga agar luas
permukaan komponen aktif tetap besar. Peran penyangga menjadi sangat penting
dimana logam aktif (Pt) didispersikan di permukaan penyangga.Penyangga sendiri
harus tahan terhadap perubahan termal, sehingga seharusnya mempunyai titik
leleh sedikit di atas komponen aktif. Penyangga dengan luas permukaan yang
besar antara lain: alumina, SiO2, karbon aktif, diatomaceous clay, dan SiO2
Al2O3. Besarnya konsentrasi komponen aktif atau biasa disebut loading juga
mempunyai efek yang signifikan agar penyangga bisa memberikan tingkat
dispersi komponen aktif yang besar.
2.7.1. Oksida dengan titik leleh tinggi sebagai penyangga katalis
Jenis/Sifat
Basa
Amfoter
Netral
Oksida
MgO
CaO
Ca2SiO4
BaO
ThO2
ZrO2
CeO2
Cr2O3
La2O3
-Al2O-3
TiO2
MgAl2O4
MgCr2O4
ZnCr2O4
ZnAl2O4
CaSiO3
Asam
-Al2O-3
SiO2
2318
1973
1818
SiO2-Al2O3
Sumber : Perry,1984
Promotor
SiO2, ZrO, P
Fungsi
Memperbaiki stabilitas
termal
K2O
HCl
Meningkatkan keasaman
MgO
Mencegah sintering
komponen
SiO2-Al2O3
(Katalis Perengkahan)
Zeolit
Pt
Ion alkali (rare earth)
(perengkahan katalitik)
Pt/Al2O3
(hidrotreating)
CO
Meningkatkan keasaman
dan
Pd
Re
(Reformasi katalitik)
MoO3/Al2O3
aktif
Meningkatkan oksidasi
Stabilisasi termal
Meningkatkan hidrogenasi
Mengurangi hidrogenolisis
dan
Ni, Co
sintering
Meningkatkan
hidrogenolisis C-S
P,B
Ni/ceramic
(Reformasi kukus)
dan C-N
Meningkatkan dispersi
MoO3
K Meningkatkan
penghilangan
DAFTAR PUSTAKA
Afriantono E, Liviawaty E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius:
Yogyakarta
Awang-Hazmi ABZ, Zuki MM, Nurdin A,. Jalila, Norimah Y. 2005. Mineral
Composition of the Cokle (Anadara granosa) Shells of West Coast of
Peninsular Malaysia and Its Potential as Biomaterial for Use in Bone
Repair. J Animal and Veterinary Advances 6(5):591-594.
Balamurugan A, Michel J, Faure J, Benhayoune H, Wortham L, Sockalingum G,
Banchet, Bouthors S, Maquin DL, Balossier G. 2006. Synthesis and
Structural Analysis of Sol Gel Derived Stoichiometric Monophasic
Hydroxyapatite Ceramics Silikty 50(1):27-31
Dahlan K, Prasetyanti F, Sari YW. 2009. Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang
Telur Menggunakan Dry Metode. J. Biofisika 5(2):71-78
Anwar I. 2008. Standar deviasi dengan excel.http://nurjaya.wordpress.com [4
April 2011]
Kehoe S, 2008. Optimisation of Hydroxyapatite (HAp) for Orthopaedic
Application via the Chemical Precipitation Technique [Thesis] School of
Mechanical and Manufacturing Engineering Dublin City University
Kumar A Ruban, Kalainathan S. 2008. Growth and characterization of nanocrystalline hydroxyapatite at physiological conditions Res. Technol.
43(6):640 644
Maauof HA, Khalil NM, Beherei HM, Ramadan MH. 2010. Effect of Digestion
Time on The Synthesis of Hydroxyapatite Ceramic Powder Vol. XXII, N 1
Condition
for
Biomedical
Application.
Iranian
diakses
tanggal
http://www.academia.edu/1704225/Katalis_dari_limbah_kerang_batik_phapia_un
dulate_untuk_pembuatan_biodiesel_dari_minyak_kelapa_sawit diakses tanggal 3
September 2013 jam 18.05
http://bkm-pii.blogspot.com/2012/12/biodiesel-adalah-solar-masa-depan.html
akses tanggal 29 agustus 2013 jam 15.00
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=36291&idc=7
diakss tanggal 29 agustus 2013 jam 15.02
di