Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya
hayati yang berupa minyak lemak nabati atau lemak hewani. Senyawa utamanya
berup ester. Ester mempunyai rumus bangun sebagai berikut :

O
R

Gambar 1. Rumus bangun ester


Biodiesel dapat dibuat dari transesterifikasi asam lemak. Asam lemak dari
minyak lemak nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester dan produk
samping berupa gliserin yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi. Biodiesel telah
banyak digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar. Bahan baku biodiesel
dikembangkan tergantung pada sumber daya alam yang dimiliki suatu negara,
minyak kanola di Jerman dan Austria, minyak kedelei di Amerika Serikat, minyak
sawit di Malaysia, dan minyak kelapa di Filipina. Di Indonesia sendiri
mempunyai banyak sekali tanaman penghasil minyak lemak nabati, diantaranya
adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, dan lain-lain.
Beberapa tanaman yang potensial untuk bahan baku biodiesel dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1.Beberapa tanaman penghasil minyak di Indonesia
Nama latin
Elaeis guineensis
Ricinus communis

Nama Indonesia
Kelapa sawit
Jarak (kastroli)

Nama lain (daerah)


Sawit, kelapa sawit
Kaliki, jarag

Jatropha curcas
Ceiba pentandra

Jarak pagar
Kapok

(Lampung)
Randu (Sunda, Jawa)

Chalopyllum inophyllum
Ximena americana

Nyamplung
Bidaro

Nyamplung
Bidaro

(Sumber : Pusat Penelitian Energi ITB)

Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, biodiesel harus
mempunyai kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah satu sifat
fisik yang penting adalah viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri
dapat dijadikan bahan bakar. Namun, viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak
memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar mesin diesel. Perbandingan
sifat fisik dan kimia biodiesel dengan minyak solar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dan solar

Sifat fisik / kimia


Komposisi
Densitas, g/ml
Viskositas, cSt
Titik kilat, oC
Angka setana
Energi yang dihasilkan

Biodiesel
Ester alkil
0,8624
5,55
172
62,4
40,1 MJ/kg

Solar
Hidrokarbon
0,8750
4,6
98
53
45,3 MJ/kg

(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)

Keunggulan utama dari biodiesel itu sendiri adalah emisi pembakarannya


yang ramah lingkungan dikarenan mudah diserap kembali oleh tumbuhan dan
tidak mengandung SOx. Perbandingan dari hasil emisi pembakaran pada biodiesel
dengan minyak solar disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan emisi pembakaran biodiesel dengan solar

Senyawa emisi
SO2, ppm
NO, ppm
NO2, ppm
CO, ppm
Partikulat, mg/Nm3
Benzen, mg/Nm3
Toluen, mg/Nm3
Xilen, mg/Nm3
Etil benzen, mg/Nm3

Biodiesel
0
37
1
10
0,25
0,3
0,57
0,73
0,3

Solar
78
64
1
40
5,6
5,01
2,31
1,57
0,73

(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)

Biodiesel

didefinisikan

sebagai

ester

alkil

(metil,

etil,

isopropil,

dansejenisnya) dari asam-asam lemak (SNI 04-7182-2006). Biodiesel merupakan


hasil reaksi minyak atau asam lemak dengan alkohol dan menghasilkan alkil ester.
Alkilester ini lah yang disebut sebagai biodiesel.

Pemakaian Biodiesel memiliki beberapa keuntungan :


1) Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan
bakunya terjamin
2) Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya
kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin)
3) Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik
Daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin
4)
5)
6)
7)
8)

Dapat diproduksi secara lokal


Mempunyai kandungan sulfur yang rendah
Menurunkan tingkat opasiti asap
Menurunkan emisi gas buang
Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan
biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %
Biodiesel secara umum adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari

bahan terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang
terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas/daur ulang. Bahan baku
biodiesel yang berpotensi besar di Indonesia untuk saat ini adalah minyak mentah
kelapa sawit (Crude Palm Oil atau CPO), dimana produksi kelapa sawit sangat
tinggi di Indonesia.
Biodiesel ini diharapkan dapat menggantikan solar sebagai bahan dasar
mesin diesel.Bila dibandingkan dengan minyak solar yang digunakan pada mesin
diesel, biodiesel lebih menurunkan emisi karbon monoksida, sulfur, hidrokarbon,
dan asap pada keluaran proses. Selanjutnya, pada pembakaran biodiesel tidak
akan menambah tingkat level CO2 pada atmosfer (Setiadi, Budi dan Danu
Bratakusuma. 2010).
Suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang
dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan
berlaku Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel di daerah pemasaran biodiesel
tersebut. Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-047182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional
(BSN) tanggal 22 Februari 2006 (Soerawidjaja,2006). Tabel 4.menyajikan
persyaratan kualitas biodiesel yang diinginkan.

Tabel 4.Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006.


Parameter dan satuannya
Massa jenis pada 40oC, kg/m3
Viskositas pada 40oC,mm2/s(cst)
Angka setana
Titik nyala (mangkok tertutup), oC
Titik kabut, oC
Korosi bilah tembaga (3jam, 50 oC)
Residu karbon, % berat

Batas nilai
850 890
2,3 6,0
Min 51
Min 100
Max 18
Max no 3

Metode uji
ASTM D1298
ASTM D445
ASTM D 613
ASTM D 93
ASTM D2500
ASTM D 130

Metode setara
ISO 3675
ISO 3104
ISO 5165
ISO 2710
ISO 2160
ISO 10370

Dalam contoh asli


Dalam 10% ampas distilasi

Max 0,05

ASTMD 4530

Air dan sedimen, % volume


Temperature distilasi 90 %, oC
Abu tersulfatkan, % berat
Belerang, ppm-b (mg/kg)

Max 0,03
Max 0,05
Max 360
Max 0,02
Max 100

ASTMD 2709
ASTMD 1160
ASTMD 874
ASTMD 5453

ISO 3987
prEN ISO

Fosfor, ppm-b (mg/kg)


Angka Asam, mg- KOH/g
Gliserol bebas, % berat
Gliserol total, % berat
Kadar ester alkil, % berat
Angka iodium, g-I2 / (100g)
Uji halphen

Max 10
Max 0,8
Max 0,02
Max 0,24
Min 96,5
Max 115
Negatif

AOCS Ca 12-55
AOCS Cd3-63
AOCS Ca 14-56
AOCS Ca 14-56
Dihitung
AOCS Cd 1-25
AOCS Cb 1-25

20884
FBI-A05-03
FBI-A01-03
FBI-A02-03
FBI-A02-03
FBI-A03-03
FBI-A04-03
FBI-A06-03

Sumber: data SNI 2006

Parameter yang menunjukkan keberhasilan pembuatan biodiesel dapat


dilihat dari kandungan gliserol total dan gliserol bebas (maksimal 0,24%-b dan
0,02%-b) serta angka asam (maksimal 0,8) dari biodiesel hasil produksi.
Terpenuhinya semua persyaratan SNI-04-7182-2006 oleh suatu

biodiesel

menunjukkan bahwa biodiesel tersebut tidak hanya telah dibuat dari bahan mentah
yang baik, melainkan juga dengan tata cara pemrosesan serta pengolahan yang
baik pula.
2.2. Transesterifikasi
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi lemak atau minyak dengan
alkohol untuk membentuk ester dan gliserol (Fangrui Ma,1999). Reaksi dapat
ditunjukkan oleh gambar di bawah. Sebuah katalis biasanya dipakai untuk
meningkatkan kecepatan reaksi dan hasil. Karena reaksi reversibel, produk yang
diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak

Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:


a) Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
b) Memisahkan gliserol
c) Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi

merupakan

reaksi

eksoterm)
Pada reaksi transesterifikasi, alkohol yang biasa digunakan adalah metanol
dan etanol. Namun, metanol lebih sering digunakan karena mempunyai beberapa
keuntungan, seperti bersifat polar serta rantai alkoholnya yang pendek, harganya
yang relatif lebih murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut
metanolisis). Untuk stokiometri transesterifikasi, perbandingan molar antara
alkohol dan trigliserida adalah 3:1. Dalam prakteknya ratio yang dibutuhkan lebih
tinggi untuk mengatur agar hasil ester menjadi maksimum.
H2C

H2C
H2C

O
O

C
C

R
R

O
H2C O C R
H2C O H
CH3O
O
kalor
HC O C R' + 3 CH3OH
HC O H + CH3O
katalis
O
H2C O C R''
H2C O H
CH3O

Trigliserida metanol

gliserol

O
C R
O
C R'
O
C R''

metil ester

Gambar 2.Reaksi Transesterifikasi

Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya


katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat
(Mittlebatch,2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi
adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Katalis basa
meliputi katalis basa homogen dan katalis basa heterogen .Yang umum digunakan
sebagai katalis homogen adalah NaOH dan KOH. Namun, dibutuhkan air yang
cukup banyak untuk memisahkan katalis dari produk. Oleh karena itu, biaya

pemisahan katalis dari produk akan lebih mahal (Setiadi, Budi dan Danu
Bratakusuma. 2010)
Transesterifikasi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu
gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asamasam lemak ke
dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal
sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya
berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis
yang biasa dipergunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H2SO4, dan katalis
basa NaOH dan KOH.(Indartono., Y.S 2006). Reaksi transesterifikasi merupakan
reaksi utama dalam pembuatan biodiesel. Pada reaksi ini, trigliserida (minyak)
bereaksi dengan metanol dalam katalis basa untuk menghasilkan biodiesel dan
gliserol (gliserin). Sampai tahap ini, pembuatan biodiesel telah selesai dan dapat
digunakan sebagai bahan bakar guna mengurangi pemakaian solar.
2.2.1. Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi
Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu
menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum.
Beberapa kondisireaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel
melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut (Freedman, 1984):
a) Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam
lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan
digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga
jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan
udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
b) Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3
mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkan
konversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum ditunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh
juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang

dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%. Nilai


perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversi yang
maksimum.
c) Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
d) Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi
transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH),
Kalium metoksida ( KOCH3), Natrium Metoksida (NaOCH3). Katalis sejati bagi
reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi akan
menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b
minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak
nabati untuk

natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium

hidroksida.
e) Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati
refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah dihilangkan
getahnya dan disaring.
f) Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65 C (titik
didih metanol sekitar 65 C). Semakin tinggi temperature reaksinya, maka
konversi yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.
Temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi namun
dengan waktu reaksi yang lebih lama.
g) Water Content
Water content merupakan salah satu sifat fisis yang berpengaruh terhadap
persyaratan pemakaian bahan bakar minyak solar dan minyak diesel atau ketel
uap, karena dapat menyebabkan pembakaran yang kurang sempurna. Dan bila
kontak dengan oksida belerang akan menyebaban korosi terhadap logam-logam

dalam ruang bakar. Water content minyak solar max 500 ppm, sedangkan dalam
metil ester yang dihasilkan dari penelitian, air yang terkandung di dalam metil
ester adalah 825,9 ppm. Nilai ini cukup besar sehingga tidak memenuhi standar
spesifikasi minyak diesel. Semakin kecil kadar air yangdi dapat maka mutu dari
metil ester itu sendiri akan semakin baik. Kadar air dapat dihilangkan dengan
jalan pemanasan di atas titik didih air (100o C). Pemanasan dilakukan di dalam
oven dengan temperatur 105 - 110oC selama waktu 2 jam.
2.3. Katalisator
Fungsi katalis adalah untuk mempercepat reaksi serta apabila dalam reaksi
kimia maka katalis itu sendiri tidak mengalami perubahan yang permanen (Ralph
H. Petruci, 1987). Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk. Berdasarkan fasanya, proses katalisis dapat digolongkan menjadi
katalisis homogen dan katalisis heterogen. Katalisis homogen ialah katalis yang
mempunyai fasa sama dengan fasa campuran reaksinya, sedangkan katalisis
heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan campuran reaksinya. Pada
katalis homogen, kecepatan reaksi lebih tinggi dibanding menggunakan katalis
heterogen. Pada katalisis homogen, katalis akan sukar dipisahkan dari produk dan
sisa reaktannya. Sedangkan pada katalisis heterogen pemisahan antara katalis dan
produknya serta sisa reaktan mudah dipisahkan, karena mudah dipisahkan dari
campuran reaksinya dan kestabilannya terhadap perlakuan panas, katalisis
heterogen lebih banyak digunakan dalam industri kimia. Keuntungan lain dari
katalisis heterogen adalah tidak korosif, ramah terhadap lingkungan, memiliki
waktu hidup yang panjang dan dapat memberikan aktifitas dan selektifitas yang
tinggi.
Katalis yang paling umum digunakan dalam pembuatan biodiesel dari
trigliserida adalah katalis basa. Jenis-jenis katalis basa yang dapat digunakan
antara lain : sodium hidroksida, potassium hidroksida dan sodium metoksida.
Katalis jenis basa ini digunakan untuk produksi biodiesel yang berbahan baku
minyak nabati, terutama dengan nilai asam lemak bebas rendah.
Katalis basa bersifat higroskopis atau mudah menyerap air. Katalis basa
menyerap air ketika dilarutkan kedalam alkohol maupun saat disimpan. Jika

penyerapan air terlalu banyak mengakibatkan katalis tidak bekerja optimal dan
biodiesel yang dihasilkan memiliki kandungan total gliserin yang tidak memenuhi
standar.
2.3.1.Katalis Heterogen
Pada Reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan
reaktan. Proses katalitik menggunakan katalis heterogen dalam industri pertama
kali pada tahun 1857, menggunakan Pt untuk mengoksidasi SO 2 menjadi SO3
dalam larutan asam.
Tabel 5. Beberapa contoh katalis heterogen dalam dunia industri

Reaksi
C4H10 Butena dan C4H6 (butadiena)

Katalis
Cr2O3 - Al2O3

CH4 atau hidrokarbon lain + H2O CO Ni support


Pd dalam
+ H2
C2H2 + 2H2 C2H6

Al2O3

atau

padatan

pendukung Ni-Sulfida.
Logam (seperti Pd) pada zeolit

Hidrocraking
CO + 2H2 CH3OH

Promotor ZnO dengan Cr2O3 atau


promoter Cu1 ZnO dengan Cr2O3
atau Al2O3.

(Sumber : Pusat Penelitian Energi ITB)

Mekanisme yang tepat dari katalis heterogen belum dimengerti secara


sempurna. Walaupun demikian tersedianya electron d dan orbital d pada atomatom permukaan katalis memegang peranan penting. Oleh karena itu aktifitas
katalisis heterogen banyak dilakukan pada sejumlah besar unsur peralihan
(transisi) dan senyawa senyawanya.
Aktifitas katalis banyak dilakukan oleh sejumlah besar unsur peralihan
(transisi) dan senyawa senyawanya. Aktifitas katalisis banyak dilakukan oleh
sejumlah besar unsure peralihan (transisi) dan senyawanya. Tersedianya elektron
dan orbital d pada atom-atom permukaan katalis memegang peranan penting.
Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas atau
larutan diadsorpsi kepermukaan katalis.

Mekanisme dari katalis padat dengan reaktan fasa gas, dimana terjadi
pembentukan kompleks reaktan dengan katalis setelah pembentukan produk
menurut Fessenden,1986 adalah sebagai berikut :
1)

Reaktan terbawa oleh aliran gas pembawa sampai kepermukaan luar


partikel katalis.

2)

Difusi reaktan dari permukaan luar masuk melalui pori dalam partikel
katalis.

3)

Reaktan diadsorpsi pada sisi aktif katalis sehingga menimbulkan energi


adsorpsi

4)

Reaksi pembentukan produk antara permukaan sampai terjadinya produk.

5)

Produk didesorpsi dari katalis keluar melalui pori bagian partikel katalis.

6)

Difusi produk menuju permukaan luar partikel katalis.

7)

Produk mengikuti aliran gas pembawa.


Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas

atau larutan diadsorpsi kepermukaan katalis. Tidak semua atom atom permukaan
sama efektifnya sebagai katalis, bagian yang efektif tersebut disebut sisi aktif
katalis. Pada dasarnya, katalis heterogen mencakup:
1) adsorpsi pereaksi
2) difusi pereaksi sepanjang permukaan
3) reaksi pada sisi aktif membentuk hasil reaksi yang diadsorpsi
4) lepasnya (desorpsi) hasil reaksi.
2.4. Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Darah (Anadara granosa)
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang
terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan kedalaman 10 30 m
(Suwignyo et al. 2005). A.granosa dapat hidup di perairan dengan suhu optimum
20-30 C serta salinitas 26-31 ppt (Broom,1985). Berikut klasifikasi kerang darah
menurut Linnaeus (1978) yang diacu dalam Dance,1974.
Filum : Moluska
Kelas : Pelecypoda
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae

Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
Disebut kerang darah karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah
merah/hemoglobin yang disebut bloody cockles, sehingga kerang ini dapat hidup
pada kondisi kadar oksigen yang relatif rendah, bahkan setelah dipanen masih bisa
hidup walaupun tanpa air. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika pedagang
menjual kerang dalam keadaan hidup dengan ciri cangkang tertutup rapat bila
terkena sentuhan. Sedangkan kerang yang mati cangkangnya agak terbuka dan
sedikit menganga yang diikuti oleh bau segar yang perlahan-lahan berganti
dengan bau busuk (amoniak) (PKSPL 2004).
Kerang darah termasuk ke dalam kelas Pelcypoda/Bivalvia yang
kebanyakan hidup di laut terutama di daerah litoral, dasar perairan yang
berlumpur atau berpasir. Pada dasarnya tubuh Pelecypoda ini tertutup dua keping
cangkang yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya hinge ligamen, yaitu
semacam pita elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk. Kedua
keping cangkang pada bagian dalam juga ditautkan oleh satu atau dua buah otot
aduktor yang bekerja secara antagonis dengan hinge ligamen (Suwignyo 1998).
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan ciliary feeder (sebagai deposit
feeder atau filter feeder). Sebagai filter feeder kerang menyaring makanannya
menggunakan insang yang berlubang-lubang. Makanan utamanya adalah
plankton, terutama fitoplankton (Suwignyo,1998).
Kerang darah tersebar luas di wilayah Indo-Pasifik Barat, sebelah utara
Jepang, serta bagian selatan, utara, dan timur Australia (FAO,2012). A. granosa
disebut kerang darah karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah merah
atau haemoglobin yang disebut bloody cockles (Nurjanah et al 2005), sehingga
dapat hidup pada kondisi kadar oksigen yang relatif rendah, bahkan setelah
dipanen masih bisa hidup walaupun tanpa air. Ciri-ciri kerang darah, yaitu
mempunyai 2 keping cangkang yang tebal, kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib,
cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan
sampai coklat kehitaman. Ukuran kerang dewasa 6-9 cm.

Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan
menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada
bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan,
yaitu
A) periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai
pelindung.
B) lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma
C) lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari
lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang
paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan
cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar,
menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada
yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai
banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada
yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki
kerang berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur/pasir. Kerang bernapas
dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaranlembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan
mantel terdapat rongga mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.

Gambar 3. Kerang darah (Anadara granosa)

Populasi kerang darah tertinggi pada umumnya ditemukan di daerah pasang


surut berlumpur lunak yang berbatasan dengan hutan bakau. Kepadatan tertinggi
A. granosa terdapat pada hamparan lumpur pantai tetapi tidak terletak di daerah
mulut atau muara sungai dengan salinitas bervariasi yang dipengaruhi oleh

musim. Kerang darah (Anadara granosa ) termasuk kedalam hewan lunak yang
hidup pada perairan berlumpur, hidupnya dengan cara membenamkan diri di
dalam

lumpur

berpasir

di

daerah

pasang

surut.

Biota

ini

mampu

mengakumulasikan timbal sehingga dapat dimanfaatkan sebagai indikator


pencemaran (Nurdin et.al,2006).
Kerang darah yang hidup pada perairan selama enam bulan panjangnya 4-5
mm, sedangkan kerang yang berada selama satu tahun pada perairan memiliki
panjang 30 mm. Hal tersebut dapat bervariasi tergantung dengan kondisi
lingkungan seperti suhu air, kandungan oksigen terlarut, amonia, dan salinitas
(Broom,1985).
Kerang darah memiliki fungsi ekologi yang sama dengan kerang hijau.
Namun, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat dibanding kerang
hijau yaitu 0,098 mm/hari. Kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan untuk
mencapai tubuh yang berdiameter 4-5 mm. Pertumbuhan kerang darah dapat
diamati dengan melihat pertambahan ukuran cangkang kerang. Bertambahnya
ukuran kerang ditandai dengan bertambahnya garis pertumbuhan. Secara umum
pengukuran panjang merupakan salah satu parameter untuk mengetahui
pertumbuhan kerang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerang
yaitu musim, suhu, makanan, salinitas dan faktor kimia air lainnya yang berbedabeda pada masing-masing daerah. Pada tahun 1989, produksi kerang darah di
Riau baru mencapai 5.871,7 ton. Sedangkan pada tahun 1993 sudah mencapai
10.544,1 ton. Ini berarti terjadi peningkatan produksi kerang darah pertahun
sebesar 16,6 % (DKP,1994).
Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada
bulan Agustus/September. Hewan ini termasuk hewan berumah dua. Kematangan
gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan
berumur kurang dari satu tahun. Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang
yang mempunyai nilai ekonomis penting. Kerang darah mempunyai rasa yang
gurih karena mengandung lemak dan kadar protein yang tinggi. Namun,
pemanfaatan kerang saat ini masih terbatas dalam pengelolaannya sebagai bahan
baku konsumsi ataupun pemanfaatan dalam bentuk lainnya.

Pengolahan

kerang

darah

dilakukan

dengan

cara

pengawetkan,

penggaraman dan pengeringan. Pengawetan tersebut bertujuan untuk menghambat


dan

mencegah

terjadinya

kerusakan/mempertahankan

mutu, menghindari

terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan serta penyimpanan.


2.4.1. Komposisi Kimia Kerang Darah (Anadara granosa)
Komposisi kimia kerang sangat bervariasi tergantung pada spesies, jenis
kelamin, umur, dan habitat. Pada umumnya kerang kaya akan asam suksinat, asam
sitrat, asam glikolat yang erat kaitannya dengan cita rasa dan memberikan energi
sebagai kalori. Selain itu kerang juga mengandung enzim tiaminase dalam jumlah
yang besar sehingga dapat merusak vitamin B1 bila dikonsumsi dalam keadaan
mentah. Tiaminase dapat diinaktifkan dengan pemanasan atau pemasakan (OFCF,
1987). Kualitas dan keamanan konsumsi dari produk-produk perikanan
merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan dalam hubungannya
dengan dibukanya perdagangan bebas, karena menyangkut kepercayaan
konsumen dalam dan luar negeri terhadap produk yang dihasilkan (Murtini dan
Ariyani, 2005).
Kandungan nutrisi kerang sangat mempengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat.Permintaan berbagai jenis kerang terus mengalami peningkatan,
sehingga diperlukan tindakan nyata dari berbagai pihak untuk mencapai target
konsumsi kerang. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengetahui komposisi kimia pada daging kerang, sehingga diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna mengenai kandungan-kandungan gizi kerang
(Jacoeb et al.,2008). Komposisi mineral kerang secara umum dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi mineral kerang (dalam 100 g)
Komponen
Natrium (mg)
Kalium (mg)
Kalsium (mg)
Magnesium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Seng (mg)

Jumlah
313,650
227,800
28,050
31,450
242,250
5,712
2,269

Tembaga (mg)

0,127

Sumber : USDA (2006)

Komposisi kimia dari kerang darah dapat dinyatakan dalam presentase dari
unsur-unsur air, abu, protein, dan lemak. Komposisi kimia bahan baku sangat
bervariasi tergantung pada ukuran, jenis kelamin, tingkat kematangan seksual,
maupun waktu penangkapan biota. Komposisi komposisi kimia yang terkandung
didalam kerang dari berbagai hasil penelitian (menurut Nurjanah , Zulhamsyah
dan Kustiyariyah, 2005) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Komposisi kimia kerang

Komposisi kimia

Daluningrum

Nurjanah

et

Kadar air
Kadar protein
Kadar abu
Kadar lemak
Kadar karbohidrat

(2009)
81,81% (bb)
11,84% (bb)
2,00% (bb)
0,6% (bb)
3,75% (bb)

(2005)
74,37 % (bb)
19,48 % (bb)
2,24 % (bb)
2,50 % (bb)
1,41 % (bb)

al. Yusefi (2011)


80,43 % (bb)
9,72 % (bb)
1,90 % (bb)
3,85 % (bb)
4,10 % (bb)

Sumber : USDA (2006)

2.5. Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau
yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar
dan juga sebagai bahan additif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara
alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap
metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol
tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi
karbon dioksida dan air. Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan
membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:
2 CH3OH + 3O2 2 CO2 + 4H2O
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera
akibat api yang tak terlihat. Karena sifatnya yang beracun, metanol sering

digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan


industri. Penambahan racun ini akan menghindarkan industri dari pajak yang
dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras
(minuman beralkohol).
Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu
merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan
melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam
tungku untukmembentuk gas hidrogen dan karbon monoksida, kemudian, gas
hidrogen dan karbon monoksida bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan
katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermik
dan tahap sintesisnya adalah eksotermik .
2.5.1 Sifat - Sifat Metanol
Seperti senyawa kimia lainnya, metanol memiliki sifat fisika dan kimia.
Sifat fisika dan kimia dan methanol itu sendiri dapat kita lihat pada tabel yang
ditunjukkan di bawah ini :

Tabel 8.Sifat Sifat Fisika dan Kimia Metanol (Perry, 1984)

Massa molar
Wujud cairan
Specific gravity
Titik leleh
Titik didih
Kelarutan dalam air
Keasaman (p Ka)

32.04 g/mol
tidak berwarna
0.7918
-97 C, -142.9 F (176 K)
64.7 C, 148.4 F (337.8 K)
sangat larut
~ 15.5

Sumber : Perry, 1984

2.5.2.Kegunaan Metanol
Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam,
dikarenakan metanol tidak mudah terbakar dibandingkan dengan bensin.Metanol
campuran merupakan bahan bakar dalam model radio kontrol.Salah satu
kelemahan metanol sebagai bahan bakar adalah sifat korosi terhadap beberapa

logam, termasuk aluminium. Metanol, merupakan asam lemah, menyerang lapisan


oksida yang biasanya melindungi aluminium dari korosi:
6 CH3OH + Al2O3 2 Al(OCH3)3 + 3 H2O
Ketika diproduksi dari kayu atau bahan oganik lainnya, metanol organik
tersebut merupakan bahan bakar terbarui yang dapat menggantikan hidrokarbon.
Namun mobil modern pun masih tidak bisa menggunakan BA100 (100%
bioalkohol) sebagai bahan bakar tanpa modifikasi. Metanol juga digunakan
sebagai solven dan sebagai antifreeze , dan fluida pencuci kaca depan mobil.
Penggunaan metanol terbanyak adalah sebagai bahan pembuat bahan kimia
lainnya. Sekitar 40% metanol diubah menjadi formaldehyde, dan dari sana
menjadi berbagai macam produk seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan
tekstil. Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah kecil metanol
digunakan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi
bakteri, yang mengubah nitrat menjadi nitrogen. Bahan bakar direct- methanol
unik karena suhunya yang rendah dan beroperasi pada tekanan atmosfer, ditambah
lagi dengan penyimpanan dan penanganan yang mudah dan aman membuat
methanol dapat digunakan dalam perlengkapan elektronik.
2.6.

Kalsium oksida, CaO


Nama lain dari Kalsium oksida adalah lime, caustic, quicklime atau

gamping. CaOmerupakan oksida basa yang didapat dari batuan gamping dimana
terkandung kalsium oksida sedikitnya 90% dan magnesia 0-5%, kalsium karbonat,
silika, alumina, feri oksida terdapat sedikit sebagai ketidakmurnian.
Ditinjau dari komposisinya, ada beberapa jenis gamping. Gamping hidraulik
didapat dari pembakaran batu gamping yang mengandung lempung, gamping
berkadar kalsium tinggi lebih dimanfaatkan didalam reaksi kimia. Gamping
dolomit yang biasanya 35-45% CaO dan 10-25% MgO. Kalsium karbonat dan
juga magnesium didapat dari endapan batu gamping marmer, kapur (chalk),
dolomit atau kulit kerang. Untuk tujuan penggunaan kimia, biasanya batu
gamping yang agak murni lebih disukai sebagai bahan awal, karena dapat
menghasilkan gamping berkadar kalsium tinggi.

Sebagaimana ditunjukkan dibawah ini reaksi kalsinasi tersebut bersifat


dapat balik. Pada suhu dibawah 650oC tekanan keseimbangan CO2 hasil
dekomposisi cukup rendah. Akan tetapi suhu antara 650 dan 900 oC, tekanan
dekomposisi itu cukup meningkat (Austin, 1984).
Kalsinasi CaCO3 pada suhu 900oC . Reaksinya :
CaCO3 (p)

CaO (p) + CO2(g)

CaO (Massa relatif 56,08 g/mol) memilki sifat higroskopis, titik lelehnya
2600oC dan titik didihnya 2850oC, tidak larut dalam HCl, struktur kristalnya
oktahedral, memiliki luas permukaannya 0,56 m2/g (West, 1984). CaO biasanya
digunakan sebagai mortar, industri pupuk, industri kertas, industri semen, pemutih
(bleaching) dan sebagai katalis (Austin, 1984 ; Liu, 2008). CaO memiliki sisi-sisi
yang bersifat basa dan CaO telah diteliti sebagai katalis basa yang kuat dimana
untuk menghasilkan biodiesel menggunakan CaO sebagai katalis basa mempunyai
banyak manfaat, misalnya aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang rendah, masa
katalis yang lama, serta biaya katalis yang rendah. Reddy menghasilkan biodiesel
dengan menggunakan nano kalsium oksida dalam kondisi suhu kamar.
Tetapi kecepatan reaksi begitu lambat dan membutuhkan 6-24 jam untuk
memperoleh konversi (hasil) yang tinggi. Dia juga telah meneliti deaktivitasi
setelah tiga kali siklus dengan asam lemak. Zhu memperoleh 93% hasil dari
minyak jarak pagar menggunakan CaO sebagai katalis tetapi katalis tersebut harus
direaksikan dengan larutan amonium karbonat dan dikalsinasi pada suhu yang
tinggi (Liu, 2008).
Air menyebabkan peningkatan aktivitas dan selektivitas alkohol aseton
ketika MgO digunakan sebagai basa (Zhang et al,1988). Mereka menduga bahwa
ion OH- merupakan sisi aktif dalam adisi aldol pada aseton. Baru baru ini aktivitas
katalitik CaO dalam reaksi transesterifikasi minyak kedelai menjadi biodiesel
meningkat dengan penambahan sedikit air dalam metanol .
Mekanisme reaksi transesterifikasi padat dengan katalis basa CaO di dalam
penambahan sedikit air menurut (Fanny, Widdy Andya, Subagjo, dan Prakoso,
Tirto tahun 2012) CaO sebagai katalisis heterogen, dimana O2- bereaksi dengan H+
dari H2O untuk membentuk OH-, direaksikan lebih mudah oleh reaktan pada

reaksi kimia. Kemudian OH- direaksikan dengan H+ dari metanol untuk


membentuk metoksi anion dan Air. Metoksi anion merupakan sisi aktif.
Mekanisme transesterifikasi gliserida untuk menghasilkan biodiesel menurut
Liu,2008 yaitu :
1) Metoksi anion meyerang karbon yang terikat dengan karbonil dari molekul
trigliserida untuk membentuk zat antara tetrahedral
2) Tetrahedral intermediate mengambil H+ dari CaO .Tetrahedral metoksi juga
dapat bereaksi dengan metanol untuk membentuk metoksi anion
3) Langkah terakhir adalah pengaturan kembali zat antara tetrahedral yang
akan menghasilkan biodiesel dan gliserol.
Beberapa keuntungan dari penggunaan CaO sebagai katalis:
1. Murah dan mudah di dapat
2. Mudah dipisahkan dari produk
3. Yield yang dihasilkan tinggi

Gambar 4. Mekanisme reaksi transesterifikasi basa heterogen dengan katalis CaO

2.7. Penyangga
Fungsi yang paling penting dari penyangga adalah menjaga agar luas
permukaan komponen aktif tetap besar. Peran penyangga menjadi sangat penting
dimana logam aktif (Pt) didispersikan di permukaan penyangga.Penyangga sendiri
harus tahan terhadap perubahan termal, sehingga seharusnya mempunyai titik
leleh sedikit di atas komponen aktif. Penyangga dengan luas permukaan yang
besar antara lain: alumina, SiO2, karbon aktif, diatomaceous clay, dan SiO2
Al2O3. Besarnya konsentrasi komponen aktif atau biasa disebut loading juga
mempunyai efek yang signifikan agar penyangga bisa memberikan tingkat
dispersi komponen aktif yang besar.
2.7.1. Oksida dengan titik leleh tinggi sebagai penyangga katalis
Jenis/Sifat
Basa

Amfoter

Netral

Oksida
MgO
CaO
Ca2SiO4
BaO
ThO2
ZrO2
CeO2
Cr2O3
La2O3
-Al2O-3
TiO2
MgAl2O4
MgCr2O4
ZnCr2O4
ZnAl2O4
CaSiO3

Titik leleh (oC)


3073
2853
2407
2196
2988
2873
2708
2588
2318
2113
2408
2300
2173
2100
1813

Asam

-Al2O-3
SiO2

2318
1973
1818

SiO2-Al2O3
Sumber : Perry,1984

2.8. Promotor (Promoter)


Tujuan pemberian promotor ini adalah untuk menghasilkan aktifitas,
selektifitas, dan efek stabilitas yang diinginkan. Promotor didesain untuk
membantu penyangga atau komponen aktif. Salah satu peran penting dari
promotor adalah dalampengendalian stabilitas katalis. Beberapa kasus lain,
promotor ditambahkan ke dalam struktur katalis atau penyangga untuk
menghambat mekanisme reaksi tertentu yang tidak diinginkan,seperti
pembentukan karbon (coke).
2.8.2. Contoh promotor katalis dalam beberapa proses
Katalis
Al2O3

Promotor
SiO2, ZrO, P

Fungsi
Memperbaiki stabilitas
termal

K2O

(Penyangga dan Katalis)


Meracuni situs coking

HCl

Meningkatkan keasaman

MgO

Mencegah sintering
komponen

SiO2-Al2O3
(Katalis Perengkahan)
Zeolit

Pt
Ion alkali (rare earth)

(perengkahan katalitik)

Pt/Al2O3

(hidrotreating)

CO
Meningkatkan keasaman
dan

Pd
Re

(Reformasi katalitik)
MoO3/Al2O3

aktif
Meningkatkan oksidasi

Stabilisasi termal
Meningkatkan hidrogenasi
Mengurangi hidrogenolisis
dan

Ni, Co

sintering
Meningkatkan
hidrogenolisis C-S

P,B
Ni/ceramic

(Reformasi kukus)

dan C-N
Meningkatkan dispersi
MoO3
K Meningkatkan
penghilangan

DAFTAR PUSTAKA
Afriantono E, Liviawaty E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius:
Yogyakarta
Awang-Hazmi ABZ, Zuki MM, Nurdin A,. Jalila, Norimah Y. 2005. Mineral
Composition of the Cokle (Anadara granosa) Shells of West Coast of
Peninsular Malaysia and Its Potential as Biomaterial for Use in Bone
Repair. J Animal and Veterinary Advances 6(5):591-594.
Balamurugan A, Michel J, Faure J, Benhayoune H, Wortham L, Sockalingum G,
Banchet, Bouthors S, Maquin DL, Balossier G. 2006. Synthesis and
Structural Analysis of Sol Gel Derived Stoichiometric Monophasic
Hydroxyapatite Ceramics Silikty 50(1):27-31
Dahlan K, Prasetyanti F, Sari YW. 2009. Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang
Telur Menggunakan Dry Metode. J. Biofisika 5(2):71-78
Anwar I. 2008. Standar deviasi dengan excel.http://nurjaya.wordpress.com [4
April 2011]
Kehoe S, 2008. Optimisation of Hydroxyapatite (HAp) for Orthopaedic
Application via the Chemical Precipitation Technique [Thesis] School of
Mechanical and Manufacturing Engineering Dublin City University
Kumar A Ruban, Kalainathan S. 2008. Growth and characterization of nanocrystalline hydroxyapatite at physiological conditions Res. Technol.
43(6):640 644
Maauof HA, Khalil NM, Beherei HM, Ramadan MH. 2010. Effect of Digestion
Time on The Synthesis of Hydroxyapatite Ceramic Powder Vol. XXII, N 1

Faculty of Science, Sebha University, Sebha, Libya, National Research


Centre, Cairo, Egypt
Manafi AM, Joughehdoust S. 2009. Synthesis of Hydroxyapatite Nanostructure by
Hydrothermal

Condition

for

Biomedical

Application.

Iranian

Pharmaceutechal Science 5(2):89-94


Marzuki. 2006. Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah Anadara
antiquata L. (Bivalvia: Arcidae) di teluk sungai Pisang, kota Padang,
Sumatera Barat. Makara Sains 10 (2): 96-100
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Mollazadeh S, Javadpour J, Khavandi A. 2007. In Situ Synthesis and
Characterization of Nano-size Hydroxyapatite in Poly (vinyl alcohol)
Matrix 33:1579-1583
Nurdin J, Marsurin N, Izmiarti, Asmara A, Deswandi R, Marjuki J. 2006.
Kepadatan populasi dan kerang darah Anadara antiquata L. (Bivalvia:
Arcidae) di teluk sungai Pisang, kota Padang, Sumatera Barat. Makara
Sains 10 (2): 96-101
Nurjanah, Zulhamzah, Kustiyariyah,.2005. Kandungan Mineral dan Proksimat
Kerang Darah (Anadara granosa) yang diambil dari Kabupaten Boalemo,
Gorontalo. Bulletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VIII Nomor 2
OFCF.1987. Pengolahan Hasil-hasil Perikanan.Overseas Fishery Cooperation
Foundation. Tokyo.
Prabakaran K, Balamurungan A, Rajeswari S. 2005. Development of Calcium
Phosphate Based Apatie From Hens Eggshell. Bull. Matar. Sci 28:115-119
Prasustyane A. 2009. Karakteristik Asam Lemak dan Kolesterol Kijing Lokal
(Pilsbryoconcha exillis) dari Situ Gede Bogor Akibat Proses Pengukusan.
[Skripsi] Bogor : Institut Pertanian Bogor
PKSPL. 2004. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Perikanan (Kerang darah)
di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Kerjasama BAPPEDA
dan PKSPL. Laporan Penelitian.

Riyani E, Maddu A, Soejoko DJ. 2005. Karakterisasi Senyawa Kalsium Fosfat


Karbonat Hasil Pengaruh Penambahan ion F- dan Mg2+. J. Biofisika 1:8289
Salas J, Benzo Z, Gonzalez G. 2004. Synthesis of Hydroxyapatite by
Mechanochemical Transformation. Revista Latinoamericana de Metalurgia
y Materials 24(1):12-16
Sasikumar S, Vijayaraghavan R. 2006. Low Temperature Syntesis of
Nanocrystaline Hydroksiapatite from Egg Shells by Combustion Method.
Trens Biomater.Artif.Organs 19(2):70-73
Soejoko DJ, Wahyuni S. 2002. Spektroskopi Infra Merah Senyawa Kalsium
Fosfat Hasil Presipitasi. Makara Sains Vol. 6 No. 3
Sopyana I, Mel M, Ramesh S, Khalidd KA. 2007. Porous Hydroxyapatite for
Artificial Bone Applications, Science and Technology of Advanced
Materials (8):116123
Teixeira S, Rodriguez MA, Pena P, Monteiro FJ. 2008. Physical Characterization
of Hydroxyapatite Porous Scaffolds for Tissue engineering Instituto de
Engenharia Biomdica, Diviso de Biomateriais; Universidade do Porto,
Rua do Campo Alegre 823 (4):150-180
Thamaraiselvi TV, Prabakaran K, Rajeswari S. 2006. Synthesis of Hydroxyapatite
that Mimic Bone Mineralogy. Trends Biomater. Artif. Organs, 19(2):81-83
Trisnobudi A, Hoei TL, Nugraha ER. 2001. Pengukuran rendemen tebu
menggunakan gelombang ultrasonik. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
12 (1): 56-78
Umbara H, Suseno H. 2006. Faktor akumulasi 210 Pb oleh kerang darah
(Anadara granosa) [makalah]. Pusat teknologi limbah radioaktif, BATAN
Vazquez, GuzmanC, Barba C, Pina, Munguia N. 2005. Stoichiometric
hydroxyapatite obtained by precipitation and sol
Yulianda, F.2003. Beberapa aspek biologi reproduksi keong macan (Babylonia
spirata, L) [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
http://chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel.html
September 2013 jam 18.00

diakses

tanggal

http://www.academia.edu/1704225/Katalis_dari_limbah_kerang_batik_phapia_un
dulate_untuk_pembuatan_biodiesel_dari_minyak_kelapa_sawit diakses tanggal 3
September 2013 jam 18.05
http://bkm-pii.blogspot.com/2012/12/biodiesel-adalah-solar-masa-depan.html
akses tanggal 29 agustus 2013 jam 15.00
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=36291&idc=7
diakss tanggal 29 agustus 2013 jam 15.02

di

Anda mungkin juga menyukai