Anda di halaman 1dari 8

Makalah Seminar Kerja Praktek

SISTEM CONTROL VALVE PADA AFTERCOOLER (E-103)


DI PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG
Sigit Wisnu Habsoro.1, Dr. Ir. Joko Windarto, MT.2
1
Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Abstrak
PT Geo Dipa Energi berdiri pada tanggal 5 Juli 2002. Perusahaan ini merupakan salah satu pengelola
panas bumi yang memanfaatkannya sebagai salah satu sumber tenaga pembangkit listrik. Cakupan kegiatan yang
dijalaninya mulai dari tahap eksplorasi, eksploitasi lahan penghasil panas bumi, pembangunan sarana pembangkit
(Power Plant) hingga menyalurkan hasil olahan panas bumi menjadi energi listrik ke jaringan transmisi listrik
interkoneksi Jawa Madura Bali (Jamaba).
Pada PLTP dihasilkan sisa dari proses produksi berupa air. air akan diinjeksikan kembali ke bumi melalui
peralatan-peralatan salah satunya adalah control valve. Alat ini berfungsi untuk menutup/membuka control valver
(variabel yang diatur) pada vessel Aftercooler dengan pengaturan setpoint. Ketika setpoint yang diinginkan adalah
40%, maka sinyal dari level transmitter (4-20 mA) ditransmisikan ke valve melalui DCS akan memerintahkan
control valve untuk membuka valve bila melebihi kapasitas 40%. Dari setpoint tersebut valve akan membuka laju
alir fluida sesuai presentase perbandingan kenaikan level setelah melewati level 40%. Pada E-103 tipe yang
digunakan untuk control valve adalah global valve, karakteristik alirannya linear, prinsip kerja air to open, jadi jika
ada udara bertekanan disupply, valve baru dapat membuka sesuai setpoint operasi operator (normally closed).
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang sistem control valve. Dengan laporan ini, para
mahasiswa dapat belajar jenis dan prinsip kerja control valve pada Aftercooler E-103.
Kata kunci : control valve pada Aftercooler E-103 , setpoint, global valve

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara
yang mempunyai sumber daya alam yang
melimpah, salah satunya minyak bumi yang
diolah untuk digunakan sebagai bahan bakar.
Namun dengan berkembangnya dunia industri,
bahan bakar minyak menjadi dilema, karena
kandungan minyak bumi di dunia semakin
menipis seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu perlu
adanya bahan bakar alternatif, yaitu panas bumi.
Pemanfaatan energi panas bumi secara
umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu pemanfaatan
tidak langsung dan pemanfaatan langsung.
Pemanfaatan tidak langsung yaitu adalah
memanfaatkan energi panas bumi untuk
pembangkit listrik. Sedangkan pemanfaatan
langsung yaitu memanfaatkan secara langsung
panas yang terkandung pada fluida panas bumi
untuk berbagai keperluan. Selain temperatur,
faktor-faktor lain yang dipertimbangkan dalam

memutuskan apakah suatu sumber daya panas


bumi tepat dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik adalah sebagai berikut :

Sumber daya mempunyai kandungan


panas atau cadangan yang besar
sehingga mampu memproduksi uap
untuk jangka waktu yang cukup lama,
yaitu sekitar 25-30 tahun.
Reservoirnya tidak terlalu dalam, tidak
lebih dari 3 km.
Sumber daya panas bumi terdapat di
daerah yang relatif tidak sulit dicapai.
Energi panas bumi relatif tidak
menimbulkan polusi.

PT. GEO DIPA ENERGI yang terletak


di Dieng merupakan salah satu pembangkit yang
memanfaatkan panas bumi sebagai penggerak
turbin, kemudian turbin digunakan untuk
memutar generator sehingga menghasilkan daya
listrik sebesar 60 MW.

1.2 Batasan Masalah


Pada laporan kerja praktek ini
permasalahan hanya dibatasi pada gambaran
umum tentang prinsip kerja dan peran
komponen sistem control valve pada Aftercooler
(E-103) di PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng.
1.3 Tujuan
1. Untuk menerapkan teori yang selama ini
telah didapatkan di bangku kuliah.
2. Mengetahui dan
memahami
proses
produksi listrik pada Pembangkit Listrik
Panas Bumi (PLTP) di PT. Geo Dipa
Energi.
3. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan
mempelajari prinsip kerja dari Sistem
Control Valve pada Aftercooler (E-103) di
PT. Geo Dipa Energi.
4. Mengamati secara langsung rancangan
peralatan-peralatan yang digunakan, sistem
produksi, dan sistem pembangkitan
khususnya di divisi Power Plants.

II. LANDASAN TEORI


2.1 Peralatan-Peralatan Penting di PT Geo
Dipa Energi Unit Dieng
2.1.1

Well Pad (sumur produksi)


Sumur untuk memproduksi uap yang
akan digunakan pada pembangkit listrik tenaga
panas bumi sebagai sumber energy untuk
menghasilkan listrik pada sistem PLTP. PLTP
Dieng memiliki 4 injeksi sumur produksi.
Lokasi yang paling jauh adalah well pad 7 yang
mempunyai 3 sumur pengeboran. Lokasi yang
paling dekat adalah well pad 26 yang
mempunyai 2 buah sumur pengeboran. Well pad
9 dan well pad 31 yang berada pada lokasi yang
berdekatan. Well pad 9 mempunyai 2 sumur
pengeboran, sedangkan well pad 31 mempunyai
1 sumur pengeboran.
2.1.2

Rock Muffler
Rock Muffler merupakan unit proses
produksi yang berfungsi meredam suara dan
melepas uap untuk menjaga tekanan uap agar
tetap stabil yaitu pada nilai 9.8 bar. Fungsi lain
dari rock muffler adalah sebagai proteksi bila
terjadi kerusakan di power plant yaitu dengan
cara membuang uap yang berasal dari well pad
ke atmosfer. Kontruksinya berupa tabung yang

berjajar 4 buah didalamnya terdapat katup untuk


mengontrol jumlah uap yang dikontrol dari
ruang kontrol Power Plant.
2.1.3

Scrubber
Scrubber (steam purifier) merupakan
unit yang berfungsi memisahkan uap dan air
melalui pipa sebelum masuk turbin. Kontruksi di
dalamnya terdapat sekat-sekat untuk menahan
air. Hasil uap yang masih mengandung butiran
butiran air yang kemudian dan dipisahkan lagi
melalui Demistor untuk memperoleh uap yang
kering. Sistem kerja Demistor hampir sama
dengan Scrubber tetapi dengan ukuran dan
dimensi yang lebih kecil. Demistor merupakan
pemisah terakhir sebelum masuk main stop
valve (katup utama).
2.1.4

Main Stop Valve


Merupakan unit proses produksi yang
terletak pada jalur pipa utama ke turbin sebagai
katup utama yang berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran uap yang akan masuk ke dalam
control valve kemudian menuju ke turbin uap.
2.1.5

Control Valve dan Stop Valve


Setelah keluar dari Main Stop Valve,
maka uap kering dengan tekanan 9.8 bar akan
melalui Control Valve (CV) yang masingmasing ada 2 (CV 1 dan CV2) dan Stop Valve
(SV) yang jumlahnya masing-masing 2 (SV 1
dan SV 2). Karena uap tersebut akan dialirkan
menuju pipa yang mana kedua ujungnya akan
berhubungan langsung dengan turbin uap.
Sehingga turbin uap digerakkan oleh uap dari
dua sisi yang berbeda.
2.1.6

Turbin Uap
Suplai uap turbin dipengaruhi oleh:
diameter roda turbin, jumlah tingkat panjang
sudu, dan penampang bagian-bagian yang
menghantar uap. Bagian turbin yang berputar
disebut rotor atau roda turbin, sedangkan bagian
yang tidak berputar disebut stator atau rumah
turbin.
Prinsip kerja turbin adalah sudu turbin
pada rotor dan fluida kerja yang mengalir
melalui ruang diantara sudu turbin sehingga
rotor berputar dan menghasilkan gaya yang
berputar pada sudu. Gaya yang ditimbulkan
terjadi karena perubahan momentum pada fluida

kerja tersebut. Pada pengoperasian, putaran


turbin harus konstan walaupun pada saat
pembebanan. Agar putaran turbin konstan
diperlukan katup yang dinamakan gate valve
yang berfungsi mengatur tekanan uap yang
masuk ke dalam turbin sehingga menghasilkan
kerja maksimal. Turbin uap yang digunakan
memiliki daya sebesar 60MW dengan putaran
3000 rpm.

Condensor
Condensor adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengkondensasi uap keluaran
dari turbin dengan temperature sekitar 33o C dan
kondisi tekanan udara vakum. Uap keluaran dari
turbin masuk dari sisi kondensor, kemudian
mengalami
kondensasi
sebagai
akibat
penyerapan panas oleh air pendingin yang
diinjeksikan.

2.1.7

2.1.10 Ejector
Ejector merupakan salah satu bagian
terpenting dari Power Plant. Ejector berfungsi
untuk mengkondisikan Main Condensor agar
dalam kondisi vacum sehingga mempermudah
proses kondensasi uap dari turbin. Ejector
menghisap
keluar
gas
yang
tidak
dikondensasikan (NCG) untuk dikondensasi
ulang didalam Intercondenser dan Aftercooler
bersama dengan sebagian uap panas yang tidak
masuk ke dalam turbin. Pada Power Plant ini
mempunyai 2 unit sistem ejector yaitu :
1. Ejector step 1 untuk menghisap NCG
dan uap panas untuk masuk ke dalam
Intercooler.
2. Ejector step 2 untuk menghisap sisa
NCG pada Intercondensor untuk masuk
ke Aftercooler bersamaan dengan sisa
uap panas yang ada.

Generator Sinkron
Generator berfungsi sebagai alat
pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga
putaran yang diperoleh dari turbin uap. Tenaga
penggeraknya berasal dari uap kering. Generator
di PLTP Dieng yang memiliki daya sebesar 60
MW digunakan untuk pemakaian sendiri sebesar
2,1 MW dengan tegangan keluaran sebesar 15
KV. Melalui trafo step up milik PLN, tegangan
15 kV dinaikkan menjadi 150 kV kemudian
ditransmisikan melalui jaringan 150 kV yang
dihubungkan pararel dengan pembangkit lain.
2.1.8

Transformator
Transformator adalah peralatan listrik
yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan. Pada PLTP Dieng
terdapat 5 buah transformator dengan spesifikasi
sebagai berikut:
1. Autotransformator 150 kV/ 15 kV dan 15
kV/150 kV
Transformator milik PLN yang berada di
power plant PLTP Dieng ini berfungsi
ganda, yaitu:
a. Trafo Step Down 150 kV/ 15 kV
Saat tegangan 150 kV dari jaringan
transmisi PLN digunakan untuk
menyuplai
pembangkit,
maka
tegangan perlu diturunkan menjadi
15 kV.
b. Trafo Step Up 15 kV/150 kV
Saat tegangan 15 kV yang dihasilkan
PLTP akan disalurkan ke jaringan
transmisi 150 kV, maka tegangan
perlu dinaikkan menjadi 150 kV.
2. Transformator Step Down 15 kV/ 6 kV
3. Transformator Step Down 15 kV/ 380 V
sebanyak 2 buah
4. Transformator Step Down 6 kV/ 250 V

2.1.9

2.1.11 Aftercooler E-103 dan Intercondensor


E-104
Kedua alat ini mempunyai fungsi dan
sistem kerja yang sama. Keduanya berfungsi
membantu pengkondensian uap dan NCG. Uap
berasal dari sebagian uap panas yang tidak
masuk ke turbin, sehingga akan dialirkan ke
ejector step 1 dan ke ejector step 2. Melalui
ejector step 1, uap panas dan NCG akan
mengalami kondensasi di Intercondensor. Uap
dan NCG akan disemprot dengan air suhu
rendah yang berasal dari Cooling Tower untuk
membantu proses pengkondensian uap dan
NCG. Sisa kondensasi di Intercondenser berupa
NCG akan dihisap oleh ejector step 2 bersama
sebagian uap panas akan masuk ke Aftercooler
untuk dilakukan proses yang yang sama seperti
di Intercondensor.

2.1.12 Hotwell Pump


Pompa ini penggunaannya sangat vital
pada Power Plant. Pompa ini berhubungan
langsung dengan Main Condenser yaitu untuk
mengalirkan kondensat dengan suhu 33o C untuk
di 5.400.000 liter membutuhkan pompa dengan
kapasitas
yang
sangat
besar
untuk
memindahkannya, apalagi suplai uap dari Turbin
berjalan terus menerus sehingga untuk menjaga
agar Main Condenser tetap vakum (dengan
ketinggian air sekitar 40% dari volume total)
maka kondensat harus dipindahkan, hal ini
dilakukan karena uap yang dikondensasi akan
menambah volume kondensat.
2.1.13 Cooling Tower
Colling tower juga berfungsi sebagai
unit pembuangan akhir yang berupa uap atau gas
(Non Condensable Gas) yang sudah tidak
membahayakan bagi lingkungan. Cooling Tower
yang digunakan adalah tipe counter flow yang
terdiri atas 9 sel dan setiap sel memiliki 2 buah
fan.
2.1.14 Well Injection Pad
Well Injection Pad merupakan sumur
yang berfungsi menginjeksikan cairan ke dalam
tanah yang berasal dari sisa hasil pemisahan
produksi uap di PLTP.
III. SISTEM CONTROL VALVE PADA
AFTERCOOLER (E-103) DI PT GEO
DIPA ENERGI UNIT
3.1. Komponen kontrol yang terdapat dalam
system automatic control valve pada
Aftercooler (E-103).
Komponen kontrol yang terdapat dalam
system automatic control valve pada Aftercooler
(E-103) di PT Geo Dipa Energi Unit Dieng,
adalah :

Level Transmitter
Level Switch
DCS (Distributed Control System)
Control Valve

3.2. Level Transmitter


Level transmitter adalah sebuah alat
yang memanfaatkan asas bahan apung sederhana
untuk mendeteksi dan mengkonversi perubahan

level zat cair. Pada E-103, level transmitter yang


digunakan merupakan tipe sensor Linear
Variable Differential Transformer (LVDT).
Secara umum LVDT bekerja karena adanya
perbedaan medan magnet.

Gambar 3.1 Level Transmitter

Prinsip kerja Level Transmitter yaitu,


Ketika level cairan (berupa air) di vessel (E-103)
di setpoint (40%), maka pada saat level cairan
vessel mengalami kenaikan (>40%), secara
sederhana batang yang berada di dalam external
cage, akan mengalami gerakan naik secara linear
sesuai level cairan pada vessel, sehingga range
spring akan menekan ke atas dan menggerakkan
batang besi (inti magnet). Akibat adanya
gerakan yang ditimbulkan oleh inti magnet,
maka terjadi GGL induksi.
Pada level transmitter arus yang
dihasilkan (4-20 mA) sehingga perubahan vessel
(0-100%) sebanding dengan arus yang keluar
dari level transmitter. Sinyal output yang akan
ditransmisikan sebanding dengan ketinggian
pada level vessel. Sinyal output berupa sinyal
elektrik akan ditransmisikan ke DCS, kemudian
akan ditransmisikan lagi ke control valve
melalui I/P yang mengkonversi sinyal elektrik
menjadi sinyal pneumatic, sehingga valve akan
membuka sesuai setpoint operasi.
3.3. Level Switch
Level switch adalah rangkaian kontrol
level air yang merupakan salah satu aplikasi dari
motor listrik khususnya untuk pompa air. Fungsi
dari rangkaian ini adalah untuk mengontrol level
air dalam sebuah tangki penampungan air sisa
proses pembangkitan dari power plant yang di
mana pada level tertentu motor listrik atau

sistem dan juga mengimplementasi


algoritma pengontrolan.

pompa air akan beroperasi dan pada level


tertentu juga pompa air akan mati.

History Module
Alat ini mirip dengan harddisk pada
komputer. Alat ini digunakan untuk
menyimpan berkas-berkas menyimpan
data-data operasional pabrik.

Data Historian
Biasanya berupa perangkat lunak yang
digunakan untuk menyimpan variablevariabel proses, set point dan nilai-nilai
keluaran.

Gambar 3.2 Level Switch


fungsi dari panel pompa level switch
adalah untuk mentransfer air dari sumur/tandon
ke tangki air. Cara kerja dengan mengisi air dari
sumur/tandon ke tangki (tempat penampungan
air) secara otomatis. Dan untuk lebih jelasnya
perhatikan penjelasan sebagai berikut :
Level switch pada posisi ON, maka

secara otomatis untuk mengisi tangki


( tempat penampungan air) bila air yang
berada
di
dalam
tangki/tempat
penampungan air habis.
Level switch pada posisi OFF, maka
secara otomatis berhenti mengisi
tangki (tempat penampungan air) bila
air yg diisi ke dalam tangki/tempat
penampungan air penuh.

I/O
Bagian ini digunakan untuk menangani
masukan dan luaran dari DCS. Masukan
dan keluaran tersebut bisa analog, bisa
juga digital.

Jadi, DCS adalah pengendalian proses


sistem kompleks. Pada Aftercooler control valve
system, DCS ini ditentukan setpoint kestabilan
level air di E-103.

3.4. DCS (Distributed Sistem Control)


DCS merupakan sistem kontrol yang
mampu menghimpun (mengakuisisi) data dari
lapangan bisa disimpan untuk keperluankeperluan masa datang, atau digunakan dalam
proses-proses saat itu juga, atau digabung
dengan data-data dari bagian lain proses. Berikut
ini adalah bagian-bagian dari DCS :
Gambar 3.3 Jaringan DCS

Operator Console
Alat ini mirip monitor komputer.
Digunakan untuk memberikan informasi
tentang apa yang sedang dikerjakan
Melalui konsol ini juga, operator
memberikan perintah pada instrumeninstrumen di lapangan.
Engineering Station
Ini adalah stasion untuk para teknisi
yang digunakan untuk mengkonfigurasi

3.5. Control Valve


Control valve adalah suatu alat yang
digunakan untuk memodifikasi aliran fluida atau
laju tekanan pada sebuah sistem proses dengan
menggunakan daya untuk operasinya. Valve ini
digunakan oleh industri dalam banyak aplikasi.
Control valve adalah elemen kontrol akhir yang
paling umum digunakan untuk mengatur aliran
bahan dalam sebuah proses. Pada suatu lup
proses, hanya ada resistansi variable yang

dikontrol, sedangkan resistansi berubah-ubah


karena perubahan aliran pada sistem atau karena
lapisan pipa dan permukaan dinding peralatan.
Variasi resistansi ini tidak diinginkan dan harus
dikompensasi dengan menggunakan control
valve.

digunakan
adalah
pneumatic
actuators.
Pneumatic Actuators menyediakan 2 bentuk
bagian utama dari valve actuators.
a. Piston
Piston umumnya dapat melakukan satu
atau dua kali gerakan, serta dapat menahan
tekanan dan masukan yang lebih tinggi, dan
menyediakan lebih kecil volume silinder, yang
dapat bergerak dengan kecepatan tinggi.
Pneumatic actuators mempunyai 2 tipe piston.

Gambar 3.4 Struktur Control Valve

Pada umumnya, elemen pengendali


akhir dalam suatu loop control sistem adalah
control valve. Control valve pada E-103
yang berfungsi membuka dan menutup
control valver (variabel yang diatur) pada
vessel Aftercooler. Karena kemampuan
jangkauan yang lebar sudah menjadi sifat
bawaan dalam memilih ukuran control valve,
maka terdapat beberapa pilihan yang dibuat,
bergantung pada:
-

Bagian-Bagian Control Valve


Tipe-Tipe Control Valve.

3.5.1 Bagian-Bagian Control Valve

Gambar 3.5 Bagian-bagian Control Valve


1. Valve Actuators
Gerakan valve menyebabkan perubahan
volume, dan membutuhkan supply udara, serta
peralatan yang menyediakan sinyal tekanan
(positioners). Pada E-103, valve actuators yang

Gambar 3.6 Tipe Piston


b. Diaphragm
Diaphragm merupakan jenis actuators
single acting, udara bertekanan yang diberikan
pada salah satu sisi diaphragm dapat melakukan
pergerakan langsung (direct acting) atau reverse
acting. Direct acting adalah bila harga output
turun maka controller akan menambah sinyal
inputnya (tekanan udara atau arusnya).
Sedangkan reverse acting adalah bila harga
output naik maka controller akan mengurangi
sinyal inputnya.

Gambar 3.7 Diaphragm


2. Valve Positioners
Sebuah valve positioners berfungsi
menghubungkan sinyal input dengan posisi
valve, serta memberikan tekanan output kepada
valve actuators. Pada E-103, valve positiner di

pasang air to open yang berarti bahwa valve


akan bekerja jika ada perintah dari transmitter
untuk membuka valve sebesar setpoint operasi.
3. I/P (Current To Pneumatic)
Pada dasarnya prinsip kerja I/P adalah
prinsip keseimbangan gaya. Arus elektrik (4-20
mA) dari
level transmitter
kemudian
ditransmisikan lewat DCS kemudian dilewatkan
melalui kumparan dan menghasilkan suatu
perpindahan rotasional dari batang yaitu berupa
tekanan udara (3-15 psig).

disc terbuka, seluruh aliran akan bebas


masuk tanpa hambatan, namun pada saat
disc tertutup rapat maka aliran akan
tertahan oleh disc tersebut. Kegunaan
dari jenis valve ini adalah hanya untuk
menutup dan membuka aliran (fully
closed & fully opened position).

3.5.2 Tipe-Tipe Control Valve


1. Plug Cocks Valve (katup kran)
Valve ini mirip dengan katup
bola. Bulatannya diganti dengan silinder
atau kerucut yang berpotong atasnya dan
lubangnya berupa celah.

Gambar 3.10 Gate Valve


4. Butterfly Valve (katup kupu-kupu)
Butterfly valve adalah salah satu
tipe tua dari valve yang diketahui. Valve
ini sederhana, ringan, harganya murah.
Valve ini kegunaan utamanya untuk
kedua on-off dan throttling melibatkan
aliran gas dan cairan yang besar pada
tekanan rendah secara relatif.

Gambar 3.8 Plug Valve


2. Globe Valve (katup bundar)
Globe valve digunakan untuk
mengatur secara lebih akurat aliran
fluida. Bentuk disc nya panjang dan
kecil seperti paku. Valve jenis ini
dirancang untuk mengatur besar
kecilnya aliran fluida.

Gambar 3.11 Butterfly Valve


5. Ball Valve
Ball valve ini digunakan untuk
service throttling. Valve ini cepat
pengerjaannya, mudah perawatannya,
tidak dibatasi untuk bahan fluida
tertentu, seperti : uap air, minyak, gas,
fluida, korosif, slurry (partikel kasar)
dan bahan bubuk kering.

Gambar 3.9 Globe Valve


3. Gate Valve / Rotary Valve
Nama Gate valve diambil
karena bentuk disc dari jenis valve ini
pada saat menutup atau membuka
seperti Gate (Gerbang). Dimana saat

Gambar 3.12 Ball Valve

IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Proses Automatic Control Valve System E103 ( Aftercooler) didukung beberapa
komponen, yaitu :
Level Transmitter
Level Switch
Distributed Control System (DCS)
Control Valve
2. Aplikasi control valve pada system automatic
control valve E-103 adalah sebagai berikut :
9 Control valve merupakan elemen
terakhir dari sistem pengendalian
sehingga
control
valve
sendiri
berfungsi penutup dan pembuka laju
air pada E-103.
9 Control valve berfungsi mengatur laju
air sesuai setpoint operasi.
9 Komponen dari control valve yaitu I/P
berfungsi merubah sinyal elektrik (420 mA) menjadi sinyal pneumatic (315 psig) yang ditransmisikan melalui
DCS.
3. Arus elektrik (4-20 mA) dari level
transmitter kemudian ditransmisikan I/P
lewat DCS kemudian dilewatkan melalui
kumparan
dan
menghasilkan
suatu
perpindahan rotasional dari batang yaitu
berupa tekanan udara (3-15 psig).
4.2 SARAN
1. Pada bagian control valve diharapkan
dipasang alat tambahan beripa simulator
dengan tujuan untuk melakukan tes simulasi
dari control valve, untuk mengetahui apakah
control valve bekerja dengan baik.
2. Pemakaian helm di dalam unit pembangkit
lebih diperhatikan karena keselamatan kerja
sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]

[3]
[4]

[5]

www.geodipa.co.id
ITTP,
1981,
Student
Work
Instrumentation Maintenance Module 5
Control Valve, Instrument Society of
America
Kusuma, Wijaya. Fisika Energi PLTP
Panas Bumi. Bali : Udayana University
Instrumentation & Control Technicial
Training Pneumatic Actuators and
Positioners. 1983. NUS Training
Corporation.
www.google.com

BIOGRAFI
Sigit Wisnu Habsoro
(L2F607051) dilahirkan
di Semarang, 13 Agustus
1989,
menempuh
pendidikan di SDN
Siliwangi, SMP N 19,
SMA N 6 Semarang.
Saat
ini
sedang
melanjutkan studi S1 di
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang dengan
Konsentrasi Ketenagaan.

Semarang,
Juli 2011
Mengetahui dan Mengesahkan,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Joko Windarto, MT


NIP. 196405261989031002

Anda mungkin juga menyukai