KONJUNGTIVITIS ALERGI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Dwi Arif Wahyu Wibowo
20090310156
Diajukan Kepada:
dr. H. M. Faisal Luthfi, Sp. M
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KONJUNGTIVITIS ALERGI
Disusun Oleh:
Dwi Arif Wahyu Wibowo
20090310156
Disetujui Oleh:
Dokter Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan Presentasi
Kasus untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan
profesi kedokteran di bagian Ilmu Kesehatan Mata yang berjudul :
Konjungtivitis Alergi
Penulisan Presentasi Kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai
pihak,
kepada:
1. dr. H. M. Faisal Luthfi, Sp. M selaku dokter pembimbing dan dokter
Spesialis Mata RSUD Setjonegoro Wonosobo atas bimbingan dan
bantuannya.
2. Perawat Poliklinik Mata atas bimbingan dan bantuannya.
3. Seluruh teman-teman dokter muda di RSUD Setjonegoro Wonosobo.
4. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian buku ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Presentasi Kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan
kritik yang membangun. Penulis berharap bahwa Presentasi Kasus ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................2
A.
Identitas.....................................................................................................2
B.
Anamnesis.................................................................................................2
1.
Keluhan Utama......................................................................................2
2.
3.
4.
5.
C.
Pemeriksaan Fisik......................................................................................3
D.
Diagnosis Banding....................................................................................4
E.
Diagnosis...................................................................................................4
F. Penatalaksanaan............................................................................................4
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
A.
Anatomi.....................................................................................................5
B.
Definisi......................................................................................................7
C.
Epidemiologi.............................................................................................7
D.
Etiologi......................................................................................................8
E.
Patogenesis................................................................................................8
F. Klasifikasi...................................................................................................11
1.
2.
Keratokonjungtivitis Vernal.................................................................11
3.
Keratokonjungtivitis Atopik................................................................13
4.
G.
Diagnosis.................................................................................................13
1.
2.
Keratokonjungtivitis Vernal.................................................................14
3.
Keratokonjungtivitis Atopik................................................................14
4.
H.
Penatalaksanaan.......................................................................................15
1.
Steroid Topikal.....................................................................................15
2.
3.
4.
5.
Immunosupressan................................................................................16
6.
Antihistamin Sistemik.........................................................................16
I.
Komplikasi..................................................................................................18
J.
Prognosis.....................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................19
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtiva merupakan membran yang tipis dan transparan yang melapisi
bagian anterior dari bola mata (konjungtiva bulbi), serta melapisi bagian posterior
dari palpebra (konjungtiva palpebrae). Oleh karena letaknya yang paling luar
itulah sehingga konjungtiva sering terpapar terhadap banyak mikroorganisme dan
faktor lingkungan lain yang mengganggu. Salah satu penyakit konjungtiva yang
paling sering adalah konjungtivitis.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama
Novi Indriyani
Jenis Kelamin
Perempuan
Umur
24 tahun
Alamat
Pekerjaan
Wiraswasta
Status Pernikahan
Sudah menikah
No RM
598733
Tanggal kunjungan RS
19 September 2014
B. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis serta pemeriksaan fisik pada tanggal 19
September 2014 di Poliklinik Mata RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
1. Keluhan Utama
Kedua matanya berwarna kekuningan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Wonosobo dengan
keluhan kedua matanya berwarna kekuningan sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan
tersebut di sertai dengan rasa gatal dan mengganjal terutama bila terkena debu
atau asap.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal pernah memiliki sakit serupa, namun keluhan ini
sudah lama dirasakan yaitu sejak 5 bulan yang lalu. Selain itu pasien menyangkal
mempunyai penyakit kronik dan sistemik sebelumnya. Pasien juga menyangkal
mempunyai riwayat alergi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita keluhan serupa dan riwayat
alergi.
5. Riwayat Personal Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang sering memasak di rumah.
Pasien mengaku sering terpapar asap dari tungku yang digunakan untuk memasak.
C. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan Umum
: Baik
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan
Visus jauh
Refraksi
Koreksi
Visus dekat
Proyeksi sinar
Persepsi warna (merah, hijau)
OD
OS
5/5
5/5
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan
OD
OS
Simetris, distribusi
Simetris, distribusi
merata
merata
Palpebra
Gerakan
Margo sup dan inf
Normal
Edema (-)
Normal
Edema (-)
Normal
Normal
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
Warna kekuningan
Warna kekuningan
Putih
Putih
Jernih
Tidak ada
Jernih
Tidak ada
COA
Jernih
Jernih
Pupil
Bulat, d = 3 mm,
RC (+)
Bulat, d = 3 mm
RC (+)
Jernih
Jernih
Sekitar Mata
Supercilia dan cilia
Konjungtiva
Palpebra sup et
inf
Bulbi
Sklera
Warna
Kornea
Kejernihan
Sikatrik
Iris
Lensa
Tekanan Bola Mata
(digital)
Pemeriksaan Laboratorium
: Tidak dilakukan.
: Tidak dilakukan.
D. Diagnosis Banding
1. Konjugntivitis Alergi.
2. Konjungtivitis Bakteri.
3. Konjungtivitis Viral.
E. Diagnosis
ODS
: Konjungtivitis Alergi.
F. Penatalaksanaan
Deksamethasone eyedrops 6 dd gtt II ODS
G.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A Anatomi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dcngan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
a. Konjungtiva
palpebralis
(menutupi
permukaan
posterior
dari
palpebra).
b. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola
mata).
c. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan
antara bagian posterior palpebra dan bola mata).
semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan
membran mukosa.
Jika dilihat dari segi histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari
dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal.
Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat
persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel
skuamosa.
Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air matas ecara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen.
H. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi
bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut
menyebabkan timbulnya berbaga imacam gejala, salah satunya adalah mata
merah. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemiar ingan dengan mata berair
sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing,
misalnya kontak lensa.
Salah
satu
bentuk
konjungtivitis
adalah
konjungtivitis
alergi.
I. Epidemiologi
Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen
musiman yang tinggi. Keratokonjungtivitis vernal paling sering di daerah tropis
dan
panas
seperti
daerah
mediteranian,
Timur
Tengah,
dan
Afrika.
J. Etiologi
Konjugntivitis alergi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti:
a. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, dan bulu binatang.
b. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara.
c. Pemakaian lensa kontak terutama dalam jangka panjang,
K. Patogenesis
Konjungtivitis terjadi karena kerusakan jaringan akibat masuknya benda
asing ke dalam konjunctiva akan memicu suatu kompleks kejadian yang
dinamakan respon radang atau inflamasi. Tanda-tanda terjadinya inflamasi pada
umumnya adalah kalor (panas), dolor (nyeri), rubor (merah), tumor (bengkak) dan
fungsiolesa. Masuknya benda asing ke dalam konjungtiva tersebut pertama kali
akan di respon oleh tubuh dengan mengeluarkan air mata. Air mata diproduksi
oleh Apartus Lakrimalis, berfungsi melapisi permukaan konjungtiva dankornea
sebagai Film air mata. Fungsi air mata:
1.
2.
3.
4.
5.
10
(melalui peningkatan
marginasi
dan
1. Histamin
Dilepaskan
oleh
sel
merangsang
vasodilatasi
dan
peningkatan
permeabilitas kapiler.
2. Lekotrin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan kontraksi otot polos
mendorong kemotaksisuntuk netrofil.
3. Prostaglandin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas
vaskuler mendorong kemotaksis untuk neutrofil.
11
5. Kemokin
Dihasilkan oleh sel pengatur lalu lintas lekosit di lokasi inflamasi)
beberapa macam kemokin: IL-8 (interleukin-8), RANTES (regulated upon
activation normal T cellexpressed and secreted), MCP (monocyte
chemoattractant protein).
6. Sitokin
Dihasilkan oleh sel-sel fagosit di lokasi inflamasi pirogen endogen yang
memicu demam melalui hipotalamus, memicu produksi protein fase akut
oleh hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang
leukositosis beberapa macamsitokin yaitu: IL-1 (interleukin-1), IL-6
(interleukin-6), TNF-a (tumor necrosis factor alpha).
7. Mediator
lain
(dihasilkan
akibat
proses
fagositosis)
12
13
L. Klasifikasi
1
14
a. Bentuk Palpebra
b. Bentuk Limbal
Pada tipe limbal terdapat hipertrofi pada limbus superior yang dapat
membentuk jaringan hiperplastik gelatin. Terdapat juga panus dengan sedikit
eosinofil.
15
7. Keratokonjungtivitis Atopik
Keratokonjungtivitis atopik adalah inflamasi konjungtiva bilateral dan juga
kelopak mata yang berhubungan erat dengan dermatitis atopi. Individu dengan
keratokonjungtivitis atopik umumnya menunjukkan reaksi hipersensitivitas tipe 1,
tetapi imunitas selluler yang rendah. Oleh karena itu, pasien keratokonjungtivitis
atopik beresiko untuk mendapat keratitis herpes simplex dan kolonisasi oleh
Staphylococcus Aureus.
8. Konjungtivitis Giant Papillarry
Konjungtivitis Giant Papillarry adalah yang diperantarai reaksi imun yang
mengenai konjungtiva tarsalis superior. Penyebabnya masih belum diketahui
secara pasti dan diperkirakan kombinasireaksi hipersensitivitas tipe I dan IV
mendasari patofisiolginya. Antigen yang terdapat konjungtivaseperti lensa kontak
dan benang operasi akan menstimulasi timbulnya reaksi imun pada individu yang
mempunyai faktor predisposisi. Iritasi mekanis yang terus-menerus terhadap
konjungtiva tarsalis superior juga menjadi salah satu faktor terjadinya
konjungtivitis Giant Papillarry.
M. Diagnosis
1
umumnya menyertai hay fever (rhinitis alergika). Biasanya ada riwayat alergi
terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh gatal,
kemerahan, berair mata, mata merah, dan sering mengatakan bahwa matanya
seakan-akantenggelam dalam jaringan sekitarnya. Terdapat injeksi ringan di
konjungtiva palpebralis dankonjungtiva bulbaris, selama serangan akut sering
ditemukan kemosis berat (yang menjadi sebab kesan tenggelam tadi). Mungkin
terdapat sedikit kotoran mata, khususnya setelah pasien mengucek matanya. Pada
pemeriksaan laboratorium sel eosinofil sulit ditemukan pada kerokan konjungtiva.
16
9. Keratokonjungtivitis Vernal
17
N. Penatalaksanaan
Penanganan dari konjungtivitis alergi adalah berdasar pada identifikasi
antigen spesifik dan eliminasi dari pathogen spesifik. Pengobatan suportif seperti
lubrikan dan kompresdingin dapat membantu meredakan gejala yang dirasakan
oleh pasien. Obat-obatan yangmenurunkan respon imun juga digunakan pada
kasus konjungtivitis alergi untuk menurunkanrespon imun tubuh dan meredakan
gejala inflamasi. Obat obat berikut ini berguna dalam mengobati konjungtivitis
alergi:
1
Steroid Topikal
Kortikosteroid
menghambat
proses
inflamasi
(misalnya,
edema,
18
19
1. Terapi Lokalis
Antihistamin topical.
Siklosporin topical 1%
20
2. Terapi Sistemik
3. Terapi Lain
Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga
berfungsi protektif karena membantu menghalau alergen.
21
Pasien dianjurkan pindah ke daerah yang lebih dingin yang sering juga
disebut sebagai climato-therapy.
O. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
dan infeksi sekunder. Sedangkan, komplikasi konjungtivitis vernal adalah
pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan.
P. Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat
sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi
apabila tidak ditangani dengan baik.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Penegakkan diagnosis dari konjungtivitis alergi didapatkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan. Pada
kasus ini dari anamnesis pasien mengeluhkan kedua matanya berwarna
kekuningan sudah 5 bulan lamanya. Selain itu keluhannya disertai mata yang
terasa gatal dan mengganjal terutama jika terkena asap maupun debu. Hal ini
merupakan gejala klinis dari konjungtivitis atau peradangan pada konjungtiva,
kemudian keluhan muncul terutama bila pasien terpapar dengan asap maupun
debu yang merupakan bahan alergen yang umum pada konjungtivitis alergi. Rasa
gatal yang diderita pasien bisa disebabkan karena pelepasan histamin oleh sel
mast. Histamin kemudian akan berikatan dengan reseptor H1 pada ujung saraf dan
menyebabkan gejala pada mata berupa gatal. Pada anamnesis riwayat penyakit
dahulu dan keluarga tidak didapatkan adanya keluhan serupa dan adanya riwayat
alergi.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien nampak baik tidak ada
demam maupun malaise. Pada pemeriksaan status oftalmologi pasien didapatkan
konjungtiva bulbi yang kemerahan dan konjungtiva palpebra yang hiperemis. Hal
ini bisa dikarenakan adanya histamin. Selain menyebabkan gatal histamin juga
akan berikatan dengan reseptor H1 dan H2 pada pembuluh darah konjungtiva dan
menyebabkan vasodilatasi.
23
pada reseptor-reseptornya maka gejala yang dirasakan pasien seperti gatal dan
mata kemerahan akan berkurang.
24
BAB V
KESIMPULAN
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi
alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasanya dan
reaksi lambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat,
bakteri dan toksik. Penyakit ini disebabkan karena kontak mata pasien yang
sensitif dengan bahan alergen tertentu yang berada di lingkungan. Penyakit ini
bisa muncul musiman atau sepanjang tahun bergantung dari alergen yang memicu
reaksi alergi pada penderita.
Gejala klinis yang muncul biasanya adalah mata kemerahan (pink eye),
disertai dengan rasa gatal, berair dan sekret yang jernih. Gejala ini bisa disertai
penyakit lain seperti rhinitis alergika pada konjungtivitis Hay fever atau dermatitis
atopik pada konjungtivitis atopik.
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini adalah ulkus kornea dan
adanya infeksi sekunder. Namun bila ditangani dengan baik, maka akan jarang
menimbulkan komplikasi. Prognosis penyakit ini baik karena termasuk self
limited disease yang dapat sembuh dengan sendirinya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Garcia, F. F., Schwab, I., & Sheltar, D. (2007). Konjungtiva. Dalam J. Whitcher, &
E. P. Riordan, Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17 (hal. 97-124).
Jakarta: EGC.
Ilyas, S. (2009). Mata merah dengan penglihatan normal. Dalam S. Ilyas, Ilmu
Penyakit Mata Edisi 3 (hal. 16-46). Jakarta: FKUI.
Khurana, A. (2010). Diseases of The Conjunctiva. Dalam A. Khurana,
Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition (hal. 51-88). New Delhi: New Age.
Ophtalmology, A. A. (2008). Clinical approach to immune-related disorders of
the ecxternal eye in External Disease and Cornea. San Francisco: American
Academy of Ophtalmology.
Riordan, E. P. (2007). Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam J. Whitcher, & E. P.
Riordan, Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17 (hal. 1-27). Jakarta:
EGC.
Ventocillia, M., & Roy, H. (2012). Allergic Conjunctivitis. Dipetik November 23,
2014,
dari
Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/1191467-
overview#a0104
26