Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas Rahmat dan Hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Referat berjudul Endoftalmitis ini.Tugas ini berisi
pembahasan mengenai Endoftalmitis. Dalam penyusunannya penulis menggunakan beberapa
referensi baik yang bersumber dari buku ataupun mengunduh artikel dari internet. Dengan
demikian penulis berharap tugas ini dapat memenuhi kebutuhan para pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun spirituil, terutama kepada
pembimbing sekaligus moderator yaitu dr. Ernita Tantawi, Sp.M yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada kami dalam penyusunan tugas ini.
Walaupun demikian, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan maupun
kesempatan penulis dalam menyusun makalah ini sehingga tidak dapat memenuhi seluruh
kebutuhan pembaca. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran perbaikan demi
kesempurnaan referat ini untuk kepentingan kita semua. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Agustus 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................ 3
1.2

RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 3

1.3

TUJUAN.......................................................................................................... 3

1.4

MANFAAT........................................................................................................ 3

BAB II.................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA............................................................................... 4
2.2 DEFINISI ENDOFTALMITIS ....................................................................................... 6
2.3 ETIOLOGI ENDOFTALMITIS...................................................................................... 6
2.4 EPIDEMIOLOGI ENDOFTALMITIS ............................................................................... 7
2.5 PATOFISIOLOGI ENDOFTALMITIS.............................................................................. 8
2.6 GEJALA DAN TANDA ENDOFTALMITIS......................................................................10
2.7 KLASIFIKASI ENDOFTALMITIS 16:............................................................................. 11
2.8 DIAGNOSA BANDING.......................................................................................... 14
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................. 15
2.10 TERAPI......................................................................................................... 15
2.11 PENCEGAHAN.................................................................................................. 17
2.12 PROGNOSIS..................................................................................................... 17
PENUTUP..........................................................................................18
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endophthalmitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada struktur bagian dalam bola
mata,seperti uvea dan retina yang terkait dengan adanya eksudat di vitreous humuor, camera
oculi anterior atau pada camera oculi posterior.
Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang, namun merupakan komplikasi yang
membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah
dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya mikroorganisme ke dalam
mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut endoftalmitis
Modalitas utama seorang dokter umum dalam menegakkan diagnosis endoftalmitis
adalah dengan anamnesis keluhan pasien dan dengan pemeriksaan fisik mata secara
umum.Endoftalmitis biasanya ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan
hipopion atau eksudat pada COA. Pada pasien dengan endoftalmitis, terjadi penurunan visus
bahkan dapat menghilang.Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan
endoftalmitis14
Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka penting
untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis pada beberapa
tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara sebagai profilaksis yang terjadinya
endoftalmitis. Berikut akan diuraikan lebih jauh mengenai endoftalmitis.

1.2 Rumusan Masalah


I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi endoftalmitis?
I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis?

1.3 Tujuan
I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi endoftalmitis.
I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis.

1.4 Manfaat
I.4.1

Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu


penyakit mata pada khususnya.

I.4.2

Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti


kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata


Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit
sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan karena tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi.
Cahaya dari sumbernya menembus kornea (kekuatan refraksi sekitar 39 dioptri)
kemudian masuk ke bilik mata depan lalu melalui pupil yang dibentuk oleh iris. Kemudian
masuk ke bilik mata posterior dan kemudian lensa. Lensa memiliki kekuatan refraksi sekitar
20 dioptri dan dapat berubah-ubah (naik atau turun) melalui peran m.ciliaris, kontraksi
m.ciliaris akan meregangkan zonules yang kemudian akan membuat lensa mencembung dan
meningkatkan kekuatannya. Setelah lensa, cahaya akan menembus vitreous dan kemudian
terfokus pada retina, terutama pada macula lutea dan tepatnya fovea. Kemudian terjadi proses
elektrokimia dan menjadi impuls yang disalurkan melalui nervus optikus yang kemudian
bersilang membentuk kiasma optikum dan traktus optikus sampai pada akhirnya korteks
serebri.
Uvea
Jaringan Uvea meliputi lapisan bagian tengah yang bervaskuler dari bola mata. Dari
anterior hingga posterior dapat dibagi menjadi 3 bagian, iris, badan siliar dan koroid. Akan
tetapi traktus uvea secara keseluruhan, pengembangan, struktural dan fungsional adalah satu
bagian yang tak terpisahkan. Iris adalah bagian paling anterior dari traktus uvea, berbentuk
cakram seperti diafragma kamera. Di tengahnya merupakan apertura dengan diameter sekitar
4 mm yang dinamakan pupil yang berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke retina.
Pada perifer iris, melekatlah permukaan anterior dari badan siliar. Iris memisahkan kornea dan
lensa menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang. Badan siliar adalah bagian depan dari
koroid pada ora serrata. Pada bagian anterior terdapat prosesus siliaris yang disebut pars
plicata dan pars plana. Fungsi badan siliar adalah untuk memproduksi aqueous humor dan
4

untuk membantu proses akomodasi. Koroid adalah bagian paling posterior dari lapisan
vaskular dari bola mata, dimulai dari diskus optikus kemudian memanjang sampai ora serrata.
Bagian dalamnya halus, berwarna coklat dan berlekatan dengan epitel pigmen retina. Bagian
luarnya keras dan berlekatan dengan sklera.
Koroid

Gambar 1 : Lapisan-lapisan Koroid


Koroid terdiri dari 3 lapisan yakni suprachoroidal lamina,stroma dari koroid dan basal lamina.
1. Lamina suprakoroidal merupakan membran yang terbentuk dari kolagen, melanosit
dan fibroblas yang terkondensasi. Ia berkelanjutan secara anterior dengan lamina
suprasiliar. Ruang potensial antara membran ini dan sklera dinamakan ruang
suprakoroidal yang berisi arteri dan nervus siliaris posterior longus dan brevis.
2. Stroma dari koroid yang meliputi jaringan kolagen longgar dengan beberapa serat
elastik dan retikulum. Stroma juga berisi sel pigmen dan sel plasma. Lapisan
pembuluh darah adalah lapisan yang berkontribusi paling banyak terhadap ketebalan
stroma. 3 lapisan tersebut dari dalam keluar ialah Hallers layer yakni lapisan
pembuluh besar, Sattlers layer yakni lapisan pembuluh sedang dan lapisan
koriokapilaris yang menutrisi lapisan luar retina.
3. Lamina basalis yang juga disebut sebagai membrana Bruch dan melapisi lapisan
koriokapilaris. Lamina basalis terletak di sebelah epitel pigmen retina.
Koroid diperdarahi oleh 10-20 arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di
sekitar tempat masuk saraf optik dan memperdarahi koroid secara segmental. Pembuluh darah
balik bergabung menjadi 4 vena vortikosa yang menembus sklera dan bergabung menjadi
vena oftalmika lalu masuk ke dalam sinus kavernosa.

Gambar 2 : Anatomi penampang sagital bola mata

2.2 Definisi Endoftalmitis


Endophthalmitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada struktur bagian dalam bola
mata,seperti uvea dan retina yang terkait dengan adanya eksudat di vitreous humuor, camera
oculi anterior atau pada camera oculi posterior.12
Keluhan yang biasanya disampaikan adalah pasien terlihat sakit disertai dengan demam,
dan pada mata timbul gejala berupa mata sakit, merah, kelopak bengkak, edema kornea,
keratik presipitat, disertai hipopion, refleks fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan
kaca. Tajam penglihatan dapat menurun. Tekanan bola mata sangat merendah dan kadangkadang meninggi akibat massa supuratif yang tertumpuk di dalam bola mata.

2.3 Etiologi Endoftalmitis


Berdasarkan etiologi,,penyebab endoftalmitis dibagi menjadi dua, yaitu infeksi dan
non-infeksi (steril)12 .Organisme yang menyebabkan endoftalmitis infeksi secara umum dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Endoftalmitis bakteri
Bakteri gram positif seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus
merupakan salah satu penyebab endoftalmitis akut bakterial yang paling sering. Bakteri
penyebab endoftalmtis bakterial lainya adalah golongan streptokokus, pseudomonas,
pneumokokal, dan corynebakterium.12Bakteri propionio dan actinomyces adalah bakteri gram
6

positif yang dapat mengakibatkan endoftalmitis tingkat rendah. Kuman penyebab biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus, proteus dan pseudomonas
dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis terjadi dalam 2 minggu setelah trauma,
maka keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri, sedangkan bila gejala terlambat
mungkin infeksi disebabkan oleh jamur9
2. Endoftalmitis jamur
Endoftalmitis jamur angka kejadianya lebih jarang dibandingkan dengan endoftalmitis
bakteria.Fungi yang sering membuat endoftalmitis diantaranya adalah aspergillus, fusarium
dan candida.

2.4 Epidemiologi Endoftalmitis


Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua kasus
endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang dirawat.
Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai mata kiri,
mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah ke arteri
karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida dilaporkan pada pengguna narkoba suntik
telah meningkat. Jumlah orang yang beresiko mungkin meningkat karena penyebaran AIDS,
sering menggunakan obat imunosupresif, dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya,
transplantasi sumsum tulang).
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah operasi
intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi, endophthalmitis biasanya
dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endophthalmitis
postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi
menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Walaupun
ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap tahun
memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.
Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi okular.
Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola mata di
pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keterlambatan dalam
perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko berkembangnya
endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda asing intraokular
adalah 7-31%.

2.5 Patofisiologi Endoftalmitis


Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan ketahanan
alami

terhadap

serangan

dari

mikroorganisme.

Dalam

endophthalmitis

endogen,

mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung
(misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan
oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga
disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari
respon kekebalan.
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada
eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke
jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat
menyebabkan endophthalmitis eksogen8
Secara rinci, patofisiologi dari endoftalmitis dapat diakibatkan dengan mekanisme sebagai
berikut12 :
A.

Endoftalmitis Infeksi :
1. Endoftalmitis eksogen
Infeksi purulent yang terjadi disebabkan karena infeksi eksogen yang diikuti oleh

cedera yang mengakibatkan perforasi, perforasi dari ulkus kornea yang terinfeksi atau akibat
infeksi luka post-operasi diikuti oleh operasi intraokuler.Organisme yang biasanya terdapat
pada konjungtiva, palpebra atau pada alis mata biasanya merupakan penyabab pada
endoftalmitis post-operatif.Sebagian besar kasus dari endoftalmitis eksogen terjadi paska
operasi atau setelah trauma terhadap mata.Bakteri gram positif merupakan penyabab utama,
dengan angka kejadian hampir 90% dari setiap kasus dan merupakan flora normal dari
konjungtiva.12
2. Endoftalmitis endogens
Dalam endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah (terlihat pada
pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus sawar darah-mata baik
oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium
vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan
intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan / atau dari

mediator inflamasi dari respon kekebalan. Hal-hal bakteremia tersebut dapat terjadi pula pada
infeksi caries gigi dan perperal sepsis.
Individu yang mempunyai faktor resiko menjadi endoftalmitis endogen biasanya
memiliki faktor komorbid seperi diabetes mellitus, gagal ginjal gangguan katup jantung, SLE,
AIDS, leukemia dan kondisi keganasan lainya.Prosedur invasif dapat menyebabkan
bakteremia seperti hemodialisis, kateter urin, endoskopi gastrointestinal, tindakan kedokteran
gigi juga dapat menyebabkan endoftalmitis.Infeksi jamur dapat terjadi sampai dengan 50%
pada semua kasus endoftalmitis endogen, C.albicans merupakan salah satu patogen yang
tersering.Pada penyebab bakteri, S.aureus merupakan bakteri gram positif yang biasanya
diikuti oleh penyakit sistemik yang kronis, seperti diabetes mellitus atau gagal ginjal.
3. Infeksi sekunder dari struktur sekitar mata
Hal demikian sangat jarang terjadi, namun dalam beberapa kasus inflamasi purulent
intraokuler diikuti oleh infeksi seperti selulitis orbita, tromboflebitis dan ulkus kornea yang
terinfeksi.
B.

Endoftalmitis non-infeksi (steril)12

Endoftalmitis steril merujuk pada suatu inflamasi dari struktur internal bola mata diakibatkan
oleh toksin tertentu.Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut :
1. Postoperative sterile endoftalmitis. Hal ini dapat terjadi akibat reaksi toksin dari zat
kimia yang bereaksi dan menempel ke lensa intraokuler atau yang menempel ke
instrumen alat oprasi
2. Post-traumatic sterile endophthalmitis. Hal ini dapat terjadi akibat reaksi toksis yang
tersisa dari corpus alienum atau benda asing yang tetap bertahan didalam
intraokuler.Cth : tembaga
3. Tumor intraokuler.Tumor intraokuler yang mengalami nekfrosis dapat mengakibatkan
endoftalmitis steril
4. Phacoanaphylactic

endophthalmitis.

Hal

ini

dapat

menginduksi

terjadinya

endoftalmitis steril akibat proteins lensa pada pasien dengan katarak Morgagni

2.6 Gejala dan Tanda Endoftalmitis


Dalam menegakkan diagnosis, anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan modal utama
bagi seorang dokter umum untuk meneggak diagnosis. Pada anamnesis, dapat ditemukan
gejala sebagai berikut :

Endoftalmitis bakteri biasanya menimbulkan

gejala berupa nyeri yang akut,

kemerahan pada mata, pembengkakan, dan penurunan visus. Pada beberapa bakteri
(misalnya, Propionibacterium acnes) dapat menyebabkan radang kronis dengan gejala
ringan. Organisme ini adalah flora kulit yang khas dan biasanya masuk pada saat
operasi intraokular.

Endophthalmitis jamur akan menimbulkan gejala selama beberapa hari sampai


minggu. Gejala sering penglihatan kabur, rasa nyeri, dan penurunan visus. Riwayat
trauma tembus dengan tanaman atau benda asing yang terkontaminasi dengan tanah
mungkin sering diperoleh. Individu dengan infeksi Candida akan timbul demam
tinggi, disusul beberapa hari kemudian dengan gejala okular. Demam persistent yang
tidak diketahui (FUO) dapat dikaitkan dengan infeksi jamur.

Riwayat operasi mata, trauma mata, atau bekerja dalam industri sering ditemukan.
Dalam kasus endophthalmitis pascaoperasi, infeksi paling sering terjadi setelah
pembedahan (misalnya, pada minggu pertama), tetapi mungkin terjadi bulan atau
tahun kemudian seperti dalam kasus P.acnes.

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dari pemeriksaan visus, inspeksi struktur luar
mata, ophthalmoscope, pemeriksaan fundus dan pemeriksaan slit lamp.Pemeriksaan fisk yang
dapat ditemukan pada pasien dengan endoftalmitis diantaranya adalah :

Kelopak mata bengkak dan eritema

Konjungtiva tampak chemosis

Kornea edema, keruh, tampak infiltrate

Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di camera oculi anterior)

Iris odem dan keruh

Pupil tampak yellow reflex akibat eksudat purulent pada corpus vitreum

Eksudat pada vitreus

TIO meningkat atau menurun.TIO meningkat pada fase awal, namun pada kasus
yang berat, prosesus siliaris mungkin dapat mengalami kerusakan dan
mengakibatkan penurunan tekanan intraokuler.

Tepi luka menjadi berwarna kuning atau nekrosis


10

Demam

2.7 Klasifikasi Endoftalmitis16:


I.

Endoftalmitis Eksogen
1. Post-operatif akut
a. Endoftalmitis akut pasca bedah katarak
b. Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma
2. Post-operatif kronis
a. Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
3. Post-traumatik endoftalmitis

II.

Endogenus endoftalmitis
a. Bakterial
b. Fungi / Jamur

2.7.1 Endoftalmitis Eksogen


I.

Endoftalmitis Post-operatif akut :

Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak


Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu disebabkan
oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan enam
minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca operasi.
Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif,
dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi
silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan
visus dan kekeruhan vitreus 3,15

Gambar 3 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak


Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma

11

Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca operasi
filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah kasus dengan
operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama seperti di
Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang tersering,
membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi
cairan ini memungkinkan menjadi tempat peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi
bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-tanda
endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien, atau bahkan kemudian
dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi.
Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tandatanda kumpulan pus di tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai
konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis Streptococcus dan
Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu
penyebabnya 1,9,10
II.

Endoftalmitis Post-operatif kronis :

Endoftalmitis Pseudofaki Kronik


Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga enam
minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah, penurunan
ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu
adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat diamati, dihubungkan dengan
adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan dan opacity dalam vitreous body2
Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak kapsul putih
dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih rendah dibandingkan
dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab endoftalmitis pseudofaki
kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki virulensi rendah, dengan tanda-tanda
inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi paling sering yang menjadi penyebab dari
chronic endiphthalmitis adalah Propionibacterium acnes dan Corynebacterium species17

12

Gambar 4 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik


III.

Endoftalmitis Post-traumatik

Endoftalmitis Pasca Trauma


Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%),
terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan temuan klinis
berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi biasanya
berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan
mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien
berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering
diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan.
(11%). Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi ciliary,
gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus endoftalmitis pascatrauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan
Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan masuknya benda
asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda
asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat12
2.7.2 Endoftalmitis Endogen
Endoftalmitis Bakterial
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata.
Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan
mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya infeksi.
Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya septicaemia, pasien dengan imunitas
lemah, penggunaan catethers dan Kanula intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya
menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan
spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen
adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif bakteri dalam 5% dari
kasus9

Gambar 5 Endoftalmitis Endogen


13

Fungal Endoftalmitis
Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah beberapa
trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau vitreous body,
atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak seperti fungal
chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda peradangan
minimal pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan penyakit serius dengan
karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut6

Gambar 6 Fungal Endoftalmitis

2.8 Diagnosa Banding


Endophthalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk dibedakan
dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa endopthalmitis sering
ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada sebelumnya dan keratitis, diabetes,
terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya. Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga
termasuk dalam diagnosis diferensial endoftalmitis18. TASS disebabkan oleh pengenalan
substansi zat beracun selama operasi yang umumnya disebabkan oleh instrumen, cairan, atau
lensa intraokular. Pada TASS, awitan dimulai pada 12-24 jam post-operasi,gejala TASS pada
umumnya adalah penglihatan kabur, edema kornea, penginkatan tekanan intraokuler dan pada
kultur ataupun pewarnaan Gram didapatkan negative.Keratitis dan infeksi pasca operasi
sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. Sel tumor dari limfoma mungkin
menumpuk di vitreous, atau sel retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi
peradangan intraocular. Pada retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi.
karakteristik yang paling membantu untuk membedakan endophthalmitis yang benar adalah
bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu,
dokter harus menangani kondisi ini sebagai suatu proses infeksi.
14

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dalam endoftalmitis adalah pewarnaan gram
dan kultur dari aqueous humour atau vitreous humour yang dilakukan oleh spesialis mata12
o Endoftalmitis

eksogen:

sampel

vitreous

(vitreous

tap)

diambil

untuk

diteliti

mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.


o Endoftalmitis endogen:
1. Cek darah lengkap dengan hitung jenis sel darah putoh untuk mengevaluasi tanda dari
infeksi
2. Laju Endap Darah ( Erythrocyte Sedimentation Rate) : mengevaluasi adakah tandatanda keganasan atau infeksi kronis.Pada umumnya LED normal pada kasus
endoftalmitis.
3. Kimia darah , seperti kreatinin dan kadar ureum darah untuk mengevaluasi adanya
gangguan ginjal yang menjadi faktor resiko terjadinya endoftalmitis endogen.
Radiologi / Studi Pencitraan

B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga
penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting
dalam pengelolaan dan prognosis.

Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi

USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi

Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)

Periksa visus

Slit lamp

Tekanan intraokular

Melebar funduscopy

Ultrasonografi

2.10 Terapi
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil akhir ini
sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi
endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari produk
bakteri dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi
yang diberikan adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam
kasus yang parah, dilakukan vitrectomy, antibiotik di endophthalmitis12
15

2.10.1 Non Farmakologi


1.

Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang
mengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.

2.

Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perlu
dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada mata seperti
mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata untuk segera untuk
diperiksakan ke dokter mata.

3.

Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yang


ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi
hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi yang dapat menyerang
mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika menyebar ke otak.

4.

Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang memungkinkan
menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

2.10.2 Farmakologi
1. Antibiotik
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua kemungkinan
patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Intravitreal antibiotik 12
Pemberian antibiotik intravitreal sebaiknya diberikan sedini mungkin.Prosedur ini
dilakukan secara transkonjungtiva dengan anastesi lokas dari area pars plana (4-5mm dari
limbus).Pemberian tersebut (vitreous tap) menggunakan jarum berukuran 23.Pada umumnya,
penggunakan kombinasi dua obat diberikan, pertama untuk mengatasi bakteri gram positif
dengan coagulase negatif dan bakteri gram negatif.
Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam 0.1ml
Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml
Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1 ml
Antibiotik topikal
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan
Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
Antibiotik sistemik (jarang).
Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti
500 mg oral BD selama 6-7 hari, atau
16

Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam


2. Terapi steroid
Pemberian steroid berguna untuk membatasi kerusakan jaringan akibat proses inflaamasi.

Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml

Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 7 hari

Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg, 40


mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

3. Terapi suportif
Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2 3 hari
sekali.
Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan
intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari
2.10.3 Operatif
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen rongga
vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk
memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat menyebabkan
ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study
(EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan
lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga

memainkan peran penting dalam

pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa4

2.11 Pencegahan
1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi (blepharitis,
kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)
2. Persiapan operasi, termasuk :
Pov. Iodine 5-10%
Sarung tangan steril
Profilaksis topikal / perikoular antibiotik
Profilaksis intravitreal (pada kasus kasus trauma)

2.12 Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung durasi dari endoftalmitis, jangka
waktu infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma. Bila
sudah terlihat hipopion, dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan endoftalmitis sudah lanjut
17

sehingga prognosa lebih buruk7.Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana
yang tepat mampu meningkatkan angka kesembuhan endoftalmi.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endophthalmitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada struktur bagian dalam
bola mata,seperti uvea dan retina yang terkait dengan adanya eksudat di vitreous humuor,
camera oculi anterior atau pada camera oculi posterior.Tanda dan gejala yang ditunjukan
antara lain adanya penurunan visus, hiperemi konjungtiva, nyeri, pembengkakan, dan
hipopion. Konjungtiva chemosis dan edema kornea.
Endoftalmitis sendiri berdasarkan etiologinya dibagi menjadi dua, dengan infeksi atau
steril. Pemeriksaan penunjang untuk endoftalmitis adalah vitreous tap untuk mengetahui
organisme penyebab sehingga terapi yang diberikan sesuai. Terapi operatif (vitrectomy)
dilakukan pada endoftalmitis berat. Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung durasi
dari endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri dan
keparahan dari trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat
mampu meningkatkan angka kesembuhan endoftalmitis.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites: A 6
years review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.
2. Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis: Epidemiology,
therapeutics, and bacterialhost interactions. Clin Microbiol Rev 2002;15:1:111-24.
3. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
4. Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al.
Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative
endophthalmitis:a

prospective

randomized

trial.

Graefes

Arch

Clin

Exp

Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.
5. Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6.
6. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
endophthalmitis after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology
2009;116(3):425-30.
7. Ilyas S. Dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI: 2013;
8. Kalamalarajah S, Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis following
cataract surgery in the UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.
9. Lunstrom M, Wejde G, Stenevi U. Endophthalmitis after cataract surgery: a
nationwide prospective study avaluating incidence in relation to incision type and
location. Ophthalmology 2007;114: 1004-9.
10. Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role and
timing of vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-300.
11. Miller JJ,Scott IU, Flynn HW. Endophthalmitis caused by Streptococcus pneumoniae.
Am J Ophtalmol 2004; 138:2:231-6.
12. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
13. Prajna NV, Sathish S, Rajalakshmi PC, George C. Microbiological profile of anterior
chamber aspirates following uncomplicated cataract surgery. Indian J Ophthalmol
1998;46(4):229-32.
19

14. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis: Clinical
features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4
15. Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal
endophthalmitis. Int OphthalmolClin 2007;47(2):173-83.
16. Ojaimi

Elvis

and

David

Wong.

Endophthalmitis,

Prevention

and

Treatment.University of Toronto.2013
17. Trofa D, Gcser A, Nosanchuk JD. Candida parapsilosis,an emerging fungal pathogen.
Clin Microbiol Rev 2008;21(4):606-25.
18. Anne M.Menke. Endophthalmitis and TASS : Prevention, Diagnosis, Investigation,
Response. Ophtalmic Mutual Insurance Company : 2010

20

Anda mungkin juga menyukai