Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak-anak merupakan sosok individu yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan akan
mengarahkan anak pada proses perubahan perilaku dari sederhana menjadi
kompleks. Secara umum anak-anak memiliki kemampuan yang belum matang
dalam aspek gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi dengan lingkungannya
sehingga mengakibatkan anak-anak menjadi memiliki risiko terbesar dari cidera.
Menurut WHO pada tahun 2008 menyatakan bahwa cedera
mengakibatkan berkurangnya 16% masa hidup karena kecacatan (Disability
Adjusted Life Year/DALY), sebanyak 12,8% diantaranya disebabkan oleh cedera
karena ketidaksengajaan dan 3,2% disebabkan oleh cedera karena kesengajaan
(WHO, 2008). Dalam penelitian beberapa penelitian epidemiologi tentang cedera
pada anak-anak saat berada di sekolah. Tingkat cedera per tahun di Tucson,
Arizona (Amerika Serikat) sebesar 2,5 per 100 anak dan anak laki-laki memiliki
kemungkinan dua kali lebih besar untuk terkena cedera dibandingkan dengan anak
perempuan. Tingkat cedera sebesar 2,4 per 100 anak di sekolah-sekolah di Swedia
bagian utara. Insidensi cedera tahunan sebesar 2,9 per 100 siswa di Norwegia.
Resiko cidera pada anak-anak dikarenakan adanya dorongan untuk
mengeksplorasi lingkungannya, namun terjadi ketidak sesuaian antara kapasitas

mereka untuk melakukan reaksi dan memahami bahaya yang dijumpai di


lingkungan (Sethi et al, 2008).
Anak sekolah dasar merupakan anak dalam usia pertumbuhan dan
perkembangan dan memerlukan waktu yang cukup untuk dapat bergerak dan
bermain dengan presentase 78% anak laki-laki dan 63% pada anak perempuan,
guna merangsang pertumbuhan dan perkembangannya (Beighle, 2008).
Perkembangan motorik kasar, diawali dengan koordinasi tubuh, dari posisi
duduk, merangkak, berdiri, dan diakhiri dengan berjalan. Kemampuan
perkembangan gerak motorik kasar ditentukan oleh perkembangan kekuatan otot,
tulang, dan koordinasi otot untuk menjaga keseimbangan tubuh
Keseimbangan merupakan bentuk gerakan kasar yang mengatur mudahnya
orang untuk mengontrol dan mempertahan posisi tubuh yang melibatkan sistem
neuromuskular. Sistem keseimbangan dipengaruhi oleh adanya masukan sensoris,
integrasi antara masukan sensoris kemudian keluaran motoris yang pada anak usia
7 tahun masih belum baik pada anak perempuan maupun laki-laki, dan merupakan
fase awal dimulai meningkatnya kemampuan untuk keseimbangan gerak
(Permana, 2013).
Anak usia 7-8 tahun masuk dalam fase perkembangan kognitif gerak
representative spesialisasi skills yang ditunjukkan dengan aktivitas gerak anak
yang spesifik dalam belajar dan bermain. Pada usia ini kesadaran diri anak-anak,
citra tubuh, dan keterampilan motorik mencapai tingkat baru. Mereka menguasai
gerakan tubuh dalam waktu dan ruang, dan dalam koordinasi dengan orang lain
melalui petunjuk visual dan nyata. Akibatnya koordinasi tangan-mata telah

meningkat lebih jauh dan sehingga anak memiliki kelincahan, fleksibilitas,


keseimbangan, dan presisi ( Cole,2005)
Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak (Gilang, 2003). Senam adalah bentukbentuk kegiatan yang terencana dan sistematis yang dapat mengembangkan
komponen-komponen yang terdapat dalam kesegaran jasmani. Senam kebugaran
jasmani merupakan salah satu bentuk senam yang merupakan bentuk latihan yang
tersruktur dan sistematis yang mampu meningkatkan daya tahan kardiovaskuler,
kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, komposisi tubuh yang berdampak
pada keseimbangan (Iskandar Z Adisapoetra, dkk : 1999)
Senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang
membantu mengoptimalkan fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak
manusia. Senam ini dapat memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak,
meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, meningkatkan energi tubuh, mengatur
tekanan darah, meningkatkan penglihatan, keseimbangan jasmani, dan juga
koordinasi ( Dennison, 2002).
Senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja fisiologi
otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat melakukan kegiatan
belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan secara menyeluruh atau whole
brain (Ayinosa, 2009). Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny,
(2009) olahraga dan latihan senam otak pada

para murid di Educational

Kinesiology Foundation, California, USA bahwa senam otak dapat memberikan


pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan
kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat

keputusan. Senam otak merupakan serangkaian gerakan sederhana yang akan


merangsang area pada otak berdasarkan fungsional otak masing-masing. Senam
otak terdiri dari gerakan-gerakan yang menuntut keseimbangan, gerak akibat
aktifasi kedua hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris, serta
merangsang sistem vestibular untuk menjaga keseimbangan. Kekuatan gerakangerakan senam otak mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang
intim dengan gerakan-gerakan tubuh ( Dennison,2008).
Dari evaluasi atau studi referensi yang dilakukan oleh peneliti,
menunjukkan adanya pro dan kontra tentang senam otak hubungannya dengan
keseimbangan tetapi mengacu pada beberapa penelitian tersebut peneliti tertarik
untuk

mengetahui

dari

pengaruh

senam

otak

terhadap

keseimbangan

dibandingkan dengan senam sebugaran jasmani yang lazim diteliti dan dilakukan.
Menilik dari tinjauan teoritis, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Senam Otak Lebih Effektif Meningkatkan Keseimbangan Daripada Senam
Kebugaran Jasmai 2008 Pada Anak Usia 7-8 Tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah brain gym meningkatkan keseimbangan pada anak usia 7-8 tahun?
2. Apakah senam kebugaran jasmani meningkatkan keseimbangan pada anak
usia 7-8 tahun?
3. Apakah brain gym lebih effektif meningkatkan keseimbangan daripada
senam kebugaran jasmani pada anak usia 7-8 tahun?
C. Tujuan Penelitian
1. Brain gym meningkatkan keseimbangan pada anak usia 7-8 tahun

2. Senam kebugaran jasmani meningkatkan keseimbangan pada anak usia 78 tahun


3. Brain gym lebih effektif meningkatkan keseimbangan daripada senam
kebugaran jasmani pada anak usia 7-8 tahun.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menggembangkan dan
memperkaya ilmu pengetahuan terutama dalam kajian keseimbangan anak
sekolah dasar usia 7-8 tahun
2. Manfaat praktis
a. Memberi ruang sudut pandang fisioterapi dalam menganalisa pengaruh
brain gym terhadap keseimbangan anak sekolah dasar usia 7-8 tahun.
b. Untuk memberikan gambaran permasalahan keseimbangan yang perlu
disikapi sebagai tindakan preventive terkait resiko yang dimiliki anak
sekolah dasar usia 7-8 tahun.
c. Memberi ruang sudut pandang fisioterapi dalam menganalisa pengaruh
senam kebugaran jasmani terhadap keseimbangan anak sekolah dasar
usia 7-8 tahun.

Anda mungkin juga menyukai