BAB
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Hernia adalah suatu kelemahan pada dinding otot perut di segmen usus
atau struktur perut menonjol. Hernia dapat juga penetreate melalui cacat
lainnya di dinding perut, melalui diafragma, atau melalui struktur lainnya
dalam rongga perut. (Donna,2000).
Manifestasi klinik yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu
obstruksi usus, seperti muntah-muntah, sakit perut crampy, distensi, nyeri
abdomen, panas, adanya tonjolan pada area inguinal atau abdomen femoral,
nausea, dan tachi cardi, disuria disertai hematuria dan sesak nafas. Masalah
keperawatan yang sering muncul pada kasus hernia diantaranya potensial
injuri, knowledge defisid, gengguan rasa nyaman, retaensi urine, dan
potensial infeksi.
Bila hernia tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan terjadi
komplikasi seperti incareta, strangulate, perforasi, infeksi postop, scrotal
edema, dehinse post operasi, dan evisceration. Berdasarkan masalah tersebut
diatas dan komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien hernia bila tidak
dilakukan secara adekuat, maka perlu asuhan keperawatan secara
komprehensif yang mencakup kebutuhan biopsikososial spiritual yang terkait
dengan masalah tersebut.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun
makalah ilmiah dengan judul Askep Hernia.
B; Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut
C; Tujuan
1; Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan
gambaran mengenai penerapan asuhan keperawatan pada pasien hernia.
2; Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat
menggambarkan tentang:
a;
BAB II
TINJAUAN TEORI
A; PENGERTIAN
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi menjadi atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia dapatan atau akuisita. Letak hernia : ventral (1),
epgastrik (2), umbilical (3), inguinal indirek/lateral (4), a.v. epigastrika
inferior (5), inguinal direk/media (6), a.v. vemoralis (7), femoral (8),
obturatoria perineal (9), rectum (10), perineal (11), iskiadika (12),
m.periformis (13), a.v. iliaka komunis kiri (14),lumbal (Petit, Grynfelt) (15),
aorta (16), hiatus difragma (17), v. Kava inferior (18). (Wim de jong)
Berikut adalah beberapa penjelasan hernia menurut letaknya :
1; Hernia hiatal adalah kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan)
turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (toraks).
2; Hernia epigastrik terjadi diantara pusardan bagian bawah tulang rusukdi
garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak
dan jarang yang berii usus. Terbentuknya di bagian dinding perut yang
relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat
didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
3; Hernia umbilikal berkembang di dalam dan sekitar umbikulus (pusar)
yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang jawa sering
menyebutnya wudel bodong. Jika kecil (kurang dari satu sentimeter),
hernia jenis ini biasanya menutu secara bertahap sebelum usia dua tahun.
4; Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa
menyebutnya turun bero atau hernia. Hernia inguinalis teradi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui
celah. Jika Anda merasa ada benjolan di bawah perut yang lembut, kecil
dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, Anda mungkin terkena hernia ini.
Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.
5; Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingan pada pria.
6; Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia
ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya.
7; Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram
tulang belakang.
B; KLASIFIKASI
Menurut Sachdeva mengklasifikasikan hernia sebagai berikut ;
1; Hernia Reponiblis
Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau
dapat dimasukkan oleh penderita atau ahli bedah.
2; Hernia Ireponiblis
Apabila isinya tidak dapat dikembalikan
ke dalam abdomen dan tidak
4
tampak adanya komplikasi.
3; Hernia Obstruksi
Merupakan hernia ireponiblis yang berisi usus dimana lumennya
mengalami onstruksi dari luar atau adanya gangguan suplai darah dari
usus.
4; Hernia Strangulasi
Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya
sangat terganggu yang dapat mengakibatkan gangren.
Adapun tindakan yang digunakan untuk mengatasi hernia ada 2
macam yaitu;
1; Tindakan konservatif
Yaitu tindakan dengan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia.
2; Tindakan definitive
a; Herniotomi
Merupakan operasi pemotongan untuk memperbaiki hernia.
b; Herniorapi
Herniorapi yaitu dengan melakukan perbaikan pada dinding posterior
tanpa menggunakan bahan asesoris. Apabila dalam melakukan
perbaikan dinding posterior menggunakan bahan asesoris maka disebut
dengan Hernioplasti.
C; ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagi
berikut :
1; Kongenital
4; Mengejan
2; Obesitas
3; Ibu hamil
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1; Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis.
2; Kerja otot yang terlalu kuat.
3; Mengangkat beban yang berat.
4; Batuk kronik.
5; Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6; Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.
D; PATOFISIOLOGI
Faktor pencetus :
Aktivitas berat bayi prematur,
kelemahan dinding abdominal,
intraabdominal tinggi, adanya tekanan.
Hernia umbilikalis
kongenital
Hernia
Hernia inguinalis
Masuknya omentum
organ intestinal ke
kantong umbikikalis
Gangguan suplai darah ke
intestinal
Nekrosis intestinal
Ketidaknyamanan
abdominal
Intervensi bedah relative /
konservatif
Insisi bedah
Resti perdarahan
Resti infeksi
Mual
Gangguan eliminasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan eliminasi
Nyeri
Kantung hernia memasuki
celah bekas insisi
E; MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang
pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan, mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila
terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat
paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan
berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba didorong apakah benjolan dapat di
reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis
yang melebar. Selain itu, terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi. Bila terjadi hernia inguinalis
stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat, serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas. Hernia femoralis kecil mungkin
berisi dinding kandung kencing sehinggamenimbulkan gejala rasa sakit saat kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas.
Selanjutnya, bilapasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
F; KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga
perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.
Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis,
duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena
jika tidak, maka dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.
Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses,
dan residif. Komplikasi lama merupakan atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan
yang paling penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien, letak hernia, teknik yang
digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya.
G; PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1; Pemeriksasaan darah
a; Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit mengindikasikan adanya infeksi.
b; Hemoglobin ; Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah.
c; Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi
d; Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis intraoperasi/pascaoperasi.
2; Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.
3; GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
4; EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung.
H; ASUHAN KEPERAWATAN
1; Pengkajian
a; Status Respiratori
Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi nafas : ada dan sifatnya.
b; Status Sirkulatori
2;
3; Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral
(prosedur medis/adanya rasa mual); kehilangan darah selama pembedahan.
C; Post Operasi
1; Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi trakeobronkial sekunder terhadap efek
anestesi; batuk tidak efektif sekunder terhadap depresi SSP atau nyeri dan splinting otot.
2; Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, prosedur bedah.
3; Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah pembentukan hematoma.
4; Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot.
5; Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat ; prosedur invasif, insisi bedah.
6; Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah, mual, gangguan peristaltik
usus
A. Pre Operasi
No
1
Diagnosa
Nyeri
Tujuan
Intervensi
akutSetelah dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan
selama
klien
criteria hasil :
Do :
Klien Nampaka; Klien
melindungi
bagian inguinal
b. klien Nampak
kesulitan
mengangkat kaki
c.
kirinya
Klien Nampak
menyeringai
menahan
dan pusing
Ds :
sakit
mengatakan
berkurang
b; Klien mengatakan
dengan
a.
Rasional
ketidaknyamanan
verbal
c; Gunakan
non
verbal
menunjukkan
komunikasi terapetik
nyerid; Gunakan teknik distraksi
suasana
perute; ciptakan
e;
lingkungan yang tenang
sudah tidak sebah
c; Wajah klien tenang tidakf; kolaborasi dengan dokter
f;
untuk pemberian analgetik
nampak menahan sakit
perhatian
klien
membantu
a.Klien mengatakan
perut
terasa
sebah
b.selangkangan
terasa
kencang
pada
bagian
benjolannya
c.Klien mengatakan
agak pusing
d.Klien mengatakan
takut
untuk
miring ke kiri
Cemas
berhubungan
dengan
pembedahan
dengan kriteria:
ditandai dengan
Do :
takutnya berkurang
a. Klien Nampakc; klien menyatakan
tegang
meningkatkan
rasa
dan
prosedur,a; kecemasan
keamanan
menurunkan
kecemasan
c; Dengarkan keluhan klien
siap
d; Identifikasi
perubahan
klien
akan
berkurang
dengan
memberikan
informasi
yang
akan
b. Klien Nampak
level kecemasan
e; Dorong
klien
cemas
mengungkapkan
Ds :
secara
a. Klien mengatakan
sedikit takut akan
b.
dilakukan operasi
Klien
menanyakan
kapan dilakukan
operasi
dan
h; tunjukkan penerimaan
i; jaga ketenangan
bagaimana
prosesnya
Ansietas
berhubungan
dengan kurangnyapengetahuan
klien
informasi
ditandai dengan
a; Klien tenang
b; Klien
Nampak
Do :
Klien
Nampak
menjalani operasi
meningkatkan
meningkatkan
program
orang
tua
motivasi
dan
keluarga.Jelaskan
siap
rencana
dasar
yang
kerjasama
pengobatan
memadai
pasien
dan
dapat
mengenai
mendapatkan
dilakukan
operasi
tindakan
yang
dilakukan.
kesiapan klien operasi
b; Jelaskan mengenai jadwal, e; Gambaran
tidakan
dan lokasi operasi
meningkatkan
bagaimana
prosedurnya
c; Jelaskan durasi tindakan
operasi
d; Identifikasi
kecemasan
klien
e; Gambarkan
tindakan
B; Intra Operasi
kesipan
melaksanakan operasi
dan
ruang
tunggu
preoperatife
klien
dapat
dalam
No
1
Diagnosa
Tujuan
Resiko
Intervensi
Rasional
petunjuka; Ketidak seimbangan proses pemikiran akan
sederhana
ditandai dengan
saat operasi
diminimalisir
a; klien
di
dengan
singkat
membuat
pasien
merasa
kesulitan
dalam
dengan
Do :
dan
b; Siapkan
bantalan
bius
peralatan
untuk
dan
posisi
anastesi
prosedur
spinal
operasi
dan
elektronik
b; klien mengalami
penurunan
kekuatan
ekstremitas
(bantalan
elektrokauter)d;
bagian bawah
yang
c; mobilitas terbatas
massa
Ds : -
meliputi
otot-otot
seluruh
yang
pasien
maupun
meja
operasi
pada
waktu
memindahkan pasien ke
dan dari meja operasi
Resiko
ditandai dengan
dapat
untuk
Do :
kriteria ;
dicegah
dengan
menghentikan
perdarahan
prosedur operasi
a; Klien menjalani
pembedahan
a; Tidak
pada inguinalis
lateralis
b; Klien
keadaan
sadar
pengaruh
anastesi
Ds : -
terjadi
perdarahan
output cairan
operasi
dilakukan
yang di harapkan
f; Pastikan
elektrikal
keamanan
dan
alat-alat
operasi.
Mendemonstrasikan
3
Resiko
terhadap
kekurangan volumestabil,
cairan berhubunganmukosa
turgor
1; Ukur
dan
pemasukan
dan
pengeluaran cairan.
normal,2; Periksa
pembalut
lembab,
terjadinya
mempengaruhi intervensi
terhadap
pemasukan
untuk
cairan
secara
oral
(prosedur
mual);
rasa
pembengkakan
3; Pantau
medis/adanya
suhu
pada hipovolemia.
kulit,3). Kulit yang dingin dan lembab, denyut yang
kehilangan
darah
pembedahan.
selama
4; Kolaborasi
pemberiancairan tambahan
hasil
laboratorium,misalnya
Hb,Ht
C; Post Operasi
No Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Bersihan jalan a; Jalan napas pasiena; Pertahankan jala
1
nafas
tidak
bersih,
ditandai
efektif
berhubungan
normal
dengan
auskultasi
peningkatan
sekresi
trakeobronkial
sekunder
terhadap
efek
anestesi; batuk
tidak
efektif
meletakkan pas
sesuai.
pada
b; Observasi
fr
b; RR : 12 20 X /
pernafasan dan
menit
pernafasan
c; Observasi peng
terutama otot-oto
d; Lakukan
diperlukan
peng
sekunder
terhadap
depresi
e; Kolaborasi
SSP
pe
oksigen sesuai k
lamanya serang
b; Pertahankan tira
akut letakkan pa
fowler dengan t
hilang
terkontrol.
nyeri
posisi terlentan
dan meninggikan ke
c; Batasi aktivitas
2; mengungkapkan
sesuai dengan k
d; Instruksikan
metode
yang
memberi
melakukan
tek
visualisasi
penghilangan.
e; Kolaborasi dalam
3; mendemonstrasikan
penggunaan
intervensi terapi
Gangguan rasa
1; Lakukan penil
nyaman (nyeri)
neurologist secar
sehubungan
dengan
kompresi
3
syaraf,
prosedur bedah.
Melaporkan
atau2; Pertahankan
mendemonstrasikan
terlentang semp
situasi normal.
jam
3; Pantau
tanda
kehangatan, pen
Perubahan
4; Kolaborasi dal
perfusi jaringan
berhubungan
dengan
1; Berikan tindaka
penurunan
aliran
indikasi dengan
darah
pembentukan
4
hemat
2; Catat respon em
Mengungkapkan
pemahaman
saat immobilis
tentang
situasi
atau
faktor
resiko
dan
aturan3; Bantu
pengobatan individual.
Kerusakan
mobilitas fisik
yang disesuaika
pasien
aktivitas ambula
4; Ikuti aktivitas
periode istiraha
sehubungan
dengan
nyeri,
5; Berikan atau
spasme otot
melakukan lat
aktif, pasif
1; Tekankan tekn
yang baik
2; Pertahankan
penggantian b
infasif.
Meningkatkan
5
penyembuhan
tepat,
eritema
bebas
dan
balutan,
catat
adanya eritema.
demam
Resiko
tinggi
5; Kolaborasi pem
infeksi
berhubungan
dengan
pertahanan
1; Tentukan kebu
primer
tidak
adekuat
yang adekuat, k
gizi.
prosedur
infasif,
insisi
bedah
2; Jelaskan penti
1; Meningkatkan
adekuat, negos
masukan oral.
tujuan masuka
2; Menjelaskan faktor
penyebab
diketahui
apabila
3; Timbang berat b
laboratorium
Resiko
perubahan
nutrisi
kurang
dari kebutuhan
tubuh
yang
berhubungan
4; Anjurkan
kebersihan
pantau
pas
pasien
personal hygien
dengan muntah,
mual, gangguan
5; Atur
rencana
peristaltik usus
mengurangi
ketidaknyamana
menyebabkan
mengurangi naf
b; Post Operasi
b; Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, prosedur bedah.
Kriteria hasil:
1; Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
2; mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
3; mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:
g; Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor pencetus atau yang memperberat
Rasional : Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi
terhadap terapy.
h; Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan
lutut dalam keadaan fleksi atau posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat.
Rasional : Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot
menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu.
i; Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema
dan tekanan.
j; Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi
Rasional : Memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses
penyembuhan.
k; Kolaborasi dalam pemberian therapy
Rasional : Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.
c; Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah pembentukan hematoma.
Kriteria hasil:
Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal.
intervensi:
5; Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara periodik
Rasional : Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan resolusi edema, inflamasi sekunder.
6; Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa jam
Rasional : Untuk menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya), untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya.
f; Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral
(prosedur medis/adanya rasa mual); kehilangan darah selama pembedahan.
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, tanda tanda vital stabil, turgor normal, mukosa lembab,
pengeluaran urine sesuai.
Intervensi :
1; Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran
Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan
penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi.
2; Periksa pembalut terhadap terjadinya perdarahan, kaji luka untuk terjadinya pembengkakan.
Rasional : Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia.
3; Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Rasional : Kulit yang dingin dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan
dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
4; Kolaborasi pemberian cairan sesuai petunjuk, tingkatkan kecepatan IV jika diperlukan.
1; Rencana Pemulangan
a;
Menggunakan korset/penyangga.
Tindakan operasi dan pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri sesuai resep dokter.
Jaga balutan lukaoperasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap hari dan kalau perlu.
f;
Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengonsumsi die tinggi serat dan masukan cairan adekuat.
BAB III
PENUTUP
A; Kesimpulan
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari
kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal kantung, dan yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organorgan internal lainnya.
Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan melemahnya otot-otot normal.
Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal
sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding abdomen, 3% adalah hernia
umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan diafragmatik hernia.
B; Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan adalah diharapkan agar pasien dapat melatih penguatan otot yang mungkin dapat
membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah
herniasi. Awal pengakuan dan diagnosis herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah herniasi terjadi, individu
harus mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada cekikan.
DAFTAR PUSTAKA
Chandranata, Linda (ed).2000.Inti Sari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah.EGC:Jakarta
Charlene J. Reeves dkk.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit Salemba Media:Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2013.Nanda Nic-Noc.Mediaction:Yogyakarta
Safitri, Amalia (ed).2006.At a Glance Ilmu Bedah.EGC:Jakarta
Swearingen.2001.Keperawatan Medikal Bedah Edisi II. EGC:Jakarta.