Anda di halaman 1dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI

( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 1 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam usaha eksplorasi minyak dan gas bumi, kegiatan operasi survei adalah salah satu
jenis kegiatan utama yang memerlukan perencanaan yang matang, koordinasi, dan
pengawasan yang baik, efektif, serta efisien.
Pada tahun 2008, BPMIGAS mengeluarkan Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi
Seismik (PUPOS). Adanya perkembangan teknologi, metode Survei, kondisi sosial
masyarakat menuntut perubahan pedoman umum operasi Survei untuk mengakomdasi halhal tersebut.
BPMIGAS memandang perlu untuk menerbitkan pedoman umum tidak hanya untuk
operasi seismik namun juga untuk kegiatan operasi Survei lainnya. (PUPOS=Pedoman
Umum Pelaksanaan Operasi Survei).
Keberadaan PUPOS diharapkan dapat mewujudkan pelaksanaan operasi Survei yang
selalu berpedoman kepada Good Engineering Practice dan mengikuti ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Petunjuk Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik (PUPOS) diperlukan, karena:
1. Merupakan tahap awal dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas
2. Menggunakan teknologi tinggi
3. Melibatkan banyak tenaga kerja
4. Daerah operasi berpindah-pindah, lingkungan, dan kondisi yang bervariasi serta
berinteraksi langsung dengan masyarakat
5. Mencakup berbagai jenis pekerjaan yang berbeda dan saling berkaitan
6. Memerlukan biaya dan beresiko tingggi
Secara umum, materi Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Survei adalah, sebagai
berikut:
1. Pendahuluan
2. Dasar Hukum Pedoman Operasi
3. Ketentuan Umum Operasi Survei
4. Pedoman Operasi
5. Penutup

I.2. Maksud Dan Tujuan


1. Maksud

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 2 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Sebagai panduan kerja dalam perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan


pengawasan serta pelaporan yang sistematis, efektif, dan efisien.
2. Tujuan
Agar operasi dapat berjalan lancar, tepat waktu, hemat biaya, mendapatkan kualitas
data terbaik, memenuhi kaidah K3LL (Kesehatan & Keselamatan Kerja serta
Lindungan Lingkungan), dapat diaudit (auditable), terukur (accountable), dan diterima
(acceptable).
I.3. Ruang Lingkup
Pedoman ini mencakup kebijakan dan prosedur pelaksanaan operasi survei di darat, laut,
dan transisi dari setiap unit kerja yang terdiri dari:
1. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian manajemen operasi Kontraktor
Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada kegiatan survei secara efektif dan efisien.
2. Melakukan pengkajian untuk rekomendasi kepada fungsi terkait atas usulan Plan of
Development (POD), Work Program and Budget (WP&B), Authorization for
Expenditure (AFE) serta close out report AFE kegiatan survai KKKS.
3. Memberikan rekomendasi kepada fungsi terkait mengenai standardisasi dan spesifikasi
penggunaan barang dan jasa kebutuhan KKKS dalam rangka pengutamaan produksi
dalam negeri.
4. Monitoring atas penggunaaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan pendayagunaan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) yang berkaitan dengan kegiatan dan operasi survei.
5. Melakukan koordinasi, pemeriksaan, dan rekomendasi teknis terhadap peralatan,
personil, dan operasi Survei
6. Pekerjaan teknis yang lebih rinci tetap mengacu pada Standard Operating Procedure
(SOP) masing-masing KKKS yang berpedoman kepada Good Engineering Practices.

I.4. Kebijakan K3LL


KKKS dalam melaksanakan setiap kegiatan operasi Survei wajib memperhatikan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, Lindungan Lingkungan (K3LL) sesuai peraturan yang
berlaku dan mengalokasikan anggaran untuk maksud tersebut.
I.5. Tinjauan Umum Alur Proses Bidang Operasi
Secara umum alur proses kegiatan AFE Kontraktor Kontrak Kerja (KKKS ) terdiri dari
Perencanaan, Operasi dan Close Out. Otoritas masing-masing bagian kegiatan tersebut
pada bagian Perencanaan untuk kegiatan perencanaan dan persetujuan teknikal dan biaya.
Bagian Pengendalian Operasi untuk kegiatan operasional dan bagian pengndalian Biaya
Operasi untuk evaluasi dan persetujuan biaya operasi.

Hal 3 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

AFE SURVEI LAPANGAN


AUTHORITATION FOR EXPENDITURE
KKKS

KKKS

BAGIAN
HUKUM
INPUT

OUT PUT

PERENCANAAN

PENGENDALIAN
OPERASI

FINANSIAL

BAGIAN
UMUM

Gambar 2.1. Diagram Alir Pemegang Otoritas AFE

Dalam menjalankan fungsinya pada tiap-tiap bagian tersebut didukung oleh fungsi
pendukung di luar bagian pada tahap masing-masing kegiatannya. Otoritas pada tahap
perencanaan, fungsi lain diluar perencanaan mendukung kegiatan perencanaan apabila diminta,
demikian juga saat otoritas kegiatan di tangan Bagian Pengendalian Operasi, Bagian
Perencanaan dan Bagian Pengendalian Biaya Operasi menjadi pendukung, sedangkan kegiatan
pada tahap pasca survai, evaluasi dan persetujuan biaya AFE, bagian perencanaan dan
Pengendalian Operasi mendukung bagian Pengendalian Biaya Operasi. Selain itu terdapat
fungsi-fungsi pendukung yang tidak memengang tahapan proses, tetapi mempunyai kewenangan
sesuai spesifikasi keahlian, antara laian Fungsi perwakilan, security, Hupmas, Formalitas, K3LL,
PMA, kelompok bantuan Hukum, dan lain-lain dapat diminta untuk mendukung masing-masing
tahap kegiatan. Secata garis besar hubungan masing-masing proses kegiatan AFE tersebut dapat
dilihat dalam Gambar 2.1.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 4 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

BAB II
DASAR HUKUM PEDOMAN OPERASI

II. 1. Dasar Hukum Pedoman Operasi Secara Umum


a. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang MIGAS
b. Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2002 tentang BPMIGAS
c. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu MIGAS
d. SNI 13-6912-2002 tentang Operasi Seismik yang aman di Indonesia Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
e. PTK BPMIGAS
f. Peraturan Menteri ESDM No. 037 tahun 2006 tentang tata cara pengajuan rencana
impor dan penyelesaian barang yang dipergunakan untuk operasi kegiatan usaha
hulu minyak dan gas bumi.
g. Petunjuk pelaksanaan menteri pertahanan No. JUKLAK/01/VI/2004 tanggal 30
Juni 2004 tentang pengamanan Survei dan pemetaan wilayah nasional.
h. Keputusan menteri pertahanan RI No. Kep/09/M/VI/2003 tanggal 30 Juni 2003
mengenai Pengamanan Survei dan pemetaan wilayah nacional.
i. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup
j. PP No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan dan
perlakuan Pajak penghasilan di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi
k. Keputusan Menteri energi dan Sumber Daya Mineral No. 1603 K/40/MEM/2003
tentang Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan.

II.2.

Dasar Hukum Pedoman Operasi Secara Khusus


a. Dasar Hukum Pedoman Operasi Survei Seismik Darat
Dasar Hukum Bahan Peledak:
UU No.12 Th 1951 9 LN 78/51 Yo Pasal d UU No.8 TH 1948 tentang sanksi
pidana seumur hidup atau penjara 20 tahun, sebagaimana diatur dalam pasal
1 UU No.12 Prp TH 1960 tentang kewenangan perizinan yang diberikan
menurut UU Senpi/Handak bahwa Polri diberikan kewenangan mengeluarkan
perizinan Senpi/Handak non TNI/Polri
Kepres RI No. 5 TH 1988 Polri diberikan kewenangan dalam hal pengawasan
distribusi pengadaan handak
Perkap Kapolri No.2 tahun 2008 tanggal 29 April 2008 tentang pengawasan,
pengawasan pengendalian dan pengamanan bahan peledak komersial
MoU Kapolri dan Kepala BPMIGAS tentang obvitnas dan handak

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 5 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Surat Kadiv. Eksternal No. 7832/BPD4000/2004-SO tanggal 2 Desember 2004


tentang pelimpahan pengurusan formalitas izin bahan peledak ke Perwakilan
BPMIGAS
SNI 13-6911-2002 tentang Penanganan Bahan Peledak yang aman di Indonesia
b. Dasar Hukum Pedoman Operasi Survei Seismik Laut
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2011 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah no 20 tahun 2010 tentang angkutan di perairan yang berisikan
dispensasi penggunaan kapal asing khususnya untuk kapal-kapal penunjang
usaha hulu minyak dan gas atas azas cabotage (azas pembatasan penggunaan
kapal asing) yang diberlakukan
Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Laut dan Dirjen Migas No
5401.40 371/DD/MIGAS/1967 tanggal 19 Nopember 1967 tentang
pengangkatan perwira laut sebagai perwira pengawas dan perwira koordinator
serta tugas-tugasnya.
UU No.32 Tahun 2004 Propinsi berhak atas kewenangan wilayah laut sejauh
maksimum 12 mil Laut dari titik terluar propinsi, sedangkan kabupaten atau kota
berhak atas sepertiga dari kewenangan laut propinsi
Surat Keputusan Direktorat Teknik Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia No.
3754/DMT/Migas/1984 tentang Pemeriksaan Keselamatn Kerja pada instalasi
pemboran, tanki terapung, barge dan sejenisnya.
c. Dasar Hukum Pedoman Operasi Survei Seismik Transisi
Mengacu kepada dasar pedoman operasi Survei seismic darat dan dasar pedoman
operasi survei seismik laut.

d. Dasar Hukum Pedoman Operasi Survei Lain


Mengacu kepada dasar pedoman operasi survei secara umum dan menyesuaikan
dengan kondisi daerah setempat.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 6 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

BAB III
KETENTUAN UMUM OPERASI SURVEI
Ketentuan umum operasi Survei mencakup dasar ketentuan yang harus dipenuhi oleh KKKS
guna tercapainya objektif/tujuan operasi survei yang dilaksanakan.
III.1. KKKS
a. Mengacu kepada PSC contract bahwa KKKS harus mempunyai kemampuan finansial,
kemampuan teknis dan kecukupan tenaga ahli untuk melaksanakan eksekusi AFE
(Authorization For Expenditure) yang menjadi lingkup kerja Survei lapangan dan yang
telah mendapatkan persetujuan dari BPMIGAS.
b. Proses lelang memenuhi ketentuan yang disyaratkan di PTK-007 rev 02 BPMIGAS
c. Diwajibkan memenuhi ketentuan perizinan yang disyaratkan.
d. Diwajibkan mengikuti standard K3L yang berlaku di Industri Migas
e. Setiap pelaksanaan proyek Survei, KKKS wajib menunjuk penanggung jawab proyek
dari KKKS yang bersangkutan.
III.2. Kontraktor Pelaksana
a. Mempunyai kemampuan financial, kemampuan teknis, dan kecukupan tenaga ahli.
b. Kontraktor Pelaksana telah terdaftar di Ditjen Migas (SKT MIGAS) untuk bidang
serupa
c. Terdaftar di asosiasi jasa serupa
d. Reputasi baik di beberapa proyek survei serupa
e. Pemakaian komponen dalam negeri dan Teknologi berbasis dalam negeri lebih
diutamakan
f. Memenuhi persyaratan TKDN sesuai dengan PTK 007 rev2 BPMIGAS
g. Penggunaan komponen teknologi luar negeri, diharapkan dapat membuka peluang alih
teknologi.
h. Diwajibkan memenuhi ketentuan perizinan yang disyaratkan
i. Diwajibkan mengikuti standard K3L yang berlaku di Industri Migas
III.3. Keteknikan
a. Referensi Datum
Datum Geodesi yang digunakan adalah sistem WGS 84 dan Proyeksi UTM (Ref: Per
Men ESDM No. 1603 K/40/MEM/2003). Apabila suatu daerah eksplorasi memiliki
system datum yang berbeda diwajibkan bagi KKKS untuk menghasilkan juga referensi
datum dengan system WGS84.
b. Lay out lintasan Survei sudah disimulasikan berdasarkan kondisi real lapangan yang
ada.
c. Perubahan desain parameter, lintasan, luas area, lokasi, dan anggaran selama operasi
berlangsung harus disampaikan ke Dinas Operasi dan Pengeboran BPMIGAS untuk
memperoleh rekomendasi proses persetujuan dari Fungsi Perencanaan BPMIGAS.
d. BM GPS telah diukur dan dikoreksi sebelum lintasan/titik pengukuran diukur.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 7 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

III.4. Operasi
a. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan wajib dilaksanakan oleh KKKS. Survei ini meliputi aspek : sosioekonomi, hazard, security, lithology, morphology, dan sebagainya. Detail Survei
pendahuluan tergantung dari tipe Survei yang akan dilaksanakan. Dari kegiatan
Survei pendahuluan diharapkan resiko kegagalan operasi dapat diperkecil.
b. Pelaksanaan Survei
1. KKS berkewajiban melakukan kontrol produksi, kualitas data, dan
K3L
pelaksanaan proyek.
2. Kemajuan Produksi, Kasus HSE, Waktu, dan status kualitas data wajib dilaporkan
secara periodik selama survei berlangsung ke Dinas Operasi dan Survei
Pengeboran BPMIGAS untuk prediksi terhadap kemunginan yang akan timbul dan
performance operasi.
3. Jika Kontraktor Pelaksana bekerja tidak sesuai spesifikasi teknis dan administrasi
yang disyaratkan dalam kontrak , KKKS bersama dengan BPMIGAS dapat
melakukan evaluasi kinerja kontraktor pelaksana. Dimungkinkan dilakukannya
terminasi proyek apabila kontraktor pelaksana tidak dapat memenuhi hasil evaluasi
yang telah dilaksanakan.
4. Dalam hal pelaksanaan proyek mengakibatkan kenaikan budget komponen AFE
dan melebihi ketentuan yang disyaratkan, KKKS wajib melaporkan ke Dinas
Operasi Survei dan Pengeboran BPMIGAS untuk mendapatkan rekomendasi revisi
kepada Fungsi Perencanaan BPMIGAS.
5. Aspek sosial kemasyarakatan dalam pelaksanaan survei:
Pelaksanaan operasi Survei wajib memperhatikan kondisi social dan kearifan
lokal di sekitar daerah survei
Pelaksanaan Survei wajib disosialisasikan sebelum pelaksanaan Survei.
KKKS wajib berkoordinasi dengan BPMIGAS dalam pelaksanaan sosialisasi
Selama pelaksanaan survei, diusahakan menggunakan tenaga kerja lokal
setempat khususnya untuk survei darat.
Penentuan besaran kompensasi mengacu kepada peraturan pemerintah daerah
setempat
6. Pernyataan-pernyataan penggunaan jumlah hari kerja, mulai dan berakhirnya survei
serta klaim biaya-biaya yang tidak dibatasi oleh kontrak, sejauh mungkin
dibuktikan dengan berita acara oleh pengawas lapangan dari KKKS dan atau
pengawas lapangan Kontraktor Pelaksana
c. Akhir Survei
1. KKKS agar dapat menyampaikan validasi kegiatan operasi kepada Dinas Operasi
Survei dan Pengeboran untuk proses Close Out pada Divisi PBO
2. KKKS wajib menyerahkan laporan akhir pekerjaan, sesuai surat ketentuan
persetujuan AFE dan peraturan turunannya.

Hal 8 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

III.5. Manajemen Proyek


1. Pengawas lapangan KKKS merupakan Manajemen proyek yang dapat terdiri dari:
Manajer Proyek, QC Rep/Company Rep/Field Supervisor dan Pengawas Kontraktor
Pelaksana
2. Syarat-syarat menjadi Manajer Proyek:
a. Pernah menjadi pengawas di lapangan
b. Menguasai teknis yang dikerjakan
c. Berkomunikasi baik dengan Team dan Masyarakat
d. Menguasi masalah hukum dan ketentuan Kontrak Kerja Sama Bagi Hasil Migas
Indonesia
e. Menguasai budgeting
f. Mempunyai kemampuan Manajerial yang baik
3. Syarat-syarat menjadi Company Rep.
a. Menguasai Teknis dan kontrak pekerjaan
b. Pengalaman dibidangnya
c. Mempunyai kemampuan Manajerial yang baik
d. Dapat bekerja team dan menguasi budaya lokal
4. Syarat syarat Pengawas Kontraktor Pelaksana
a. Telah menjalani pekerjaan teknis minimal 2 kali party/Proyek
b. Sedikitnya pernah menjadi wakil pengawas di lapangan
c. Mempunyai kemampuan manajerial yang baik
d. Menguasai ketentuan-ketentuan yang berlaku di Pemerintahan
e. Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dengan masyarakat.
f. Dapat bekerja team dan menguasi budaya lokal
g. Menguasai kontrak pekerjaan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 9 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

BAB IV
PEDOMAN OPERASI
Dalam pembahasan pedoman operasi survei dibahas antara lain tinjauan umum survei,
syarat & ketentuan, dan tahapan survei. Pemahaman terhadap obyek, batasan-batasan, dan
tahapan pekerjaan dalam kontrak kerja sama produksi minyak dan gasbumi di Indonesia
merupakan usaha yang penting dalam mengurangi konflik antara KKKS dan BPMIGAS.
Cakupan pembahasan terdiri dari survei seismik darat, transisi, laut, dan Survei lainnya.
Cakupan kegiatan Survei lainnya antara lain geologi lapangan, survei gravitasi, magnetik,
bathymetry, topografi, geophysical site, dan survei-survei jenis baru yang menjadi primadona
KKKS dan tidak disebut dalam format AFE, seperti survei pasif seismik, IVEL,
CSAMT,AMT/MT, Transient Eletromaget, dan lain-lain.
Referensi materi ini dikutip berdasarkan PUPOS tahun 2008 dan perkembanganperkembangan baru yang mempengaruhi aspek operasional survei lapangan saat ini baik dari
narasumber ahli dibidangnya maupun dari pengalaman BPMIGAS.
IV.1. Pedoman Operasi Survei Seismik Darat
a. Tinjauan Umum Metode
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang
dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, yaitu pengukuran dilakukan dengan
menggunakan sumber seismik (palu, ledakan, dll). Setelah usikan diberikan, terjadi
gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum
elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya
perbedaan kecepatan.
Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi
waktu. Berdasarkan data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di
dalam tanah.

Gambar 4.1. Prinsip dasar Metode Seismik Darat (Sumber: Seistrexx, Australia, 2010)
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert Mallet,
yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi instrumentasi. Mallet

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 10 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang dikenal sebagai gelombang


permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah
kecil berisi merkuri pada jarak dari sumber ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan
oleh merkuri untuk beriak. Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu
jalar dari sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan menemukan keberadaan bidang
batas antara matel dan kerak bumi yang sekarang disebur Moho.
Pelaksanaan survei seismik darat melibatkan beberapa departemen yang bekerja secara dan
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Departemen-departemen yang terlibat antara
lain: Topografi, Seismologist, Processing, Field Quality Control (QC) dan departemen
pendukung lainya. Dept. Topografi bertugas untuk memplotkan koordinat teoretik hasil
desain. Dept Seismologist bertugas mulai dari pembentangan kabel, penempatan Shot point
(proses drilling dan preloading) dan selanjutnya dilakukan penembakan dan recording yang
teknis pelaksanaanya dikerjakan di Recording Center. Data hasil recording diolah oleh
departemen processing untuk mendapatkan output data akhir pelaksanaan survei. Untuk
mengontrol serta meningkatkan kualitas dalam kegiatan akuisisi data seismik maka
dilakukan juga Field QC.
Berikut gambaran umum pekerjaan survei seismik darat:
1. Topografi
Dalam survei seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR (trace) sangat penting
sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang akan
dihasilkan. Departemen Topografi melakukan pengeplotan /pematokan koordinatkoordinat SP dan TR teoritik yang telah didesain. Dalam membuat desain survei
seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus diperhatikan :
- Trace interval : Jarak antara tiap trace
- Point interval: jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya
- Far Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh
- Near Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat
- Jumlah shot point: Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan
- Jumlah Trace: Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP
- Record length lamanya merekam gelombang seismik
- Fold coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh geophone
di permukaan
Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi, antara lain:
- Survei Lokasi
- Pengukuran Titik Kontrol
Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah mendistribusikan pilar-pilar
GPS pada seluruh area. Kemudian BM GPS ini dipasang pada area survei sesuai dengan
distribusi, di mana pilar tersebut dipasang. Titik BM yang telah diketahui digunakan
untuk menentukan koordinat-koordinat lain yang belum diketahui, misalnya koordinat
shot point atau koordinat receiver. Pada dasarnya pengukuran GPS selalu diikatkan
dengan titik dari Bakosurtanal yang bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 11 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

global sehingga titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta
yang lain.
- Pengukuran Lintasan Seismik
Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan Patok SP dan TR
Pengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik tembak (SP) dan titik
rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan peralatan total station.
Pembuatan Titian dan Rintisan
Titian dibuat untuk mempermudah dan memperlancar kerja ketika survei
menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati seperti: irigasi, parit, sungai atau rawa,
sehingga mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling maupun recording.
2. Shot Hole Drilling
Pengeboran dangkal pada survei seismik bertujuan untuk membuat tempat penanaman
dinamit sebagai sumber energi (source) pada perekaman. Kedalaman lubang bor biasanya
30 m dengan diameternya sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman lubang bor ini berdasarkan
test percobaan yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman ini terletak di bawah lapisan lapuk
(weathering zone).
3. Preloading
Pada survei seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di darat, dan airgun digunakan
khusus untuk daerah survei di dalam air. Dinamit terbungkus dalam tabung plastik dan
dapat disambung-sambung sesuai dengan berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam
tabung ini dinamit diisi dengan detenator atau cap sebagai sumber ledakan pertama, serta
dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.
Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pengeboran selesai, dengan
tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian
dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah
mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah
memiliki lisensi tertulis dari MIGAS.
4. Recording
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data
seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan
data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai
dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain Survei 2D. Pada saat perekaman, yang
memegang kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang
disebut Center Recording.
Persiapan Peralatan
- Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:
Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.
Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal analog.
- Field Digitizer Unit (FDU)

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 12 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

FDU mengubah data analog yang diterima dari geophone menjadi digital dan
mengirim data tersebut ke Line/Cross Acquisition Unit untuk diproses dan
dikirim ke Control Module (CM).
PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A / 16
Volt.
- Line Field Unit
Line Acquisition Unit Land menginterpretasikan perintah yang datang dari CM,
mengkontrol Field Digitizer Unit pada sebuah line dan mengumpulkan data dari
Field Digitizer Unit tersebut. Line Acquisition Unit Land melakukan decimating,
filtering dan compressing data dan mengirim data tersebut ke CM melalui Crosing
Field Unit. Field Unit juga mensinkronisasi semua sampel dengan time break.
- Crosing Field Unit Crossing Line Acquisition Unit ekivalen dengan CSU (Crossing
Station Unit). Crosing Field Unit hidup ketika menerima tegangan pada empat
portnya (minimal 5 V DC), dan memberikan tegangan suplai +/-24 V pada setiap
port transmisi dan pada transmisi transfer dengan sebuah tegangan DC untuk
menghidupkan Crosing Field Unit berikutnya dan seterusnya.
2. Penembakan (Shooting)
Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna, kadang-kadang
dinamit tidak meledak, up hole tidak terekam dengan baik, banyak noise, dan sebagainya.
Kejadian ini disebut missfire, beberapa istilah missfire yang sering digunakan di lapangan:
Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak
Dead Cap : detonator mati, dinamit tidak meledak
Loss wire : kabel deto tidak ditemukan atau putus
Weak Shot : energi tembakan lemah dibandingkan rekaman disekitarnya,
Line Cut : kabel terputus saat shooting sehingga panjang rekaman tidak sesuai parameter
Parity Error : instrumen problem
No CTB : no confirmation time break
Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan
Reverse Polaritty : polaritas terbalik
Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor record atau blaster)
Dead Trace : trace mati
Noise Trace : terdapat noise pada trace

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 13 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Gambar 4.2. Peralatan Survei Seismik Darat


3. Field Processing
Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan sebelum dilakukan proses
selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field processing adalah pada geometri
penembakan dimana jika ada penembakan terdapatwrong ID, wrong coordinate, wrong
spread dsb, dapat diketahui dan segera dikonfirmasikan ke Field Seismologist dan TOPO
untuk dilakukan perbaikan. Proses pengolahan data seismik di lapangan biasanya hanya
dilakukan sampai pada tahapan final stack tergantung dari permintaan client. Langkahlangkah yang umum dilakukan dalam memproses data seismic di lapangan adalah sebagai
berikut:
- Loading Tape
Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan dalam pita magnetik dalam
format tertentu. Pita magnetik yang memuat data lapangan ini disebut field tape. SEG
(Society of Ekploration Geophysics) telah menetukan suatu standar format penulisan
data pada pita magnetic.
- Geometri Up Date
Adalah proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shotpoint,
koordinat X,Y,Z di permukaan, kumpulan CDP, offset terhadap shot-point, dan
sebagainya.
- Trace Editing
Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau memperbaiki trace atau record
dari hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di lapangan.
Editing dapat dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise,
terutama koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang terbalik.
Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pertama membuat tracetrace yang tidak diinginkan tersebut menjadi berharga nol (EDIT) dan atau membuang /
memotong bagian-bagian trace pada zona yang harus didefinisikan (MUTE).
Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh dari catatan pengamatan di
lapangan (observer report) maupun dengan pengamatan dari display raw recordnya.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 14 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

- Koreksi Statik
Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival time bila penembakan
dilakukan dengan titik tembak dan group geophone yang terletak pada bidang horizontal
dan tanpa adanya lapisan lapuk. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh
dari variasi topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi kecepatan pada lapisan lapuk.
Suatu reflector yang datar (flat) akan terganggu oleh adanya kondisi static yang
disebabkan adanya efek permukaan (near surface efects).
Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi dua bagian koreksi :
Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)
Koreksi Ketinggian
- Analisis Kecepatan
Analisis kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang dipakai untuk mendapatkan
stacking velocity dari data seismik yang dilakukan dengan menggunakan Interactive
Velocity Analisis diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO
adalah hiperbolik. Analisis kecepatan ini sangat penting, karena dengan analisa
kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk menetukan
kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan
dalam CDP gather, harga kontur semblance analisis sebagai fungsi dari kecepatan NMO
dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO yang akan diperoleh pada waktu analisis
kecepatan. Didalam CDP gather titik reflektor pada offset yang berbeda akan berupa
garis lurus (setelah koreksi NMO).
b. Persyaratan Survei Seismik Darat
Syarat sebelum survei seismik darat dapat dilihat dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1. Persyaratan Survei Seismik Darat
NO
MATERI
1 WP&B & AFE program Survei
2 Keputusan Pemenang Lelang
3 UKL/UPL

4
5
6
7
8

Izin memasuki open area (jika lintasan survei


melewati open area)
Izin memasuki wilayah KKKS lain (jika lintasan
survei melewati wilayah KKKS lain)
Izin lokasi pelaksanaan survei dan Area
Penggunaan Wilayah Lain (APL)
Sosialisasi kepada Masyarakat
Izin Dinas Kehutanan/Kementerian Kehutanan
c.q. Baplan

OTORITAS
BPMIGAS
BPMIGAS / KKKS
BAPEDALDA /
Kementrian Lingkungan
Hidup
Ditjen Migas
BPMIGAS/KKKS yang
dilewati
PEMDA setempat/instansi
pemda setempat
BPMIGAS, KKKS,
PEMDA setempat
PEMDA
setempat/Pemerintah Pusat

Hal 15 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

11
12

Sertifikasi untuk keahlian spesifik seperti shooter


/dan driller (Kontraktor KKKS)
Pengecekan kesiapan peralatan survei, administrasi,
dan keselamatan (K3LL) survei seismik dan
peralatan seismik di atasnya.
Project Plan
Security clearance

13
14

Kick of Meeting
Parameter Test

10

Ditjen Migas
BPMIGAS

BPMIGAS/KKKS
Direktur Ditwilhan Ditjen
Strahan Kemhan
KKKS
KKKS

Penjelasan tersebut adalah, sebagai berikut:


1. Surat persetujuan WP&B AFE/izin prinsip dari otoritas BPMIGAS
2. Surat persetujuan penetapan pemenang lelang dari KKKS
3. Persetujuan UKL/UPL oleh Pemda dan KLH
4. Apabila ada lintasan yang memasuki wilayah open area, surat izin diajukan kepada Ditjen
Migas melalui BPMIGAS, Divisi Eksplorasi, sedangkan apabila memasuki Wilayah Kerja
(WK) KKKS, langsung diajukan ke KKKS dengan tembusan BPMIGAS Divisi Eksplorasi.
5. Izin lokasi pelaksanaan survei kepada Bupati atau pejabat lebih tinggi sesuai ketentuan
Pemerintah RI difasilitasi oleh BPMIGAS.
6. Izin dari Dinas Kehutanan/Kementerian Kehutanansesuai ketentuan
7. Sosialisasi dari tingkat provinsi hingga masyarakat
8. Pengecekan kesiapan dan reliabilitas (stabilitas) peralatan survei oleh BPMIGAS Divisi
Operasi Produksi
9. Sertifikasi keahlian spesifik menurut regulasi Pemerintah RI.
10. Dokumen Persetujuan Security Clearance dari Ditwilhankam, Surat Izin Layar dari Hubla,
dan Surat Izin Gerak dari Adpel
11. Pemeriksaan aspek K3LL (JSA, ERP, Sertifikasi personel khusus untuk driller/shooter,
HSE) oleh otoritas BPMIGAS, K3LL
12. Project Plan (rencana proyek, tata waktu, teknikal, sosial masyarakat, organisasi proyek,
dan lain-lain).
13. Kick of Meeting disaksikan oleh BPMIGAS, Survei Lapangan
14. Parameter test disetujui oleh BPMIGAS, Ketenikan Geofisika.
Ke-empat belas syarat tersebut dikirim ke BPMIGAS untuk mendapatkan surat izin
melaksanakan operasi dari Ka. Div. Operasi Lapangan
c. Tahapan Operasi Survei
1. Pra Operasi Survei
- Persiapan Dokumen
Memperoleh izin pemerintah untuk mengeksplorasi prospek; mengidentifikasi dan
mendapatkan semua yang diperlukan untuk persyaratan lisensi, hukum perburuhan,
persyaratan kompensasi, biaya operasional, perpajakan dan prospek reklamasi; review

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 16 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

dokumen persetujuan WP&B AFE BPMIGAS (Resume Proyek yang ditanda tangani
antara BPMIGAS dan KKKS pada saat persetujuan dan Budget Schedule-4); dan
pengumpulan data / scouting detil.
- Perizinan Survei
Perizinan yang dimaksud antara lain:
Izin Pemda Tingkat I, jika dalam wilayah survei tersebut terdapat tumpang tindih
lahan dengan Kehutanan untuk mendapatkan rekomendasi penggunaan kawasan
hutan dari Menhut.
Izin Pemda Tingkat II, Jika tidak ada wilayah kehutanan cukup mendapatkan izin
dari Bupati (Area Penggunaan Wilayah Lain/APL) guna mendapatkan rekomendasi
kepada instansi terkait/perusahaan yang beroperasi di permukaan Wilayah Kerja.
Perizinan dari Kepolisian untuk bahan peledak melalui BPMIGAS Dinas Sekuriti
dengan tembusan Dinas Operasi Survei dan Pengeboran.
Izin bahan peledak meliputi:
* Izin pembelian dan penggunaan (P2) bahan peledak
* Izin angkut bahan peledak
* Perpanjangan izin penggunaan sisa (P1) bahan peledak
* Izin alih guna/hibah bahan peledak
* Izin pemilikan, penguasaan, dan penyimpanan (P3) bahan peledak
* Izin gudang/container tempat penyimpanan (sementara) bahan peledak
* Izin pemusnahan bahan peledak
Ketentuan-ketentuan perlakuan terhadap Bahan Peledak dapat dilihat dalam
Lampiran I.
Izin Security Clearance dari Dephan melalui BPMIGAS Dinas Sekuriti.
Izin melaksnakan operasi dari BPMIGAS Dinas Operasi Survei dan Pengeboran
yang dilengkapi dengan persyaratan survei.
- Sosialisasi
KKKS harus melakukan sosialisasi sebelum survei seismik dimulai, yang terdiri
dari sebagai berikut:
Sebelum perizinan, yaitu memberikan informasi dan penjelasan kepada Pemda
Kab/Kota dan Provinsi serta Instansi terkait dalam bentuk paparan program kerja
dan rencana waktu pelaksanaan survei (Sumber: PUPOS, 2008). KKKS perlu
didampingi BPMIGAS Hupmas/Perwakilan, apabila ada kegiatan courtessy call.
Setelah perizinan, yaitu memberikan informasi dan penjelasan kepada Muspika,
instansi terkait, dan masyarakat dalam bentuk paparan program kerja dan rencana
waktu pelaksanaan survei (Sumber: PUPOS, 2008).
Materi sosialisasi terdiri dari: Cakupan area (administratif dan geografi), manfaat
dan keuntungan survei, dan alur pekerjaan, pekerjaan seismik merupakan tahap awal
eksplorasi migas, teknis operasi seismik yang berkaitan dengan kepemilikan pihak lain
di permukaan tanah (PUPOS, 2008 dimodifikasi), mekanisme dan nilai ganti rugi

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 17 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

disesuaikan dengan harga indeks yang dikeluarkan oleh Pemda setempat, dan Tenaga
Kerja.
- Persiapan Teknis
Peralatan Topografi (Sumber PUPOS 2008)
* Peta Dasar: administrasi, konsesi, program lintasan
Peta minimal memenuhi persyaratan: datum memakai: ID-95/WGS-84, Sistem
proyeksi : UTM Zone, Skala minimum 1 : 50.000, Titik Ikat agar mengacu kepada
kontrol GPS yang diukur Bakosurtanal, Dilengkapi dengan peta lintasan seismik
terdahulu sebagai lampiran.
* Instrumentasi: Peralatan kompas, Hand GPS, GPS geodetic dual frequency, total
station, peralatan pendukung sesuai sifat Survei, foto satelit/foto udara (bila
diperlukan)
Pengeboran seismik (shot hole drilling)
Peralatan pemboran seismik agar dipertimbangkan antara lain: Flushing, Rotary
portable, Compressor, Peralatan pendukung (rock bit, drag bit, triefus bit, hummer bit,
auger)
Peralatan Pengisian bahan peledak (preloading)
Peralatan pengisian bahan peledak agar dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
loading pole, cap tester, masking tape, tali rafia, dummy load, kotak penyimpanan
bahan peledak, Peralatan pendukung (anchor, speedy loader, plastic point, plastic
ring)
Peralatan Perekaman data (recording)
Peralatan perekaman minimal terdiri dari unit perekam data, unit penerima
(geophone/hydrophone, unit penghubung antar FIELD UNIT, kabel seismic), FIELD
UNIT (FIELD UNIT tester, shooter unit, repeater unit), unit penyimpanan data (tape
drive magnetic, tape/cartridge/compact disk, kertas monitor).
Unit pendukung antara lain: geophone planter, battery charger, blaster & cap ester,
firing lines, komputer kendali mutu, generator, pelindung kabel, perangkat lunak esuai
dengan kebutuhan
PeralatanWorkshop rekaman
Peralatan workshop minimal terdiri dari cable tester & repair,
geophone/hydrophone tester, oscilloscope
Peralatan Komunikasi
Untuk komunikasi Base camp kantor pusat KKKS memakai: VSAT/kabel (voice,
data), HP satelit untuk remote area; base camp secondary camp (staging): radio
(SSB/UHF/VHF); dan Lapangan: radio repeater, HT, HP.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 18 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi minimal terdiri dari:
* Helikopter - daerah sulit dijangkau (apabila diperlukan)
* Kendaraan transportasi personel agar menggunakan truck/bus untuk area yang sudah
tersedia banyak jalan raya
* Kendaraan transportasi peralatan agar menggunakan truck
* 4 WD jenis station dan pick up dilengkapi roll bar (transportasi personel, bahan
peledak, dan ambulance), dapat digunakan di area dengan kondisi jalan tanah dan
berlumpur
* Speed boat dapat digunakan di area perairan/sungai yang luas
* Perahu dapat digunatan di area perairan yang sedang/transportasi sungai dan
dilengkapi dengan life jacket
* Kendaraan agar dilengkapi dengan sabuk pengaman, radio komunikasi, obat-obatan
dalam kotak P3K, alat pemadam kebakaran ringan
Peralatan Sumber getar
Sumber getar seismik adalah sumber getar yang dibuat/dipicu untuk menimbulkan
gelombang agar dapat merambat ke bawah permukaan bumi melalui media, sehingga
dapat direkam penerima seismik dalam waktu tertentu.
Macam sumber getar adalah sebagai berikut:
* Dinamit
Dinamit merupakan bahan peledak seismik di lingkungan darat, mempunyai kuran
berat dan jenis tertentu sesuai keperluan (agar menggunakan jenis bahan peledak
non TNT)
Kotak Handak minimal mempunyai spesifikasi, sebagai berikut: ukuran peti
dinamit 80 cm x 100 cm x 140 cm, terbuat dari kayu dengan rangka kuat,bagian
luar peti dilapisi dengan aluminium (anti spark) atau sejenis, bagian luar peti dicat
warna merah dan dicantumkan kata-kata Awas Berbahaya, dilengkapi pintu dan
engsel yang kuat, kunci (gembok) pengaman, peti ditempatkan dalam kotak
aluminium kendaraan transportasi bahan peledak
(Reff: 1. Standard Nasional Indonesia No.SNI (Standard Nasional Indonesia) 136912-2002 dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (ASN)
* Weight drop
Weight drop dapat digunakan untuk spesifikasi daerah pemukiman dengan cukup
lahan terbuka untuk menempatkan titik sumber getar. Spesifikasi penggunaan agar
disesuaikan dengan pembuat alat dan sifat survei.
* Air gun
Air Gun untuk spesifikasi daerah perairan dimana tidak mungkin ditempatkan
sumber getar yang lain. Spesifikasi disesuaikan dengan pembuat alat dan sifat
survei.
Vibroseis
Vibroseis adalah sumber getar yang berupa mesih getar dengan beban dan
frekuensi tertentu sesuai dengan desain yang ditetapkan. Mesin getar ini

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 19 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

biasanya ditempatkan pada sebuah truk dengan ukuran disesuaikan dengan


kapasitas beban mesin getar tersebut
PeralatanDokumentasi
Untuk keperluan dokumentasi kegiatan selama pelaksanaan survei seismik dapat
menggunakan: kamera video komputer
Peralatan K3LL
* Peralatan pemadam api ringan diharuskan dalam jumlah yang cukup untuk
keperluan base camp, staging, bengkel, gudang, dan fasilitas lain
yang
memerlukan pelampung/life jacket diharuskan dalam jumlah yang cukup untuk
pekerjaan-pekerjaan yang melewati sungai/rawa
* Topi pelindung kepala diharuskan memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan
kerja (K3LL)
* Ear plug/ear muffler, kacamata safety, dan sarung tangan personel shot hole drilling
diharuskan memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan kerja untuk
booklet/sticker/papan pengumuman tentang aturan, petunjuk, dan anjuran mengenai
K3LL
* Peralatan medis (P3K)
* Obatan-obatan
- Penyiapan camp
Penyiapan Camp terdiri dari Base Camp, Secondary camp (Staging), Flying camp,
Fasilitas K3LL, Gudang
Base camp
* Base camp sebagai pusat pengendali keseluruhan rangkaian kegiatan
* Base camp terletak di tempat strategis, seperti di sekitar/dalam wilayah survei
* Lokasi base camp sesuai dengan kondisi lingkungan area survei dengan ketentuan:
Memenuhi persyaratan K3LL
Berupa rumah/gedung yang mempunyai ruang cukup dan layak huni
(Reff SNI 13-6912-2002, Operasi Seismik Yang Aman di IndonesiaKeselamatan dan Kesehatan Kerja)
Dapat menampung tenaga ahli, mempunyai ruang cukup untuk tempat tinggal,
penempatan peralatan pendukung survei, seperti peralatan rekaman, kendali
mutu & pengolahan data lapangan, peralatan topografi, peralatan operasional
base camp, bengkel untuk perawatan peralatan rekaman, pemboran, kendaraan,
komputer, dan peralatan lain lengkap dengan suku cadang.
* Perlengkapan base camp memenuhi syarat minimum, sebagai berikut:
Mess untuk karyawan Supervisor BPMIGAS, KKKS, dan kontraktor
AC yang cukup terutama untuk ditempati peralatan-peralatan sensitif
Mesin foto copy
Komunikasi (radio, telepon, data)

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 20 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Peralatan K3LL
Klinik
Penangkal petir
Area parkir yang cukup memadai
Gudang BBM (jika diperlukan)
Workshop
Helipad (apabila diperlukan), windshock
Generator utama pembangkit listrik termasuk suku cadang, BBM, dan
pelumas yang menyediakan daya listrik selama 24 jam
Unit portable komputer minimum 2 GHz dilengkapi ethernet network
termasuk perangkap lunak, UPS, dan printer serta material habis pakai untuk
keperluan kerjaan survei
Secondary camp (staging)
Secondary Camp diharuskan agar Reff SNI 13-6912-2002, Operasi Seismik yang
aman di Indonesia-Keselamatan dan Kesehatan Kerja), yang terdiri dari:
* Terletak di dalam wilayah lokasi survei
* Dilengkapi dengan fasilitas radio komunikasi
* Dilengkapi dengan fasilitas yang memenuhi standard K3LL
* Dilengkapi dengan g udang peralatan, bengkel, ruang kerja/ pertemuan, fasilitas
tempat tidur personel tenaga ahli, pengawas, dan staf proyek
*Mempunyai halaman parkir kendaraan yang berada dalam pagar dengan pos
keamanan di pintu masuk
Flying camp
Flying Camp diharuskan agar Reff ke Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam Operasi Seismik di Indonesia Dirjen Migas ESDM 1995, sebagai berikut:
* Flying camp berlokasi di daerah yang tidak tergenang air
* Lokasi cukup dekat dengan sumber air
* Berupa tenda atau bangunan rumah
* Konstruksi tenda mempunyai konstruksi dan tinggi minimum 0.5 meter dari tanah
* Dilengkapi dengan fasilitas yang memenuhi standard K3LL
* Dilengkapi dengan fasilitas radio komunikasi
* Tidak terlalu dekat dengan pohon besar (Revisi 2011)
Gudang bahan peledak (handak)
Gudang bahan peledak diharuskan agar Reff ke SNI 13-6911-2002, Penanganan
Bahan Peledak yang aman di Indonesia-Pelaksanaan, dengan spesifikasi, sebagai
berikut :
* Gudang terbuat dari bahan yang tahan panas
*Gudang penyimpanan di cat dengan warna merah dan dilengkapi dengan pengukur
suhu udara, penangkal petir dan APAR

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 21 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

* Mempunyai pagar berlapis dengan paga r luar terbuat dari kantung pasir dan
pagar dalam dari k awat berduri
* Mempunyai pagar dengan tinggi minimum 2.5 meter
* Radius pagar dalam minimum 20 meter
- Uji peralatan
Peralatan Topografi
Uji peralatan topo minimal dilakukan, sebagai berikut:
* Theodolite (T2, total station, distomate, dan lain lain) bersertifikat telah lolos uji,
yaitu :
Uji zero error sesuai manual pembuat alat
Uji kolimasi sesuai manual pembuat alat
RTK GPS bersertifikat
Uji zero baseline sesuai manual pembuat alat (lihat Gambar uji zero baseline)
Uji peralatan perekaman adalah, sebagai berikut:
* Dilakukan sebelum dimulai pekerjaan perekaman
* Memberitahukan kepada BPMIGAS melalui Dinas Operasi Survei & Pengeboran
* Hasil uji peralatan harus memenuhi standard dari pabrik yang dinyatakan dalam
berita acara
* Uji peralatan agar dilakukan secara berkala, dalam harian dan bulanan (sama dengan
awal uji instrumen)
* Uji instrumen minimal dilakukan antara lain: time synchronization (untuk wireless
system), Noise, Distortion, Crosstalk, Gain/Phase, CMRR
* Field Test (receiver) minimal dilakukan antara lain: Noise, Tilt (kemiringan posisi
geofon), Resistance (continuity test), Leakage test
- Uji parameter survei
Melaksanakan perhitungan dan uji parameter survei untuk memperoleh parameter
yang terbaik sehingga dihasilkan data yang optimum dengan memperhitungkan efisiensi
biaya.
Waktu pelaksanaannya dilakukan pada saat survei dilaksanakan, sebelum shot hole
drilling dilaksanakan, karena kedalaman lubang bor seismik terbaik dapat diketahui
dengan baik dari uji parameter (parameter test). Dilakukan sesuai dengan kebutuhan,
dengan parameter, antara lain: berat (ukuran) sumber getar, kedalaman lubang bor, pola
sumber getar, sample rate, record length, frekuensi, tipe penerima, group interval/jarak
antar penerima, jumlah penerima, jarak penerima dalam bentangan, jarak lintasan group
penerima, panjang betangan, jarak antar sumber getar, dan, parameter lainnya.
Perubahan parameter sesuai dengan perubahan respon kualitas data dapat dilakukan
sepanjang disebabkan oleh sesuatu yang tidak mudah diprediksi atau dapat merubah biaya
survei secara signifikan.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 22 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

- Persiapan personel lapangan


Ketentuan personel KKKS diatur dalam ketentuan umum dalam Sub Bab Manajemen
Proyek. Dalam prosedur survei diatur secara detil adalah personel kontraktor pelaksana
yang harus diberikan batasan minimal dan didefinisikan oleh KKKS untuk mencapai
tujuan pelaksanaan AFE proyek.
Susunan personel Kontraktor Pelaksana (main contractor) minimal terdiri dari:
Tenaga ahli
Tenaga penunjang
(Reff: Klasifikasi BAPENAS Tahun 2001)
Tenaga ahli terdiri dari:
* Tenaga ahli utama
Ahli utama operasi diutamakan nasional
Ahli utama instrument diutamakan nasional
Ahli utama topografi - nasional
Ahli utama processing - nasional
Ahli utama system analyst nasional
Spesifikasi ahli utama adalah sebagai berikut:
Sesuai keahliannya bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh aspek
pekerjaan survei dan mempunyai pengalaman dalam bidangnya minimum 10
(sepuluh) tahun dilengkapi dengan Curriculum Vitae (CV)
Menguasai teknis dan non teknis dari operasional survei seismik darat 2D/3D
* Tenaga Ahli Lapangan
Kepala proyek (Party Chief) diutamakan nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 8 (delapan)
Minimum 2 tahun pada posisi Asisten Party Chief
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek secara keseluruhan mulai dari
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian laporan akhir survei
Asisten kepala proyek (Asisten Party Chief) - nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7 (tujuh) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi seismologist
Bertanggung jawab membantu kepala proyek dalam melaksanakan proyek
Ahli seismologi - nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 6 (enam) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli seismologi
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan pemboran dan perekaman
Ahli pengolahan data seismik - nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman mnimum 5 (lima) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli pengolahan data seismik dan Mampu
melakukan pengolahan data hingga final migration semua personel di atas

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 23 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

dilengkapi dengan CV dan berasal dari disiplin ilmu kebumian atau pendidikan
yang relevan
Ahli instrumen perekaman ekspatriat/nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7 (tujuh) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli Instrument perekaman
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan perawatan alat perekam
Ahli Pengamat (observer) Nasional
Berpendidikan berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7
(tujuh) tahun dan minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli pengamat
(observer)
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan perekaman data
Ahli topografi nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7 (tujuh) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli topografi
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan topografi dan datanya
Koordinator kehumasan nasional
Berpendidikan
minimum S-1 atau SMA berpengalaman minimum 10
sepuluh) tahun dan minimum 2 tahun pada posisi asisten kehumasan
Ahli K3LL Nasional
Berpendidikan minimum S-1 atau SMA berpengalaman minimum 10
(sepuluh) tahun dan minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli K3LL
(sertifikasi Migas)
Note: Semua personel di atas harus dilengkapi dengan Riwayat Hidup (Curriculum
Vitae)
* Tenaga Ahli Lapangan
Kepala proyek (Party Chief) diutamakan nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 8 (delapan)
Minimum 2 tahun pada posisi Asisten Party Chief
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek secara keseluruhan mulai dari
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian laporan akhir survei
Asisten kepala proyek (Asisten Party Chief) - nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7 (tujuh) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi seismologist
Bertanggung jawab membantu kepala proyek dalam melaksanakan proyek
Ahli seismologi - nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 6 (enam) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli seismologi
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan pemboran dan perekaman
Ahli pengolahan data seismik - nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman mnimum 5 (lima) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli pengolahan data seismik dan Mampu
melakukan pengolahan data hingga final migration semua personel di atas

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 24 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

dilengkapi dengan CV dan berasal dari disiplin ilmu kebumian atau pendidikan
yang relevan
Ahli instrumen perekaman ekspatriat/nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7 (tujuh) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli Instrument perekaman
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan perawatan alat perekam
Ahli Pengamat (observer) Nasional
Berpendidikan berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7
(tujuh) tahun
dan minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli pengamat
(observer)
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan perekaman data
Ahli topografi nasional
Berpendidikan setara S-1 atau berpengalaman minimum 7 (tujuh) tahun dan
minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli topografi
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan topografi dan datanya
Koordinator kehumasan nasional
Berpendidikan minimum S-1 atau SMA berpengalaman minimum 10 sepuluh)
tahun dan minimum 2 tahun pada posisi asisten kehumasan
Ahli K3LL Nasional
Berpendidikan minimum S-1 atau SMA berpengalaman minimum 10 (sepuluh)
tahun dan minimum 2 tahun pada posisi asisten ahli K3LL (sertifikasi Migas)
Note: Semua personel di atas harus dilengkapi dengan Riwayat Hidup (Curriculum
Vitae)
* Tenaga Ahli Menengah
Asisten ahli topografi
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 8 (delapan)
tahun
Asisten ahli seismologi
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 8
(delapan) tahun
Asisten ahli pengolahan data seismik (field processing)
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 8 (delapan)
tahun
Asisten ahli pengamat
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 7 (tujuh)
tahun
Juru ukur topografi
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 8 (delapan)
tahun
Pengawas pemboran (driller supervisor)
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 8 (delapan)
tahun, mempunyai sertifikasi migas

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 25 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Juru bor (driller)


Berpendidikan minimum SMA/SMK D1/D2, pengalaman minimum 5 (lima)
tahun, sertifikasi Migas
Pengawas pengisian bahan peledak (explosives loader supervisor)
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 8 (delapan)
tahun, sertifikasi Migas
Juru isi bahan peledak
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 5 (lima)
tahun, sertifikasi Migas
Juru ledak dinamit/operator vibroseis/weight drop
Berpendidikan minimum SMA/SMK/D1/D2, mempunyai sertifikasi dari Ditjen
Migas, pengalaman minimum 8 (delapan) tahun
Asisten K3LL
Berpendidikan minimum SMA/SMK/D1/D2, mempunyai sertifikasi dari Ditjen
Migas, pengalaman minimum 5 (lima) tahun
Asisten kehumasan
Berpendidikan minimum SMA/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 5 (lima)
tahun
Administrator
Berpendidikan minimum SMA/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 5 (lima)
tahun
Camp boss
Berpendidikan minimum SMA/SMK/D1/D2, pengalaman minimum 5 (lima)
tahun
Note: Semua personel di atas harus dilengkapi dengan Riwayat Hidup
(Curriculum Vitae)
Tenaga ahli kehumasan
Dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan struktur organisasi masingmasing KKKS
Untuk keperluan pendataan kerusakan, damage claim dan kebijakan non
teknis, tenaga humas di bawah kendali dan pengawasan langsung dari
KKKS
Untuk keperluan operasional harian, tenaga humas di bawah kendali
pelaksana survei
Apabila KKKS menyediakan tenaga kehumasan, minimum tersedia
tenaga kerja sebagai berikut:
Koordinator kehumasan
Berpendidikan minimum S1, diutamakan bagian Ilmu Komunikasi/Ilmu
Humaniora atau sederajat, pengalaman minimum 5 (lima) tahun dan diutamakan
mempunyai pengalaman sejenis, mampu melakukan koordinasi pekerjaan
kehumasan dan damage claim seismik terutama sosialisasi kegiatan kepada
masyarakat pemilik lahan, aparat pemerintah daerah setempat, pendataan
kerusakan tanaman tumbuhan, dan kerusakan lain di daerah survei dengan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 26 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

tanggung jawab utama operasi seismik berjalan lancar dan aman dari tuntutan
kehumasan
Asisten koordinator kehumasan topografi, pemboran, dan perekaman
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2 atau sederajat, pengalaman
minimum 4 party atau 4 tahun
Administrasi kehumasan
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2 atau sederajat, pengalaman
minimum 3 party atau 3 tahun, bertugas administrasi data kehumasan, data
damage claim, dapat menggunakan komputer, aplikasi word dan grafis dengan
baik
Tenaga keuangan
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2 atau sederajat, pengalaman
minimum 3 party atau 3 tahun, bertanggung jawab terhadap keuangan, dapat
menggunakan komputer, aplikasi word, dan grafis dengan baik
Tenaga inventory kehumasan
Berpendidikan minimum SMU/SMK/D1/D2 atau sederajat, pengalaman
minimum 3 party/3 tahun, bertugas yang bertanggung jawab terhadap
pengumpulan data, negosiasi, dan menjalankan program kerja humas (sosialisasi
langsung terhadap pemilik lahan/aparat di setiap lintasan yang dikerjakan oleh
kelompok pekerjaan topografi, pemboran, pengisian bahan peledak, perekaman
serta pendataan terhadap kerusakan fisik dan kerusakan lainnya akibat kegiatan
operasional seismik)

* Tenaga kerja penunjang


Tenaga penunjang kegiatan topografi
Tenaga penunjang kegiatan pemboran
Tenaga penunjang pengisian bahan peledak
Tenaga penunjang kegiatan perekaman
Tenaga penunjang serbaguna
b. Operasi Survei Seismik Darat
Operasi survei darat terdiri dari advance party, shot hole drilling, dan basic party. Tahap
advance party terdiri dari penentuan titik ikat, pengukuran posisi titik-titik pengukuran survei,
dan rintis bridging. Tahap shot hole drilling terdiri dari shot hole drilling, dan preloading,
sedangkan tahap basic party terdiri dari perekaman data dan on board processing/field
processing.

1. Tahap Advanced Party


Hal-hal yang dilakukan dalam tahap advanced party sebagai berikut:
- Finalisasi lay-out desain survei (seismik 3 dimensi)
Orientasi lapangan untuk antisipasi perubahan lay-out desain survei akibat kondisi
lapangan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 27 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Melakukan simulasi desain parameter secara terus menerus sepanjang kemajuan


produksi topografi, pemboran dan perekamanuntuk menjaga kualitas desain tetap
optimal
- Penentuan titik ikat
Melakukan kalibrasi alat sebelum pekerjaan dimulai
Titik ikat yang dipergunakan mengacu kepada titik kontrol GPS yang diukur
Bakosurtanal
Pembuatan jaring GPS dengan jarak antar titik ikat maksimum 5 km

Gambar 4.3. Model Datum Geodesi


Melakukan orientasi lokasi rencana penempatan BM GPS di lapangan.
Pengamatan GPS ditentukan, sebagai berikut:
* Mempunyai ruang pandang ke langit yang bebas ke segala arah (minimum 15
derajat)

Gambar 4.4. Base Line GPS

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 28 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

* Jauh dari sumber-sumber gangguan, seperti atap seng, jalur pipa, instalasi listrik,
antena radio/pemancar, lalu lalang kendaraan bermotor
* Kondisi struktur tanah stabil
* Lokasi mudah dicapai
* Dapat mengamati jumlah satelit yang cukup (nilai GDOP kecil)
* Lokasi jauh dari gangguan manusia, binatang maupun alam terlebih dahulu
melakukan uji zero base line GPS (Lihat Gambar 4.4)
GPS dengan metode Real Time Kinematic (RTK) DGPS
Penerima dengan melakukan pengikatan pada titik-titik triangulasi lihat gambar
di bawah ini:

Gambar 4.5. Pengikatan Base Line BM GPS


Melakukan pemasangan patok BM GPS
Pemasangan Bench Mark ditentukan, sebagai berikut (lihat gambar contoh):

* Dilengkapi nama BM, Tahun Pembuatan, dan ditulis BPMIGAS Nama KKKS,
Milik Negara, Di Larang Merusak
* Bahan dan bentuk disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar, agar tidak
mudah dirusak
* Cat harus terpelihara rapi dan bersih
Melakukan pengamatan GPS sesuai prosedur penggunaan alat
Melakukan penyimpanan peralatan setelah dipakai sesuai prosedur penyimpanan
alat
Melakukan pengolahan data dari lapangan sesuai kebutuhan
Melakukan kendali mutu atas data pengamatan GPS

Hal 29 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

- Survei Topografi (pengukuran Posisi titik tembak dan receiver)

Penyiapan Lintasan ditentukan, sebagai berikut:


Pembukaan lintasan awal

Adalah pekerjaan pengukuran awal dari titik ikat yang sudah ditentukan, dapat
berupa BM GPS,
Kompas
Adalah pekerjaan awal penentuan arah lintasan dengan menggunakan alat ukur
ompas
Arah lintasan sesuai dengan program lintasan
Rintis
Rintis adalah membersihkan lintasan yang akan diukur dari pepohonan kecil,
semak belukar, dan penghalang pandang lainnya untuk kelancaran operasi
Merintis lintasan yang akan diukur dengan lebar maksimum 2 (dua) meter
Untuk daerah hutan tertutup minimum ketinggian 2 meter
Obyek rintisan: pepohonan dan belukar yang tidak mempunyai nilai ekonomis
Dalam hal rintisan pada tanaman ekonomis (seperti coklat, padi, karet, sagu,
kelapa sawit, dan lain-lain) harus mendapat persetujuan dari KKKS
Tangga-tangga (lihat Gambar 4.6)
Tangga-tangga adalah sejenis tangga terbuat dari bambu/kayu atau tangga tanah
lengkap dengan pegangan tangan pada setiap lereng daerah survei yang dilewati
lintasan

Hal 30 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Gambar 4.6. Model tangga-tangga


Tangga-tangga dengan ketentuan:
Lereng yang diberi tangga-tangga adalah lereng yang tidak mungkin dilewati
atau tidak memenuhi persyaratan K3LL bagi kelompok kerja survei
Tangga-tangga harus kuat menahan beban regu yang memikul mesin bor,
peralatan perekaman, dan peralatan survei lainnya
Keberadaan dan ketahanan tangga-tangga harus dijaga sampai selesai
Ukuran, diamater konstruksi utama: 10 cm, diameter konstruksi tangga-tangga
yang dilewati dan pegangan: 8 cm
Jarak tangga-tangga: 55 cm

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 31 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

SKETSA TITIAN
(BRIDGING)

Gambar 4.7. Model Titian (Bridging)


Titian (Bridging) ( lihat gambar)
Titian atau bridging adalah sejenis titian dari bambu/kayu yang dipasang pada
setiap daerah survei yang memiliki alur sempit, daerah rawa, tambak, daerah
berair, dan lain sebagainya yang tidak memenuhi persyaratan K3LL
Titian dengan ketentuan:
Titian harus kuat menahan beban regu yang memikul mesin bor, peralatan
rekaman, dan peralatan survei lain
Keberadaan dan ketahanan titian harus dijaga sampai
selesai
pekerjaan
Ukuran titian darat, diamater ukuran bambu/kayu untuk:
Konstruksi utama: 10 cm
Konstruksi pijakan 20 cm (minimum 2 batang)
Pegangan: 8 cm
Penyangga pegangan: 6 cm
Jarak penyangga pegangan 400 cm (Lihat Sketsa Titian Tanah)
Note: Reff SNI (Standard NasionalIndonesia) No. 13-6912-2002
Badan Standardisasi Nasional (ASN)
Ukuran Titian Rawa, diamater ukuran bambu/kayu untuk:
Konstruksi utama 10 cm
Konstruksi pijakan 20 cm (minimum 2 batang)
Pegangan 8 cm

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 32 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Penyangga pegangan 6 cm
Jarak penyangga pegangan 200 cm
Jarak titian dari muka air 70 cm (Lihat Sketsa Titian Rawa)
Reff SNI No. 13-6912-2002 Badan Standardisasi Nasional (ASN)
Pegangan pada titian dibuat bergantian pada bagian kanan atau kiri
disesuaikan dengan lapangan & K3LL
Bambu/kayu yang dipergunakan harus diperoleh dari sumber yang
sah & dan dilengkapi dengan dokumen

Pengukuran Lintasan
Menentukan titik tembak, titik penerima dan titik kontrol (poligon)
sebagai berikut:
Pengukuran dilakukan dengan metode: Total station dengan metode
Stake Out Coordinate, Lihat Gambar di bawah ini:

Gambar 4.8. Sketsa stack out


Melakukan perhitungan topografi dengan spesifikasi ketelitian dan
ketentuan sebagai berikut: Datum vertikal menggunakan Titik tinggi
geodesi (TTG), Bakosurtanal, Ketinggian Trianggulasi:
Standard ketelitian (Reff FGCC Federal
Geodetic Control
Comitte USA), sebagai berikut:
Horizontal dengan tingkat akurasi yang harus dicapai 1:10.000
Vertikal dengan tingkat akurasi yang harus dicapai 0.2 (DKm)
meter
Lay Out SP seismik horizontal:
Stacking out koordinat seismik agar mempunyai akurasi horizontal
maksimum 1 : 2000, deviasi maksimum/titik 0.25 x jarak bin size
Vertikal tidak boleh melebihi 0.75 (DKm)
Pengamatan Matahari:
Pengamatan astronomis dilakukan,
dilakukan

jika orientasi arah sulit

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 33 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Penentuan azimuth dilakukan dengan menggunakan metode


tinggi matahari (deklinasi) dan sistem Roelofs atau Filtering
Metode Tadah tidak diizinkan
Deviasi standard dari azimuth hasil pengamatan matahari < 4
dengan pengamatan minimum 4 set (B/LB = 8 ukuran)
Pengukuran offset/kompensasi titik tembak atau titik penerima,
jika lokasi semula tidak memungkinkan untuk dibor atau dipasang
titik penerima disebabkan kendala permukaan, seperti adanya
bangunan
Penempatan posisi titik tembak agar memperhatikan K3LL
Offset dilakukan setelah dilakukan simulasi parameter
Simulasi agar dilakukan setiap ada perubahan/penambahan data baru
hasil pengukuran sebelum dilakukan pekerjaan tahap berikutnya
dengan mempergunakan perangkat lunak sesuai kebutuhan
Pemasangan patok untuk titik offset, agar dilengkapi dengan petunjuk
offset yang jelas
Pengukuran dan penggambaran sketsa kondisi lingkungan lintasan
seismik
Pembuatan dan penomoran patok dari bambu/kayu
Pemasangan patok tertancap kuat dan tampak di permukaan sepanjang
100 cm, lebar 5 cm
Memasang pita merah pada patok minimum setiap 5 patok dengan
panjang pita minimum 20 cm, sehingga dapat dilihat dengan mudah
oleh kelompok kerja berikutnya
Sistem penamaan: (disamakan dengan standardisasi penamaan)
Survei 2D - Nama KKKS/Blok/Proyek Tahun - Nomor Lintasan
Survei 3D Inline: Tahun Nomor Lintasan Crossline: Tahun
Nomor Lintasan
Memberi warna dan nomor patok dengan cat yang mudah dikenal dan
tidak luntur di lapangan
Untuk patok titik tembak warna dasar merah sepanjang 30 cm dari
ujung atas, sedangkan warna biru untuk patok titik penerima
dengan posisi sama serta menulis nama lintasan dan nomor titik
tembak/penerima dengan cat warna hitam
Penomoran patok titik tembak dan titik penerima dimulai dari
selatan dan barat, ditulis dengan cat berwarna hitam pada setiap
patok titik tembak dan patok titik penerima
Membuat patok atau penandaan khusus yang mudah terlihat untuk
setiap lintasan yang berpotongan dengan jalan raya
Apabila terjadi kesalahan pengukuran, kerusakan, dan kesalahan
penomoran yang diketahui pada saat operasi seismik harus direvisi
Untuk revisi patok dengan koordinat sudah dipergunakan dalam
perekaman data agar digunakan GPS

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 34 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Apabila kesalahan geometri penembakan ditemukan setelah dilakukan


pengolahan data lapangan agar dilakukan revisi koordinat
Pembuatan sketsa lintasan yang berisi informasi permukaan seperti
tumbuhan, perumahan atau instalasi lainnya yang dapat dimanfaatkan
oleh tahap pemboran dan perekaman.
Pembuatan Peta Dasar
Peta dasar dibuat setelah perhitungan koreksi dilakukan
memakai
skala 1 : 50.000
Plotting titik tembak, titik penerima, dan lintasan seismik pada peta
dasar dibuat setelah pengukuran kompensasi atau offset, dan telah
dilakukan kendali mutu pengolahan data seismik
Data akhir pengukuran disimpan dalam format SPS file (standard
industri seismik)]
2. Tahap Shot Hole Drilling (Pengeboran Lubang Tembak) & Preloading
(Pengisian Bahan Peledak)
Pengeboran lubang tembak seismik adalah pekerjaan membuat lubang bor dangkal
menggunakan peralatan bor dangkal pada setiap titik tembak dengan kedalaman
sesuai hasil uji parameter atau pertimbangan teknis lain.
Ketentuan pemboran seismik sebagai berikut:
a. Dilakukan pada titik tembak yang sudah ditentukan atau titik offset maksimum
setengah jarak CDP Untuk pemindahan lokasi titik tembak melebihi setengah
jarak CDP harus melalui simulasi perubahan paramater
b. Pemboran harus memperhatikan instalasi bawah tanah (pipa, infrastruktur, dll)
dan jarak aman (Reff: Buku Pedoman Keselamatan Operasi Geofisika Darat,
IAGC, edisi 9, Tahun 2004)
c. Pemboran titik tembak yang terletak di sungai/perairan dangkal atau rawa harus
memperhatikan K3LL
d. Pembuatan penampung lumpur pemboran dan pencucian sumur
e. Pemilihan peralatan bor (flushing/rotary/compressor) disesuaikan dengan kondisi
litologi
f. Menggunakan lumpur khusus atau zat kimia tertentu
Pengisian bahan peledak (preloading) adalah pekerjaan memasukkan bahan
peledak yang telah dirangkai dengan detonator ke dalam lubang bor dan menutup
kembali lubang tersebut. Rincian pekerjaan , sebagai berikut:
a. Mengangkut vahan peledak dari gudang bahan peledak ke lubang bor dengan
pengamanan sesuai prosedur yang berlaku
b. Memeriksa kedalaman lubang bor
c. Memeriksa detonator sebelum dirangkai dan setelah dimasukkan ke dalam
lubang bor

Hal 35 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

d. Merangkai bahan peledak dengan detonator


e. Memasukkan bahan peledak ke dalam lubang bor dengan rangkaian pelengkap
(speedy loader, loading point, anchor, ikatan masking tape, plastic ring, tali
rafia)
f. Ujung kabel detonator diikat ke plastic ring disimpan sesuai situasi dan kondisi
lingkungan untuk keamanan.
g. Uji detonator sebanyak 3 x, setelah dirangkai handak dan belum dimasukkan ke
dalam lubang, dimasukkan ke dalam lubang tapi belum dilakukan penimbunan,
setelah dilakukan penimbunan, belum dipasang O ring
h. Jika proses pengisian mengalami hambatan kedalaman sehingga tidak mencapai
target, dilakukan pengamanan sesuai prosedur yang berlaku
i. Jika detonator mati atau terjadi hambatan dalam pengisian (stuck), dilakukan bor
baru (disesuaikan dengan parameter survei)
j. Lubang bor yang sudah diisi segera ditutup kembali

Gambar 4.9. Struktur Lubang Bor Handak


Di daerah dengan formasi batuan yang sulit ditembus seperti gravel, boulder,
konglomerat, breksi volkanik dsb. Yang menyebabkan kedalaman lubang bor secara
optimal sangat sulit dicapai, untuk menjaga mutu pencitraan bawah permukaan dan
kelancaran operasional, harap KKKS memperhitungkan penggunaan lubang pattern
dangkal sebagai alternatif dengan memperhatikan aspek K3LL.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 36 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

3. Tahap Basic Party


- Perekaman data
Perekaman adalah aktivasi sumber getar dan proses penulisan data seismik ke media
Perekaman
Proses tersebut mulai dari penempatan alat penerima penyambungan dengan field unit,
aktivasi sumber getar, dan penulisan ke media perekaman
Uraian pekerjaan perekaman minimal dilakukan, sebagai berikut:
Pemasangan, membongkar, mengangkut serta merawat instrumen seismik beserta
kelengkapannya di lapangan
Mengikuti program penembakan yang telah ditentukan dalam bentuk SPS file
Pemasangan alat penerima pada lintasan survei sampai mencapai lapisan tanah stabil
dengan bantuan alat penekan dalam posisi tegak
Pada permukaan tanah/litologi yang keras, misalnya, batu gamping atau kerikil
keras menggunakan alat bor khusus atau yang sejenisnya sehingga terpasang
dengan baik dan stabil
Perawatan keseluruhan peralatan perekaman mulai dari, kabel, FIELD UNIT, alat
kontrol utama serta peralatan-peralatan rekaman lainnya
Melepas alat penerima dari tanah dan sambungannya dengan FIELD UNIT,
melepas kabel penghubung antar FIELD UNIT dan menggulungnya
Aktivasi sumber getar
Bahan peledak, membuka lubang bor yang telah diisi bahan peledak dan
menyambungkan kabel detonator dengan firing line alat peledak (blaster)
Vibroseis, melakukan sweep sesuai dengan parameter airgun/weight drop:
sinkronisasi waktu aktivasi
Melakukan uji detonator untuk menentukan apakah detonator telah memenuhi
syarat untuk diledakkan
Meledakkan bahan peledak yang ada dalam lubang dengan koordinasi lebih dahulu
dengan pengamat (observer) yang ada di instrumen perekam
Pemboran/pengisian ulang (redrill/reload) dilakukan jika terjadi gagal tembak
Monitoring noise dengan cara merekam ambient noise pada kertas plotter (monitor
record) pada mulai, sedang, dan akhir perekaman
Menekan tingkat noise serendah mungkin pada saat perekaman
Polaritas yang digunakan adalah Normal Polarity (SEG)
Format data rekaman dalam bentuk SEG D
Perekaman data dilakukan dua media perekam sekaligus pengiriman media
perekam dari Recording Center ke field processing center secara bertahap
Media perekam utama dikirim, setelah rekaman, media perekam salinan dikirim
hari berikutnya
Memastikan kualitas bentangan kabel rekaman terutama posisi penancapan alat
penerima di permukaan harus vertikal dan berada pada lapisan tanah yang stabil
Proses perekaman dapat dihentikan jika ditemukan hal-hal yang secara teknis akan
mengurangi kualitas rekaman, misalnya, noise yang disebabkan oleh aktivitas
manusia, peralatan rekaman maupun oleh sebab lain

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 37 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Data rekaman dianggap gagal, apabila:


Tidak ada data seismik yang terekam
* Kesalahan geometri (wrong spread) dan tidak dapat diperbaiki
* Miss fire (cap only, dead cap, weak shot)
* Line cut pada target data
* Terlalu banyak noise pada data yang disebabkan akitivitas di permukaan
Data yang direkam minimum memenuhi kriteria:
* Seluruh prosedur akuisisi sudah dilaksanakan sesuai spesifikasi parameter
* Gangguan data (noise) sudah diupayakan serendah mungkin pada saat perekaman
* Tidak terjadi kesalahan geometri penembakan
* Data tersimpan dengan baik di dalam media penyimpanan dan dapat dibaca
* Data pendukung sudah lengkap dan benar
* Standard penamaan:
Penamaan lintasan program/nama lintasan agar mencakup area, tahun, dan
diikuti dengan nomor lintasan, contoh: JG06XXXX, JG = area/prospek yang
dominan, 06 = tahun survei, XXXX = nomor lintasan
Penomoran lintasan dalam tape untuk survei seismik 3D, agar mencakup
nama perusahaan, tahun survei, area, nomor lintasan, status perekaman/tipe
lintasan.
Untuk seismik 2D, penomoran lintasan dalam tape disesuaikan dengan nama
lintasan
* Media penyimpanan data seismik:
Data hasil survei harus disimpan dalam tape minimum cartridge IBM atau
persamaannya atau disk dan dibuat rangkap 2 (dua)
Data navigasi hasil survei disimpan dalam format standar industri seismik
2. Pengolahan data lapangan
Pengolahan data di lapangan merupakan pekerjaan untuk kendali mutu (QC)
Apabila dilakukan pengolahan data lapangan, minimum dilakukan tahapan kerjaan,
sebagai
berikut: Reformat, Geometry check, Correction statics, Amplitude
ompensation, Deconvolution, Velocity analysis, Brute stackData pendukung hasil
pengolahan data agar dimasukkan ke dalam format standard seismik
Kontrol kualitas data (kendali mutu) minimum dilakukan, sebagai berikut: Evaluasi
kualitas data lapangan harian, Evaluasi uji instrumen rekaman, Wavelet extraction
dan wavelet matching jika diperlukan, Geometri (SP, receiver, elevasi, up hole time,
kedalaman lubang bor) untuk memperoleh SPS, Field static correction, Statistik
noise, Penampang seismik terkoreksi, Time slice untuk data seismik 3 dimensi,
Plotting penampang seismik, Simulasi penampang seismik

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 38 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

3. Pelaporan Operasi & Pengawasan


KKKS wajib melaporkan pekerjaan kepada BPMIGAS c.q. Divisi Operasi Produksi
dengan ketentuan isi laporan, sebagai berikut:
- Terdiri dari informasi dasar AFE, Manajemen Proyek, dan spesifikasi teknis
- Berisi kemajuan harian, kumulatif mingguan, kumulatif bulanan, dan tahunan
versus rencana
- Berisi kurva moving average yang menyatakan hubungan target harian versus
kumulatif dan fluktuasi produksi harian untuk mengetahui performance operasi dari
tahap advance party, shot hole drilling, pre loading, dan basic party
- Berisi penjelasan kendala versus waktu minimal mingguan
- Laporan ringkasan statististik HSE dan Handak.
- Laporan diserahkan setiap minggu
- Ketentuan format laporan ditentukan oleh BPMIGAS.
Pengawasan pekerjaan, sebagai berikut:
- Topografi
* Melakukan pengawasan pekerjaan topografi di lapangan dan memberikan
rekomendasi berkaitan dengan produksi dan peningkatan kualitas data
* Melakukan cek validasi data, sistem koordinat
* Melakukan perubahan program lintasan apabila diperlukan
- Pengeboran & pengisian bahan peledak
* Melakukan pemeriksaan kualitas kedalaman lubang bor
* Melakukan cross check kedalaman pengisian bahan peledak dengan bagian
processing melalui uphole data
* Melakukan cross check posisi lubang bor dengan bagian processing berdasarkan
tampilan data
* Jika lubang bor tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, harus dilakukan
pemboran ulang
* Rekomendasi offset/kompensasi titik lubang bor yang baru, jika berada di daerah
perkampungan atau dekat obyek lain dengan memperhitungkan distribusi offset
dan azimuth
* Melakukan pemeriksaan kualitas pemadatan lubang setiap lubang bor
* Melakukan pemeriksaan kualitas rangkaian bahan peledak dengan detonator,
antara lain, pemakaian masking tape, tali rafia, pelengkap lainnya termasuk
pengukuran dengan cap tester
* Uji detonator sebanyak 3x, setelah dirangkai handak dan belum dimasukkan ke
dalam lubang, dimasukkan ke dalam lubang tapi belum dilakukan penimbunan,
setelah dilakukan penimbunan, belum dipasang O ring
Jika proses
pengisian
mengalami hambatan kedalaman sehingga tidak
mencapai target, dilakukan pengamanan sesuai prosedur yang berlaku
* Jika detonator mati atau terjadi hambatan dalam pengisian (stuck), dilakukan bor
baru (disesuaikan dengan parameter survei)

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 39 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

* Jika detonator mati atau terjadi hambatan dalam pengisian (stuck), dilakukan bor
baru (disesuaikan dengan parameter survei)
- Perekaman
* Melakukan pemerikasaan kualitas tes harian peralatan
* Melakukan pemerikasaan kualitas penancapan geophone
* Melakukan pemerikasaan kualitas data rekaman
* Merekomendasikan penembakan ulang jika kualitas data tidak memenuhi syarat
- Pengolahan data lapangan
* Melakukan pemerikasaan kualitas dataseismik menggunakan perangkat lunak
pengolahan data seismik
* Melakukan pemerikasaan kualitas hasil pengolahan data seismik
* Merekomendasikan penembakan ulang jika terjadi salah geometri dan tidak dapat
diperbaiki atau data berkualitas buruk
* Melakukan evaluasi kesampaian target survei dan merekomendasikan perubahan
lintasan atau parameter jika diperlukan
* Melakukan pemerikasaan kualitas kelengkapan data penunjang
- Realisasi program survei/Produksi Data
* Melakukan evaluasi
dari hasil
pelaksanaan
survei dengan
membandingkan Program survei dengan realisasi
* Merekomendasikan perubahan posisi baik titik tembak atau titik penerima
berdasarkan simulasi parameter survei
3. Penyimpanan & pengiriman data
Penyimpanan data agar dilakukan minimum, sebagai berikut:
- Data perekaman disimpan dengan format SEG-D dalam media penyimpan
cartridge/disk baru dan berkualitas baik
- Data perekaman yang sudah diaplikasikan geometri disimpan dengan format
SEG-Y dalam cartridge/disk baru dan berkualitas baik
- Data penunjang disimpan dalam media disk
- Data yang telah disimpan dapat dibaca ulang
- Monitor record dapat dimusnahkan setelah survei selesai dilaksanakan (sesuai
kebutuhan)
- Pengiriman data agar dilakukan minimum, sebagai berikut:
- Media penyimpanan data berupa cartridge dibungkus dalam aluminium foil,
diletakkan dalam plastik klip dan di beri label
- Kotak untuk pengiriman data, di bagian dalam dilapisi dengan aluminium foil,
dan diberi kunci pengamanan
- Pengiriman data dilakukan dengan menggunakan jasa ekspedisi yang dilindungi
dengan jaminan asuransi
- Data utama pertama dan data utama kedua tidak dikirim dalam waktu yang
bersamaan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 40 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

- Data utama kedua dikirim setelah data utama pertama diterima dan dinyatakan
dalam berita acara
c. Pasca Operasi Survei Seismik Darat
Tahap akhir pekerjaan agar dilakukan, sebagai berikut:
1. Penyelesaian pembayaran kompensasi (KKKS Kontraktor Pelaksana) (merujuk ke
Bab V. Kompensasi, PUPOS, 2008)
2. Reklamasi sesuai K3LL
(Reff` Standard Nasional Indonesia (SNI) No.SNI 13-6912-2002 Badan Standardisasi
Nasional (ASN) dan Dokumen UKL/UPL Ditjen Migas)
3. Penanganan sisa bahan peledak (merujuk ke Bab VI Handak)
(Reff` Standard Nasional Indonesia (SNI) 13-6911-2002 - Badan Standardisasi
Nasional (ASN))
4. Demobilisasi (kontraktor pelaksana)
5. Penutupan Proyek
6. Mengirim surat Kepada Ka.Div Operasi Lapangan yang menyatakan keterangan selesai
operasi dan memberikan keterangan rencana penyerahan laporan akhir.
7. Penyerahan Laporan Akhir Kepada Divisi Operasi Produksi c.q. Sub Dinas Survei
Lapangan
8. Verifikasi Laporan Survei oleh Divisi Operasi Produksi c.q. Sub Dinas Survei
Lapangan untuk mendapatkan surat keterangan selesai proyek sebagai syarat close out
report.
Tahap Pembayaran dan Ganti Rugi
Tahap Pembayaran Ganti Rugi dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pendataan
a. Pendataan pemilik lahan setelah kegiatan topografi, yang dituangkan dalam berita
acara dan diketahui oleh instansi terkait
b. Pendataan kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan survei setelah ada kegiatan
bridging/rintis
c. Pendataan kerusakan selanjutnya setelah kegiatan pemboran dan perekaman
2. Pembayaran
Jenis jenis kerusakan yang dapat dikompensasi akibat pelaksanaan survei seismik di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Survei seismik darat:
Lahan yang terlewati oleh lintasan dalam bentuk meter maju
Tanam tumbuh akibat pekerjaan rintis dan bridging
Tanam tumbuh, tambak akibat pekerjaan pemboran
Lubang hasil pemboran
Tanam tumbuh, tambak, hewan peliharaan, dan bangunan akibat pekerjaan
perekaman
Infra struktur di sekitar survei akibat mobilisasi dan aktivitas survei

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 41 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Acuan besar pembayaran kompensasi akibat kegiatan survei sebagai berikut:


Surat Keputusan Bupati daerah setempat
Peraturan Daerah setempat
Hasil kesepakatan disetujui oleh Pemda Tingkat II (Walikota/Bupati)
Peraturan yang dikeluarkan oleh institusi setempat
Apabila tidak ada kesepakatan dalam proses pembayaran kompensasi, maka
pekerjaan kegiatan survei seismik untuk ditangguhkan sementara sambil menunggu
koordinasi dan negoisasi dengan pihak-pihak terkait. Apabila tidak tercapai
kesepakatan dalam jangka waktu maksimal 15 (lima belas) hari kerja, KKKS dapat
membatalkan pekerjaan setelah mendapat persetujuan dari BPMIGAS.
3. Tata Cara Pembayaran
Proses pembayaran kompensasi :
a. Mengundang semua pihak yang berhak menerima kompensasi akibat kegiatan
seismik pada acara pembayaran kompensasi
b. Jumlah yang dibayarkan sesuai dengan hasil pendataan KKKS yang telah
disepakati dan disetujui kedua belah pihak serta disaksikan oleh pihak Pemda
setempat yang tertuang dalam Berita Acara
c. Secara langsung kepada yang bersangkutan dengan disaksikan oleh pihak Pemda
setempat yang tertuang dalam bukti pembayaran dan berita acara asli (rangkap 3)
d. Pelaksanaan pembayaran dilakukan setelah kegiatan perekaman.
Tahap Pelaporan dan Penutupan Proyek
KKKS diharuskan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan survei seismik kepada
BPMIGAS cq. Divisi Operasi Produksi, selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah
pelaksanaan survei selesai dengan ditandai penutupan proyek.
Ketentuan Laporan akhir proyek minimal sebagai berikut:
Hard Copy dan Soft Copy Laporan. Hard copy di jilid sebanyak 2 Eksemplar
Laporan Teknis minimum berisi tentang: Gambaran umum survei, aspek
operasional survei (statistik waktu, produksi data, qualitas hasil, HSE,
Penggunaan SDM dan organisasi proyek, dan lain-lain), penjelasan penggunaan
budget schedule AFE survei berikut berita acara/MoM terkait mulai dan selesai
survei, dan perubahan-perubahan lingkup kerja & anggaran
Lampiran berupa data: Raw Data Apply Geometry, SPS File, Observer Report,
Velocity Analysisis, Segy Brute Stack, Base Map dan Data Topografi dengan
Format SEGP1 dimasukkan ke dalam hardisk external.
Penutupan proyek harus dipastikan proses reklamasi dan pembayaran ganti rugi telah
selesai dan KKKS minimal melakukan komunikasi dengan Pemda setempat maupun
instansi terkait untuk memberitahukan bahwa pekerjaan telah selesai. Proses
penutupan proyek disesuaikan dengan adat istiadat setempat.

Hal 42 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B. Pedoman Operasi Survei Seismik Laut


B.1. Tinjauan Umum Metode Survei Seismik Laut
Metode seismik yang akan dijelaskan di sini adalah metode seismik refleksi yang merupakan
salah satu metode geofisika dengan memanfaatkan sifat penjalaran dan pantulan gelombang
seismik, dan kontras densitas bebatuan untuk menentukan karakter dan struktur geologi bawah
permukaan dasar laut
Berdasarkan areal kerjanya/kedalaman airnya, survei seismik laut dapat dikategorikan ke
dalam dua kelompok yaitu survei seismik laut dalam dan survei seismik laut dangkal.
Pembagian ini didasarkan pada karakter kapal seismik yang dapat digunakan sehingga mampu
mengatasi kendala kedalaman air di di wilayah survei seismik. Survei seismik laut dangkal
biasanya dapat pula dimasukkan dalam kategori survei seismik daerah transisi dimana areal
program seismik selain di laut dimungkinkan pula mencakup wilayah rawa ataupun daratan
yang berbatasan langsung dengan laut.
Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik di zona transisi disarankan agar menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan. Adapun pedoman aturan yang akan dipergunakan disarankan
mengacu ke hal sebagai berikut: jika operasi seismik di zona transisi pada areal darat dan
rawa, Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik mengacu pada operasional sesmik darat.
Jika Operasi seismik di zona transisi pada areal laut, Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi
Seismik mengacu pada operasional seismik laut.
Metode Survei seismik laut, secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Survei Seismik konvensional 2D
b) Survei Seismik konvensional 3D
c) Survei Seismik HD3D; High fold density untuk meingkatkan imaging dan noise
attenuation
sehingga diperoleh data seismik dengan noise yang rendah, meningkatkan spatial sampling,
dan
didapatkan image yang lebih bagus.

Gambar 4.10. Konfigurasi survei seismic 3D konvensional

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 43 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

d) Survei Seismik CLO (Continuous Long Offset Shooting); Untuk memperoleh offset lebih
panjang secara efficient dibandingkan dengan penggunan metode konvensional untuk data
akuisisi.

Gambar 4.11. Konfigurasi survei CLO untuk memperoleh offset lebih panjang

e) 4D; 3D atau HD3D yang dilakukan secara berulang dengan menggunakan parameter
pengambilan data/akusisi yang sama
f) Wide Azimuth dan Multi Azimuth; Sangat sesuai untuk daerah yang memiliki imaging
problems dan high levels of shallow complications, khususnya untuk daerah sub-salt
imaging problems.
Wide Azimuth

Gambar 4.12. Konfigurasi survei Wide Azimuth

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 44 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Multi Azimuth

Gambar 4.13. Konfigurasi survei multi azimuth

g) OBC (Ocean Bottom Cable); Hydrophones dan Geophones dalam satu kabel yang
diletakkan di permukaan dasar laut. Metode ini memungkinkan untuk perekaman Pwaves dan S-waves.

Gambar 4.12. Konfigurasi survei multi azimuth

Gambar 4.14. Konfigurasi survei OBC


h) dlsb

Hal 45 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B.2 Persyaratan Dan Perizinan Kegiatan Operasi Survei Seismik Laut


B.2.1. Persyaratan Operasi Survei Seismik Laut
KKKS disyaratkan untuk melengkapi persayaratan-persyaratan sebagai berikut sebelum
survei seismik dilaksanakan.
Tabel 4.2. Persyaratan Survei Seismik Laut
NO
MATERI
1 WP&B & AFE program survei
2 Keputusan Pemenang Lelang
3 UKL/UPL

6
7

Izin memasuki open area.


Jika lintasan survei melewati open area, surat izin
diajukan kepada Ditjen Migas melalui BPMIGAS,
Divisi Eksplorasi.
Izin memasuki wilayah KKKS lain
Jika lintasan survei melewati wilayah KKKS lain,
surat ijin diajukan langsung ke KKKS dengan
tembusan BPMIGAS Divisi Eksplorasi
Izin lokasi/izin pelaksanaan survei

14

Sosialisasi kepada Masyarakat; Berita Acara


Sosialisasi
(dari tingkat propinsi hingga ke masyarakat)
Izin Dinas Kelautan dan Perikanan/Kementerian
Kelautan dan Perikanan sesuai ketentuan
Sertifikasi personel (Sertifikat HSE; Medis, Huet, Sea
Survival dan Pengalaman Kerja/CV/Certifikat
Keahlian)
Pengecekan kesiapan teknis, peralatan survei,
administrasi, dan keselamatan (K3LL) kapal survei
seismik dan peralatan seismik di atasnya.
Scope of Work
Project Plan (Time Schedule dan Rencana Kerja) dan
Emergency Response Procedure
Parameter Akuisisi (final) dan Pre-Plot Line Program
Survei
Security clearance

15

Kick of Meeting

8
9

10

11
12
13

OTORITAS
BPMIGAS
BPMIGAS / KKKS
BAPEDALDA /
Kementrian Lingkungan
Hidup
Ditjen Migas/BPMIGAS

BPMIGAS/KKKS yang
dilewati

PEMDA setempat/instansi
pemda setempat
BPMIGAS, KKKS, PEMDA
setempat
PEMDA
setempat/Pemerintah Pusat
Ditjen Migas

BPMIGAS

BPMIGAS/KKKS
BPMIGAS/KKKS
BPMIGAS/KKKS
Direktur Ditwilhan Ditjen
Strahan Kemhan
KKKS

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 46 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B.2.2. Tahap Perizinan Survei Seismik Laut


Izin survei seismik dari instansi yang berwenang merupakan syarat bagi KKKS untuk dapat
melaksanakan survei di suatu Wilayah Kerja Pertambangan (WKP). Instansi berwenang yang
mengeluarkan surat izin dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Kementrian Lingkungan Hidup/Bapedalda
(a) UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan)/UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan)
2. Kementrian Perhubungan
(a) Izin dispensasi penggunaan kapal asing (IPKA), jika survei menggunakan kapal laut
asing, dari Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut cq. Ditjen Perhubungan Kementrian Perhubungan
(b) Jika menggunakan Helikopter, diperlukan inspeksi Helideck Kapal oleh Dirjen
Perhubungan Udara.
(c) Clearence in/out (ADPEL)
3. Kementrian Hukum dan Ham
(a) Diperlukan ijin khusus keimigrasian (DAHSUSKIM), jika survei menggunakan tenaga
asing dari Dirjen Imigrasi, Kementrian Hukum dan HAM
4. Departemen Keuangan
(a) PEB/PIB (bea cukai dan pajak)
5. Pemda Propinsi dan Dinas terkait lainnya (misalnya Dinas Kelautan, Dinas Pertambangan,
Dinas Lingkungan Hidup)
6. Pemda Kabupaten/Kota dan Dinas terkait lainnya (misalnya Dinas Kelautan, Dinas
Pertambangan, Dinas Lingkungan Hidup)
7. Susmar Dirwilhan Kementrian Pertahanan dan keamanan
(a) Security Clearance untuk kegiatan survei (Dirwilhan)
(b) Liaison Officer untuk pengawasan keamanan selama survei berlangsung (Susmar)
8. Perizinan untuk wilayah khusus seperti daerah cagar alam, daerah ranjau/berbahaya, dsB.
9. BPMIGAS
(a) Berita acara pengecekan teknis, administrasi, dan keselamatan (K3LL) kapal survei
seismik dan peralatan seismik di atasnya.
(b) Ijin Operasional Survei dari BPMIGAS; Pengajuan perizinan survei melalui
BPMIGAS u.p Deputi Umum dengan tembusan Deputi Operasi, paling lambat 90 hari
kerja sebelum pelaksanaan kegiatan, dengan melengkapi dokumen pendukung, sebagai
berikut:

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 47 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

1. AFE yang sudah disetujui


2. Peta lokasi survei
3. Tata waktu
4. Program survei
BPMIGAS akan memproses lanjut selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja, dengan
meneruskan kepada instansi yang berwenang serta ditembuskan kepada KKKS yang
bersangkutan.
Mekanisme Permohonan Security Clearance Dan Liaison Officer
(Survei Seismik Laut)

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 48 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B.3. Tahapan Operasi Survei Seismik Laut


B.3.1. Pra Operasi Survei
B.3.1.1. Penentuan Survei Parameter
Survei parameter ditentukan KKKS untuk mendapatkan objectif data perekaman di target
yang telah ditentukan.
Penentuan survei parameter/acquisition parameter di tahap awal perencanaan
memungkinkan KKKS untuk membuat beberapa alternative pilihan terhadap spesifikasi
kapal dan peralatan seismik yang tersedia di pasaran di rentang waktu pelaksanaan survei
yang telah ditetapkan oleh KKKS.
Survei Parameter untuk data akusisi laut secara garis besar meliputi:
Definisi Survei
-

Acquisition Mode (2D, 3D, 4D, dsb)

Shot Interval

Line orientation

Inline Offset

Sumber Energi (Energy Source)


-

Source Type

Number of Source

Air Pressure

Volume

Source Separation

Number of Sub-arrays

Sub-array separation

Source length

Source depth

Gun synchronozation

Drop out specification

Streamer (Solid streamer yang ramah akan lingkungan)


-

Number of streamer (s) (3D, 4D)

Streamer length

Streamer separation

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 49 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Streamer depth

Number of traces per streamer

Group Length

Perekaman Data (Data Recording)


-

Record length

Sampling rate

Lo-cut filter - Hydrophone

Hi-cut filter - hydrophone

Format

B.3.1.2. Penentuan Areal, Volume dan Arah Lintasan Survei


Penentuan areal, volume, dan arah lintasan survei merupakan tahap awal untuk menentukan
volume kerja dari data akuisi yang akan dilaksanakan.
Untuk survei seismik laut, arah lintasan akan sangat berpengaruh terhadap besarnya feather
angle. Penentuan arah lintasan dengan memperhatikan arah arus dan pasang surut/tidal current
secara cermat dapat meminimalkan besaran feather angle pada setiap lintasan survei.
Panjangnya survei lintasan dan jarak dari ujung lintasan satu ke ujung lintasan lainnya
(maneuveuer pergantian survei lintasan) juga akan berpengaruh terhadap lamanya survei yang
berarti pula berdampak ke biaya pengambilan data.
Secara umum, untuk survei seismik 2D khususnya, lintasan survei yang panjang dengan
interval jarak antar lintasan yang pendek memungkinkan survei akan lebih efisien karena
waktu manueveur kapal survei untuk beralih dari satu lintasan survei ke lintasan survei yang
lain semakin singkat.
Hal ini juga berlaku untuk survei 3D, penentuan panjang lintasan survei dan geometrik areal
survei diharapkan juga memperhitungkan waktu maneuveur kapal untuk beralih dari satu
lintasan survei ke lintasan survei berikutnya.
Pertimbangan efisiensi dalam pendeifinisian panjang lintasan dan geometric areal survei baik
untuk 2D ataupun 3D seismik survei tentunya tidak boleh mengabaikan objectif yang
diharapkan dari survei tersebut.
Prakiraan infill lines. Dimungkinkan perlunya ada pemodelan infill prediction sebelum
pelaksanaan survei khususnnya untuk areal yang arus lautnya sangat kuat dan atau sulit untuk
diprediksi, survei lines yang perpendicular dengan arah arus laut, dan factor factor geografis
lainnya yang mungkin akan mengakibatkan volume infill sukar untuk bisa diprediksikan secara
akurat.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 50 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B.3.1.3. Penentuan Waktu Pelaksanaan Survei


Penentuan waktu pelaksanaan perlu dipertimbangkan secara matang di awal pelaksannan
Survei. Penentuan waktu yang kurang tepat dapat menimbulkan ketidakpastian biaya yang
harus dikeluarkan selama survei berlangsung. Beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk
menentukan rentang waktu terbaik untuk pelaksanaan survei;
(a) Kondisi cuaca di wilayah survei (dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan weather
history di wilayah tersebut)
(b) Kondisi dan masa puncak aktifitas nelayan di wilayah survei (adanya waktu panen ikan
ataupun produk laut lainnya di beberapa wilayah perairan Indonesia)
(c) Kemungkinan adanya waktu migrasi mamalia laut di wilayah survei (ikan paus, hiu paus,
dsb)
(d) Kondisi kondisi luar biasa yang biasa terjadi pada areal survei. Identifikasi kondisi tersebut
dapat dilakukan selama pelaksanaan UKL/UPL.
B.3.1.4. Penentuan Peralatan Survei Seismik Laut
Setiap KKKS harus menentukan minimum spesifikasi kapal, peralatan survei, dan wahana
pendukung lain yang diperlukan sehingga obyektif survei dapat tercapai;
(a) Spesifikasi kapal survei yang sesuai dengan kebutuhan; kelaikan kapal, sertifikasi kapal,
umur kapal, endurance kapal, dsB.
(b) Spesifikasi kapal pendukung survei (chase boat) yang sesuai dengan area survei; kelaikan
kapal, sertifikasi kapal, umur kapal, endurance kapal.
(c) Spesifikasi kapal/crew boat untuk pergantian personel survei jika menggunakan wahana
laut.
(d) Spesifikasi helicopter untuk pergantian personel survei jika menggunakan wahana udara
(e) Spesifikasi solid/gel streamer yang ramah lingkungan
(f) Spesifikasi air gun yang sesuai dengan obyektif survei
(g) Spesifikasi peralatan penentuan posisi dengan hasil kalibrasi yang masih berlaku
(h) Spesifikasi data recording system yang sesuai dengan kebutuhan dan volume data
(i) Perlengkapan keselamatan yang ada di kapal survei, kapal pendukung/chase boat, crew
boat (jika digunakan untuk pergantian crew), dan helicopter (jika digunakan untuk
pergantian crew).
Technical operating manual, manual service, dan manual penggunaan alat kerja harus
tersedia si kapal. Di samping itu kontraktor pelaksana Survei seismic yang telah ditunjuk
diharuskan memenuhi semua peralatan utama dan peralatan pengganti siap tersedia di kapal.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 51 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Untuk peralatan Survei, harus dipastikan bahwa peralatan Survei yang akan digunakan telah
terkalibrasi.
B.3.1.5. Penentuan Personel Survei Seismik Laut
KKKS harus memastikan bahwa jumlah personel/operator survei seismik (Seismik Kru dan
Kru awak kapal) memnuhi persyartan kebutuhan proyek dan mempunyai minimum
kompetensi di bidangnnya dan dinyatakan fit secara medis untuk bekerja di lepas pantai oleh
praktisi medis yang terdaftar di industri MIGAS dan memiliki sertifikat HSE minimum untuk
bekerja di Laut (Sea Survival Training Certificate dan HUET certificate).
B.3.1.6. Standard HSE
KKKS harus memastikan bahwa kontraktor seismik yang ditunjuk akan secara konsisten
mengikuti standard HSE yang berlaku di Industry Seismik khususnya dan industry MIGAS
pada umumnya
B.3.1.7. Tahapan Sosialisasi
KKKS harus melakukan sosialisasi sebelum pelaksanaan survei seismik. Tahapan sosialisasi
ini secara umum dapat dibagi kedalam 3 tahapan sosialisasi:
1. Sosialisasi Tingkat-1 (Sebelum Perizinan); Tingkat Propinsi
a) Kewenangan Daerah Propinsi Tingkat I mengenai batas wilayah laut sesuai dengan UU
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; Propinsi berhak atas kewenangan
wilayah laut maksimum 12 mil laut dari titik terluar propinsi.
b) Memberikan informasi dan penjelasan kepada Pemda Provinsi serta Instansi terkait
dalam bentuk paparan program kerja dan rencana waktu pelaksanaan survei
c) Memberikan paparan pengenalan teknis mengenai operasi survei seismik laut
d) Memberikan informasi mengenai manfaat dari survei seismik yang telah dilakukan
2. Sosialisasi Tingkat2 (Sebelum Perizinan); Tingkat Kabupaten/Kotamadya
(a) Kewenangan Daerah Propinsi Tingkat II mengenai batas wilayah laut sesuai dengan
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; Kabupaten atau kota berhak atas
sepertiga dari wilayah kewenangan laut propinsi,
(b) Memberikan informasi dan penjelasan kepada Pemda Provinsi serta Instansi terkait
dalam bentuk paparan program kerja dan rencana waktu pelaksanaan survei
(c) Memberikan paparan pengenalan teknis mengenai operasi survei seismik laut
(d) Memberikan informasi mengenai manfaat dari survei seismik yang telah dilakukan
3. Sosialisasi Tingkat-3 (Setelah Perizinan); Tingkat Muspika dan Komunitas Nelayan
Setempat

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 52 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

a) Memberikan informasi dan penjelasan kepada Muspika serta Instansi terkait dalam
bentuk paparan program kerja dan rencana waktu pelaksanaan survei.
b) Memberikan paparan pengenalan teknis mengenai operasi survei seismik laut
c) Memberikan informasi mengenai manfaat dari survei seismik yang telah dilakukan
d) Pelaksanaan sosialisasi disarankan dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
pelaksanaan survei seismik
Materi Sosialisasi
1. Paparan cakupan area (administratif dan geografi)
2. Paparan pengenalan teknis operasi survei seismik laut
3. Paparan tahapan survei seismik laut dalam tahapan eksplorasi secara keseluruhan
4. Paparan manfaat keuntungan survei seismik
5. Paparan program kerja dan waktu pelaksanaan survei
6. Paparan mekanisme pelaporan jika ada gangguan dari pihak masyarakat mengenai
operasi seismik yang dilakukan
7. Paparan mekanisme penentuan nilai ganti rugi dan mekanisme pembayaran ganti rugi
(disesuaikan dengan peraturan daerah yang berlaku dan atau kesepakatan antara
pemerintah daerah setempat dengan komunitas nelayan setempat. Beberapa daerah
telah mengeluarkan surat Keputusan mengenai nilai ganti rugi alat tangkap nelayan
karena adanya operasi seismik beserta prosedur pembayaran ganti rugi)
B.3.1.8. PENGAMANAN OPERASI SURVEI SEISMIK
Setiap pelaksana survei, dalam rangka mengamankan kegiatan survei tersebut diperlukan
adanya:
a) Liaison Officer dari Ditjen Migas (susmar) pada kapal utama/kapal seismik.
b) Sangat dianjurkan untuk menempatkan personnel dari DKP (Dinas Kelautan dan
Perikanan) pada kapal pendukung untuk mencatat peralatan nelayan yang mungkin
hilang, dipindahkan, ataupun diangkat selama kegiatan survei berlangsung.
Pendokumentasian yang baik atas peralatan nelayan yang ada di wilayah survei akan
mencegah dampak sosial yang mungkin muncul selama operasi seismik atatu setelah
berakihirnya operasi seismik. Detail minimum informasi yang perlu didokumentasikan
apabila memindahkan ataupun mengangkat peralatan nelayan di survei area;
Waktu pengangkatan/pemindahan
Posisi (Latitude/Longitude)
Kedalaman air

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 53 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Jenis peralatan yang diangkat/dipindahkan


Identitas peralatan (jika ada)
Photo dari peralatan nelayan yang diangkat/dipindahkan
c) Disarankan untuk menempatkan personel TNI AL dan atau Polisi pada kapal
pendukung di daerah-daerah yang rawan dimungkinkan terjadinya kekerasan/kejahatan
di laut,
d) Untuk daerah khusus dengan otonomi khusus seperti halnya DI Aceh, perwakilan dari
masyarakat adat juga disarankan untuk dilibatkan baik dalam proses sosialisasi, survei
pendahuluan (scouting survei), dan saat dilaksanakannya survei seismik
B.3.2. Operasi Survei Seismik Laut
B.3.2.1. Informasi Area Survei
Sebelum kedatangan kapal seismik dan peralatan seismik diturunkan di areal survei, survei
pendahuluan (Scouting Survei) harus dilakukan untuk memastikan keberadan dan kondisi
dari:
a) Intalasi MIGAS dan aktifitas migas di area survei
b) Aktifitas pelayaran
c) Aktifitas Nelayan dan kemungkinan adanya instalasi permanen/sementara nelayan yang
dipasang di area survei (Rumpon, bagan tetap, dsb).
d) Kondisi bahaya yang mungkin terdapat di area; Daerah dangkal, daerah karang, daerah
ranjau laut, daerah latihan perang, dsB.
e) Kemungkinan adanya aktifitas survei seismik di sekitar area survei. Hal ini perlu
diantisipasi untuk menghindari adanya gangguan proses perekamanan data karena adanya
inreferensi dari sumber gelombang seismik dari kapal sesimik yang lain. Apabila hal
tersebut tidak dapt dihindari, dimungkinkan KKKS untuk berkoordinasi untuk berbagi
waktu pengambilan data seismik.
f) Kondisi Cuaca, Arus, dan Pasang Surut di area survei
B.3.2.2. Pelaksanaan Survei Pendahuluan (Scouting Survei)
Tujuan dari survei pendahuluan/scouting survei;
a) Untuk mengantisipasi adanya kemungkinan daerah dangkal, scouting survei perlu
dilengkapi dengan Echo Sounder yang teliti dan peralatan penentuan posisi yang akurat
sehingga dapat melokalisir dan memetakan daerah dangkal secara akurat. Untuk daerah
dengan indikasi awal akan terdapat shallow spot depth yang fluktuatif dan mungkin
membahayakan kapal dan peralatan survei diupayakan adanya Survei Bathymetry secara

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 54 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

detail sebelum pelaksanaan survei seismik dengan menggunakan Multi Beam Echosounder.
Disamping multibeam echosounder disarankan pula, survei bathymetry tersebut juga
dilengkapi dengan Side Scan sonar sehingga kondisi seabed dapat dipetakan secara akurat.

Gambar 4.16. Contoh instalasi Echosounder dan side-scan sonar pada kapal scouting
survei
b) Mengidentifikasi obyek yang dapat membahayakan streamer. Penggunaan side-scan sonar
sangat disarankan khususnya untuk daerah dengan kedalaman laut kurang dari 30 m dan
secara awal diidentifikasikan akan adanya obyek atau benda di sub surface yang mungkin
c) membahayakan streamer. Pemakaian side-scan sonar juga disarankan untuk kapal pengawal
(chase vessel) pada daerah yang diidentifikasikan banyak terdapat sub sea rumpon.

Gambar 4.17. Penampakan Sub-sea rumpon pada sidescan sonar


d) Mengidentifikasi secara dini aktifitas nelayan dan aktifitas pelayaran umum di lokasi survei
e) Mengidentifikasi dan mendata alat tangkap nelayan yang berada di wilayah survei seismik.
f) Detail informasi yang harus dicatat selama kegiatan survei pendahuluan apabila
menemukan alat tangkap nelayan;
- Tipe Alat tangkap nelayan/Fishing Device (missal rumpon, jaring, julu-julu, dsb)
- Disarankan untuk melakukan pelabelan atas alat tangkap nelayan yang ditemukan
(tagging system)
- Posisi (Lintang/Bujur dalam DMS)
- Photo alat tangkap nelayan yang ditemukan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 55 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Waktu Identifikasi
Kedalaman Air
Kondisi alat tangkap nelayan (missal rumpon baru, rumpon lama, dsb)
Pendataan harus mengikutsertakaan saksi dari komunitas nelayan atau dinas kelautan
dan perikanan wilayah setempat.
g) Survei pendahuluan dilakukan setidaknya beberapa hari sebelum kapal survei seismik
memasuki wilayah survei.
-

Gambar 4.18. Contoh Alat Bantu Tangkap Ikan (Sumber: Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang)

Hal 56 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B.3.2.3. Sistem Penamaan Lintasan Survei


Penamaan setiap lintasan survei harus unik sehingga memudahkan proses pendokumentasian
dan pemrosesan data.
Contoh system desain penamaan line:
AAXXXXBYSS
AA

: Nama Survei

XXXX

: 4 karakter untuk no lintasan survei

: Tipe lintasan survei, P Primary, J Infill, dan R Reshoot

: No. Pass

SSS

: Sequence

B.3.2.4. Sistem Penomoran Pita/Tape Perekaman Data


Setiap tape perekaman data, minimum, harus mencantumkan label yang berisikan uinformasi
mengenai:
No. Proyek
Nomor Sequence
Nama KKKS
Tanggal Pengambilan Data
Nama Lintasan Survei
File Range
Shot Point Range
Status (misal NTBP = Not to be processed)
Penomoran pita/tape rekaman data seismik dan data navigasi (P190) harus mengikuti
sequence dari urutan lintasan yang disurvei.
B.3.2.5. Pengiriman Tape/Pita Perekaman Data
Data Seismik
Data Seismik harus dibuat rangkap dua dan dikirimkan ke kantor pemrosesan tidak secara
bersamaan untuk menghindari kemungkinan hilangnya backup data karena adanya kerusakan
data pada saat pengirima.
Pada umumnya, data rekaman seismik yang dikirimkan meliputi:
Tape/Pita perkaman data seismik
Observer Log
Navigation merged SEG-Y
QC brute stack untuk setiap lintasan survei
Archive of common offset cube

Hal 57 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Data Navigasi
Data navigasi harus dibuat rangkap dua dan dikirimkan ke kantor pemrosesan tidak secara
bersamaan untuk menghindari kemungkinan hilangnya backup data karena adanya kerusakan
data pada saat pengirima.
Pada umumnya, data navigasi yang dikirimkan meliputi:
Data navigasi yang telah diproses
Vessel Position Data (P1/90 atau mungkin juga dalam format P2/94)
Shotpoint location map dan vessel positions
Coverage maps (Shoft copy & Hard Copy)
Bathymetry data and peta
Raw Navigation Data (P1/90 atau mungkin juga dalam format P2/94)
Dsb
B.3.2.6. Geodetic Reference
Datum Horisontal
Datum Geodesi yang digunakan, khususnya untuk daerah eksplorasi baru, diwajibkan untuk
menggunakan sistem WGS84 dan Proyeksi UTM (Ref: PerMen ESDM No. 1603
K/40/MEM/2003 pasal 6).
Untuk KKKS yang telah menggunakan Local Datum pada system koordinatnya, di project plan
document wajib disertakan datum shift parameters dari local datum ke datum WGS84 beserta
contoh konversi koordinat dari local datum ke datum WGS84.
Disarankan bagi KKKS yang menggunakan Local Datum untuk juga merekam data
navigasinya dalam system koordinat WGS 84 sehingga akan memudahkan penyamaan datum.
Datum Vertikal
Reference datum untuk seismik data adalah Mean Sea Level (MSL).
Reference datum untuk bathymetry adalah Chart datum.
B.3.2.7. Peralatan System Penentuan Posisi (DGPS dan RGPS), Perekam Data Seismik,
Streamer, dan Sumber Energi
Peralatan System Penentuan Posisi (DGPS dan RGPS)
Kapal survei seismik diwajibkan menggunakan minimum 2 independent DGPS system. DGPS
system yang akan digunakan, baik yang akan digunakan sebagi system utama ataupun sebagai
system back up disarankan berasal dari penyedia DGPS positioning pyang berbeda dan
merupakan DGPS dual frequency system.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 58 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Gambar 4.19. Sistem penentuan posisi


Untuk system yang masih menggunakan reference station sebelum pelaksanaan perekamanan
data dilaksanakan, dipastikan bahwa geometric reference station adalah geometric yang terbaik
(kesetimbangan jarak, dan sudut) sehingga dapat diperoleh ketelitian posisi yang optimal.
GPS signal coverage juga harus di petakan sebelum survei dilaksanakan. Hal ine berguna
untuk mengetahui jendela GPS signal coverage yang mungkin minim dari ketersedian satelit di
daerah survei. Minimnya jumlah satelit yang mungkin terjadi pada suatu rentang waktu dapat
mengakibatkan tingginya DOP (PDOP, HDOP, dan GDOP) yang mengakibatkan pula
turunnya ketelitian system penentuan posisi yang digunakan dan kemungkinan terburuknya
adalah adanya position jumping.
Peralatan Perekam Data
Minimum spesifikasi peralatan perekam data seismik;
Peralatan telah terkalibrasi dana memenuhi manufacturers specification
Polarity harus memenuhi spesifkasi yang disyaratkan dalam SEG convention
Near trace single channel data available untuk diinspeksi secara visual
Instrument cysle time harus mampu menangani specs yang telah ditentukan;shot interval,
record length, dan kecepatan kapal.
Media penyimpanan data (tape) harus baru
Tidak diperkenankan adanya perekaman data setelah tape ditandai.
dsb
Peralatan Seismik; Streamer
Minimum spesifikasi streamer;

Hal 59 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Harus solid atau gel streamer yang ramah lingkungan


Setiap streamer harus stabil dan mempunyai response yang sama terhadap perubahan
kecepatan kapal.
Streamer harus mampu digunakan pada towing speed 4.0 knots s.d. 5.5 knots.
Jarak antar depth controllers tidak melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan (300 meter)
Adanya spare streamer selama proyek berlangsung (25 %).
dsb
Peralatan Seismik; Sumber Energi
Minimum spesifikasi sumber energi;
Peralatan air gun harus dipastikan dalam kondisi baik dan siap sebelum pelaksanaan survei.
Standarad deviasi dari timing errors setiap gun di setiap shot dapat dipresentasikan (dalam
bentuk grafis) setiap berakhirnya Survei line.
Setiap array gun harus dilengkapi dengan positioning system untuk memonitor posisinya.
Data logger harus tersedia sehingga performance electrical dan mekanikal dapat dipantau
dengan teliti.
dsb
B.3.2.8. Akustik Network
Untuk survei seismik 3D, penentuan posisi streamer juga menggunakan akustik nework yang
diikatkan ke RGPS yang dipasangkan di tail buoy dan air gun.
Sebelum 1st shoot, QC onboard harus memastikan bahwa semua akustic node berfungsi
dengan baik.

Gambar 4.20. Contoh akustik network untuk survei seismik 3D

Hal 60 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B.3.2.9. Pengukuran Kecepatan Perambatan Suara di Air (Sound Propagation Velocity


Measurement)
Pengukuran kecepatan perambatan suara yang harus dilakukan meliputi;
a) Real Time velocimeter yang terpasang di streamer (untuk digunakan pada saat post
processing). Hasil dari real time velocimeter harus dibandingkan dengan hasil
pengukuran kecepatan perambatan suara di air dengan menggunakan CT-probe
b) Velocity profile sepanjang water column, minimum harus diamati setiap minggu.
(Apabila cuaca memungkinkan)

Gambar 4.19. Contoh Full Column Graphic TS-DIPS)


B.3.2.10. Variasi Magnetis
Untuk daerah di sekitar garis katulistiwa seperti halnya di wilayah Indonesia, variasi
magnetis akan kecil. Untuk Magnetic Compasses, koreksi magnetis dapat diambil dari nilai
rata-rata magnetic variation yang diambil dari magnetic variation model yang ada seperti
halnya magnetic variation model dari IGRF10 2005 ataupun publikasi dari institusi yang
berkompeten.

Gambar 4.21. Contoh Penentuan Variasi Magnetic pada survei 3D area

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 61 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B3.2.11. Binning Grid

Gambar 4.22. Binning


Penomoran bin harus mengikuti standard binning system untuk online steering dan offline
coverage analysis
B.3.2.12. Heading Sensor
Minimum dua dua digital heading sensor tersedia dan bekerja dengan baik di kapal.
Sebelum pelaksanaan Survei dipastikan bahwa heading sensor/gyro compass baik yang main
unit ataupun unit telah terkalibrasi dan C-O (Koreksi) telah di masukkan ke dalam system.
B.3.2.13. Echosounder
Minimum dua dual frequency digital echosounder tersedia di kapal sebagai alat penentu
kedalaman kapal. Echosounder yang tersedia di kapal harus dipastikan memiliki spesifikasi
yang seusai dengan kedlaman daerah Survei.
Verifikasi echosounder harus dilakukan sebelum pelaksanaan Survei khususnya setelah kapal
bunkering di pelabuhan dan lead line check perlu dilakukan secara periodik.
B.3.2.14. Kualitas Data Seismik
Sebelum pelaksanaan survei, streamer, source, dan semua alat perekaman data harus di test
sesuai dengan standard pengetesan di Industry Seismik (buble test, First break/P1 offset
check, mis ties check antara seismik dan navigasi data, dsb untuk memastikan bahwa semua
alat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Survei line pertama, harus di QC (First Line QC dan disarankan KKKS untuk menggunakan
jasa independent QC apabaila tidaka memiliki ahli QC dalam data akuisisi) sehingga dapat
dipastikan bahwa semua setup dan konfigurasi telah sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 62 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Setiap line Survei selesai diakuisisi dipastikan bahwa data analisis dilakukan sehingga dapat
dipastikan penyebab dan lokasinya apabila ditemui kulaitas data yang tidak sesusi dengan
spesisifikasi. Secara umum, kualitas data seismic laut sangat dipengaruhi oleh hal-hal sbb:
a) Kondisi alam; Swell/Current Noise
b) Kondisi kapal; Ship Noise
c) Kondisi System/alat; Bad Channels, airleaks, gun failure dsB.
d) Online QC data seismic pada umumnya meliputi;
e) Online QC monitoring untuk mengamati performance hydrophones dan gun arrays yang
terpasang.
f) QC Real time display untuk identifikasi noise; spike, external noise, bad traces, dsb
g) QC Instruments untuk identifikasi dan mengamati adanya kesalahan yang ditimbulkan
oleh alat; misfires, autofires, extraction count errors, parity errors, streamer depths, dsB.
h) Online QC gun untuk memonitor performance dan spesifikasi gun; kedalaman gun,
pressuregun, volume gun, dsB.
i) Online QC hydrophone untuk memonitor hydrophone dan untuk mendetesksi jika terjadi
spike, air leak, dan lain-lain.
Streamers
Minimum spesifikasi fungsi kerja streamer;
a) Bad traces melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan dalam spesifikasi teknis
b) Ambient stremer noise melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan dalam spesifikasi teknis
c) Rata-rata kedalaman stremer melebihi 1 meter dari kedlaman streamer yang telah
ditetapkan dalam spesifikasi teknis
d) Jumlah Depth Transducer yang beroperasi kurang dari jumlah yang telah ditetapkan
dalam spesifikasi teknis
e) Jumlah kompas yang beroperasi kurang dari jumlah yang telah ditetapkan dalam
spesifikasi teknis
f) dsb
Sumber Energy (Energy Source; Air Gun)
Minimum spesifikasi fungsi kerja sumber energy;
a) Kesalahan sinkronisasi
b) Misfire
c) Tidak berfungsinya source controller
d) Drop out specification tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
e) Kedalaman energy source tidak dapat diverifikasi karena adanya masalah di depth
readings sensor.
f) Kehilingan minimum air pressure yang telah ditetapkan
g) Adanya air leak atau variasi di source pressure melebihi 10% dari spesifikasi pressure
yang telah ditetapkan.
h) Source timing melebihi spesifikasi spesifikasi yang telah ditetapkan
i) Crossfeed melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan
j) Geometry energy source telah berubah dari yang telah ditetapkan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 63 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

k) Inkosistensi near field signature yang mengakibatkan distorsi oada estimasi far field
signature
l) Separasi Source sub-array tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
m) Sinkronisai antara +/- 1.0 dan +/- 1.5 mili second wajib di rekam.
n) Puncak pressure kurang dari 90% dari total volume full array (disesuaikan dengan
spesifikasi drop out)
o) Bubble ration kurang dari 90% dari total nilai full array (disesuaikan dengan spesifikasi
drop out)
p) dsb
Perekaman data
Minimum spesifikasi fungsi kerja perkaman data;
a) Hilangnya external headers
b) Tidaka ada seismic data yang direkam atau `tidak lengkapnya data seismic yang direkam
c) Loss of time zero
d) Adanya tape parity error lebih dari yang telah ditetapkan dalam spesifikasi
e) Kesalahan ekstraksi data
f) Kerusakan field tape
g) Hilangnya traces saat perekaman data
h) dsb
Navigasi Data
Minimum spesifikasi fungsi kerja perkaman data navigasi;
a) Minimum ada 4 satellite GPS untuk menentukan posisi
b) Koreksi differensial DGPS tidak upate lebih dari spesifikasi yang ditentukan (20 detik)
c) Tidaka adanya navigasi data atau buruknya navigasi data (GPS jumping secara menerus)
d) Hilangnya data perekaman kedalaman dari echosounder
e) Head atau tail compass streamer tidak berfungsi
f) Hilangnya data dari RDGPS
g) dsb
B.3.2.15. Pemrosesan Data Navigasi
Secara umum, data navigasi seismic laut diproses melalu tahapan berikut:
a) Data Import; Pengecekan data mentah navigasi dan koreksi header sebelum disimpan
sebagai final archive version. Quality Control pada tahapan ini meliputi:
Pengecekan format data dan konsistensi format data
Perbedaan konfigurasi antara file yang berurutan
Perubahan gun sequences
Waktu antara shot tidak dalam batas yang ditentukan
Shot Numbers jumping
No. Header

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 64 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

b) Data Pre-processing; Semua data navigasi direprocess untuk memastikan konsisteensi


hasil pada saat network adjustment. Pada tahap ini , dilakukan pendefinisian awal spike
rejection gates dan noise suppression filters di aplikasikan ke raw navigasi data.
c) Networks adjustments (3D); Merupakan tahapan least squares adjustment dari observasi
data yg telah diproses untuk setiap shot point-nya. Qualty Report pada tahapan network
adjustment meliputi:
Konfigurasi Network
Statistic on node covariances, node shot points intervals, observation residual, network
variance factor, degrees of freedom
Besaran skala/koreksi yang dipakai
Rotasi Streamer
Error ellipse pada setiap nodes
d) Data Analysis; Dari data analysis dapat ditampilkan Quality Report dari;
Inline Misclosure
Rotasi Streamer
Separasi Streamer
Mean vessel sources offset
Mean vessel streamer head offset
Seismic offset, sources yang dipakai
Network Variance Factor
Degrees of Freedom
e) Data Export; Pembuatan P190 data dengan penambahan header yang benar.
B.3.2.16. Brute Stack QC
Setiap line akusisi berakhir, perlu dibuat Real Time Brute Stack QC untuk memastikan dan
menginvestigasi apabila ada masalah dalam perekaman data misalnya karena adanya swell
noise, gempa bumi, current noise, vessel noise dsb.
B.3.2.17. ERP (Emergency Response Procedure)
KKKS harus memastikan bahwa kontraktor seismik memiliki procedure evakuasi medis
apabila terjadi kecelakaan selama proses survei seismik berlangsung. Prosedur evakuasi medis
minimal sekali selama projek berlangsung harus di uji cobakan untuk menjaga kesiagaan team
ERP apabila kejadian kecelakaan nyata terjadi.
B.3.2.18. Marine Mammal Observer
KKKS disarankan untuk memobilisasi MMO (Marine Mammal Observer) jika diindikasikan daerah
survei merupakan tempat migrasi mamalia laut ataupun hewan laut lain yang dilindungi. Apabila
Survei area merupakan daerah konservasi laut, KKKS diwajibkan memobilisasi MMO (Marine
Mammal Observer).
Laporan mengenai penampakan mamalia laut selama Survei berlangsung wajib disertakan dalam
laporan akhir pelaksanaan Survei seismic.

Hal 65 dari 81

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

B.3.2.19. Waste Management


KKKS harus memastikan bahwa kontraktor seismik mengikuti standard industry MIGAS yang
berlaku dalam penanganan limbah. Limbah yang akan diturunkan di pelabuhan terdekat
diwajibkan untuk ditangani oleh sludge kontraktor yang telah tersertifikasi oleh Kementrian
Lingkungan Hidup.
B.3.3. Pasca Operasi Survei Seismik Laut
B.3.3.1. Tahap Pembayaran Ganti Rugi
3.3.1.2. Pendataan
Survei seismik laut:
a)

Pendataan jumlah nelayan, pemilik kapal/perahu, dan volumen aktivitas nelayan di lokasi
survei. Pendataan ini disarankan bersamaan dengan kegiatan UKL/UPL.

b) Pendataan lokasi rumpon/keramba/jaring pada saat survei pendahuluan (Scouting Survei.)


c)

Pendataan alat tangkap nelayan yang dipindahkan atau diambil karena menghalangi jalur
lintasan survei seismik. Pendataan ini dilaksanakan pada saat pemindahan dan pemotongan
alat tangkap sebelum dan selama kegiatan survei seismik berlangsung.

3.3.1.3. Pembayaran Kompensasi


Jenis jenis kerusakan yang dapat dikompensasi akibat pelaksanaan survei seismik di
antaranya adalah sebagai berikut:
a)

Alat tangkap ikan (Rumpon, Jaring, Fishing Line, Keramba, Julu-julu dsb) yang harus
dipotong ataupun dipindahkan karena dilalui lintasan survei seismik

b) Infra struktur akibat mobilisasi dan aktivitas survei


c)

Pemblokiran area laut akibat kegiatan survei

3.3.1.4. Acuan Besaran Pembayaran Kompensasi


Acuan besar pembayaran kompensasi akibat kegiatan survei disarankan sebagai berikut:
a)

Surat Keputusan kepala daerah (Bupati/Walikota) dari daerah setempat

b) Peraturan Daerah setempat


c)

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KEPMEN No.30/Men/2004 dan SK


MENTAN Nomor. 51/Kpts/IK 250/1/97)

d) Hasil kesepakatan yang telah disetujui oleh Pemda Tingkat II (Walikota/Bupati)


e)

Peraturan yang dikeluarkan oleh institusi daerah setempat

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 66 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Apabila tidak ada kesepakatan dalam proses pembayaran kompensasi, maka pekerjaan
kegiatan survei seismik disarankan untuk ditangguhkan sementara sambil menunggu
koordinasi dan negoisasi
dengan pihak-pihak terkait. Apabila tidak tercapai
kesepakatan dalam jangka waktu maksimal 15 (lima belas) hari kerja, KKKS disarankan
dapat membatalkan pekerjaan setelah mendapat persetujuan dari BPMIGAS.
3.3.1.5. Tata Cara Pembayaran Kompensasi
Proses pembayaran kompensasi disarankan:
a) Mengundang semua pihak yang berhak menerima kompensasi akibat kegiatan

seismik pada acara pembayaran kompensasi


b) Jumlah yang dibayarkan sesuai dengan hasil pendataan KKKS yang telah

disepakati dan disetujui kedua belah pihak serta disaksikan oleh pihak Pemda
(MUSPIDA/MUSPIKA) setempat yang tertuang dalam berita acara
c) Secara langsung kepada yang bersangkutan dengan disaksikan oleh pihak

Pemda setempat yang tertuang dalam bukti pembayaran dan berita acara asli
(rangkap 3)
d) Pelaksanaan pembayaran dapat dilakukan pada saat dan setelah kegiatan

perekaman
B.3.3.1.6. Pelaporan
Mengacu pada petunjuk survei seismik

IV.3. Pedoman Operasi Survei Seismik Transisi


a. Tinjauan Umum Metode Survei Transisi
Seismik transisi didefinisikan sebagai Survei seismic di daerah yang tidak dapat
dilakukan survei dengan menggunakan kapal seismik laut dan atau peralatan
seismic darat biasa.
Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik di zona transisi disarankan agar
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Ada pun aturan, sebagai berikut: jika
operasi seismik di zona transisi dengan kriteria seismik darat, Pedoman Umum
Pelaksanaan Operasi Seismik mengacu pada operasional sesmik darat. Jika Operasi
seismik di zona transisi dengan kriteria seismik laut, Pedoman Umum Pelaksanaan
Operasi Seismik mengacu pada operasional seismik laut.
b. Persyaratan Survei Transisi
Mengacu pada persyaratan Survei darat dan laut dan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan survei.
c. Tahapan Operasi Survei Transisi

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 67 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Tahap survei seismik laut adalah sebagai berikut:


1. Tahap Pra Survei
- Perizinan
Semua perizinan di bawah ini disarankan agar didapatkan sebelum
pelaksanaan survei dimulai:
Security Clearance untuk melaksanakan kegiatan operasi seismik di laut
dan transisi dari Direktur Wilayah Pertahanan cq. Ditjen Strategi
Pertahanan, Departemen Pertahanan RI
Izin dispensasi (PPKA), jika survei menggunakan kapal laut asing dari
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut cq. Ditjen Perhubungan Laut,
Departemen Perhubungan
Izin khusus keimigrasian (DAHSUSKIM), jika survei menggunakan
tenaga asing dari Dirjen Imigrasi (IMTA), Departemen Hukum dan HAM
Izin umum pelayaran dan kepelabuhan, seperti, izin sandar, izin masuk
pelabuhan, izin bongkar muat dari syahbandar
Jika menggunakan chopper, perlu inspeksi helideck oleh Dirjen
Perhubungan Udara
- UKL/UPL
UKL/UPL hanya dilakukan untuk kegiatan seismik eksplorasi saja
Persetujuan UKL/UPL dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup
UKL/UPL Bapedalda Kabupaten peraturan MenLH ( Perlu klarifikasi)
- Sosialisasi
Sosialisasi bertujuan untuk menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan
kepada:
Muspida setempat (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
Masyarakat setempat (nelayan, petambak dan tokoh masyarakat)
Kompensasi ganti rugi mengacu pada peraturan daerah setempat
- Pengamanan
Setiap pelaksana survei wajib mengikut sertakan:
Liaison Officer dari Ditjen Migas (susmar) dan Security Officer
Bila diperlukan, pengamanan dapat dimintakan kepada TNI AL dan atau
Polisi
- Personel
Dalam pelaksanaan survei, personel teknis lapangan yang diperlukan
diutamakan menggunakan tenaga kerja nasional:
KKKS

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 68 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Harus memiliki perwakilan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


pekerjaan survei seismik, QA/QC
Kontraktor Pelaksana
Harus menyediakan kelengkapan personel sesuai dengan keahlian pada
bidangnya masing-masing yang diperlukan untuk pelaksanaan survei
- Referensi data
Data pendukung yang mungkin diperlukan dalam perencanaan survei
mencakup:
Data seismik dari survei sebelumnya
Peta topografi
Peta hidrografi
Peta kehutanan
Foto satelit (citra satelit)
- Peralatan
Kapal navigasi
Kapal gunboat
Kapal cable
Jack up rig atau katamaran
Hydrophone / OBC
GPS Geodetic (RTK)

- Alat survei
Navigasi
Sistem navigasi harus memenuhi kriteria minimum, dapat menentukan
posisi kapal, sumber getar, dan sensor penerima dengan akurasi yang sesuai
dengan spesifikasi teknis yang ditentukan
Alat perekam data (Instrumentasi rekaman, sumber getar dan sensor
penerima), sebagai berikut:
Jenis Instrumentasi rekaman, sumber getar, dan sensor penerima yang
akan digunakan agar memenuhi spesifikasi teknis yang diminta dan telah
sesuai dengan hasil studi modelling dan atau desain parameter
Kedalaman sumber getar disesuaikan dengan spesifikasi teknis yang
diminta dengan mempertimbangkan aspek K3LL
Setiap survei harus dilengkapi dengan peralatan standard untuk
melakukan uji kendali mutu, baik untuk uji kendali mutu peralatan yang
dipergunakan dan juga hasil rekaman yang didapat
Untuk keperluan uji kendali mutu, hasil rekaman yang diperoleh
disarankan agar dapat diproses langsung di lapangan hingga tahapan
minimum

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 69 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Sebelum survei dilakukan, semua instrumentasi perekam, sumber getar,


dan sensor penerima yang akan gunakan harus lolos uji dan harus
dilakukan di lapangan

- Tempat pendaratan
Tempat pendaratan sementara di tepi sungai atau pesisir laut yang digunakan
untuk:
Mobilisasi/demobilisasi personel
Suplai peralatan
Suplai logistik
Evakuasi medis (medevac)
Tempat pendaratan sementara (jetty) diharuskan agar memenuhi
persyaratan K3LL yang berlaku
Jika memungkinan dapat memanfaatkan fasilitas pendaratan terdekat
yang tersedia
2. Tahap Operasi Survei
- Navigasi
Sistem navigasi disarankan agar menggunakan lebih dari satu referensi,
minimum 3 satelit
Instrumen Navigasi lainnya, diperlukan sesuai dengan kebutuhan
Sistem differential GPS
Sensor vessel heading
Kisaran sistem akustik
Echosounder
Sistem integrated navigation
Sistem komputer navigasi
Pemrosesan
Referensi stasiun
Parameter geodesi disaran agar menggunakan:
Geodesi datum: WGS-84
Sistem projeksi: UTM
Spheroid: WGS-84
Satuan pengukuran disarankan agar menggunakan sistem metrik
- Shot hole drilling untuk daerah yang tidak dapat dilewati gunboat
Penentuan posisi shot hole drilling mempergunakan system GPS (RTK)
Pekerjaan shot hole drilling mempergunakan juck up rig atau katamaran.
Jika diperlukan dipergunakan casing untuk mengatasi agar lubang tidak
tertutup oleh pasir
Ujung kabel deto diikat dengan pelampung sebagai penanda posisi.
Dilakukan pengamatan pasang surut untuk optimalisasi perekaman

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 70 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

- Lay Out Cable, lay Out hydrophone dan Lay out OBC
Kabel dilengkapi dengan alat yang dapat memancarkan gelombang akustik
yang dapat dideteksi dari dipermukaan air.
Lay out dilakukan dengan kapal yang dilengkapi dengan alat navigasi.
Setelah dilakukan lay out sebelum dan sesudah perekaman dilakukan pinging
untuk mengetahui posisi hydrophone. Jika terjadi pergeseran posisi melebihi
toleransi yang ditentukan dalam spek teknis, harus dilakukan reposisi.
Perlu diberi rambu-rambu pelampung atau lampu pada malam hari untuk
menghindari kerusakan akibat aktivitas nelayan atau kapal yang melintas.
- Rekaman data
Dilakukan instrumen tes harian sebelum melakukan perekaman data
Dilakukan sinkronisasi dan perhitungan delay time
Dilakukan pengamatan pasang surut untuk optimalisasi perekaman
- Pengolahan data
Perlu dilakukan penyelarasan wavelet jika terdapat dua jenis sumber getar
atau penerima
- Pelaporan dan pengiriman data
Pelaporan terdiri dari:
Pelaporan dari KKKS ke BPMIGAS, meliputi, laporan mingguan dan
laporan akhir
Pengiriman Data
Data hasil survei (berupa tape dan data pendukung) agar dibuat rangkap
2
(dua)
Duplikat data hasil survei disarankan agar dikirim atau dimusnahkan
setelah data asli dikirim, diterima, dapat dibaca, dan mendapat
konfirmasi dari penerima
3. Pasca Survei
-

Penyelesaian ganti rugi


Demobilisasi
Demobilisasi dapat dilakukan oleh kontraktor pelaksana setelah mendapat
persetujuan dari KKKS
Note: untuk survei seismik transisi dengan kriteria seismik darat mengacu pada
Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik Darat
Ketentuan Laporan Proyek:
Maksimum 4 bulan setelah dilakukan demobilisasi KKKS disarankan agar
menyerahkan laporan teknis yang menandakan berakhirnya survei seismik

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 71 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Laporan Teknis minimum berisi tentang: Gambaran umum survei, aspek


operasional survei (statistik waktu, produksi data, qualitas hasil, HSE,
Penggunaan SDM dan organisasi proyek, dan lain-lain), penjelasan
penggunaan budget schedule AFE survei berikut berita acara/MoM terkait
mulai dan selesai survei, dan perubahan-perubahan lingkup kerja dan
anggaran
Laporan akhir survei di buat rangkap 2 (dua) dan dilampiri data yang
disimpan dalam harddisk external : brute stack, observer report Segy
geometri ( raw data yang sudah diberi gemetri ), sps file dan UKOOA
format , data navigasi, berita acara akhir proyek, berita acara apabila terjadi
perubahan lingkup kerja atau anggaran.
Laporan teknis dari KKKS ke BPMIGAS ditujukan kepada: Kepala Dinas
Operasi survei dan pengeboran guna verifikasi close out.report kepada
kepala Divisi Pengendalian Biaya Operasi
D. Pedoman Survei Lain
D.1. Geologi Lapangan
a. Tinjuan Umum Survei
Survei geologi adalah penyelidikan secara sistematis dan rinci atas struktur fisik
batuan yang membentuk lapisan paling atas dari kerak bumi dalam rangka
eksplorasi minyak dan gas bumi dalam jumlah ekonomis(LEMIGAS, 1985, Kamus
Minyak dan Gas Bumi). Survei yang dilakukan hanya terbatas pada lapisan-lapisan
batuan di permukaan bumi disebut kegiatan geologi lapangan.

Gambar 4.23. Kegiatan Geologi Lapangan


Kegiatan geologi lapangan melakukan pemetaan lapangan sebagai alat menentukan
lokasi macam-macam Formasi Batuan secara tepat. Batuan-batuan dikumpulkan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 72 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

dari masing-masing bagian lapangan yang dipetakan dan diselidiki, untuk


menentukan umur, urutan kronologis batuan sedimen, demi mengetahui posisi
struktur yang mengandung minyak. Geologi minyak bumi menggolongkan
akumulasi hidrokarbon dalam 3 macam struktur jebakan yang disebut jebakan
antiklinal, patahan, dan stratigrafik. Penyelidikan ini merupakan tahap pendahuluan
dalam proses pencarian minyak, dan satu-satunya cara yang praktis selain
pengeboran untuk menentukan bentuk dan luas struktur bawah permukaan yang
mungkin mengandung hidrokarbon.
b. Persyaratan Kegiatan Survei
Secara umum peralatan Survei mengacu kepada Survei seismic dan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan dan masyarakat di daerah Survei
c. Tahapan Survei
1. Tahap Pra Survei
Dalam tahap pra-survei hal-hal yang dilakukan adalah:
- Review dokumen persetujuan dari perencanaan dan penambahan data sekunder
- Overlap data sekunder dan pastikan titik-titik pengamatan, delineasi daerah
prioritas, dan membuat perkiraan-perkiraan sampling
- Mempersiapkan biaya dan perkiraan logistik
- Reconnaissance (dalam bahasa seismik = scouting)
- Pengadaan jasa survei, pemilihan Manajer Proyek dan Team lapangan
- Melakukan perizinan, untuk tingkat Kabupaten melalui BPMIGAS Pusat
untuk daerah Jawa Barat dan sekitarnya, sedangkan BPMIGAS Perwakilan
untuk daerah di luar Jawa Barat da sekitarnya
- Melakukan sosialisasi kepada tokoh masyarakat dan masyarakat yang akan
dilalui.
- Pemilihan Base Camp, ruang kerja, ruang tidur, serta penyimpanan sampel,
dan jasa pengiriman.
- Pengajuan surat untuk melaksanakan survei kepada Kepala Divisi Operasi
Lapangan disertai syarat survei.
- Setelah menerima balasan untuk melaksanakan operasi KKKS dapat
melaksanakan Kick of meeting.
2. Tahap Operasi Survei
- Mobilisasi
- JSA dan Pengarahan Personel tentang safety
- Kegiatan lapangan diusahakan sepagi mungkin untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan
- Melakukan pekerjaan-pekerjaan traverse, pengamatan, dokumentasi, sampling.
- Pemilahan sampling untuk dikirim ke Recording Centerratorium Petrografi,
Paleontologi, Geokimia (jika ingin mengetahui source rock lebih lanjut).
Sebaiknya pemilihan sampel dilakukan di Base Camp.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 73 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

- Pengeplotan dan evaluasi dilakukan per hari, setelah kegiatan lapangan


- Evaluasi produksi data dengan kurva moving average (default dari BPMIGAS),
evaluasi target kerja,waktu dan biaya antara rencana dan realisasi.
- Jika produksi data tidak normal bedasarkan grafik dan kondisi penurunan
produksi data mempunyai trend berkepanjangan, BPMIGAS akan melakukan
pemeriksaan lapangan. KKKS agar menyiapkan segala sesuatunya di lapangan,
jika terdapat problem ketidaksesuaian.
- Problem ketidaksesuaian antara lain: pencapaian target produksi data tidak
sesuai rencana, hasil pengumpulan data tidak mengarah kepada solusi hal
baru, penambahan volume kerja, peningkatan biaya yang signifikan, dan
sebagainya.
- Jika sudah selesai kegiatan, KKKS agar berpamitan dengan Pemerintah
setempat.
- Reklamasi
- Demobilisasi
- Mengirim surat Pemberitahuan selesai kegiatan lapangan kepada Kepala Divisi
Operasi Produksi
3. Pasca Operasi Survei
- Menyerahkan Laporan Akhir terdiri dari Hard Copy sebanyak 3 eksemplar
dilampiri data digital Peta dasar, Peta titik-tik pengamatan, traverse, measured
section (MS - jika ada) yang dimasukkan ke dalam CD.
- Data diserahkan kepada Dinas Operasi Survei dan Pengeboran untuk dilakukan
pengecekan dan klarifikasi/verifikasi.
- Hasil Klarifikasi dilampirkan untuk lampiran Laporan Close Out AFE kepada
Divisi Pengendalian Biaya Operasi (PBO).
D.2. Survei Gravitasi
a. Tinjauan Umum Metode
Metoda gravitasi adalah suatu metoda eksplorasi yang mengukuran medan
gravitasipada kelompok-kelompok titik pada lokasi yang berbeda dalam suatu
area tertentu. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk mengasosiakan variasi dari
perbedaan distribusi rapat massa dan juga jenis batuan. Tujuan utama dari studi
mendetil data gravitasi adalah untuk memberikan suatu pemahaman yang lebih
baik mengenai lapisan bawah geologi. Metoda gravitasi ini secara relatif lebih
murah, tidak mencemari dan tidak merusak (uji tidak merusak) dan termasuk
dalam metoda jarak jauh yang sudah pula digunakan untuk mengamati permukaan
bulan. Juga metoda ini tergolong pasif, dalam arti tidak perlu ada energi yang
dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan data sebagaimana umumnya
pengukuran. Pengukuran percepatan gravitasi memberikan informasi mengenai
densitas batuan bawah tanah. Terdapat rentang densitas yang amat lebar di antara
berbagai jenis batuan bawah tanah, oleh karena itu seorang ahli geologi dapat
melakukan inferensi atau deduksi mengenai strata atau lapisan-lapisan batuan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 74 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

berdasarkan data yang diperoleh. Patahan yang umumnya membuat terjadinya


lompatan pada penyebaran densitas batuan, dapat teramati dengan metoda ini.
b. Persyaratan Operasi Survei
Persyaratan survei seismik dan menyesuaikan dengan kondisi daerah setempat
c. Tahapan Operasi Survei
1. Tahap Pra Survei
- Persiapan :
1. Spesifikasi alat yang akan digunakan ( gravimeter, elevasi, gps) sebelum
digunakan harus dicheck kondisinya
2. Penentuan lintasan dan desain survei berdasarkan peta geologi dan informasi
lain ditentukan jarak maksimal antar titik dan banyaknya titik yang akan
diukur Interval antar titiki jangan sampai melebihi jarak maksimal untuk
menghindari biasing. Desain survei disesuaikan dengan target dan tujuan
survei baik untuk 2D atau 3D
3. Pengikatan pengukuran titik referensi
Gravity Sebelum dilakukan
pengukuran harus di lakukan pengikatan (referensi ) terhadap titik yang
telah diketahui nilai gravitasinya sebagai Base gravity ( i.e. Kantor Pusat
BMKG, Direktorat Geologi Bandung)
4. Perigurusan perizinan survei
5. Penetun posisi titik ukur bedasrn peta ( Koordinat GPS )
- Tahap Perizinan Survei
Perizinan daerah survei ini disarankan agar didapatkan dari Pemda
kabupaten, yang ditembusi kepada Camat dan kepala Desa
- Tahap Sosialisasi
Sosialisasi tidak dilakukan karena satu Tim hanya 4 5 orang untuk
transportasi alat
2. Tahap Operasi
- Pengikatan dengan titik referensi sekunder dan titik ikat base survei
Titik referensi sekunder ( i.e stasiun stasiun BMG atau balai BMG
setempat) dibuat dengan mengikatkan pada titik referensi primer. Jika tidak
ada, dibuat agar bisa bertahan minimal selama pelaksanaan survei. Dalam
interval tertentu dilakukan kembali terhadap titik ini
Titik ikat base survei ( Base Station ) merupakan titik di Base Station
dimana pengukuran harian dimulai dan diakhiri ( untuk koreksi tidal dan
drift).
Dibuat di satu tempat tertentu yang stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh
kondisi lingkungan sekitar
- Fakor HSE/K3LL

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 75 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Pengukuran Graviti lebih bersifat mobile,sehingga keamanan ( personal dan


alat ) harus sangat diperhatikan 3 Titik - titik yang tidak memungkinkan
untuk diukur (lost) dilakukan kompensasi dengan memberikan catatan khusus
- Untuk survei yang dijadualkan akan dilakukan lebih dari satu kali, penandaan
titik ukur harus sebaik
mungkin dengan masih tetap mempertimbangkan
faktor keamanan. Penandaan harus bisa bertahan minimal sampai periode
survei berikutnya
- Pengukuran lapangan meliputi bacaan gravimeter, elevasi, waktu pengukuran
dan lokasi pengukuran
- Pengolahan dan interpretasi
Penamaan data
Data hasil survei dinamakan dengan format yang tetap dan sudah disepakati.
Keamanan dan kerahasiaan data hasil survei harus dijaga
Pegolahan Data
Pengelolaan data dilakukan dengan melakukan koreksi-koreksi yang biasa
digunakan hingga didapatkan nilai gravitasi lokal pada titik ukur
Pemodelan
Pemodelan dilakukan berdasarkan target awal survei, baik 2D ataupun 3D
Interpretasi
D.3. Geolistrik
a. Tinjauan Umum Metode
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus
ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara lain : metode
potensial diri, arus telluric, magnetoteluric, elektromagnetik, IP (Induced
Polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan lain-lain. Dalam bahasan ini
dibahas khusus metode geolistrik tahanan jenis. Pada metode geolistrik
tahanan jenis ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda
arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda
potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak
elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan
jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur (sounding point). Metoda ini
lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang
memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500
feet. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi munyak
tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 76 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan


dalam eksplorasi geothermal. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektrodaelektroda arus, dikenal beberapa jenis metode resistivitas tahanan jenis, antara
lain :
1. Metode Schlumberger
2. Metode Wenner
3. Metode Dipole Sounding
b. Persyaratan Survei
Persyaratan survei seismik dan menyesuaikan dengan kondisi daerah setempat
c. Tahapan Survei
1. Tahap Pra Survei
- Persiapan:
Konfigurasi dan jarak antar elektroda yang digunakan ditentukan
berdasarkan target survei yang ingin dicapai
Perizinan mengenai areal yang akan di lewati lintasan survei geolistrik
Lokasi pasti titik pengukuran ditentukan dengan GPS dengan tingkat
akurasi sebaik mungkin
- Perizinan Survei
Perizinan daerah survei ini disarankan agar didapatkan dari Pemda
kabupaten, yang ditembusi kepada Camat dan kepala Desa
- Tahap Sosialisasi
Sosialisasi tidak dilakukan karena satu Tim hanya 4 5 orang untuk
transportasi alat
2. Tahap Operasi Survei
Survei geolistrk menggunakan arus listrik dengan tegangan dan arus yang
cukup tinggi
- Harus dipastikan lokasi sekitar elektroda aman dari gangguan untuk
mengurangi resiko
sengatan listrik
- Kerusakan karena pemasangan elektroda bisa dianggap tidak ada , jadi
kerusakan lebih
dikarenakan mobilisasi kru.
- Data
hasil survei di simpan dengan format yang baku dengan
menyertakan tahun, lokasi
dan pelaksana survei
- Titik titik yang tidak memungkinkan untuik dilakukan pengukuran
secara normal sesuai konfigurasi yang digunakan dicatat dengan
menambahkan keterangan khusus

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 77 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

D.4. GEOMAGNET
a. Tinjauan Umum Metode
Batuan di dalam bumi mengandung mineral-mineral yang sebagian juga
memiliki sifat kemagnetan. Mineral tersebut terinduksi medan magnet bumi
dan menimbulkan medan magnet sekunder (Bakrie, 2008). Hal inilah yang
menjadi dasar metode geomagnet. Metode geomagnet didasarkan pada
pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan
adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah permukaan
bumi. Pola anomali ini dicirikan oleh pergantian antara anomali positif
negatif dan sejajar dengan sumbu pemekarannya. Pola ini dikenal dengan
Zone of stripped magnetic anomalies.
Intensitas medan magnet di permukaan bumi diukur menggunakan
magnetometer. Hasil pengukuran magnetometer berupa penjumlahan dari
medan magnet bumi utama, variasi medan magnet bumi yang berhubungan
dengan variasi kerentanan magnet batuan, medan magnet remanen dan variasi
harian akibat aktivitas matahari.
Pengukuran medan magnet bumi untuk keperluan eksplorasi dapat dilakukan di
darat, laut, dan udara. Survei geomagnet dilakukan untuk memperkirakan
adanya cebakan mineral, intrusi magnetik di daerah vulkanik, eksplorasi
geotermal, dan konfigurasi cekungan sedimen pada eksplorasi hidrokarbon
(Bakrie, 2008). Metode ini juga dapat digunakan untuk prospeksi benda-benda
arkeologi (Anonim, 2008). Akurasi pengukuran metode ini relatif tinggi dan
pengoperasian alat di lapangan relatif sederhana, mudah dan cepat.
Akuisisi Data
Sebelum akuisisi data di lapangan, dilakukan terlebih dahulu langkah-langkah
persiapan. Persiapan didahului oleh penentuan koordinat lokasi penelitian
menggunakan GPS (Global Positioning System). Langkah selanjutnya adalah
pembuatan lintasan geomagnet. Secara umum lintasan geomagnet dibuat
mengikuti garis lurus dengan arah barat timur dan utara selatan. Adapun
bentuk lintasan dalam penelitian ini adalah seperti gambar di bawah ini.
Akuisisi data dibagi mejadi dua yaitu akuisisi data intensitas medan magnet
bumi diurnal (harian) dengan menggunakan stasiun base (stasiun A) dan
akuisisi data anomali medan magnet penyusun kerak bumi dengan stasiun
mobile (stasiun B). Pencatat waktu (time) kedua stasiun tersebut telah
disamakan.
Pengambilan data magnetik dilakukan dengan spasi yang serapat mungkin (1
5 meter) agar data yang diperoleh banyak. Pengambilan data juga mesti
disesuaikan dengan topografi dan keadaan vegetasi lokasi survei. Untuk daerah
yang sulit dijangkau, spasi pengambilan data dapat divariasikan.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 78 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

Koreksi Data
Data intensitas medan magnet yang diukur dengan stasiun A digunakan untuk
mengoreksi nilai intensitas medan magnet pada stasiun B. Koreksi data
dilakukan secara sederhana yaitu menghitung selisih antara nilai-nilai pada
kedua stasiun pada waktu yang sama. Selain itu perlu diperhatiakan data data
yang ekstrim. Data ekstrim ini pada umumnya disebabkan oleh aktivitas
matahari. Jika pada stasiun base tidak terukur nilai nilai ekstrim, maka
kemungkinan besar di daerah tersebut terdapat cebakan magnetik. Nilai ekstrim
bias mencapai 100.000 nT.
Pengolahan Data
Data dapat diolah dengan Software Potent dan software lainnya.
b. Persyaratan Survei
Persyaratan survei seismik dan menyesuaikan dengan kondisi daerah setempat
c. Tahapan Survei
1. Pra Survei
- Persiapan :
Spesifikasi alat yang akan digunakan ( magnetometer, elevasi, GPS )
Sebelum digunakan peralatan harus di check kondisinya
Penentuan lintasan dan desain survei
Berdasarkan peta geologi dan informasi lain ditentukan jarak maksimal
antar titik dan banyaknya titik yang akan diukur. Interval antar titik ukur
jangan sampai melebihi jarak maksimal untuk menghindari biasing.
Desain survei disesuaikan dengan target dan tujuan survei, baik untuk 2D
atau 3D
Penentuan posisi titik ukur berdasarkan peta ( koordinat GPS)
Seperti pada metode gravity, survei geomagnet juga sangat dipengaruhi
waktu untuk menentukan koreksi-koreksi yang akan digunakan. Untuk itu
harus didapatkan perkiraan adanya fenomena-fenomena alam yang akan
bisa mempengaruhi hasil pengukuran ( i.e badai magnetis, dll)
- Perizinan Survei
Perizinan daerah survei ini disarankan agar didapatkan dari Pemda
kabupaten, yang ditembusi kepada Camat dan kepala Desa
- Sosialisasi
Sosialisasi tidak dilakukan karena satu Tim hanya 4 5 orang untuk
transportasi alat

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 79 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

2. Tahap Operasi

- Faktor HSE/K3LL
- Pengukuran Geomagnet bersifat mobile, sehingga keamanan ( personal
dan alat ) harus sangat diperhatikan
- Titik-titik yang tidak mungkin untuk diukur (lost) dilakukan kompensasi
dengan memberikan catatan khusus
- Untuk survei yang di jadualkan akan dilakukan lebih dari satu kali,
penandaan titik ukur harus sebaik mungkin dengan masih tetap
mempertimbangkan faktor keamanan. Penandaan harus bisa bertahan
minimal sampai periode survei berikut.
- Pengukuran lapangan meliputi bacaan magnetometer, elevasi, waktu
pengukuran dan lokasi pengukuran.
- Jika daerah survei sangat luas, pengukuran gravity dan geomagnet bisa
dilakukan secara airbone untuk mendapatkan gambaran umum daerah
penelitian dan dilanjutkan dengan pengukuran darat untuk mendapatkan
hasil pengukuran yang lebih detail.
- Operator peralatan dan Tim survei geomagnet sebisa mungkin
mengurangi pemakaian benda-benda yang bisa mempengaruhi hasil
pengukuran, seperti benda-benda yang bersifat logam ( kepala sabuk, jam
tangan, dll ) juga benda-benda yang mengandung magnet ( kompas,
handphone, dan peralatan elektronik lain yang memancarkan medan
magnet cukup kuat )
- Pengukuran dilakukan dititik yang aman, dan sejauh mungkin dari
pengaruh benda-benda sekitar yang berpotensi menggangu hasil
pengukuran ( kabel listrik, jembatan kendaraan, pagar besi dll )
D.5 Geophysical & Geotechnical Site (survei-survei untuk drilling preraparation
fasilitas konstruksi perminyakan, jalur pipa, dsb)
Mengacu pada survei geologi, gravitasi, geomagnet, dan lain-lain
D.6. Lain-Lain (Survei survei yang masih riset dan belum tercantum dalam kode
AFE, seperti pasif seismik, HREM, CSAMT, MT/AMT, Radionuklidam dsb).
KKS dapat mengajukan survei tersebut dalam rangka untuk mengkaji teknologi
dan minimal dapat melibatkan kapasitas nasional dengan persetujuan Divisi
Kajian dan Pengembangan BPMIGAS

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 80 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

BAB V
PENUTUP
Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik (PUPOS) di lingkungan Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi ini mulai berlaku pada tanggal ditanda tangani, dan dapat
ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan serta apabila ada halhal yang belum cukup diatur dalam pedoman ini akan ditetapkan kemudian.
Apabila KKKS tidak mengikuti kaidah umum tersebut dapat berpotensi noncost recovery

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


( PUPOS )
Ditetapkan : Desember 2011

Hal 81 dari 81

Revisi ke-1

Tgl Revisi :
5 Des 2011

DAFTAR REFERENSI

Benny Yunus, 2010, Bahan Presentasi Manajemen Operasi Seismikn Darat di Bali, BPMIGAS
Divisi Operasi Lapangan
Haryono, 2011, Komunikasi Personal
Husen,A., 2010, Manajemen Proyek : Perencanaan, Penjadwalan dan pengendalian Proyek,
http://aguswibisono.com/2010/manajemen-proyek/
Kholid Syeirazi, M., 2009, Di Bawah Bendera Asing Liberalisasi Industri Migas di Indonesia,
LP3ES, Jakarta
Survei Geologi, 2005, Buletin Lemigas.
Nizar Mujahidin, 2011, Komunikasi Personal, Kasubdin Survei Lapangan BPMIGAS
Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik, 2008, BUKU PUPOS, Edisi 0, BPMIGAS,
Jakarta.
PP No.79, Tahun, 2010, Tentang Biaya Opearsi Yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak
Penghasilan di Bidang Uaha Hulu Minyak dan Gasbumi.

Anda mungkin juga menyukai