Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERTAMINA

Didirikan pada 10 Desember 1957,


Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu
hingga hilir
Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di
Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi,
produksi, serta transmisi minyak dan gas
Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina
juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas
lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed
Methane (CBM)
Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina
beroperasi baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja
sama dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation
Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC), Indonesia Participating/
Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama
(BOB).

Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah


menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya
mengatur peran Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik negara
yang ditugaskan melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola
dan menghasilkan migas dari ladang-ladang minyak di seluruh wilayah
Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta
melayani kebutuhan bahan bakar minyak & gas di seluruh Indonesia.
Pada 10 Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi
persaingan bisnis, PT Pertamina mengubah logo dari lambang kuda laut
menjadi anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo
tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan
lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan.
Kegiatan Pertamina yang dapat menimbulkan bahaya dan resiko

Semburan Liar Gas/Minyak


Kebakaran dan Peledakan
Tumpahan minyak dan bahan kimia
Lepasnya gas H2S

Dapat juga menimbulkan ancaman secara politik dan sosial seperti:


Kerusuhan Massa
Ancaman Bom
Gempa Bumi
Tabrakan Kapal laut
Peraturan Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1982


TENTANG KEWAJIBAN DAN TATA CARA PENYETORAN PENDAPATAN
PEMERINTAH DARI HASIL OPERASI PERTAMINA SENDIRI DAN KONTRAK
PRODUCTION SHARING
PP No.31 Tahun 2003 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 2576
K/12/MEM/2012 TENTANG FORMULA DAN BESARAN IMBALAN (FEE)
PENGELOLAAN DAN I ATAU PENJUALAN MINYAK DAN/ATAU GAS BUMI
UNTUK PT PERTAMINA (PERSERO)
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1963
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 92/KMK.06/2008 Tahun 2008
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 3794
K/12/MEM/2013 Tahun 2013
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1972
Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2003
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 2046
K/12/MEM/2013 Tahun 2013
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1987
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2012
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1447/MK/II/12/1975 Tahun 1975
Dan lain lain
Sumber: Hukumonline.com
Efek Apabila Muncul Ketidakmampuan Perusahaan Dalam Pencegahan

Sakit
Cacat
Kematian
Tenaga kerja kehilangan pekerjaan sehingga penghidupan keluarga
terganggu
Menambah tingkat pengangguran
Menambah tingkat kriminalitas
Resolusi
Bagi perusahaan sendiri tentunya harus mealokasikan dana yang besar,
berupa tunjangan seumur hidup bagi tenaga kerja yang tidak dapat
melanjutkan penghidupannya. Alokasi dana ini tentunya lama kelamaan
akan merugikan perusahaan PT Pertamina (persero), jika korban tenaga
kerja akibat kecelakaan terus meningkat, seiring dengan ketidakmampuan
PT Pertamina (persero) dalam melaksakan program K3.
Quality, Health, Safety & Environmental (QHSE)
SASARAN
PT. Pertamina Drilling Services Indonesia mempunyai komitmen bahwa
Health Safety & Environmental (HSE) merupakan bagian yang sangat
penting dalam pencapaian efisiensi dan keberhasilan usaha perusahaan
melalui upaya secara terusmenerus menyempurnakan standar-standar
yang ada dengan penyediaan programprogram HSE yang proaktif
menyeluruh dalam kegiatan Perusahaan.

Health
Statement: "Pertamina menjamin semua pekerja dapat bekerja secara
Sehat dan dengan gaya hidup yang sehat juga".
Kesehatan adalah Aset yang sangat penting dalam bekerja dan
beraktifitas, sehingga Pertamina mengadakan program-program untuk
mendukung Kesehatan Pekerjanya.
Objective:
Mencegah Penyakit akibat Kerja.
Menciptakan Iklim Kerja yang sehat serta mendukung Kesehatan Pekerja
secara Optimal.

SAFETY
Statement: "Pertamina menjamin semua pekerja dan mitra untuk bekerja
dengan aman dan dapat Selamat kembali kepada keluarga di rumah.
Pertamina beserta Manajemen dan Pekerjanya sangat memperhatikan
Aspek-Aspek Keselamatan dalam bekerja dan beraktifitas. Keselamatan adalah
Prioritas utama yang tidak dapat diabaikan, walaupun pencapaian-pencapaian
lain dalam hal produksi dan pemasaran adalah tujuan perusahaan. Pencapaian
target produksi dan keberhasilan pemasaran akan menjadi percuma jika aspek
keselamatan tidak diperhatikan, untuk itulah semua Pekerja berkomitmen dalam
hal mendukung dan memperhatikan aspek keselamatan dalam bekerja.
Objective:
Tanpa Insiden.
Menghilangkan faktor-faktor resiko Kecelakaan Kerja.
SECURITY
Statement: "Pertamina menjamin Keamanan Pekerja dan Mitra serta
Peralatan Kerja terhadap gangguan-gangguan.
Keamanan dalam lingkungan Kerja merupakan faktor utama untuk
terciptanya Suasana Kerja yang kondusif sehingga meningkatkan Produktifitas
Pekerja dan Peralatan Kerja. Pertamina mempunyai Sistem Manajemen
Pengamanan yng disingkat dengan SMP yaitu Sistem Pengamanan Terpadu yang
disusun oleh Kepolisian RI dimana dilakukan Audit/verfikasi secara Rutin oleh
sebuah Tim dari Kepolisian RI.
Objective:
Tanpa Kehilangan Asset akibat Pencurian.
Tanpa terhentinya Operasi akibat gangguan Keamanan.
ENVIRONMENT
Statement: "Pertamina menjamin lingkungan Kerja yang ramah
lingkungan, operasi tanpa limbah berbahaya dan ramah lingkungan serta
berusaha menekan emisi terhadap lingkungan serta meningkatkan
Efisiensi Energi."

Aspek Lingkungan sudah menjadi Prioritas utama dalam Operasi


Perusahaan baik di kantor Pusat maupun Unit-unit Operasi, dimana Proses
Eksplorasi, Produksi, Pengolahan, Distribusi maupun Penyimpanan (Storage)
harus mengedepankan aspek Lingkungan yang ramah lingkungan, tanpa

pencemaran dan emisi/radiasi maupun LImbah beracun serta meningkatkan


pemakaian Energi secara Efisien.
Objective:
Tanpa Pencemaran Lingkungan, tumpahan minyak.
Tanpa limbah berbahaya.
Komitmen dalam pengurangan Emisi terhadap lingkungan.
Komitmen dalam pemakaian Energi (Energy Eficiency).
TRAINING
Statement: "Dalam hal pengembangan Kompetensi HSE, Pertamina
berkomitmen dalam meningkatkan kemampuan maupun keahlian
Pekerjanya, terutama dalam aspek HSE yang memenuhi Persyaratan Lokal
maupun Internasional."
Pengembangan Kompetensi dan keahlian dalam aspek HSE merupakan
prioritas dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) di Pertamina, sehingga
setiap pekerja wajib menjalani Safety Mandatory Training, HSE Training Module
untuk aspek Operasi dan HSE Leadership Training dengan Standar Internasional.
Untuk naik ke jenjang Jabatan yang lebih tinggi, maka seorang pekerja
wajib mengikuti pelatihan Modul HSE yang sesuai dengan Jabatan yang akan
dicapainya dalam waktu tertentu.
Objective:
Mempunyai Skill dan kemampuan Aspek HSE sesuai jabatan dan pekerjaan
Alat Pelindung Diri
Masker
Gas pemadam kebakaran
Helm ( untuk tugas luar)
Baju anti api (untuk tugas luar)
Ear plug, ear muf
Rompi
Sepatu Karet

Kecelakaan Yang Pernah Terjadi

Informasi dihimpun menyebutkan korban bernama Benget Beda


Simanulang (45) bekerja sebagai ahli pengelasan pipa (Welder) di dapur
pengolahan minyak kilang Pertamina RU II.
Benget dilaporkan pada saat itu sedang bekerja las pipa di atas ketinggian 4
meter dengan badan terikat tali penyelamat.
Namun secara tiba-tiba, pipa menyemburkan air panas bersuhu 140 derajat
celsius dan mengenai sekujur tubuh korban yang sedang bekerja dan tidak bisa
melepaskan diri karena sedang terikat tali.

Sumber: http://www.goriau.com/berita/dumai/berikut-rentetan-kecelakaankerja-pt-pertamina-dumai-sejak-2012
Menurut kami program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT
Pertamina (persero) harus dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini dilakukan
untuk mencegah timbulnya implikasi kerugian baik secara mikro perusahaan
maupun makro nasional dan internasional perusahaan berupa kerugian alokasi
dana kecelakaan tenaga kerja, penurunan kegiatan ekonomi dan industry,
menurunnya kegiatan riset pendidikan dan teknologi, terganggunya kestabilitas
ketahanan kegiatan politik, ekonomi dan social, meningkatnya pengangguran,
kemiskinan maupun kriminalitas. Selain itu dapat berdampak pada citra dan
kepercayaan PT Pertamina sebagai perusahaan kelas dunia dalam persaingan
pasar bebas di era-globalisasi ini.

Anda mungkin juga menyukai