NEUROPATI DIABETIKA
Oleh :
Lamuna Fathila
0910313257
Preseptor:
Prof. Dr. dr. Darwin Amir,
Sp.S (K)
dr. Syarif Indra, Sp.S
neuropati diabetik adalah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi
jari/kaki. Kondisi inilah yang menyebabkan bertambahnya angka kesakitan dan kematian.2
Prevalensi ND dalam berbagai literatur sangat bervariasi. Penelitian di Amerika Serikat
memperlihatkan bahwa 10-20%
Prevalensi neuropati diabetika ini akan meningkat sejalan dengan lamanya penyakit dan
tingginya hiperglikemia. Diperkirakan setelah menderita diabetes setelah 25 tahun, prevalensi
neuropati diabetika akan mencapai 50%.3
Hiperglikemia dianggap persisten sebagai faktor primer terjadinya ND. Faktor metabolik
ini bukan satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap terjadinya neuropati diabetik, tetapi
teori lain yang diterima ialah teori vaskular, autoimun dan nerve growth factor. Ada yang
menyebutkan bahwa selain peran kendali glikemik, kejadian neuropati juga berhubungan dengan
resiko kardiovaskular yang potensial masih dapat dimodifikasi.2
Manifestasi ND bisa sangat bervariasi, mulai dari tanpa keluhan dan hanya bisa terdeteksi
dengan pemeriksaan elektrofisiologis, hingga keluhan nyeri yang hebat. Bisa juga keluhannya
dalam bentuk neuropati lokal atau sistemik, yang semua itu bergantung pada lokasi dan jenis
saraf yang terkena lesi.2
Mengingat terjadinya ND merupakan rangkaian proses yang dinamis dan bergantung
pada banyak faktor, maka pengelolaan atau pencegahan ND pada dasarnya merupakan bagian
dari pengelolaan diabetes secara keseluruhan.2
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui tentang definisi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, penatalaksanaan, dan
prognosis dari Neuropati Diabetik.
1.4
Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk ke beberapa literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Neuropati diabetik merupakan suatu gangguan yang mengenai saraf, yang disebabkan
oleh diabetes mellitus. Bila menderita diabetes lama, maka dapat terjadi kerusakan pada saraf
diseluruh badan. Ada pada beberapa orang yang mengalami kerusakan saraf tidak menunjukkan
3
gejala. Ada juga yang merasakan nyeri, kesemutan atau baal pada tangan, kaki, telapak tangan
dan kaki. Juga bisa terjadi gangguan pada sistem organ, termasuk traktus digestivus, jantung dan
organ seks. Nyeri neuropatik dapat terjadi karena disfungsi neuronal sistem somatosensorik dari
saraf perifer.4
Sekitar 60-70% penderita diabetes menderita neuropati. Resiko meningkat berhubungan
dengan umur dan resiko tertinggi terjadinya neuropati yaitu pada penderita yang telah menderita
diabetes lebih dari 25 tahun.4
2.2 Epidemiologi
ND paling sering terjadi pada yang berumur lebih dari 50 tahun, lebih jarang pada yang berumur kurang
dari 30 tahun dan sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Dyck dan teman-temannya mempelajari diabetes di
Rochester, Minnesota dan menemukan bahwa 54% tipe 1 (insulin-dependent) dan 45% tipe 2 (noninsulindependent) mengalami polineuropati.2
Neuropati muncul pada 7,5% pasien yang didiagnosis dengan DM. Lebih dari setengahnya adalah distal
simetris polineuropati. Tidak ada predileksi ras yang khusus untuk diabetik neuropati. Tetapi orang yang berkulit
hitam lebih besar untuk terjadi komplikasi sekunder dari neuropati diabetik, seperti amputasi dari extremitas bawah
dibandingkan orang berkulit putih. DM mengenai baik pria maupun wanita sama jumlahnya. Walaupun, pasien pria
dengan tipe 2 diabetes dapat terkena polineuropati lebih awal dibandingkan wanita. Neuropati diabetik biasanya
lebih sering terjadi pada orang tua.4
2.3 Patologi
Secara morfologik kelainan sel saraf pada neuropati diabetik ini terdapat pada sel-sel
Schwann selain mielin dan akson. Kelainan yang terjadi terutama tergantung pada derajat dan
lamanya mengidap DM. Perubahan patologis dasar dalam hubungannya dengan patofisiologi
neuropati meliputi demielinisasi segmental, degenerasi aksonal dan degenerasi Wallerian.5
2.3.1 Demielinisasi Segmental
Segmen-segmen internodal saraf perifer mengalami demielinisasi, sedang
akson masih dalam keadaan utuh. Meskipun demieliniasi telah terjadi secara luas,
namun seringkali aksonnya tidak mengalami perubahan degeneratif. Seringkali
4
Kerusakan yang paling ringan, terjadi blok fokal hantaran saraf, gangguan umumnya
secara fisiologis, struktur saraf baik. Karena tidak terputusnya kontinuitas aksoplasmik sehingga
tidak terjadi degenerasi wallerian. Pemulihan komplit terjadi dalam waktu 1 2 bulan.
b. Grade II (aksonometsis)
Kerusakan pada akson tetapi membrana basalis (Schwann cell tube), perineurium dan
epineurium masih utuh. Terjadi degenerasi wallerian di distal sampai lesi, diikutu dengan
regenerasi aksonal yang berlangsung 1 inch per bulan. Regenerasi bisa tidak sempurna seperti
pada orang tua.
c. Grade III
Seperti pada grade II ditambah dengan terputusnya membrana basalis (Schwann cell
tube). Regenerasi terjadi tetapi banyak akson akan terblok oleh skar endoneurial. Pemulihan
tidak sempurna.
d. Grade IV
Obliterasi endoneurium dan perineurium dengan skar menyebabkan kontinuitas saraf
berbagai derajat tetapi hambatan regenerasi komplit.
e. Grade V
Saraf terputus total, sehingga memerlukan operasi untuk penyembuhan. Universitas
Sumatera Utara.
f. Grade VI
Kombinasi dari grade II-IV dan hanya bisa didiagnosa dengan pembedahan.
Pada pasien DM yang lama seringkali sudah terjadi mikroangiopati yang menjadi dasar
komplikasi kronik DM berupa retinopati, nefropati dan neuropati. Penelitian membuktikan bahwa
hiperglikemia juga mempunyai hubungan dengan kerusakan mikrovaskular. Hiperglikemia
persisten merangsang produksi radikal bebas oksidatif yang disebut Reactive Oxygen Species
(ROS). Radikal bebas ini membuat kerusakan endotel vascular dan menetralisasi NO, yang
berefek menghalangi vasodilatasi mikrovaskular sehingga menurunkan penyediaan darah pada
saraf yang terkena. Mekanisme kelainan mikovaskular tersebut dapat melalui penebalan membran
basalis yang menyebabkan kerusakan blood nerve barrier; thrombosis pada arteriol intraneural;
peningkatan agregrasi trombosit dan berkurangnya deformabilitas eritrosit; berkurangnya aliran
darah saraf dan peningkatan resistensi vascular; pembengkakan dan demielinisasi pada saraf
akibat iskemia akut. Proses iskemik ini juga menyebabkan terganggunya transport aksonal,
aktivitas Na-K-ATPase yang akhirnya menimbulkan degenerasi akson.2,3,4
2. Faktor Metabolik
Kondisi hiperglikemia menyebabkan glukosa dan metabolitnya dipakai oleh beberapa jalur.
Beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan dampak negative hiperglikemia adalah:
menekan
fungsi
Na-K-ATP-ase,
sehingga
kadar
Na
Aktivasi
protein
kinase
menyebabkan
peningkatan
Nyeri yang tajam terasa di jari kaki, kaki, tungkai, tangan, lengan dan jari tangan
Rasa tebal, kesemutan atau nyeri di telapak kaki, kaki, tangan, telapak tangan dan jari-jari
Disfungsi ereksi
10
11
Gambar 2. Neuropati12
12
mengatur tekanan darah dan denyut jantung sehingga tekanan darah dapat turun dengan mendadak
setelah duduk atau berdiri dan dapat menyebabkan penderita pingsan.4,10
2. Asimetris
2a. Cranial Mononeuropati
13
Kelainan pada cranial mononeuropati ini disebabkan karena pada awalnya terjadi iskemik
yang didapatkan pada degenerasi Wallerian dan pada degenerasi aksonal dimana terjadi dying
back type neuropati.10
Terjadinya diabetik oftalmoplegia biasa sering terjadi. Terjadi kerusakan pada N.III, N.IV
dan N.VI. Pada hasil autopsi yang dikerjakan oleh Dreyfus dll ditemukan lesi infark ditengah pada
retroorbital pada N.III. Biasanya cranial mononeuropati terjadi karena adanya infark pada saraf
yang terjadi pada patologi neuropati diabetik.10
2.7 Pemeriksaan
Pemeriksaan pada neuropati diabetik yaitu pemeriksaan fisik, dimana diperiksa
tekanan darah, denyut jantung, kekuatan otot, refleks, dan raba halus. Pemeriksaan kaki yang
komprehensif yaitu dengan cara memeriksa kulit, apakah ada luka atau tidak.4
Pemeriksaan penunjang :4
a. Pemeriksaan Laboratorium
Periksa laboratorium untuk mengetahui apakah gula darah dan HbA1c pada
diabetes tidak terkontrol dengan baik atau yang belum diketahui.4
b. Pemeriksaan Imaging
CT mielogram adalah suatu pemeriksaan alternative untuk menyingkirkan
lesi kompresi dan keadaan patologis lain di kanalis spinalis pada
15
2.7 Pencegahan
1. Pemeriksaan berkala untuk glukosa darah
2. Pengendalian Glukosa Darah
Hal yang pertama dapat dilakukan adalah pengendalian glukosa darah dan
monitor HbA1c ssecara berkala dan dijaga kadar HbA1c agar dipertahankan dibawah 7%.
Di samping itu pengendalian factor metabolic lain seperti hemoglobin, albumin, dan lipid
sebagai komponen tak terpisahkan juga perlu dilakukan.2
3. Diet dan olahraga teratur
2.8 Penatalaksanaan
Non medika mentosa
a. Foot Hygiene
Penderita neuropati harus memperhatikan dan merawat kakinya dengan
seksama. Hilangnya perasaan di kaki, bila ada lecet dan luka yang tidak diketahui
16
dapat menjadi suatu ulkus atau mengalami infeksi. Gangguan dalam sirkulasi darah
juga akan meningkatkan resiko terjadinya ulkus pada kaki.4
Karena hal itu, perawatan kaki harus dilakukan secara benar dan hati-hati
untuk mencegah terjadinya amputasi. Caranya adalah :4
-
Kaki harus dibersihkan setiap hari dengan menggunakan air hangat. Harus
dihindari pembasahan kaki yang berlebihan dan harus menggunakan handuk yang
lembut dan kaki dikeringkan secara hati-hati terutama diantara jari-jari kaki.
Kaki dan jari kaki harus diperiksa setiap hari dengan mencari apakah ada luka,
kemerahan, pembengkakan.
Harus selalu memakai sepatu atau sandal untuk melindungi kaki jangan sampai
luka dan kulit harus dicegah agar jangan sampai terjadi iritasi.
Pemakaian sepatu yang cocok dan harus diperhatikan bagian dalamnya agar
supaya tidak ada ujung-ujungnya yang tajam dan dapat melukai kaki.
b. Diet agar mencapai berat badan ideal
c. Fisioterapi
- TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) adalah stimulasi listrik yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri, yang digunakan frekuensi rendah untuk
menyembuhkan kaku, mobilisasi, menghilangkan nyeri neuropatik, menurunkan
-
Medika Mentosa
Pengobatan sebaiknya diberikan untuk memperbaiki neuropati atau berlanjutnya
komplikasi dari DM. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah kontrol glikemik dimana
dengan upaya menurunkan gula darah ke level yang normal untuk mencegah kerusakan yang
lebih lanjut; diperlukan monitoring gula darah, pengaturan diet dan exercise. Kontrol gula darah
yang ketat bisa menurunkan resiko neuropati 60% dalam 5 tahun.2
Terapi kausatif :
17
darah.9,13
Imunoglobulin (IVIg)
Intravena immunoglobulin adalah kumpulan plasma donor yang
digunakan untuk penyakit autoimun. IVIg merupakan immunoglobulin yang
berasal dari darah donor dengan titer antibodi yang tinggi terhadap antigen
tertentu seperti virus dan toksin. Diharapkan kumpulan berbagai antibodi ini
memiliki efek netralisasi terhadap system imun pasien. IVIg dosis besar
(2g/kgBB) terbukti efektif untuk berbagai keadaan penyakit imun. Efek
immunomoduler IVIg adalah inhibisi complement deposition dan neutralisasi
sitokin. Tersedia dalam larutan 5 dan 10% dan bubuk 2,5 g, 5 g, 10 g dan 12 g
untuk injeksi. Efek samping yang dapat timbul adalah mialgia, takikardi, sakit
kepala, nausea dan hipotensi.14
NSAID
Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform
disebut COX-1 dan COX-2. Berfungsi sebagai antiinflamasi. Obat yang diberkan
18
berupa ibuprofen 600 mg 4x/hari, sulindac 200 mg 2x/hari. Efek samping yang sering
adalah tukak lambung yang kadang disertai anemia karena perdarahan lambung.13,14
20
tiga kali sehari (150mg/hari) dan dapat ditingkatkan hingga 300mg/hari dalam 1
minggu berdasarkan keampuhan dan daya toleransi dari penderita.13,14
Obat anti-epilepsy (AED) memiliki kemampuan mengurangi eksitabilitas
membran dan menekan terjadinya impuls saraf abnormal pada neuron. Hal ini
terutama berperan menekan proses yang terjadi pada sensitisasi, sehingga sering
digunakan pada nyeri neuropatik.13,14
Terapi tambahan :
Metilkobalamin
Merupakan satu-satunya derivate aktif dari vitamin B12 yang mempunyai
efek merangsang proteosintesis sel-sel Schwann dan dengan jalan transmetilasi
dapat menyebabkan mielogenesis dan regenerasi akson saraf dan memperbaiki
transmisi sinaps. Mempromosi sintesa fosfatidilkolin yang memperbaiki aktivitas
Na-K-ATPase. Dengan jalan transmetilasi dapat menyebabkan mielogenesis dan
menstimulasi regenerasi akson saraf dan memperbaiki transmisi pada saraf. Dosis
3x250 ug metilkobalamin.13,14
Daftar Pustaka
1. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC; 2009.h.637
2. Subekti I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.1902-4
3. Sunaryo.M.
Polineuropati
Diabetika.
Diunduh
dari
Damage
of
Diabetes.
Diunduh
dari
http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/neuropathies/neuropathies.pdf , 6 Juni
2014
21
Penderita
Diabetes
Melitus
Tipe
2.
Edisi
2005.
Diunduh
dari
6. Neuropati
diabetik.
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30881/4/Chapter%20II.pdf , 6
Juni 2014
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Konsensus Nasional 1 Diagnostik dan
Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair;
2011.h.33-6
8. Neuropati
Diabetik.
Diunduh
dari
2001.h.145-7
10. Adams and Victors. Principles of Neurology. United States of America : Palatino;
2009.p.1277-9,1319
11. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : Dian Rakyat; 2010.h.1212
12. Vinik I, Casellini C, Nevoret MV. Diabetic Neuropathies. Edisi December 2011. Diunduh
dari http://www.endotext.org/diabetes/diabetes31/diabetes31.htm , 6 Juni 2014
13. HA
King.
Neuropati
Diabetic.
Diunduh
dari
http://www.answers.com/topic/diabetic-neuropathy , 6 Juni 2014
14. Gunawan SG, Setiabudy R. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : FKUI; 2006.h.172-
4, 230-3
22
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki-laki 48 tahun masuk ke poli syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 10 Juni 2014 dengan :
Keluhan utama :
Kurang berasa di ujung-ujung anggota gerak.
23
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan makan lauk,sayur dan nasi 2 kali sehari atau lebih,setiap
hari.
Pemeriksaan Fisik.
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Nafas
: 18 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Status Internus.
Rambut
24
: Tidak teraba
Kepala
Mata
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: kiri
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tympani
Auskultasi
Corpus vertebralis
: Deformitas ()
Genitalia
: tidak diperiksa
Status Neurologis.
Kesadaran
: tidak ada
Kernig
: tidak ada
: tidak ada
Nervus kranial:
NI
: Penciuman baik
N II
N III, IV, VI
: Bola mata dapat bergerak ke segala arah, pupil isokor, diameter 3mm/3mm,
bentuk bulat, refleks cahaya +/+
26
NV
Kanan
Kiri
Membuka mulut
Normal
Normal
Menggerakkan rahang
Normal
Normal
Menggigit
Normal
Normal
Mengunyah
Normal
Normal
Refleks kornea
Normal
Normal
Sensibilitas
Normal
Normal
Refleks masseter
Normal
Normal
Sensibilitas
Normal
Normal
Normal
Normal
Kanan
Kiri
Motorik
Sensorik
Divisi oftalmika
Divisi maksila
Difisi mandibula
Sensibilitas
N VII
Raut wajah
Normal
Normal
Berkurang
Berkurang
Fisura palpebra
Normal
Normal
Menggerakkan dahi
Menutup mata
Mencibir / bersiul
Memperlihatkan gigi
+
27
Hiperakusis
N VIII
N IX, X
N XI
: Dapat menoleh ke kiri dan ke kanan, dapat mengangkat bahu kiri dan
kanan
N XII
Koordinasi
Kiri
Ekstrimitas superior
Gerakan
Baik
Baik
Kekuatan
555
555
Tropi
Eutropi
Eutropi
Tonus
Eutonus
Eutonus
Ekstrimitas inferior
Gerakan
Baik
Baik
Kekuatan
555
555
Tropi
Eutropi
Eutropi
Tonus
Eutonus
Eutonus
Fungsi Otonom.
BAB sering dan pada berberapa kali sehari,BAK pada waktu malam.Keringat normal,simetris.
28
Refleks
Refleks fisiologis:
Bisep
: ++/++
Trisep
: ++/++
KPR
: ++/++
APR
: +/+
Refleks Patologis:
Hoffman Tromner
: /
Babinski
: /
Chaddoks
: /
Oppenheim
: /
Gordon
: /
Schaffer
: /
Fungsi Luhur
Kesadaran
: Baik
Tanda demensia
: tidak ada
Refleks glabella
: ()
Refleks snout
: ()
Refleks menghisap
: ()
Refleks memegang
: ()
Refleks palmomental : ()
Sensorik
Kiri
Sensibilitas Taktil : kaki
Kanan
tangan :
kaki :
tangan :
kaki
Sensibilitas Nyeri
Sensibilitas Termis
tangan :
Sensibilitas getar
Pengenalan 2 titik
kaki
tangan :
PEMERIKSAAN LABOR
Hb
: 12,2 mg/dl
Ht
: 32,0 %
Leukosit
: 9.600 / mm3
Trombosit
: 332.000/mm3
: 300mg/dl
PEMERIKSAAN ANJURAN
Elektromiografi
NCS (Nerve Conduction Studies)
DIAGNOSA
Diagnosa klinis
: neuropati diabetikum
Diagnosa topik
Diagnosa etiologi
Diagnosa sekunder
: retinopati diabetikum
30
TERAPI
UMUM :
KHUSUS :
Duloxetine 60-120mg/hari
Gabapentin 1200mg/hari
Metformin 3x500 mg
Metilkobalamin 3x250 ug
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
dubia ad bonam
Quo ad functionam :
dubia ad malam
Quo ad sanam
dubia ad malam
31
BAB IV
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki umur 48 tahun yang datang ke RSUP Dr. M.
Djamil, dengan diagnosis neuropati diabetika. Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik Dari anamnesis didapatkan Kurang berasa di ujung-ujung
anggota gerak yang mulai dirasakan sejak 5 bulan yang lalu dan semakin meningkat sejak 3 hari
yang lalu. Pasien mengeluh kurang berasa di ujung-ujung jari kakinya yang berawal
dari
kesemutan dan menjadi semakin berat sampai sekarang. Nyeri terasa sama di kaki kiri dan
kanan. Pasien juga sering merasa nyeri seperti terbakar pada saat berjalan atau setelah berdiri
untuk waktu yang lama. Nyeri tajam juga sekali-sekali terasa di tumit. Nyeri lebih sering
terasa,dan terasa lebih berat pada waktu sore dan malam. Pasien mengeluh gejala yang sama
telah mula muncul di tangan sehingga pasien merasa seperti memakai sarung tangan. Pasien
dikenal menderita DM sejak 5 tahun yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status internus dalam batas normal, status
neurologikus terdapat penurunan sensibilitas kaki kiri dan kanan berkurang dari 2/3 lutut sampai
kaki, dari pemeriksaan refleks didapatkan penurunan APR. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan GDS 300 mg/dl. Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis Neuropati diabetika.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah diberikan Duloxetine 60-120mg/hari, Gabapentin
1200mg/hari, Metformin 3x500 mg , dan Metilkobalamin 3x250 ug. Untuk preventif diterangkan
kepada pasien mengenai foot hygine, olahraga yang teratur, dan diet makan tinggi serat.
BAB V
32
KESIMPULAN
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik DM dengan prevalensi dan
manifestasi klinis amat bervariasi. Dari beberapa factor terjadinya DM yang berperan pada
mekanisme patogenik neuropati diabetik, hiperglikemia berkepanjangan sebagai komponen
factor metabolic merupakan dasar utama pathogenesis neuropati diabetik.
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan neuropati diabetik pada pasien DM,
yang penting ialah diagnosis diikuti pengendalian glukosa darah dan perawatan kaki sebaikbaiknya. Juga perlu diperhatikan pengobatan yang diterapkan dalam upaya penyembuhan.
33