Sumber: Kota Semarang Dalam Angka 2009, BPS (Data Diolah)
Sumber: Kota Semarang Dalam Angka 2009, BPS (Data Diolah)
KOTA SEMARANG
I.
sebagian besar
Batas wilayah
koridor
Merapi-Merbabu,
koridor
Timur
ke
arah
Kabupaten
Kota Semarang
Gambar
Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan Indonesia
terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar
tanahnya terdiri dari pasir dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan
untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri,
tambak,
empang
dan
persawahan.
Kota
Bawah
sebagai
pusat
kegiatan
dataran
rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah
dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348 mdpl
yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang
Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian
0,75 mdpl.
Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara
0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah dataran tinggi
dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%. Secara lengkap ketinggian tempat di
Kota Semarang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
3.
Bagian Wilayah
Daerah Pantai
Daerah Dataran Rendah
- Pusat Kota (Depan Hotel Dibya Puri
Semarang)
- Simpang Lima
Daerah Perbukitan
- Candi Baru
- Jatingaleh
- Gombel
- Mijen
- Gunungpati Barat
- Gunungpati Tmur
Ketinggian
(MDPL)
0,75
2,45
3,49
90,56
136,00
270,00
253,00
259,00
348,00
Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu
kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah
dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan
adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara 0 persen sampai 40 persen
(curam) dan ketinggian antara 0,75 348,00 mdpl.
Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut
Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi
Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas
(Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada dataran rendah
berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies
pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, pasir
lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik.
Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa
batuan beku.
Struktur geologi yang cukup mencolok di wilayah Kota Semarang berupa kelurusankelurusan dan kontak batuan yang tegas yang merupakan pencerminan struktur
sesar baik geser mendatar dan normal cukup berkembang di bagian tengah dan
selatan kota. Jenis sesar yang ada secara umum terdiri dari sesar normal, sesar
geser dan sesar naik. Sesar normal relatif ke arah barat - timur sebagian agak
cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut
umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibeng dan Formasi Damar
yang berumur kuarter dan tersier.
Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga bagian
yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan.
bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang
diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada
daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali Garang, yang membujur
arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan Bukit
Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan Duwur.
Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai
adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kali Garang serta
beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh,
Perumahan Bukit Kencana Jaya, dengan arah patahan melintas dari utara ke
selatan.
Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis
tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis Tanah di
Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat tua
kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua,
Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua dan Grumosol Kelabu Tua.
Kurang lebih sebesar 25 % wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah
mediteranian coklat tua. Sedangkan kurang lebih 30 % lainnya memiliki jenis tanah
latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang ada di wilayah Kota Semarang memiliki
geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan aluvial coklat kelabu dengan luas
keseluruhan kurang lebih 22 % dari seluruh luas Kota Semarang. Sisanya alluvial
hidromorf dan grumosol kelabu tua.
Tabel Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasi di Kota Semarang
No
1
JENIS TANAH
Mediteran Coklat Tua
LOKASI
Kec. Tugu
% TERHADAP
WILAYAH
30
Kec. Gunungpati
Kec. Semarang Timuer
Kec. Mijen
Tanaman
tahunan/keras
Tnaman
Holtikultura
Tanaman Palawija
26
Kec. Gunungpati
3
Kec. Genuk
Kec. Semarang Tengah
22
Alluvial Hidromorf
Grumosol Kelabu Tua
Kec. Tugu
Kec. Semarang Utara
22
Kec. Genuk
Kec. Mijen
POTENSI
Tanaman
tahunan/keras
Tanaman
Holtikultura
Tanaman Padi
Tanaman tahunan
tidak produktip
Tanaman Tahunan
Tanaman
Holtikultura
Tanaman Padi
Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai
yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo,
Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain
sebagainya. Kali Garang yan bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya
memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto,
bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama
pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran
mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah
diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan
kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali Garang
memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota Semarang, maka langkahlangkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan. Karena Kali Garang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang.
Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air
( aquifer ) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini
sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota
Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini
dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m.
Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali
pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 - 40 m.
Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air
yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya
disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit
sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah
Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai
Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90 meter, terletak di
ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di
pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer
delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air
tanah yang potensial dan bersifat tawar. untuk daerah Semarang yang berbatasan
dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan
21,1 C pada
12,96 %, Penggunaan lainnya yang meliputi jalan, sungai dan tanah kosong sebesar
8,25 %, Tambak sebesar 6,96 %, Hutan sebesar 3,69 %, Perusahaan 2,42 %, Jasa
sebesar 1,52 % dan Industri sebesar 1,26 %. Sebagaimana diatur di dalam Perda
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Semarang Tahun 2000 - 2010, telah ditetapkan kawasan yang berfungsi lindung dan
kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi kawasan yang
melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan
bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasankawasan dengan kemiringan >40% yang tersebar di wilayah bagian Selatan.
Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan pantai, sempadan sungai,
sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana
merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan
tanah. Kegiatan budidaya dikembangkan dalam alokasi pengembangan fungsi
budidaya.
Potensi
Kota Semarang,
10
BENTUK
Kawasan
perdagangan
dan
jasa
Modern
Kegiatan
Kawasan
perdagangan
PETAWANGI
jasa
dengan
standar
Regional/
Nasional/
Internasional
Kawasan
perdagangan
khusus
Kegiatan
perdagangan
jasa
dengan
karakter
khusus
FUNGSI
Perdagangan Kegiatan
jasa skala sub perdagangan
kota
jasa
LOKASI
Kawasan
Pasar Johar
Kawasan
Pasar Agro
Pusat-Pusat
BWK
PEMANTAPAN FUNGSI
rencana investasi berskala
besar
dalam
bentuk
Kawasan Niaga modrern
dan Taman Rekreasi Kota.
Pengembangan
kawasan
niga modern di kawasan ini
dilakukan
tanpa
menghilangkan
kantongkantong permukiman yang
telah ada
Kegiatan perdagangan dan
jasa dengan karakter khusus
yang berada di pusat kota
tetap
dipertahankan
keberadaannya,
karena
pusat tersebut merupakan
ciri Kota Semarang.
Untuk
memacu
perkembangan
daerah
selatan khususnya di daerah
Pedurungan,
Tembalang,
Banyumanik,
Gunungpati,
Mijen, Ngaliyan dan Tugu
maka
diarahkan
untuk
pengembangan
perdagangan dan jasa baru
skala sub kota.
11
NO
BENTUK
FUNGSI
LOKASI
Pasar
tradisional
Kegiatan
perdagangan
di kawasan
perkampungan
non urban.
Mijen,
Gunungpati
Pasar loak
Kegiatan
perdagangan
Pasar Barito
Pasar
Kokrosono
PEMANTAPAN FUNGSI
Pasar
formal
ditingkatkan kualitasnya,
terutama dalam hal sarana
perpasaran,
bidang
pemasaran,
bidang
keuangan,
peningkatan
kapasitas
pasar
dan
renovasi pasar.
Pasar formal diharapkan
mampu menampung dan
berperan
dalam
memecahkan
permasalahan pedagang
informal. Di samping itu
juga diharapkan mampu
menertibkan pasar-pasar
informal agar menunjang
pengisian
pasar-pasar
formal yang ada.
Pasar ini perlu dicarikan
lokasi yang legal dengan
tetap mempertimbangkan
ke-khas-an kegiatan yang
ada.
12
harus
13
15
16
b.
c.
Pembangunan industri harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenisjenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang
terbuka hijau, ruang pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran), kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu
lintas dari dan menuju lokasi;
terpadu
dalam
pencemaran
lingkungan
Pengelolaan
dan Pemantauan
Pernyataan
Pengelolaan
mulai
mencegah
dari
mengatasi
penyusunan
Lingkungan
Lingkungan
dan
AMDAL,
(UKL dan
(SPPL),
terjadinya
Upaya
UPL),
penyediaan
Surat
Instalasi
f.
17
18
19
e. Pada
pembangunan
perumahan,
pelaksana
pembangunan
perumahan/pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas
umum, dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari
keseluruhan luas lahan perumahan, dan selanjutnya diserahkan kepada
Pemerintah Daerah;
f. Pembangunan perumahan secara intensif vertikal dilakukan dengan
pembangunan rumah susun baik pada kawasan perumahan baru maupun
kawasan padat hunian yang dilakukan secara terpadu dengan lingkungan
sekitarnya;
g. Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kota ditekankan
pada peningkatan kualitas lingkungan, dan pembenahan prasarana dan
sarana perumahan;
h. Pembangunan perumahan lama/ perkampungan dilakukan secara terpadu
baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat melalui program pembenahan
lingkungan, peremajaan kawasan maupun perbaikan kampung.
20
pembangunan
Tempat
Pemakaman
Umum
dilakukan
dengan
pengembangan makam-makam yang telah ada maupun pembangunan
makam baru, dan didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana
permakaman;
b.
c.
d.
e.
21
Kawasan militer berada di BWK III (Kawasan Bandara Militer A Yani) dan BWK
VII (Kawasan Kodam). Kawasan Pelabuhan berada di wilayah BWK III yaitu di
Kawasan Pelabuhan Laut Tanjung Emas.
Pelaksanaan pembangunan di kawasan khusus harus tetap memperhatikan
keterpaduan dengan lingkungan sekitarnya.
22
:
:
:
:
:
:
:
21.074,13 Ha
526,85 Ha
421,48 Ha
368,80 Ha
316,11 Ha
263,43 Ha
42,15 Ha
23
:
:
:
63,22 Ha
63,84 Ha
31,61 Ha
Seringkali
tersebut. Potensi
24
bencana banjir akan lebih besar lagi apabila terjadi hujan cukup besar di daerah
hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang air laut.
3. Kawasan Sempadan Sungai merupakan daerah rawan bencana banjir yang
disebabkan pola pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan
tertentu.
4. Kawasan Cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah
dataran rendah maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah
rawan bencana banjir. Pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar
dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat
dihindarkan.
Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisir/pantai
dan daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang
ada dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: banjir limpasan sungai/banjir
kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang (rob).
Banjir pasang (rob) ini terjadi karena pasang air laut yang relatif lebih tinggi
daripada ketinggian permukaan tanah di suatu kawasan. Biasanya terjadi pada
kawasan di sekitar pantai. Penurunan tanah disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi
air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen (yang terdiri dari batuan
muda) ditambah pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh gaya
tektonik. Dampak penurunan tanah dapat dilihat adanya luasan genangan rob yang
semakin besar.
Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota
Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang
mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian.
Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang,
musim
kemarau
menjadi
lebih
panjang
daripada
musim
hujan
sehingga
25
bencana yang ada di Kota Semarang adalah banjir, kekeringan, longsor, kebakaran
hutan, erosi, kebakaran gedung dan permukiman dan risiko cuaca ekstrim.
II.
ASPEK DEMOGRAFI
Secara Demografi, berdasarkan data statistik Kota Semarang
Semarang periode tahun 2005-2009
penduduk Kota
1,4% per tahun. Pada tahun 2005 adalah 1.419.478 jiwa, sedangkan pada tahun
2009 sebesar 1.506.924 jiwa, yang terdiri dari 748.515 penduduk laki-laki, dan
758.409 penduduk perempuan.
Tabel Jumlah Penduduk Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No
Tahun
1
2
3
4
5
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
705,627
713,851
711,755
722,270
722,026
732,568
735,457
746,183
748,515
758,409
Jumlah
1,419,478
1,434,025
1,454,594
1,481,640
1,506,924
Pertumbuhan
(%)
1.45
1.06
1.43
1.86
1.71
kematian sebanyak 8.172 jiwa, penduduk yang datang sebanyak 38.910 jiwa dan
penduduk yang pergi sebanyak 29.107 jiwa. Besarnya penduduk yang datang ke
Kota Semarang disebabkan daya tarik kota Semarang sebagai kota perdagangan,
jasa, industri dan pendidikan.
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Lahir
19,504
21,445
22,838
24,472
25,262
Penduduk (jiwa)
Mati
Datang
8,172
38,910
9,023
42,714
10,018
43,151
10,018
44,187
10,373
38,518
Pindah
29,107
32,557
35,180
37,128
34,172
26
Semarang dan penduduk yang lahir setiap tahunnya lebih besar dari pada penduduk
yang pindah dan penduduk yang mati, hal tersebut menggambarkan bahwa
peningkatan penduduk Kota Semarang disebabkan oleh penduduk yang datang dan
lahir dengan proporsi rata-rata 60,04% per tahun dibanding penduduk pindah dan
penduduk yang mati.
Penduduk Kota Semarang dilihat dari kelompok umur sebanyak 912.362 jiwa atau
73,96% merupakan penduduk usia produktif ( umur 15 65 tahun) dan 26,04%
merupakan penduduk tidak produktif (umur 0-14 tahun dan diatas 65 tahun).
J U M L A H (jiwa)
2005
2006
49.497
113.270
116.321
112.459
118.682
151.571
142.919
138.312
117.958
101.529
79.698
52.619
34.063
90.480
1.419.478
49.935
114.216
117.280
113.442
119.829
153.198
144.321
139.631
119.214
102.571
80.937
53.336
34.522
91.593
1.434.025
2007
50.721
116.072
119.198
115.241
121.618
155.321
146.455
141.734
120.876
104.041
81.772
53.921
34.906
92.718
1.454.594
2008
51.664
118.230
121.414
117.384
123.879
158.209
149.178
144.369
123.124
105.976
83.292
54.924
35.555
94.442
1.481.640
2009
52.635
120.566
123.840
119.586
126.012
160.805
151.697
146.930
125.351
107.815
84.568
55.630
35.965
95.524
1.506.924
Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan (di atas umur 5
tahun) adalah
belum tamat SD, 20,28 % telah tamat SLTP, 6,54% tidak/belum pernah sekolah,
4,51% telah tamat SD IV/S1/S2, dan 4,35% telah tamat DI/DII/DIII.
27
Tamat
DIV/S1/S2/S3
Tidak Sekolah
4.51%
6.54%
Tidak/Belum
tamat SD/MI
20.38%
Tamat SLTA
21.10%
Tamat SD/MI
22.86%
Tamat SLTP
20.28%
NO
JENIS
PEKERJAA
N
JUMLAH (jiwa)
2005
2006
2007
2008
2009
Petani Sendiri
30.440
28.185
26.494
26.203
38.945
Buruh Tani
17.271
22.409
18.992
18.783
27.791
Nelayan
2.468
2.256
2.506
2.478
3.657
Pengusaha
15.771
24.580
51.304
52.514
77.706
Buruh Industri
185.604
192.473
152.557
152.606
225.897
Buruh Bangunan
131.453
106.217
71.328
72.771
107.692
Pedagang
76.672
75.951
73.431
73.457
108.788
Angkutan
26.614
30.144
22.187
22.195
32.819
PNS/ABRI
93.707
88.486
86.918
86.949
128.718
10
Pensiunan
34.208
38.101
32.855
32.667
48.635
Lainnya
255.717
258.815
Jumlah
869.925
867.617
Sumber data : BPS Kota Semarang Tahun 2009
76.657
615.229
76.684
617.507
111.714
912.362
11
28
buruh Industri
sebesar
4,27%, Angkutan sebesar 3,60%, Buruh tani sebesar 3,05%, dan Nelayan sebesar
0,40 %. Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas penduduk Kota Semarang
bergerak pada sektor perdagangan dan jasa.
III.
merupakan
1. Ekonomi.
Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kota Semarang selama periode
tahun 2005-2009 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi,
PDRB per kapita, dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan kinerja
pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai
berikut :
a. Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan
PDRB
merupakan
indikator
untuk
mengetahui
kondisi
perekonomian secara makro yang mencakup tingkat pertumbuhan sektorsektor ekonomi dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Laju
Pertumbuhan PDRB Kota Semarang atas dasar
PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp. 26.624.244,17 sampai
dengan tahun 2009 mencapai sebesar Rp. 39.429.568.000,-.
29
Tabel 2.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB 2005 s.d. 2009
No.
Sektor Usaha /
Lapangan Usaha
2005
2006
Rp.
Rp.
Rp.
1.
2.
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
3.
4.
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
6,256,676
443,417
26.96
1.91
7,147,347
487,538
26.85
1.83
7,883,533
532,280
5.
6.
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
3,584,579
6,788,735
15.45
29.25
4,445,308
7,480,618
16.70
28.10
7.
2,399,867
10.34
2,762,149
10.37
8.
9.
Jasa
23,208,224
294,257
46,997
693,463
2,700,233
23,208,224
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
207,455
28,553
26,624,244
1.27
0.20
2.99
321,780
52,327
772,160
30,515,737
1.21
0.20
2.90
365,095
57,063
2008
Rp.
2009 *)
%
34,540,949
38,459,815
398,756
61,694
1.15
0.18
442,499
66,480
1.15
0.17
25.83
1.74
8,679,006
574,399
25.13
1.66
9,483,637
609,532
24.66
1.58
5,414,829
8,635,562
17.74
28.30
6,398,054
9,972,004
18.52
28.87
7,453,706
10,884,995
19.38
28.30
3,073,387
10.07
3,374,753
9.7703
3,814,968
9.92
993,471
2.8762
1,075,543
2.80
4,088,812
34,540,949
11.838
4,628,454
38,459,815
12.03
227,516
30,726
1.19
0.16
234,611
31,501
1.16
0.16
889,126
1.20
0.19
Rp.
2.91
11.63
3,155,017
26,624,244
11.85
3,664,861
30,515,737
12.01
1.28
0.18
213,730.87
29,043.79
1.25
0.17
219,249.83
29,992.32
1.21
0.17
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air
Bersih
4,508,130
217,621
27.84
1.34
4,724,893.43
225,734.02
27.60
1.32
4,998,705.58
235,801.58
27.55
1.30
5,236,515
250,626
27.33
1.31
5,465,109
260,312
27.08
1.29
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel
dan Restoran
2,230,742
5,025,711
13.77
31.03
2,527,078.34
5,182,067.45
14.76
30.27
2,708,769.04
5,493,915.98
14.93
30.28
2,849,024
5,906,984
14.87
30.83
3,081,148
6,217,358
15.27
30.81
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
1,556,572
9.61
1,640,072.26
9.58
1,745,291.26
9.62
1,851,303
9.66
1,952,040
9.67
495,325
3.06
507,540.20
2.96
526,192.09
2.90
548,372
2.86
565,144
2.80
2,255,749
19,156,814
11.78
2,373,356
20,180,578
11.76
1,924,156
16,194,265
11.88
2,068,544.92
17,118,705
12.08
2,184,722.29
18,142,640
12.04
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang BPS Kota Semarang
Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota
Semarang adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran
dan
sektor
30
2005-2009
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang
Pada tahun 2005 tercatat sebesar 5,14%, kemudian meningkat sebesar 5,71
%, pada tahun 2006, 5,98 % pada tahun 2007, dan 6,03 % pada tahun 2008.
Sedangkan pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi kota Semarang tercatat
sebesar 5,47 %. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang terjadi penurunan
pada tahun 2009 sebesar 0,56 % dari 6,03 % pada tahun 2008 menjadi 5,47
% pada tahun 2009. Penurunan ini lebih dipengaruhi adanya kondisi
perekonomian global seperti kebijakan pasar bebas (Asean-China Free Trade
Area/ACFTA), kenaikan BBM dan TDL.
b. Laju Inflasi
Laju
inflasi
merupakan
kenaikan/penurunan
harga
ukuran
dari
yang
sekelompok
dapat
menggambarkan
barang
dan
jasa
yang
sebesar 6,08 %, tahun 2007 mencapai 6,75 %, tahun 2008 sebesar 10,34 %
dan tahun 2009 sebesar 3,19 %. Besaran laju inflasi yang terjadi lebih
diakibatkan pada permintaan masyarakat akan bahan kebutuhan pokok.
Grafik Laju Inflasi
Kota Semarang Tahun 2005-2009
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang
c. PDRB Perkapita
Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB, diikuti dengan kenaikan pendapatan
per kapita.
sebesar Rp.17.067.350,89,
32
2005
14,947,472.59
2006
17,067,350.89
2007
19,394,727.40
2008
21,352,860.09
2009
23,889,579.87
PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun ke tahun
juga
menunjukkan
peningkatan.
Pada
tahun
2005
sebesar
Rp.
sebesar
Rp.11.591.578,22,
pada
tahun
2008
sebesar
kualitas
penduduk
dalam
hal
kelangsungan
hidup,
intelektualias dan standar hidup layak. IPM disusun dari tiga komponen yaitu
lamanya hidup, yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir ; tingkat
pendidikan, diukur dengan kombinasi antara melek huruf pada penduduk
dewasa dan rata-rata lama sekolah ; serta tingkat kehidupan yang layak
dengan ukuran pengeluaran perkapita (purchasing power parity). Pada tahun
2009 IPM Kota Semarang telah mencapai skor 76,90, angka tersebut
menempati urutan kedua dibawah Kota Surakarta, namun masih jauh diatas
angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 72,10. Selengkapnya IPM
Kota Semarang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
33
Tahun
Skor
2005
75,3
2006
75,94
2007
77,24
2008
76,54
2009
76,90
Ket
2. Kesejahteraan Sosial
Pembangunan pada fokus kejahteraan sosial meliputi indikator angka melek
huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan
yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi,
angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio
penduduk yang bekerja. Kinerja pembangunan kesejahteraan sosial
Kota
a. Pendidikan
Pembangunan pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Sasarannya adalah terciptanya sumber daya
manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan, perluasan
dan
pemerataan
masyarakat,
kesempatan
tercapainya
memperoleh
efektifitas
dan
pendidikan
efisiensi
bagi
semua
penyelenggaraan
34
pendidikan yang ditamatkan pada seluruh jenjang pendidikan baik SD, SLTP
dan SLTA selama 5 tahun menunjukkan peningkatan dari 90,97% tahun 2005
menjadi 96,51%.
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun
usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.
Pada tahun 2009 APK SD/MI mencapai 105,27 %, SMP/MTs 114,19,
sedangkan SMA/SMA/MA mencapai 116,96 %.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang
sama. Capaian APM SD/MI pada tahun 2009 sebesar 89,68 %, SMP/MTs
79,01 %, SMA/SMK/MA sebesar 79,97 %. Capaian APK dan APM pada
masing-masing jenjang pendidikan telah berada di atas rata-rata APK/APM
Jawa Tengah kecuali untuk SD/MI. Belum optimalnya angka capaian
APK/APM disebabkan oleh mahalnya biaya pendidikan, walaupun dukungan
anggaran untuk pendidikan sudah melebihi 20 % dari total anggaran APBD.
Oleh karena itu diperlukan upaya pengalokasian anggaran pendidikan yang
tepat agar pendidikan menjadi murah namun tetap berkualitas.
35
2005
2006
Tahun
2007
2008
2009
1.
95,10
95,85
95,94
99,30
99,47
2.
9,60
9,80
9,80
9,17
9,20
3.
102,54
89,94
89,35
105,87
97,14
88,71
112,76
103,12
100,76
105,79
89,21
90,39
105,27
114,19
116,96
86,64
66,99
62,76
89,6
71,27
63,84
88,36
66,7
88,8
89,21
65,84
62,71
89,68
79,01
79,97
90,97%
89,90%
96,72%
96,51%
96,51%
1.291.294
1.289.175
1.406.873
1.429.890
1.455.249
1.419.478
1.434.025
1.454.594
1.481.640
1.507.826
4.
5.
5.
Uraian
b. Kesehatan
Selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) kondisi pembangunan Kesehatan
menunjukkan perubahan yang fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari beberapa
indikator bidang kesehatan. Angka kelangsungan hidup bayi selama 5 tahun
menurun dari 98,08 % pada tahun 2005 menjadi 81,40 % tahun 2009.
Demikian pula
tahun 2005 sebesar 0,019 % menjadi 0,04 % tahun 2009. Penurunan angka
kelengsungan hidup dan peningkatan angka gizi buruk lebih disebabkan
adanya penyakit bawaan dan wabah penyakit yang disebabkan oleh vektor
binatang seperti Demam Berdarah. Upaya pengembangan paradigma hidup
sehat harus menjadi perhatian utama agar wabah penyakit menulular tidak
terulang. Namun demikian secara keseluruhan Angka Usia harapan Hidup
Kota Semarang di Kota Semarang sebesar 72,1, jauh melebihi angka
harapan hidup nasional sebesar 69,0 tahun.
Tabel Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Indikator Kesehatan
36
No
1.
2.
3.
Uraian
2005
98.08
2006
80.29
Tahun
2007
81.32
71.9
0,04 %
2008
80.29
2009
81.40
72
72.1
0,033 % 0,04 %
c. Kemiskinan
Selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) jumlah penduduk miskin
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif,
37
2005
2006
Penduduk Miskin
94.246
246.448
Jml Penduduk
1.419.478
1.434.025
Rasio
6,64%
17,19%
Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2010 diolah
d.
Tahun
2007
306.700
1.454.594
21,08%
2008
491.747
1.481.640
33,19%
2009
398.009
1.506.924
26,41%
Kepemilikan tanah
Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kota Semarang tahun 2010,
persentase luas lahan bersertifikat yang tercatat di Kota Semarang mencapai
angka rasio 72,8 %, sedangkan untuk rasio kepemilikan tanah mencapai
40,30.
e.
Kesempatan Kerja
Angka kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk yang bekerja
dibanding dengan angkatan kerja dalam satu wilayah. Rasio penduduk yang
bekerja mengalami peningkatan, tahun 2005 sebesar 64,32 %, tahun 2006
sebesar 64,38%, tahun 2007 sebesar 88,61%, tahun 2008 sebesar 88,51%,
namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7,70% atau menjadi
sebesar 81,44%. Penurunan ratio penduduk yang bekerja lebih diakibatkan
karena meningkatnya
angkatan
seimbang dengan
38
2005
2006
465.695
724.048
537.791
835.323
64,32%
Tahun
2007
663.053
748.302
64,38%
88,61%
2008
2009
658.729
744.239
563.565
692.019
88,51%
81,44%
f.
Angka Kriminalitas
Ratio tindak kriminal selama lima (5) lima tahun terakhir menunjukkan
penurunan, tahun 2005 sebesar 0,14 %, Tahun 2006 sebesar 0,10 %, Tahun
2007 sebesar 0,08 % dan tahun 2008 dan tahun 2009 sebesar 0,07 %.
Penurunan angka rasio kriminal tersebut menunjukkan makin tingginya rasa
aman masyarakat. Kondisi rasa aman dikalangan masyarakat tersebut harus
tetap dipertahankan selama 5 tahun kedepan melalui upaya-upaya preventif
dan tetap memberikan kepastian hukum
2005
2006
195
1.419.478
139
1.434.025
Rasio
0,14
0,10
Tahun
2007
117
1.454.594
0,08
2008
107
1.481.640
0,07
2009
108
1.506.924
0,07
3.
39
2009 , demikian pula ratio jumlah grup kesenian terhadap per. 10.000
jumlah penduduk kota Semarang yaitu dari 2,65 pada tahun 2005 menjadi
3,80 pada tahun 2009.
mengalami peningkatan dari 33 buah dengan rasio per 10.000 sebesar 0,23
pada tahun 2005 menjadi sebesar 39 buah dengan rasio per 10.000
penduduk
sebesar 0,26 pada tahun 2009. Namun jika dilihat dari ratio
jumlah grup kesenian terhadap 10.000 jumlah penduduk masih relatif kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang resposifnya masyarakat terhadap
kesenian
tradisional.
Upaya
mengembangkan
kesenian
tradisional
2005
2006
376
1.419.478
2,65
386
1.434.025
2,69
Tahun
2007
573
1.454.594
2008
573
1.481.640
3,94
2009
573
1.506.924
3,87
3,80
2005
33
1.419.478
2006
33
1.434.025
Tahun
2007
33
1.454.594
2008
33
1.481.640
2009
39
1.506.924
Juml Penduduk
Rasio/10.000 penduduk
0,23
0,23
0,23
0,22
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolah
0,26
40
b. Olah Raga
Jumlah klub olah raga selama 5 tahun (2005 2009) tidak mengalami
penambahan atau tetap sebanyak 561 buah pada tahun 2009, namun
rationya mengalami penurunan dari 3,95 tahun 2005 menjadi 3,72 pada
tahun 2009. Begitu pula kondisi sarana dan prasarana olah raga
tidak
Berikut
2005
2006
561
1.419.478
3,95
561
1.434.025
3,91
Tahun
2007
561
1.454.594
3,86
2008
561
1.481.640
2009
561
1.506.924
3,79
3,72
Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolah
Tabel 2.18
Rasio Gedung Olah Raga
Uraian
Juml Gedung Olah Raga
2005
3
1.419.478
2006
3
1.434.025
Tahun
2007
3
1.454.594
2008
3
1.481.640
2009
3
1.506.924
Juml Penduduk
Rasio/10.000 penduduk
0,02
0,02
0,02
0,02
Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolah
0,02
41
III.
hasil
pelayanan
umum
yang
mencakup
dan
terhadap kondisi
pemerataan
ekonomi,
78,95 %, angka
42
pada tahun 2009, ratio guru terhadap murid per kelas rata-rata tahun 2005
adalah 1:13:40 menjadi 1:12:34, perbandingan jumlah penduduk melek
huruf >15 tahun terhadap jumlah penduduk kota Semarang tahun 2005
sebesar 95,10% menjadi 99,47% pada tahun 2009.
Kondisi fasilitas pendidikan, jumlah sekolah SD/MI dengan kondisi baik
tahun 2005 sebanyak 2.349 gedung meningkat menjadi tahun 2.451
gedung, gedung sekolah SMP/MTs tahun 2005 sebesar 1.662 gedung
menjadi sebesar 1.761 gedung, sedangkan kondisi gedung sekolah
SMA/SMK/MA tahun 2005 sebesar 1.005 gedung
meningkat menjadi
1.087 gedung pada tahun 2009. Angka Putus Sekolah dari tahun ketahun
selama 5 tahun (2005-2009) mengalami penurunan yang sangat
signifikan. Angka putus sekolah SD/MI menurun dari 151 murid pada
tahun 2005 menjadi 31 pada tahun 2009. Sedangkan untuk SMP/MTs dari
344 murid menjadi 21 murid, sedangkan untuk SMA/MA/STM menurun
dari 527 menjadi 18 murid pada tahun 2009. Kondisi Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), jumlah siswa TK/RA/Penitipan anak terhadap jumlah
penduduk usia 4-6 tahun sebesar 74,68% tahun 2005 menjadi 78,92%
tahun 2009.Perkembangan Angka kelulusan SD/MI dari tahun 2005-2009
tetap sebesar 99,99%, SMP/MTs mengalami peningkatan dari tahun 2005
sebesar 86,60% menjadi 94,76% tahun 2009, SMA/SMK/MA mengalami
peningkatan dari 89,31% tahun 2005 menjadi 96,74% pada tahun 2009.
Meskipun telah terjadi berbagai peningkatan yang cukup berarti,
pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberi pelayanan
merata, berkualitas dan terjangkau. Sebagian penduduk tidak dapat
menjangkau biaya pendidikan yang dirasakan masih mahal dan
pendidikan juga dinilai belum sepenuhnya mampu memberikan nilai
tambah bagi masyarakat sehingga pendidikan belum dinilai sebagai
bentuk investasi.
Berikut
gambaran
perkembangan
pelayanan
bidang
pendidikan
43
Tabel
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Indikator
Pendidikan Dasar
a. Angka Partisipasi Sekolah
b. Rasio Ketersediaan Sekolah
c. Rasio guru/murid
d. Rasio guru/murid per kelas ratarata
Pendidikan Menengah
1. APS
2. Rasio
ketersediaan
sekolah
terhadap penduduk usia sekolah
3. Rasio guru terhadap murid
4. Rasio guru terhadap murid per
kelas rata-rata
5. Penduduk yang berusia > 15
tahun melek huruf (tidak buta
aksara)
Fasilitas Pendidikan
Sekolah pendidikan SD/MI kondisi
bangunan baik
Kondisi Sekolah SMP/MTs
Kondisi Sekolah SMA/SMK/ MA
PAUD
Jumlah
Siswa
pada
jenjang
TK/RA/Penitipan Anak Jumlah anak
usia 4 6 Tahun x100%
Angka Putus Sekolah
1. SD/MI
2. SMP/MTs
3. SMA/SMK/MA
Angka Kelulusan
1.
2.
3.
4.
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
86,64 %
4%
1:28
1:28:45
89,60 %
4,14 %
1:26
1:26:40
88,36 %
4,2 %
1:20
1:20:40
89,21 %
4,27 %
1:20
1:20:40
89,76 %
4,30%
1:19
1:16:32
66,99
2,15 %
71,27
2,28 %
66,70
2,55 %
65,84
2,78 %
78,95
2,80%
1:13
1:13:40
1:13
1:13:40
1:11
1:11:40
1:12
1:12:34
1:12
1:12:34
95,10 %
95,85 %
95,94 %
99,30 %
99,47 %
2.349
2.375
2.398
2.487
2.401
1.662
1.005
1.683
1.021
1.699
1.039
1.711
1.056
1.761
1.087
74,68 %
74,77 %
74, 98 %
75,03 %
78,92 %
151
344
527
105
287
486
32
22
30
63
281
302
31
21
18
99,99 %
90,33 %
94 %
101,97 %
99,99 %
90,06 %
89,69 %
101,98 %
99,99 %
90,03 %
90,77 %
102,12 %
99,99 %
94,76 %
96,47 %
101,25 %
110,72 %
110,86 %
110,97 %
111,12 %
74,77 %
78,69 %
81,80 %
86,29 %
b. Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah
perilaku hidup sehat. Dilihat dari indikator aspek pelayanan kesehatan.
Pemerintah Kota Semarang, telah berupaya
menyediakan fasilitas
44
seluruh
komponen
masyarakat.
Berikut
gambaran
Indikator
Rasio Posyandu per satuan balita
Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu
per satuan penduduk x 1000
Rasio RS per satuan penduduk x
1000
Rasio dokter per satuan penduduk
Rasio tenaga medis per satuan
penduduk x 1000
Cakupan komplikasi kebidanan
yang ditangani
Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
Cakupan kelurahan UCI
Cakupan
balita
gizi
buruk
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
12.51
12.40
12.68
12.60
12,60
0.20
0,19
0,21
0.18
0,19
0,16
0,16
0.17
0.16
0,15
1.05
1.36
1.82
2.22
2.17
1.89
2.00
2.06
2,37
2.39
58.50%
60.53%
61.77 %
72.89 %
96.65 %
90.31 %
97.29 %
90.17 %
92.15 %
96.65 %
79,10 %
100 %
76,84%
100 %
78,5%
100 %
91%
100 %
96,65%
100 %
45
No
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Tahun
Indikator
2005
mendapat perawatan
Penemuan
dan
penanganan
penderita penyakit TBC BTA
Cakupan pelayanan kesehatan
rujukan pasien masyarakat miskin
Cakupan kunjungan bayi
Cakupan puskesmas
Cakupan pembantu puskesmas
Incident
Rate
DBD/100.000
penduduk
Penemuan kasus TB BTA pos
(CDR)
Kesembuhan penderita TB ATA
pos (cure rate)
Klien klinik VCT test HIV
Prevalensi HIV AIDS per 10.000
penduduk yang beresiko
2006
2007
2008
2009
55.24 %
59 %
49 %
48 %
50 %
9,95%
10,73%
3,84%
9,01%
92.90 %
94,39 %
92.90 %
106,8%
121 %
231.25 %
19,77 %
164
231.25 %
19,77 %
130
231.25 %
19,77 %
198,4
231.25 %
20,33 %
360,8
55
59
49
47
50
79
70
67
74
63
71,5
1,17
95,1
1,15
75,86
1,3
17
2
92
2,2
231.25 %
20,33%
262,1
c. Pekerjaan Umum
Kondisi kualitas jalan terhadap panjang jalan selama 5 tahun terakhir
(2005-2009) menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, ratio kondisi
jalan dalam keadaan baik terhadap jumlah panjang jalan tahun 2005
sebesar 44,87%, tahun 2006 sebesar 44,87%, tahun 2007 sebesar
61,02%, tahun 2008 menurun menjadi sebesar 43,83% , tahun 2009
sebesar 44,01%, perubahan kondisi kualitas jalan ini dipengaruhi oleh
perubahan iklim, dimana pada saat musim hujan banyak terjadi genangan
air. Selain itu juga akibat terjadinya rob khususnya di sepanjang jalan
daerah utara Kota Semarang. Persentase rumah tinggal bersanitasi tahun
2005 sebesar 30,25% menjadi 45,85% pada tahun 2009. Kondisi kinerja
pembangunan Sanitasi selama 5 tahun (2005-2009) dapat dilihat dari
presentase sanitasi rumah tinggal pada tahun 2006 sebesar 30,25%,
meningkat
hingga
mencapai
45,85%,
pada
tahun
2009.
Rasio
46
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Indikator
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
44,87 %
44,87 %
61,02 %
43,83 %
44,01%
1,96
2,03
2,05
2,11
2,16 %
30,25 %
35 %
38,89 %
40,89 %
45,85 %;
Rasio
TPU
per
satuan
penduduk per 1000 penduduk
Rasio pembuangan sampah
(TPS) per satuan penduduk
Rasio rumah layak huni
Rasio permukiman layak huni
Panjang jalan dilalui roda 4
412,72
408,50
402,70
395,40
388,77
576,63
623,51
623,56
638,54
694,55
0,0024
0,105
2.762,62km
0,0019
1.177,38
2.673,98
40%
0,0032
0,125
2.762,62
0,0019
1.177,38
2.673,98
46%
0,0047
0,186
2.771,54
0,0019
1.177,38
2.673,98
49%
0,0061
0,210
2.778,29
0,0019
1.152,75
2.684,74
51%
0,0070
0,256
2.778,29
52%
53%
55%
57%
5 ha
6 ha
6 ha
7 ha
48%
49%
49%
65%
1,85 %
2%
2,41 %
1,66 %
1.157,65
2.689,64
52%
47
d. Perumahan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perumahan di Kota
Semarang selama periode 2005-2009
Indikator
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
1.
12,63 %
12,28 %
12,74 %
12,85 %
12,96 %
2.
30,25 %
35 %
38,89 %
40,89 %
48,85 %
3.
89,24 %
92,90 %
97,7 %
98 %
98,28 %
4.
1,5 %
1,85 %
2%
2,41 %
1,66 %
5.
10,50 %
12,50 %
18,60 %
21 %
25,60 %
Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, 2010
48
e. Penataan Ruang
Kinerja pembangunan pelayanan urusan penataan ruang tahun 20052009 dilihat dari ratio luas ruang terbuka hijau terhadap luas wilayah ber
Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dan atau Hak Guna Bangun. Pada Tahun
2005 mencapai sebesar 1,1 dan mengalami penurunan menjadi 1,06
pada tahun 2009. Jumlah bangunan ber-IMB pada tahun 2005 sebesar
49,73% meningkat menjadi 55,01% pada tahun 2009. Persentase
tersebut terus meningkat secara signifikan hingga tahun 2009 sebesar
55,01 %. Hal ini menunjukan semakin tingginya kesadaran masyarakat
mematuhi regulasi pendirian bangunan dan semakin membaiknya
pelayanan yang diberikan pemerintah daerah. Namun demikian upaya
peningkatan
kesadaran
masyarakat
terhadap
kepatuhan
terhadap
2.
Indikator
2005
2006
Tahun
2007
2008
2009
1,1
1,09
1,08
1,07
1,06
49,73 %
51,34 %
52,62 %
53,85 %
55,01 %
Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, 2010
pembangunan
pelayanan
umum
bidang
perencanaan
49
pada
tahun
2009
dan
tersedianya
dokumen
Rencana
konsistensi
dan
kesinambungan
perencanaan
dengan
2.
3.
2005
2006
Tahun
2007
2008
2009
Tersedianya dokumen
perencanaan RPJPD yg telah
ditetapkan dgn PERDA Ada/
tidak
Draf
Draf
Draf
Draf
Draf
Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RPJMD yg
telah ditetapkan dgn
PERDA/PERKADA Ada/ tidak
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RKPD yg telah
ditetapkan dgn PERKADA
Ada/ tidak
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Indikator
g. Perhubungan
Kinerja pembangunan pada pelayanan pada urusan perhubungan di Kota
Semarang selama periode 2005-2009 dilihat dari jumlah arus penumpang
angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari
11.742.718 penumpang tahun 2005 menjadi 5.702.073 penumpang pada
tahun 2009.
50
Persentase
jumlah
angkutan
darat
dibanding
jumlah
penumpang
2005
Tahun
2007
2008
2009
11.742.718
9.597.857
9.290.325
5.637.648
5.702.073
0.0022
0.0026
0.0031
0.0028
0.0026
7.516
8.039
7.925
5.236
5.346
Jumlah Pelabuhan
Laut/Udara/Terminal Bis
5.
9,30%
9,60%
9,21 %
10,38 %
11,01 %
6.
4.218
3.775
3.742
3.755
3.683
7.
2 jam
2 jam
2 jam
2 jam
2 jam
8.
Rp29,-
Rp29,-
Rp29,-
Rp29,-
Rp29,-
9.
Pemasangan Ramburambu
1414
1497
1683
2060
2239
1.
2.
3.
4.
2006
h. Lingkungan Hidup
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan lingkungan hidup di Kota
Semarang
selama
periode
2005-2009
diukur
dari
meningkatnya
3.675
m3/hari atau setara dengan 1.010 ton. Persentase penduduk berakses air
minum menurun dari 57,92% pada tahun 2005 menjadi 56,95% pada
tahun 2009. Semakin besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat menuntut peranserta masyarakat untuk dapat memusnakan
sampah dengan cara yang ramah lingkungan demi memperpanjang usia
TPA. Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang lingkungan
hidup sebagaimana tabel berikut :
Indikator
2005
69 %
2006
70 %
Tahun
2007
71 %
2008
72 %
2009
74 %
1.
2.
57.92 %
56.95 %
56.99 %
57.02 %
56.95 %
3.
28.29 %
32.08 %
37.58 %
39.08 %
45.02 %
4.
20 %
30 %
40 %
50 %
60 %
5.
15%
15%
15%
20 %
20 %
6.
10 %
18 %
32 %
40 %
50 %
7.
57.66 %
62.35 %
62.35 %
63.85 %
69.46 %
8.
52 %
28 %
34 %
35 %
63 %
52
i. Pertanahan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanahan selama periode
2007-2009 diukur dari meningkatnya persentase luas lahan bersertifikat.
Pada tahun 2009 persentase luas lahan bersertifikat mencapai sebesar
72,81%. Jumlah penyelesaian kasus tanah negara pada tahun 2007
sebanyak 25 kasus , tahun 2008 sebesar 41 kasus dan tahun 2009
sebanyak 25 kasus, sedangkan jumlah penyelesaian ijin lokasi tahun
2007 sebanyak 9 ijin, tahun 2008 sebanyak 7 ijin dan tahun 2009
sebanyak 13 ijin. Antisipasi permasalahan kedepan adalah layanan
fasilitasi
konflik
pertanahan
berkaitan
dengan
pelayanan
tertib
Indikator
2005
-
2006
-
Tahun
2007
58%
2008
60%
2009
72.81%
1.
2.
59
41
25
3.
13
53
kebijakan
kependudukan
nasional
dengan
kebijakan
Indikator
2005
2006
92,02% 92,02%
Tahun
2007
92,02%
2008
95,2%
2009
95 %
71,50% 74,77%
78,42%
82,88%
87,12 %
100%
100%
100%
100 %
1.
2.
3.
4.
Kepemilikan KTP
92,00% 92,00%
92,00%
95,21%
97,95%
5.
87,12% 87,18%
87,18%
83,6%
96,68%
6.
Ketersediaan database
kependudukan skala provinsi
Ada/tidak ada
7.
100%
ada
ada
ada
ada
ada
belum
belum
belum
belum
belum
Sumber : Data Olahan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2010
54
No
Indikator
1.
Persentase partisipasi
perempuan di lembaga
pemerintah
2.
Partisipasi perempuan di
lembaga swasta
3.
Rasio KDRT
5.
2005
15,5%
2006
15,5%
Tahun
2007
15,5%
75%
80%
85%
47,72
46,94
47,48
2008
15,5%
2009
15,5%
90 %
90 %
0,16 %
0,65 %
56,92
60,62
Penyelesaian pengaduan
perlindungan perempuan dan
anak dari tindakan kekerasan
60
191
55
pada masing-masing
Indikator
2005
2,85
2006
2,80
Tahun
2007
2,78
2008
2,75
2009
2,50
1.
2.
78,81 %
78,81 %
78,91 %
78,93 %
78,95 %
3.
127.559
122.029
114.275
115.643
111.480
m. Sosial
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan sosial selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Sosial
No
Indikator
2005
75
2006
75
Tahun
2007
124
2008
97
2009
103
1.
2.
PMKS yg memperoleh
bantuan sosial
1.250
1.300
1.400
1.563
1.971
3.
Penanganan penyandang
masalah kesejahteraan sosial
3.150
3.168
3.210
3.261
4.357
Sumber : Data Olahan Dinas Sosial dan Olah Raga Kota Semarang, 2010
57
n. Ketenagakerjaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketenagakerjaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel
berikut
No
Indikator
1.
2.
2005
2006
Tahun
2007
2008
2009
61,17 %
61,43 %
61,69 %
61,95 %
62,21 %
129
83
91
100
82
315
kasus
63,45 %
218
kasus
65,78 %
258
kasus
62,52 %
286
kasus
64,27 %
256
kasus
64,75 %
4.470
5.532
7.311
8.975
8.449
3.
4.
5.
35,68 %
35,62 %
11,39 %
11,48 %
14,96 %
6.
Keselamatan dan
perlindungan
14,90 %
15,60 %
20,40 %
25 %
26,20 %
109
perush
100 %
123
perush
100 %
166
perush
100 %
212
perush
100 %
237
perush
100 %
7.
58
lapangan
kerja
melalui
pelatihan
ketrampilan
dan
Indikator
1.
2.
3.
Jumlah BPR/LKM
4.
2005
55,06 %
2006
63,55 %
Tahun
2007
65,30 %
2008
75,05 %
2009
75 %
36
76
140
231
346
1.240
1.315
8.112
9.162
10.176
59
p. Penanaman Modal
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
Tabel Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal
No
1.
Indikator
Jumlah
investor di
Kota
Semarang
(Penanaman
Modal)
Tahun
2005
2006
2007
2008
1.560
1.950
2.056
2.160
2009
2.253
2.
Jumlah nilai
investasi
(Rupiah)
500.914.298.068
1.218.842.970.113
1.350.746.170.600
3.
Rasio daya
serap tenaga
kerja *)
0,93
0,98
1,00
1,60
1,97
7.086
11.341
13.977
1.191.875.230.000
2.518.121.150.000
2.874.612.497.411
Penanaman
Modal (Jumlah
4.
4.601
6.961
tenaga kerja)
orang
Kenaikan /
penurunan
1.099.581.246.897
5.
Nilai Realisasi 216.470.910.000
PMDN
(Rupiah)
Sumber : Data Olahan BPPT Kota Semarang, 2010
1.540.210.674.000
1.748.936.779.411
60
promosi
investasi.
Kesemuanya
itu
akan
berdampak
pada
2005
45
2006
45
Tahun
2007
45
55
55
55
55
55
174
174
174
174
174
Indikator
1.
2.
3.
2008
45
2009
46
Penyelenggaraan festival seni dan budaya dari tahun 2005 sampai 2008
jumlahnya tetap sebanyak 45 event kegiatan, hanya pada tahun 2009
bertambah 1 (satu) event kegiatan. Kota Semarang telah memiliki sarana
penyelenggaraan seni dan budaya sebanyak 55 buah dari tahun 2005
61
sampai tahun 2009. Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang
dilestarikan ada 174 buah antara lain 4 kawasan sejarah budaya dan 170
buah bangunan, yang terdiri dari bangunan budaya sebanyak 3 buah,
bangunan tempat ibadah sebanyak 24 buah, bangunan kesehatan
sebanyak 3 buah, bangunan Perkantoran
Pemerintahan sebanyak 13 buah,
46 buah, bangunan
bangunan rumah
singgah sementara.
No
Indikator
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
1.
34
34
34
34
47
2.
3.
4.
15
19
5.
Lapangan olahraga
0,058
0,068
0,067
0,065 0,064*)
62
Dari
tabel
tersebut
diatas,
menggambarkan
penyelenggaraan
pada masing-masing
Indikator
Kegiatan Pembinaan terhadap
2005
214
2006
174
Tahun
2007
134
2008
94
2009
54
63
No
Indikator
2005
2006
18 kgt
16 kgt
Tahun
2007
2008
2009
14 kgt
12 kgt
6 kgt
pembangunan
pada
pelayanan
urusan
otonomi
daerah,
Indikator
2005
0.85
2006
1.76
Tahun
2007
2.36
2008
2.27
2009
2.20
1.
2.
31.17
32.09
32.85
33.45
35.22
3.
7.28
7.32
7.35
7.51
7.68
64
No
2005
tidak
2006
tidak
Tahun
2007
ada
2008
ada
2009
ada
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
23 orang
125 x
57 orang
180 x
50 orang
125 x
57 orang
224 x
154 orang
600 x
Indikator
4.
5.
Penegakan PERDA
6.
7.
Petugas Perlindungan
Masyarakat (Linmas) di Kota
4.425
4.602
4.779
4.956
5.310
8.
0,0011%
0,0011%
0,0010%
0,0011%
0,0011%
9.
15 menit
15 menit
15 menit
15 menit
15 menit
20%
14,68%
17%
13,66%
11,9%
Perijinan
dan
Administrasi
Pemerintah
sudah
mulai
u. Ketahanan Pangan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketahanan pangan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
65
Indikator
1.
Ketersediaan pangan
utama (kg/1.000 pdduk)
2005
-
Tahun
2007
2008
84.451 101.732
2006
-
2009
108.844
2009
perihal
Penumbuhan
Cadangan
Pangan
Pemerintah
Kelurahan.
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa ketersediaan pangan utama
mengalami peningkatan yang signifikan dengan rata-rata pertahunnya
adalah 13,7%. Walaupun dilihat dari ketersediaan pangan utama
menunjukan peningkatan yang positif, namun antisipasi kedepan
diperlukan upaya serius untuk membudayakan penganekaragamana
makanan sebagai upaya subtitusi dari pangan utama.
No
1.
LPM Berprestasi
2.
PKK aktif
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
66
No
Indikator
3.
Posyandu aktif
4.
5.
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
99,57 %
99,72 %
99,72 %
99,86 %
100 %
Swadaya Masyarakat
terhadap Program
pemberdayaan masyarakat
80
85
85
90
100
Pemeliharaan Pasca
Program pemberdayaan
masyarakat
95
80
90
95
100
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa kinerja pelayanan umum dalam bidang
pemberdayaan masyarakat dan desa dapat dilihat dari kinerja LPM,PKK
dan Posyandu Aktif. Jumlah Posyandu aktif sampai dengan tahun 2009
telah menunjukan kinerja optimal. Dukungan Swadaya Masyarakat
terhadapat Program pemberdayaan masyarakat dan Pemeliharaan Pasca
Program pemberdayaan masyarakat pada tahun 2009 juga telah
mencapai 100%. Salah satu akibat dari meningkatnya program tersebut
adalah meningkatnya lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) yang
berprestasi dengan kenaikan rata-rata 2,7%.
w. Statistik
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik
No
1.
Indikator
Buku kabupaten dalam angka
2005
ada
2006
ada
Tahun
2007
ada
2008
ada
2009
ada
Ada/Tidak
67
No
2.
Indikator
Buku PDRB kabupaten
2005
ada
2006
ada
Tahun
2007
ada
2008
ada
2009
ada
Ada/Tidak
Sumber : BPS Kota Semarang, 2010
Dari tabel urusan statistik diatas menggambarkan bahwa dokumendokumen yang tersedia dari tahun ke tahun tetap ada. Namun demikian,
diperlukan tambahan kelengkapan data dan informasi
terutama untuk
x. Kearsipan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kearsipan selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
TabelAspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kearsipan
No
Indikator
1.
2.
2005
100 %
2006
100 %
Tahun
2007
100 %
1 keg
2 keg
2 keg
2008
100 %
2009
100 %
3 keg
4 keg
Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan Daerah dan Arsip Kota Semarang, 2010
pada masing-masing
68
Indikator
2005
51 / 1
2006
53 / 1
Tahun
2007
59 / 1
2008
62 / 1
2009
75 / 1
1.
2.
Rasio wartel/warnet
terhadap penduduk
0.39
0.33
0.33
0.31
0.26
3.
10
10
10
10
11
4.
Radio : 34
Tv :
15
34
15
34
15
36
15
38
15
5.
tidak
6.
Pameran/expo
ada
2
ada
7
ada
7
ada
7
z. Perpustakaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perpustakaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
69
No
Tahun
Indikator
2005
1.
Jumlah perpustakaan
2.
Jumlah pengunjung
perpustakaan per tahun (orang)
7.269
3.
2.539
131
2006
2007
147
19.923
2008
2009
150
152
156
25.673
33.354
36.382
7.758
10.390
7.611
12.810
Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, 2010
Indikator
1.
2.
Kontribusi sektor
pertanian/perkebunan terhadap
PDRB
Hb:
Hk:
2005
6.121
2006
5.321
Tahun
2007
6.248
1.27%
1.28%
1.21 %
1.25 %
1.20 %
1.21 %
2008
4.937
2009
7.899
1.15 % 1.15 % *)
1.19 % 1.16 % *)
70
No
Indikator
2005
Hb: 0,57%
Hk: 0,56%
2006
0,54 %
0,54 %
Tahun
2007
0,53 %
0,53 %
2008
0,50 %
0,52 %
2009
0,50 %
0,52 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
3.
4.
Hb: 0,08%
Hk: 0,07%
5.
100%
100%
100%
100%
100%
6.
0,00%
0,00%
0,00%
2,618%
7,059%
b. Kehutanan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kehutanan selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut :
71
Indikator
2005
8,14%
2006
22,05%
Tahun
2007
17,02%
2008
19,27%
2009
80,65%
1.
2.
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
3.
Hb: 0.005 %
Hk: 0.005 %
0.005 %
0.005 %
0.004 %
0.005 %
0.004 %
0.005 %
0.004 %
0.005 %
upaya untuk
c.
Indikator
Kontribusi sektor
pertambangan thd
PDRB
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
HB: 0.20 %
0.20 %
0.19 %
0.18 %
0.17 %
HK: 0.18 %
0.17 %
0.17 %
0.16 %
0.16 %
72
Pariwisata
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pariwisata selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pariwisata
No
Tahun
Indikator
1.
Kunjungan
wisata
2.
Kontribusi
sektor
pariwisata
terhadap
PDRB
2005
2006
2007
2008
2009
0.18 %
0.18%
0.18 %
0.18 %
0.18 %
e.
73
No
Tahun
Indikator
2005
1.
Produksi perikanan
2.
Konsumsi ikan
3.
4.
2006
2007
2008
2009
112 %
106 %
99,7 % 100,2%
99,8%
103 %
101,95 %
101,83 %
100,3 %
100 %
37,5 %
25 %
37,5 %
62,5 %
100 %
81,8 %
92,2 %
94,7 %
112 %
98,9%
kelestarian
sumber
daya
hayati
perikanan
agar
dapat
f.
Perdagangan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perdagangan selama
periode 2005-2009
berikut.
Tabel Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perdagangan
No
1.
Indikator
Kontribusi sektor
Perdagangan thd
PDRB
2005
HB: 29.25 %
HK: 31.03 %
2006
28.10 %
30.27 %
Tahun
2007
28.30 %
30.28 %
2008
28.87 %
30.83 %
2009
28.30 % *)
30.81 % *)
74
No
2.
Indikator
Ekspor Bersih
Perdagangan (US$)
3.
Tahun
2007
2005
2006
432.282.189,55
435.577.008,5
39%
45%
Cakupan bina
kelompok
pedagang/usaha
informal
2008
2009
324.310.674,24
185.215.570,57
923.854.533,95
66%
27%
21%
g.
Perindustrian
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perindustrian selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut :
Tabel Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perindustrian
No
1.
2.
Indikator
Kontribusi sektor
Industri terhadap
PDRB
Kontribusi industri
rumah tangga
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
HB26.96 %
26.85 %
25.83 %
25.13 %
24.66 %
HK:27.84%
27.60 %
27.55 %
27.33 %
27.08 %
3,8 %
3,6 %
3,9 %
3,9 %
3,9 %
75
No
Indikator
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
terhadap PDRB
sektor Industri
3.
Pertumbuhan
Industri.
4.
Cakupan bina
kelompok
pengrajin
13,6 %
29%
2,6 %
38%
10,6 %
47%
5,9 %
34%
0,17 %
26%
industri
harus
tetap
dilaksanakan
dengan
tetap
h.
Transmigrasi
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan transmigrasi selama
periode 2005-2009 tidak menghasilkan kinerja mengingat sejalan dengan
berkembangnya semangat otonomi daerah, minat masyarakat untuk
mengikuti transmigrasi tidak ada walaupun upaya untuk melakukan
dorongan dan motivasi terus dilakukan.
76
IV.
Daya saing
daerah di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah,
fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.
1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi
pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tidak akan banyak membawa tingkat kesejahteran masyarakat manakala
pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat
sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi juga dapat
dilihat dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha PDRB
Kota Semarang.
2007
321.780
52.326
7.147.347
487.538
4.445.307
7.480.617
2.762.149
772.160
3.155.016
2008
365.094
57.062
7.883.532
532.279
5.414.829
8.635.562
3.073.387
889.126
3.664.861
2009
414.238
62.227
8.695.545
581.126
6.595.804
9.968.821
3.419.695
1.023.810
4.257.096
77
Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota
Semarang adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Industri
Pengolahan
sektor
78
2005
0,0040
2.762,62
695.168
2006
0,0037
2.762,62
751.407
Tahun
2007
0,0034
2.771,54
810.034
2008
0,0032
2.778,29
867.901
2009
0,0030
2.778,29
919.699
11.659.645
6.501.749
11.811.089
7.142.156
8.168.046
7.333.082
9.058.197
7.507.390
367.257
6.482.575
363.847
7.122.774
427.503
7.314.341
392.498
7.487.270
1.379.552
19.173.996
1.367.280
19.382.115
1.370.012
18.741.442
1.626.706
20.120.479
8.900.278
6.704.832
7.122.511
3.252.281
b. Penataan wilayah
Sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, penataan
wilayah Kota Semarang terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung
dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi
kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung
setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi
kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40%
yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah
kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan
sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan
yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah.
Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang secara karakteristik wilayah
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang
dikembangkan
79
Umum, Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring
dengan pesatnya perkembangan pembangunan Kota terdapat kompensasi
yang tak bisa dihindari dalam tata guna lahan, yaitu tingginya ratio
perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai dengan timbulnya pusat-pusat
kegiatan baru seperti kawasan industri, perdagangan/jasa dan tumbuhnya
kawasan-kawasan permukiman daerah pinggiran kota.
Tahun
2007
32,74
2005
2006
33,08
32,01
Persentase RT menggunakan air
bersih
32.962.642
32.676.827
34.042.026
- Pemakaian Air Bersih RT
- RT berlangganan PDAM
112.915
112.650
115.358
- Jumlah RT
341.314
351.881
352.369
Sumber : Data Olahan Kantor PDAM Kota Semarang, 2010
2008
31,52
2009
29,05
34.277.257
117.844
373.920
34.277.257
120.204
413.806
80
2005
Tahun
2007
2006
789,384,776
828,093,447
85%
290,377
341,314
-
2008
872,034,107
872.034.017*)
85%
299,682
351,881
86%
301,687
352,369
81%
301.687*)
373,920
58,12/56,10
64,79/35,11
74,65/31,93
2009
872.034.017*)
73%
301.687*)
413,806
-
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009, BPS Kota Semarang
4. Hotel Berbintang
5. Hotel non Bintang
2005
Tahun
2007
2006
2008
2009
29
102
14
29
102
14
29
102
14
29
109
19
29
109
19
28
56
28
53
28
53
28
53
28
51
Sumber : Data Olahan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Semarang, 2010
81
dan
2005
195
6
258
5
Tahun
2007
2006
139
2
43
2
2008
117
5
102
1
2009
107
60
0
108
119
0
b. Kemudahan Perijinan
Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan
investasi adalah prosedur dan tata cara perolehan ijin atau pengurusan
ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan
82
menjadi sebesar
83
2005
1. Pajak Daerah
- Pajak daerah
- Pajak Restoran
- Pajak Reklame
- Pajak Penerangan Jalan
- Pajak Pengambilan Bahan Galian C
- Pajak Parkir
- Pajak Hiburan
2. Retribusi Daerah
- Rtribusi dari Dinas Pendidikan
- Retribusi dari Dinas Kesehatan
- Retribusi RSUD
- Retribusi DPU
- Retribusi DTKP
- Retribusi Dinas Kebakaran
- Retribusi Pertamanan
- Retribusi BLH
- Retribusi Kebersihan
- Retribusi Dispenduk Capil
- Retribusi Dinas Budaya Pariwisata
- Retribusi Dinas Pasar
- Retribusi Dinas Perhubungan
- Tempat Khusus Parkir
- Tempat Terminal
- Tempat Pengujian Kendaraan
- Parkir tepi jalan umum
- Retribusi Sekda
- Retribusi Disospora
- Retribusi PSDA
- Retribusi Bina Marga
- Retribusi PJPR
3. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
- PBB
- BPHTB
- PPH OPDN & Pasal 21
- PPH Ps 25/29
- SDA
- BahanBakar Kendaraan Bermotor
- Pajak Kendaraan Bermotor
- Bagi Hasil P2AP
2006
Tahun
2007
2008
2009
814.120.538
1.019.522.341
69.447.500
3.745.012.698
81.772
8.765.290
216.517.585
1.366.490.201
1.503.299.089
406.369.250
524.412.058
1.664.008
2.621.280
-
366.062.375
851.025.259
844.883.420
2.315.059.197
506.600
-
22.188.743.528
21.089.741.652
16.824.197.531
76.597.927.551
112.046.400
23.562.679.011
4.084.858.928
23.000.974.050
24.811.040.343
16.063.853.958
82.814.660.277
100.156.400
2.780.941.510
4.933.660.602
876.789.000
4.317.853.905
11.587.381.768
101.591.850
16.210.006.810
27.263.000
327.154.450
100.825.000
5.418.004.083
2.895.956.000
898.825.700
7.971.795.472
936.695.000
4.718.060.581
4.718.060.581
2.497.638.750
60.360.233.500
28.032.500
6.360.233.500
112.110.000
5.531.580.553
35.697.633.500
1.058.437.250
7.941.473.889
1.052.019.500
4.850.286.317
2.557.968.300
2.948.722.100
3.784.757.660
18.405.000
120.987.500
121.915.000
5.653.347.500
3.600.275.500
1.929.031.510
6.175.306.020
1.182.304.000
3.713.280.772
25.056.418.577
3.150.935.971
18.624.074.995
34.731.000
12.343.349.200
138.540.000
5.822.427.925
5.822.427.925
3.232.390.683
9.824.245.886
3.631.995.000
27.687.010.044
14.816.299.082
39.145.000
185.930.000
5.952.604.012
5.952.604.012
2.524.391.800
12.097.540.723
499.565.000
432.722.250
4.332.963.200
979.729.158
771.304.782
-
496.062.000
326.183.300
4.621.849.110
1.350.543.669
909.630.400
-
513.649.000
365.299.300
2.231.698.300
5.962.280.950
1.057.862.600
-
466.661.000
362.020.300
4.824.373.600
1.940.869.900
6.236.699.235
-
519.859.000
333.390.200
4.214.514.490
1.583.697.100
2.112.665.250
78.700.000
2.997.110.965
12.669.944.300
58.923.184.632
42.525.163.172
25.316.551.632
23.010.132.337
82.522.507.751
295.920.738.676
69.709.767.169
52.558.654.386
25.054.215.226
957.947.262
45.913.232.705
78.270.526.071
504.533.464
414.438.190.252
86.909.685.684
59.103.394.867
31.363.363.113
1.399.541.725
43.740.013.891
51.775.744.654
699.851.293
322.312.944.135
101.063.831.233
81.242.908.408
45.449.289.132
870.685.527
1.279.583.733
48.978.502.712
59.224.119.299
793.675.343
606.138.540.957
110.326.958.196
80.697.709.086
25.037.115.402
30.433.825.506
1.095.964.143
56.054.576.939
63.168.610.815
758.696.743
619.476.144.948
Struktur
dan
Komposisi
penduduk
berdasarkan
rasio
lembaga-lembaga
ketrampilan
yang
ada,
akan
mampu
menopang
kebutuhan pasar. Secara umum daya saing sumber daya manusia dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel Aspek Daya Saing bidang Sumber Daya Manusia
Uraian
1. Penduduk < 15 dan > 64 tahun
2. Penduduk 15 - 64 tahun
Rasio Ketergantungan
2005
370,234
1,050,184
35.25%
2006
373,024
1,061,001
35.16%
Tahun
2007
378,709
1,075,885
35.20%
2008
385,983
1,095,661
35.23%
2009
392,565
1,114,359
35.23%
85